Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan kemajuan zaman, masalah-masalah pribadi dan sosial dalam
kehidupan manusia bukannya berkurang, tetapi sebaliknya, bahkan bertambah
sehingga mengganggunya untuk mencapai kebahagiaan. Perang (dalam maupun
luar negeri), masalah ekonomi, perilaku anti sosial (perampokan, penganiayaan,
perkosaan, dan sebagainya), ketidakserasian penerapan hukum dan peraturan,
hidup berkeluarga yang bermasalah (percekcokan, perceraian, kekerasan dalam
keluarga, hidup bersama tanpa nikah, dan sejenisnya) semuanya menambah
disilusi (kekecewaan yang mendalam), kesulitan atau ketidakmampuan untuk
menegakkan nilai-nilai sosial kultural dan melaksanakan program yang
berorientasi filsafat sosial. Semuanya secara bertumpuk-tumpuk memicu konflik
dan stres (ketegangan yang tidak pernah reda secara spontan). Situasi seperti itu
mengakibatkan kondisi maladjustment (keadaan ketidaksesuaian diri dengan
lingkungan), yang dinyatakan secara jasmaniah (seperti kondisi sakit atau kurang
sehat hingga terpaksa tidak masuk bekerja atau bekerja tidak efektif) atau
melahirkan perilaku menyimpang, yaitu kepribadian yang “agak aneh” hingga
kurang diterima oleh lingkungan karena dinilai kurang wajar(2).
Gangguan jiwa atau kelainan di bidang kejiwaan pada dasarnya merupakan
gangguan dari berbagai aspek kepribadian, misalnya: aspek kesadaran, aspek
tingkah laku atau perbuatan, kehidupan afektif, proses pikir dan sebagainya.
Gangguan jiwa dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Pandangan dari sudut
psikopatologi, sudut kebudayaan, sudut keseimbangan lingkungan, dan pandangan
dari sudut kaidah ajaran agama.
Psikopatologi adalah suatu ilmu yang mempelajari proses dan
perkembangan gangguan mental. Perkembangan penanganan gaangguan mental
berkembang mulai dari zaman kuno (Yunani) hingga zaman sekarang (modern).
Menurut pandangan dari sudut pandang psikopatologi, gangguan jiwa atau
tingkah laku abnormal adalah akibat-akibat dari keadaan sakit atau gangguan-
gangguan penyakit yang jelas kelihatan dari gejala klinisnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi psikopatologi?
2. Apa saja klasifikasi psikopatologi?
3. Bagaimana psikopatologi gangguan jiwa?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PSIKOPATOLOGI

A. DEFINISI PSIKOPATOLOGI

Psikopatologi adalah ilmu yang mempelajari kelainan atau gangguan

dari berbagai aspek kepribadian yang meliputi: aspek kesadaran, aspek

tingkah laku atau perbuatan, kehidupan afektif dan proses pikir. Menurut

pandangan dari sudut psikopatologi gangguan jiwa atau tingkah laku

abnormal adalah akibat-akibat dari keadaan keadaan sakit atau gangguan-

gangguan penyakit yang jelas terlihat dari gejala klinisnya. Misalnya takut

yang tidak beralasan pada penderita neurosis, adanya waham dan halusinasi

pada penderita skizofrenia, dan tingkah laku antisosial pada orang-orang-

orang yang menderita sosioapatis.

B. KLASIFIKASI PSIKOPATOLOGI

2
Psikopatologi meliputi:
1. Gangguan kepribadian
Kepribadian ialah ekspresi keluar dari pengetahuan dan perasaan yang
dialami secara subyektif oleh seseorang. Kepribadian menuju ke kematangan
badaniah, emosional, sosial dan intelektual. Perkembangan ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor badaniah (keturunan, keadaan susunan saraf dan hormonal),
emosional (mekanisme penyesuaian diri), sosial (hubungan antar-manusia), adat-
istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, serta intelektual (taraf intelegensi). Watak
adalah kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang menggerakkan kemauan
sehingga orang tersebut bertindak. Pembagian atau klasifikasi dari gangguan jiwa
kepribadian tidak memuaskan, sama dengan klasifikasi dengan orang-orang yang
normal. Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa ke-3
(PPDGJ-III) sebagai berikut:
- Kepribadian paranoid
- Kepribadian schizoid
- Kepribadian skizotipal
- Kepribadian antisosial
- Kepribadian ambang
- Kepribadian histrionik
- Kepribadian narsistik
- Kepribadian menghindar
- Kepribadian dependen
- Kepribadian obsesif-kompulsif
Gangguan Kepribadian yang Tidak Ditentukan
Kategori ini dalam DSM-IV dicadangkan untuk gangguan yang tidak
memenuhi ke dalam satu gangguan kepribadian yang telah dijelaskan sebelumnya.
a. Kepribadian pasif-agresif
Kepribadian ini terdapat dua sub, diantaranya: pasif-dependent dan pasif-agresif.
Orang yang pasif-dependent senantiasa berpikir, bertindak dan merassa bahwa
kebutuhannya akan ketergantungan itu akan dipenuhi secara menakjubkan. Orang
yang pasif-agresif merasa bahwa kebutuhannya akan ketergantungan tidak pernah
dipenuhi. Ia menunjukan penangguhan (penundaan) dan sikap keras, agar diterima
dan diberi dengan murah hati apa yang diharapkannya dengan sangat. Kepribadian
ini ditandai oleh sikap pasif dan agresif. Agresivitas ini dapat dinyatakan secara
pasif dengan cara mengambat, bermuka asam, malas dan keras kepala.
Perilakunya merupakan cerminan dari ras permusuhan yang tidak pernah
dinyatakan secara terang-terangan.

3
b. Kepribadian depresif
Orang dengan gangguan depresif ditandari oleh sifat yang masuk ke dalam
spektrum depresif. Mereka adalah pesimistik, anhedonia, terikat pada kewajiban,
dan meragukan diri sendiri
c. Kepribadian sadomasokistik
Sadisme adlah keinginan untuk menyebabkan rasa sakit pada orang lain baik
secara penyiksaan seksual atau fisik atau penyiksaan psikologis pada umumnya.
Masokisme adalah pencapaian pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri.
d. Kepribadian sadistik
Orang dengan gangguan kepribadian ini menunjukkan pola kekejaman yang
pervasif, merendahkan, dan perilaku agresif, yang dimulai sejak masa kanak-
kanak awal, dan diarahkan kepada orang lain.

2. Gangguan aspek motorik atau tingkah laku motorik


Sikap dan tingkah laku penderita tidak dapat lepas dari keseluruhan ekpresi
penderita. Sikap adalah sesuatu yang statis sedangkan tingkah laku adalah corak
gerak-gerik terutama kaki dan tangan. Sikap yang diperlihatkan penderita
diantaranya :
a.Indifferent adalah sikap yang tidak menuju ke suatu kecenderungan (tendensi)
tertentu, jadi banyak bersifat netral.
b. Apatik adalah sikap acuh tak acuh, sikap merasa bodoh dan tidak menghiraukan
apapun yang terjadi disekelilingnya.
c. Kooperatif adalah sikap ingin bersahabat, ingin turuti petunjuk atau perintah,
dan ingin bekerja sama dengan semua orang.
d.Negativisme adalah sikap menolak petunjuk atau perintah yang diberikan tanpa
alasan yang obyektif.
e.Dependen adalah sikap ingin menggantungkan diri secara berlebihan pada
pemeriksa atau individu yang memegang kekuasaan.
f.Infantil adalah sikap kekanak-kanakan.
g.Rigid adalah sikap kaku dan tidak fleksibel kadang-kadang sudah dekat dengan
sikap negativistik.
h.Curiga adalah sikap yang tidak percaya seolah-olah meragukan maksud baik
dari pemeriksa atau orang lain. Baik ucapan maupun gerakannya.
i.Berubah-ubah adalah sikap yang tidak stabil selalu berganti-ganti sikap. Hal ini
sering menunjukan kegelisahan yang bersangkutan.
j.Tegang adalah sikap yang tidak tenang dan kadang-kadang dekat dengan sikap
yang gelisah.
k.Pasif adalah sikap tanpa inisiatif dan keinginan bertindak.

4
l.Katalepsi adalah sikap yang bertahan dalam satu kedudukan saja untuk jangka
waktu yang lama, seringkali aneh tak masuk akal dan tak ada tujuannya. Disebut
juga fleksibilitas cerea.
m.Aktif adalah sikap penuh inisiatif dan keinginan bertindak.
n.Bermusuhan adalah sikap seperti ingin menyerang atau marah saja.

3. Gangguan Persepsi
Persepsi adalah hasil interaksi antara rangsang sensorik yang tertuju pada individu
itu dengan faktor-faktor pengaruh yang mengatur atau mengolah rangsang itu
secara intra-psikik. Faktor-faktor pengaruh ini dapat bersifat biologik, sosial, dan
psikologik(1).
a. Ilusi
Ilusi adalah mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang
nyata. Misalkan seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat
menginterpretasikan suara bergerisiknya daun-daun sebagai suara yang
mendekatinya.
b. Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa rangsang pada reseptor panca indra.
Jadi halusinasi adalah persepsi tanpa obyek.

4. Gangguan pikiran
Proses berpikir ialah suatu proses intrapsikik yang meliputi pengolahan dari
berbagai pikiran dah paham, dengan jalan membayangkan, menghayalkan,
memahami, membandingkan, dan menarik kesimpulan sehingga terjelma pikiran
dan paham baru.
Dalam memperhatikan proses berpikir seseorang, kita perhatikan:
a) Bentuk pikiran
Rangsang berpikir berasal dari berbagai sumber termasuk dari alam tak sadar dan
alam perasaan tetapi dikoreksi oleh akal sehat, logika, dan realitas. Pikiran
tersebut dinamakan rasional (realitas).
Pada keadaan melamun (day dreaming), berpikir diarahkan tidak hanya oleh
pertimbangan realistik tetapi sebagian besar oleh keinginan egosentrik dan
kebutuhan nafsu. Pada gangguan jiwa terutama skizofrenia, berpikir dapat

5
diarahkan oleh faktor-faktor di luar kesadaran (bawah sadar) dan menjadi suatu
bentuk autistik (dereistik). Berpikir autistik bersifat kompleks dengan dorongan
dan motivasi afektif dan konatif lainnya, mendapat kebebasan dan berjalan tanpa
menghiraukan kesadaran dan realitas. Akibatnya, hubungan paham atau pikiran
tidak logis lagi.
b) Isi pikiran
Isi pikir memperlihatkan variasi yang cukup luas dalam keadaan normal. Dalam
keadaan terentu dapat pula suatu pola sentral dalam pikiran manusia karena
kompleksnya pikiran tersebut dianggap sangat penting bagi dirinya, sehingga
nampaknya egosentrik terlihat jelas. Apabila sifat egosentrik ini melampaui batas
normal maka timbulah gangguan isi pikiran.
Gangguan isi pikiran diantaranya :
1. Over valued ideas
Perhatian seluruhnya ditujukan kearah suatu topkc atau masalah dengan
menekankan segala perasaannya terhadap soal-soal tersebut.
2. Waham (delusi)
Waham adalah suatu keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan
dengan kenyataan (dunia realitas). Waham mempunyai 5 sifat tertentu (syarat):
a. Buah pikiran ini selalu mengenai diri sendiri (egosentris
b. Selalu bertentangan dengan realitas.\
c. Selalu bertentangan dengan logika.
d. Penderita percaya 100% kepada kebenaran pikirannya.
e. Tidak dapat dirubah oleh orang lain, sekalipun dengan jalan yang
logis dan rasional.
3.Obsesi
Isi pikiran yang bersifat terpaku, terus menerus mengganggu penderitanya, terus
menerus berulang kembali yang mendesak ke taraf kedaran individu, dan
timbulnya tidak dapat dielakkan penderita sendiri(1).
Contoh :
Saya harus pergi ke kuburan orang tua.
4.Fobia
Fobia adalah suatu keadaan ketakutan atau kegelisahan yang bersifat irrasional,
yang diakui ketidak benarannya oleh penderita tetapi tetap menguasai jalan
pikirannya. Contohnya fobia sederhana: rasa takut yang jelas terhadap suatu objek
(laba-laba, ular), akrofobia (rasa takut terhadap tempat tinggi, algofobia (takut
terhadap rasa nyeri), klaustrofobia (takut terhadap tempat tertutup), xenofobia
(rasa takut terhadap orang asing)(1).

6
c) Gangguan pada arus pikiran
Kelancaran dan aktifitas pikiran tentu saja tidak dapat kita pelajari kecuali dengan
menilai dari perkataan yang keluar dalam pembicaraan seseorang.
Berbagai gangguan progresi pikir diantaranya(1) :
1. Flight of ideas
Verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus menerus dari satu ide
ke ide lain; ide-ide cenderung dihubungkan, dan dalam bentuk yang kurang parah
pendengar mungkin mampu untuk mengikutinya
2. Neologisme
Kata baru yang diciptakan oleh pasien, dengan mengombinasikan suku kata dari
kata lain, untuk alasan keanehan psikologis
3. Verbigerasi
Pengulangan kata-kata atau frasa-frasa spesifik yang tidak mempunyai arti
4. Sirkumstansialitas
Bicara yang tidak langsung dan lambat dalam mencapai tujuan ditandai dengan
pemasukan perincian dan tanda-tanda kutip yang berlebihan
5. Inkoherensi
Pembicaraan yang tidak logis, pikiran yang, bisanya, tidak dapat dimengerti
6. Asosiasi bunyi
Asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya; kata-kata tidak
memiliki hubungan yang logis, termasuk sajak dan permainan kata
7. Blocking
Terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau gagasan
terselesaikan
8. Kondensasi
Penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep
9. Keluar dari jalur (derailment)
Penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa penghambatan
10. Word salad
Campuran kata adan frasa yang membingungkan

11.Gangguan afek
Gangguan afek berarti adanya suatu corak perasaan yang sifatnya
agak menetap (konstan) dan biasanya berlangsung untuk waktu yang
lama. Keadaan afek ini seolah-olah menguasai seluruh bidang perasaan
individu tersebut walaupun masih dapat dipacu untuk beraksi secara lain
pula. Dalam keadaan normal,keadaan afektif ini tidak memperlihatkan
kelainan-kelainan yang mencolok.

12. Gangguan kesadaran

7
Kesadaran merupakan kemampuan individu untuk mengadakan
hubungan dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui
panca-inderanya) dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya
serta terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian). Bila kesadaran
seseorang baik, maka akan didapatkan orientasi yang baik mengenai
orang, waktu, tempat, dan situasi. Selain itu, seseorang dengan kesadaran
baik (normal) dapat mencerna informasi berupa pertanyaan dan dapat
melakukan pertimbangan.
Pada tiap kesadaran dapat dinilai pula luasnya kesadaran dan
terangnya kesadaran. Dalam Psikiatri keadaan kesadaran penderita sangat
penting untuk diagnosis dan prognosis dari suatu gangguan jiwa. Gejala
sikotik dengan kesadaran normal mempunyai arti yang berbeda jauh
dibandingkan dengan gejala-gejala sikotik dengan kesadaran terganggu.

13. Gangguan orientasi


Gangguan orientasi dapat timbul pada tiap gangguan mental dimana
didapatkan gangguan persepsi dan perhatian. Gangguan orientasi banyak
didapatkan pada keadaan-keadaan sindroma otak organik akut tetapi jarang
didapatkan pada keadaan afek yang luar biasa, dan konflik-konflik yang
akut.

14. Gangguan memori atau ingatan


Memori adalah daya kemampuan individu untuk memproduksi hal
tertentu yang telah terjadi dimasa lampau, jadi dalam memori atau daya
ingat terdapat tiga prose ;
a) Penerimaan dan pencatatan dari kesan mental
b) Penyimpangan dari kesan yang telah didapat
c) Penggalian kembali dari kesan tersebut.

Macam-macam gangguan memori (daya ingat)(1) :


a) Hipermensia, yaitu peringatan yang berlebih-lebihan dan abnormal.
Hipermensia kadang-kadang terlihat pada keadaan manik, paranoid
dan katatonik. Kemampuan mengingat menjadi berlebih-lebihan, dan
kebanyakan terbatas pada periode-periode khusus atau kejadian-

8
kejadian khusus yang dihubungkan dengan reasi emosional yang
sangat kuat.
b) Amnesia, yaitu ketidakmampuan untuk mengingat sebagian atau
seluruh pengalaman masa lalu. Amnesia dapat disebabkan oleh
gangguan organik maupun sikogenik. Amnesia organik disebabkan
karena gangguan pada proses pencatatan dan penyimpanan.
Sedangkan amnesia psikogenik disebabkan karena pada proses
mengingat kembali (recall).
c) Paramnesia disebut juga peringatan salah, yaitu keadaan dimana
penderita benar-benar mengetahui apa yang dialami sekarang telah
dialaminya pula pada waktu dahulu tetapi hal itu tidak benar.

15. Gangguan intelegensia


Intelegensia sering disebut sebagai taraf kecerdasan individu suatu
faktor yang penting dalam intelegensia ialah kemampuan individu untuk
mengambil manfaat dari suatu masalah dan pengalaman terdahulu untuk
menghadapi masalah dikemudian hari. Proses mengambil manfaat dari
pengalaman ini, biasanya merupakan salah satu aspek penting dari proses
belajar manusia. Oleh karena itu maka taraf intelegensia merupakan suatu
indikasi dari kemampuan belajar manusia baik pada pengalaman praktik
maupun dari hasil pendidikan di sekolah.
Persoalan intelegensia merupakan masalah yang sangat komplek
dan masih belum diakui secara universal kepentingan serta kedudukannya
pada pemeriksaan psikiatri, yang penting ialah dugaan intelegensia
individu yaitu apakah bertaraf superior normal atau subnormal.

2.2 PSIKOFISIOLOGIS / PSIKOSOMATIS

2.1 Definisi
Istilah psikosomatis berasal dari bahasa yunani (“psyche” berarti
psikis dan “soma” berarti badan). Istilah ini diperkenalkan oleh seorang
dokter Jerman Heinroth ke dalam kedokteran Barat. Pada tahun 1818 ia

9
menerbitkan desertasi yang menekankan pentingnya faktor psikososial
dalam perkembangan penyakit fisik.
Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul psikologi abnormal
mendefinisikan psikosomatis yaitu bentuk macam-macam penyakit fisik
yang ditimbulakn oleh konflik-konflik psikis/psikologis dan kecemasan-
kecemasan kronis. Dia juga mendefinisikan psikosomatis sebagai
kegagalan sistem syaraf dan sistem fisik disebabkan oleh kecemasan-
kecemasan, konflik-konflik psikis dan gangguan mental.
Gangguan psikosomatik biasanya digolongkan menurut organ yang
terkena, yaitu:
1. Gangguan kulit misalnya neurodermatitis dan hiperhidrosis (kulit kering)

2. Gangguan pernafasan misalnya asma bronchial, hiperventilasi (bernafas


sangat cepat seringkali menjadi pingsan)

3. Gangguan kardiovaskular misalnya migraine dan tekanan darah tinggi


(hipertensi)

4. Gangguan gastrointestinal misalnya luka lambung.

2.2 Penyebab Gangguan Psikosomatis


David B.Cheek, M.D. dan Leslie M. Lecron,B.A. dalam bukunya
Clinical Hypnotherapy mengatakan bahwa ada 7 faktor penyebab berbagai
gangguan psikosomatis. Memahami 7 kunci penting ini akan membantu
terapis dan klien membuka pintu gerbang kesadaran baru tentang
pemahaman masalahnya.
Untuk memudahkan mengingat maka kita gunakan mnemonik COMPISS
(Conflict, Organ Language, Motivation, Past Experience, Identification,
Self-punishment, Suggestion/Imprint)
1. Conflict
Konflik internal muncul karena ada minimal dua bagian dari
diri seseorang yang saling bertentangan. Tujuan dari kedua bagian ini
sebenarnya sama baiknya namun karena bertolak belakang akibatnya
timbul masalah.

10
2. Organ Language / Unresolved problem
Ini adalah salah satu cara pikiran bawah sadar berbicara pada
kita tentang masalah yang belum terselesaikan. Caranya adalah dengan
memberi rasa sakit pada bagian tertentu tubuh kita. Jadi masalah itu
dimunculkan dalam bentuk symptom. Dengan adanya symptom
diharapkan pikiran bawah sadar mendapatkan perhatian dari pikiran
sadar.
3. Motivation
Symptom yang dialami seseorang sering kali mempunyai
tujuan tersembunyi demi keuntungan orang tersebut. Contohnya adalah
seorang anak yang malas sekali belajar sehingga ulangannya
mendapatkan nilai jelek semua. Ternyata hal ini adalah salah satu
upayanya agar mendapatkan teguran dari orangtua. Ia menyamakan
teguran dengan perhatian. Ya... benar ia ingin mendapatkan perhatian
dari orangtuanya.
4. Past Experience
Pengalaman masa lalu yang menyakitkan, sesuai dengan
persepsi pikiran bawah sadar, mempunyai pengaruh yang sangat kuat
dan bertahan lama. Contohnya adalah phobia. Ketakutan akan sesuatu,
yang terjadi di masa lalu, terbawa hingga masa kini dan sangat
mengganggu seseorang.
5. Identification
Pada kasus ini klien mengidentifikasikan dirinya dengan satu
figur yang ia kagumi.
Contoh kasusnya adalah seorang klien yang sering ditipu oleh
rekan kerjanya. Ternyata ia mengidolakan seorang tokoh bisnis yang
dulunya ditipu berkali-kali sehingga akhirnya bisa sukses dan makmur.
Identifikasi ini adalah sebuah program yang bekerja sangat halus yang
jika digunakan dengan baik maka akan menghasilkan sesuatu yang
positif. Satu hal yang perlu diingat bila kita menggunakan identifikasi
adalah apapun yang melekat pada seorang figur biasanya akan ikut
terserap juga walau terkadang ini bertentangan dengan nilai hidup kita.

11
Hal ini bisa menimbulkan permasalahan baru yang masuk dalam
kategori ”conflict”
6. Self-punishment
Perasaan bersalah atas apa yang telah dilakukan di masa lalu
sering kali termanifestasi dalam sebuah perilaku untuk menghukum
diri sendiri. Terapi dilakukan dengan membantu klien untuk bisa
memaafkan dirinya sendiri atas kesalahan tersebut atau yang dirasa
sebagai suatu kesalahan yang ia lakukan
7. Sugesstion/Imprint
Imprint adalah sebuah kepercayaan/belief yang ditanamkan ke
pikiran klien, biasanya oleh figur yang oleh klien dipandang memiliki
otoritas. Seorang wanita berumur 40 an tahun menderita batuk puluhan
tahun. Tak ada pengobatan yang bisa menyembuhkan batuknya.
Akhirnya ia pun mencoba hipnoterapi dan setelah dilakukan
hipnoanalisis akhirnya terungkap pada saat ia berusia 4 tahun ia sedang
terbaring di ranjang rumah sakit. Ia menderita batuk yang sangat parah.
Ayah ibunya ada di sisi ranjangnya saat seorang dokter mengatakan
bahwa ia tak akan pernah sembuh dari batuknya. Perkataan dokter ini
langsung membuatnya ketakutan dan saat itulah perkataan sang dokter
menjadi sebuah kebenaran yang diterima pikiran bawah sadarnya.

2.3 Efek Stress terhadap Neurofisiologi (Psikosomatis)


Konflik dan gangguan jiwa dapat menimbulkan gangguan
badaniah yang terus menerus, biasanya hanya pada satu alat tubuh saja,
tetapi kadang-kadang juga berturut-turut atau serentak beberapa organ
yang terganggu. Berikut ini reaksi tubuh ketika mengalami stress :
1. Sistem Saraf
Saat stress – baik secara fisik maupun psikologis – tubuh akan
secara tiba-tiba memindahkan sumber energinya untuk memberikan
perlawanan terhadap serangan stress. Ini apa yang dikenal dengan
respons “fight or flight” (melawan atau terserang) dimana saraf
simpatik akan memberi sinyal kepada kelenjar Adrenal untuk

12
mengeluarkan kortisol dan adrenalin. Hormon ini akan menyebabkan
denyut jantung lebih cepat, meningkatnya tekanan darah, mengubah
pencernaan dan meningkatkan level glukosa dalam aliran darah. Saat
krisis telah lewat maka tubuh akan kembali normal lagi. Masalahnya,
bila kondisi ini berlangsung terus-menerus, maka hormon-hormon tadi
bisa mengganggu kemampuan mengingat dan belajar sehingga kita
rentan depresi.

2. Sistem Kardiovaskuler
Stress akut – yaitu stress yang sementara saja seperti stress ketika
terjadi kemacetan lalulintas – akan menyebabkan meningkatnya denyut
jantung dan kontraksi yang berlebihan pada audan otot jantung
mengalami pelebaran, menyebabkan suplai darah yang terlalu
berlebihan kepada beberapa bagian tubuh. Apabila episode ini
berlanjut lagi maka akan menyebabkan peradangan pada arteri
koroner, yang bisa mengarah pada serangan jantung.

Mekanisme yang terjadi pada psikosomatis dapat melalui rasa takut


atau kecemasan yang akan mempercepat denyutan jantung,
meninggikan daya pompa jantung dan tekanan darah, menimbulkan
kelainan pada ritme dan EKG. Kehilangan semangat dan putus asa
mengurangi frekuensi, daya pompa jantung dan tekanan darah.3

Gejala-gejala yang sering didapati antara lain: takikardia, palpitasi,


aritmia, nyeri perikardial, napas pendek, lelah, merasa seperti akan
pingsan, sukar tidur. Gejala- gejala seperti ini sebagian besar
merupakan manifestasi gangguan kecemasan.3

3. Sistem Pernafasan

Stress bisa menyebabkan kita sulit bernapas dan pernapasan yang


cepat – atau hiperventilasi – dimana bisa menyebabkan keadaan panik
pada beberapa orang.

Gangguan psikosomatis yang sering timbul dari saluran pernapasan


ialah sindrom hiperventilasi dan asma bronkiale dengan bermacam-
macam keluhan yang menyertainya. hiperventilasi biasanya merupakan

13
tarikan nafas panjang, dan dapat menjadi suatu kebiasaan, seperti ada
orang yang mengisap rokok bila ia tegang, yang lain mulai bernafas
panjang. Kecemasan dapat menggangu ritme pernapasan dan diketahui
juga dapat menimbulkan serangan asma. Stimuli emosi bersama
dengan alergi penderita menimbulkan kontruksi bronkoli bila sistem
saraf vegetatif juga tidak stabil dan mudah terangsang.

4. Sistem Muskuloskeletal (Otot dan Rangka)

Dalam keadaan stress, otot-otot akan menjadi kencang. Kontraksi


otot-otot dalam waktu yang lama akan menyebabkan sakit kepala
(tension headache), migrain dan gangguan otot yang lain.

Nyeri otot atau mialgi sering terdapat dalam praktek. Kecuali hawa
dan pekerjaan, maka faktor emosi memegang peranan yang penting
dalam menimbulkannya. Karena tekanan psikologik, maka tonus otot
meninggi dan penderita mengeluh nyeri kepala, kaku kuduk dan nyeri
punggung bawah. Ketegangan otot dapat menyebabkan ketegangan
sekitar sendi dan menimbulkan nyeri sendi.

Contoh kasus, seringkali seorang pasien dengan nyeri punggung


bawah melaporkan bahwa nyerinya dimulai saat trauma psikologis
atau stres. Disamping itu reaksi pasien terhadap nyeri adalah tidak
sebanding secara emosional, dengan kecemasan dan depresi yang
berlebihan.1
5. Sistem Pencernaan

Gangguan saluran pencernaan sebagai manifestasi gangguan


psikosomatis paling sering terdapat dalam praktek, akan tetapi
penderita harus diperiksa betul untuk menyingkirkan penyebab
somatogenik

Kerongkongan

Stress akan menyebabkan Anda makan lebih banyak ataupun lebih


sedikit dari yang biasanya. Jika Anda makan berlebihan, atau
mengganti makanan, atau merokok lebih banyak, ataupun meminum

14
alkohol, hal ini akan menyebabkan perasaan terbakar pada dada
(heartburn) ataupun naiknya asam lambung ke atas (reflux).

Perut

Anda akan merasa seperti “ada kupu-kupu”,bisa juga mual ataupun


perih. Pada keadaan lanjut bahkan sampai terasa muntah.

Muntah, isi lambung disemprotkan ke luar sebab ada kontraksi otot-


otot dinding perut dan diafragma serta kardia dalam keadaan relaksasi.
Muntah ialah suatu refleks yang kompleks. Muntah dipengaruhi oleh
banyak sentra yang lain antara lain : pengaruh dari olfaktorius, dari
penglihatan dan dari vertibularis.

Usus

Stress akan menghambat penyerapan nutrisi dalam usus. Ia juga dapat


mempengaruhi seberapa cepat makanan bergerak dalam tubuh. Anda
mungkin merasa sembelit ataupun diare.

6. Sistem Endokrin

Sistem endokrin memegang peranan penting dalam pertumbuhan


dan perkembangan individu, baik fisik maupun mental. Gangguan
psikosomatik mengenai sistem endokrin yang mungkin terjadi adalah
hipertiroidi dan syndrome menopause.

Sebelum gejala-gejala hipertiroidi timbul sering didahului konflik


atau stress dalam hidup penderita. Hampir semua penderita mengalami
krisis emosional sebelum sakit. Sering gejala-gejala pada hipertiroidi
hanya merupakan mengerasnyasifat-sifat kepribadian yang ada
sebelumnya, seperti : lekas terpengaruh, mudah terkejut bila menerima
suara atau cahaya keras, gugup, lekas marah, rasa cemas yang ringan.

7. Sistem Reproduksi

Pada lelaki, produksi berlebihan kortisol akan mempengaruhi


sistem reproduksi. Stress kronis bisa menyebabkan kerusakan pada
sperma dan menyebabkan impotensi.

15
Pada wanita, stress bisa menyebabkan tidak menstruasi lagi
ataupun siklus menstruasi yang tidak teratur, dan bahkan periode
menstruasi dengan rasa sakit. Stress juga mengurangi gairah seksual.

8. Kulit

Emosi dapat menimbulkan gangguan pada kulit telah lama


diketahui. Baru tahun-tahun belakangan ini diperhatikan dan diselidiki
hubungan antara timbulnya neurodermatitis dan hiperhidrosis dan
reaksi kulit lain dengan kesukaran penyesuain diri terhadap stress
dalam hidup manusia.

2.4 Terapi Psikosomatis

Adapun tipe-tipe terapi yang digunakan bagi para penderita psikosomatis


adalah :

1. Psikoterapi Kelompok dan Terapi keluarga

Karena kepentingan psikopatologis dari hubungan ibu-anak


dalam perkembangan gangguan psikosomatik, modifikasi hubungan
tersebut telah diajukan sebagai kemungkinan focus penekanan dalam
psikoterapi untuk gangguan psikosomatik. Toksoz Bryam Karasu
menulis bahwa pendekatan kelompok harus juga menawarkan kontak
intrapersonal yang lebih besar, memberikan dukungan ego yang lebihh
tinggi bagi ego pasien psikosomatis yang lemah dan merasa takut akan
ancaman isolasi dan perpisahan parental. Terapi keluarga menawarkan
harapan suatu perubahan dalam hubungan antara keluarga dan anak.
Kedua terapi memiliki hasil klinis awal yang sangat baik.

2. Terapi Perilaku

Biofeedback. Ini adalah terapi yang menerapkan teknik


behavior dan banyak digunakan untuk mngatasi psikosomatik. Terapi
yang dikembangkan oleh Nead Miller ini didasari oleh pemikiran

16
bahwa berbagai respon atau reaksi yang dikendalikan oleh sistem
syaraf otonam sebenarnya dapat diatur sendiri oleh individu melalui
operant conditioning. Biofeedback mempergunakan instrumen
sehingga individu dapat mengenali adanya perubahan psikologis dan
fisik pada dirinya dan kemudian berusaha untuk mengatur reaksinya.

Misalnya seseorang penderita migrain atau sakit kepala.


Dengan menggunakan biofeedback, ia bisa berusaha untuk rileks pada
saat mendengan singal yang menunjukkan bahwa ada kontraksi otot
atau denyutan dikepala.

Penerapan teknik ini pada pasien dengan hipertensi, aritmia


jantung, epilepsy dan nyeri kepala tegangan telah memberikan hasil
terapetik yang membesarkan hati tetapi tidak menyakitkan.

Teknik Relaksasi, Terapi hipertensi dapat termasuk


penggunaan teknik relaksasi. Hasil yang positif telah diterbitkan
tentang pengobatan penyalahgunaan alcohol dan zat lain dengan
menggunakan meditasi transcendental. Teknik meditasi juga digunakan
dalam pengobatan nyeri kepala.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, B.J.,A.Virginia.2010. Teori Kepribadian dan

Psikopatologi.Sinopsis Psikiatri.Ilmu Pengetahuan perilaku Psikiatri

Klinis.Jilid I.Binarupa Aksara Publisher.Jakarta.


2. Setyonegoro, Kusumanto. 2005. Kesehatan Jiwa di Kehidupan

Modern. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: Kalbe Farma. 5.


3. Maramis, W.F.2009.Penyebab umum gangguan jiwa. Catatan Ilmu

Kedokteran Jiwa Edisi II.Airlangga University Press.Surabaya.


4. http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Ris
kesdas2013.PDF

18
19

Anda mungkin juga menyukai