Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TAFSIR SURAT AL-FATIHAH

(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir)

Dosen Pengampu:

Kelompok 1:

Santi Fatma Ningsih NIM 2017.8601.0040


Fahim Qothrun Naja NIM 2017.8601.0048
Rohmatullah NIM 2017.8601.0056

PROGAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala kemampuan
rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelasaikan Tugas Makalah
yang berjudul “ Tafsir Surat Al-Fatihah“ pada mata kuliah Tafsir

Shalawat serta salam tak lupa pula kami haturkan kepada kehadiran
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para
pengikut-pengikut beliau sampai akhir zaman.

Tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Tafsir. Selain itu juga menambahkan wawasan para
pembaca sekalian.

Saya dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini, oleh karena itu saya sangat menghargai akan saran dan
kritik untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat saya
sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Pasuruan, 23 Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN 2

A. Surat Al-fatihah dan Terjemahanya 2

B. Penjelasan Umum Surat Al-Fatihah 2

C. Tafsir Surat Al-Fatihah 4

BAB III PENUTUP 12

3.1 Kesimpulan 12

3.2 Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Surat Al-Fatihah yang merupakan surat pertama dalam Al Qur’an dan terdiri
dari 7 ayat adalah masuk kelompok surat Makkiyyah, yakni surat yang diturunkan
saat Nabi Muhammad di kota Mekah. Dinamakan Al-Fatihah, lantaran letaknya
berada pada urutan pertama dari 114 surat dalam Al Qur’an. Para ulama
bersepakat bahwa surat yang diturunkan lengkap ini merupakan intisari dari
seluruh kandungan Al Qur’an yang kemudian dirinci oleh surat-surat
sesudahnya. Surat Al-Fatihah adalah surat Makkiyyah, yaitu surat yang
diturunkan di Mekkah sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Surat ini
berada di urutan pertama dari surat-surat dalam Al-Qur’an dan terdiri dari tujuh
ayat. Tema-tema besar Al Qur’an seperti masalah tauhid, keimanan, janji dan
kabar gembira bagi orang beriman, ancaman dan peringatan bagi orang-orang
kafir serta pelaku kejahatan, tentang ibadah, kisah orang-orang yang beruntung
karena taat kepada Allah dan sengsara karena mengingkari-Nya, semua itu
tercermin dalam surat Al Fatihah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Surat Al-Fatihah Dan Terjemahannya?
2. Bagaimana Penjelasan Umum Surat Al-Fatihah?
3. Bagaimana Tafsir Surat Al-Fatihah?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Surat Al-Fatihah Dan Terjemahanya
2. Mengetahui Penjelasan Umum Surat Al-Fatihah
3. Mengetahui Tafsir Surat Al-Fatihah

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Surat Al-Fatihan dan Terjemahanya

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha


Pengasih lagi Maha Penyayang
‫الر ِح ِيم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬ ‫ِب ْس ِم ه‬
‫َّللاِ ه‬

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam


‫ب ْال َعالَ ِمين‬
ِ ‫ْال َح ْمدُ ِ هّلِلِ َر‬

Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ‫الر ِح ِيم‬


‫الر ْح َم ِن ه‬
‫ه‬

Yang menguasai hari pembalasan ‫ِين‬


ِ ‫َما ِل ِك يَ ْو ِم الد‬

Hanya Engkaulah yang kami sembah dan ُ ‫هاك نَ ْست َ ِع‬


‫ين‬ َ ‫هاك نَ ْعبُد ُ َو ِإي‬
َ ‫ِإي‬
hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan

َ ‫ط ْال ُم ْست َ ِق‬


‫يم‬ َ ‫الص َرا‬
ِ ‫اِ ْه ِدنَا‬
Tunjukkanlah kami jalan yang lurus

(yaitu) jalan orang-orang yang telah ‫ت َعلَ ْي ِه ْم‬َ ‫ط الهذِينَ أ َ ْن َع ْم‬َ ‫ص َرا‬ِ
Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َوال‬ ِ ‫ضو‬ ْ
ُ ‫َغي ِْرال َم ْغ‬
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan َ‫الض ِهالين‬
(pula jalan) mereka yang sesat

B. Penjelasan Umum Surat Al-Fatihah


Surat Al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat. Al-Fatihah artinya Pembuka,
merupakan surat pertama dalam daftar surat Al-Qur’an. Meski demikian, ia

2
bukanlah surat yang pertama kali diturunkan, karena surah yang pertama kali
diturunkan adalah Surah Al-‘Alaq. Surat ini dinamakan Al-Fatihah karena
merupakan surat yang membuka atau mengawali Al-Qur’an, dan sebagai bacaan
yang mengawali dibacanya surah lain dalam shalat.
Surat Al-Fatihah dinamakan juga Ummul Kitab (induk Al-Kitab/Al-Quran),
karena di dalamnya mengandung seluruh tema pokok dalam Al-Quran, yaitu tema
pujian kepada Allah yang memang berhak untuk mendapatkan pujian, tema
ibadah dalam bentuk perintah maupun larangan, serta tema ancaman dan janji
tentang hari kiamat. Dengan kata lain, Al-Fatihah mencakup ajaran-ajaran pokok
Islam, yaitu tentang tauhidullah, kepercayaan terhadap Hari Kiamat, cara
beribadah, dan petunjuk menjalani hidup.
Surat Al-Fatihah dinamakan juga As-Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-
ulang), karena surat ini selalu dibaca dalam setiap rakaat shalat fardhu maupun
shalat sunah.
Rasulullah SAW. bersabda :

‫صالَة َ ِل َم ْن الَ َي ْق َرأ ُ ِبفَا ِت َح ِة ْال ِكتَاب‬


َ َ‫ال‬

Artinya : “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Surah Al-
Fatihah”. (H.R. Ibnu Hibban).

C. Tafsir Surat Al-Fatihah

1. Ayat Pertama

‫الر ِحيم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬ ِ ‫ِبس ِْم ه‬
‫َّللا ه‬

Artinya : “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang”
Kalimat ini disebut “Basmalah” bermakna bahwa kita memulai bacaan ini
seraya memohon berkah dengan menyebut seluruh nama Allah. Ayat pertama
ini menegaskan pentingnya penyebutan atau pengakuan manusia atas ke-Maha
Pemurah-an Allah dan ke-Maha Penyayang-an-Nya. Ayat ini juga merupakan

3
pernyataan atas kebesaran-Nya, yang pada ayat itu direpresentasikan melalui
lafadz ar-rahmaan dan ar-rahiim.
Ada beberapa pendapat ulama berkenaan dengan “Basmalah” yang terdapat
pada permulaan sesuatu surah. Di antara pendapat-pendapat itu yang
termasyhur ialah:
a. ”Basmalah” itu adalah suatu ayat yang tersendiri, diturunkan Allah
untuk jadi kepala masing-masing surah, dan pembatas antara surah
dengan surah yang lain. Jadi dia bukanlah satu ayat dari Al-Fatihah. Ini
adalah pendapat Imam Malik beserta ahli qiraat dan fuqaha Madinah,
Basrah dan Syam dan juga pendapat Imam Abu Hanifah dan pengikut-
pengikutnya. Sebab itu menurut Imam Abu Hanifah “Basmalah” itu
tidak dikeraskan membacanya dalam salat bahkan Imam Malik tidak
membaca Basmalah sama sekali.
b. ”Basmalah” adalah salah satu ayat dari Al-Fatihah, dan dari sesuatu
surah yang lain, yang dimulai dengan “Basmalah”. Ini adalah pendapat
Imam Syafii beserta ahli qiraat Mekah dan Kufah. Sebab itu menurut
mereka “Basmalah” itu dibaca dengan suara keras dalam salat (Jahar).
Kalau kita perhatikan bahwa sahabat-sahabat Rasulullah saw. telah
sependapat menuliskan “Basmalah” pada permulaan sesuatu surah dan surah-
surah Alquranul Karim itu, kecuali surah At-Taubah (karena memang dari
semula turunnya tidak dimulai dengan Basmalah).
Lepas dari pendapat apakah Basmalah satu ayat dari Al-Fatihah atau dari
sesuatu surah yang lain, yang dimulai dengan Basmalah atau tidak. Sebagai
disebutkan di atas surah Al-Fatihah itu terdiri dari tujuh ayat. Mereka yang
berpendapat bahwa Basmalah itu tidak termasuk satu ayat dari Al-Fatihah,
ِ ‫ َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬adalah salah satu ayat, dengan
mereka memandang: َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َو َال الضها ِلين‬
demikian ayat-ayat Al-Fatihah itu tetap tujuh.

2. Ayat Kedua

‫ب ْالعَالَ ِمين‬
ِ ‫ْال َح ْمدُ ِ هّلِلِ َر‬

Artinya : “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”

4
Ayat ini merupakan pujian kepada Allah SWT karena telah memberikan
berbagai kenikmatan, baik lahir maupun batin, kepada hamba-hamba-Nya.
Hanya Allah-lah satu-satunya yang berhak atas pujian, sebab Allah-lah yang
menciptakan seluruh makhluk dan alam semesta. Allah pulalah yang mengurus
segala persoalan makhluk-Nya.
Ibnu Jarir menjelaskan bahwa alhamdulillah, merupakan syukur yang
ikhlas hanya kepada Allah tidak kepada lain-lain-Nya dari makhluk-Nya.
Syukur itu karena nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba dan makhluk-Nya
yang tidak dapat dihitung dan tidak terbatas. Di samping juga karena rezeki
yang Allah berikan kepada semua makhluk-Nya. Karena itulah maka pujian itu
sejak awal hingga akhirnya tetap pada Allah semata-mata.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

ََ‫أَخَذ‬ ‫ض َل ِم هما‬ َ ‫ع ْب ٍد ِن ْع َمةً فَقَا َل ْال َح ْمد ُ ِ هّلِلِ ِإ هال َكانَ الهذِي أ َ ْع‬
َ ‫طاهُ أ َ ْف‬ َ ‫علَى‬ ‫َما أ َ ْن َع َم ه‬
َ ُ‫َّللا‬

Artinya : “Tiadalah Allah memberi nikmat kepada seorang hamba-Nya,


kemudian hamba itu mengucap ‘alhamdulillah’, melainkan apa yang diberi
itu lebih utama dari yang ia terima.” (HR Ibnu Majah dari Anas bin Malik
Radhiyallahu ‘Anhu).

Robbil ‘alamin (Tuhan semesta Alam), berarti Allah adalah pemilik yang
berhak penuh, juga berarti majikan, yang memelihara serta menjamin kebaikan
dan perbaikan semua makhluk alam semesta. Allah adalah Rabb dari semua
alam itu sebagai pencipta yang mcmelihara, yang memperbaiki dan yang
menjamin semuanya.

3. Ayat ketiga

‫الر ِح ِيم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫ه‬

Artinya: Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Kata Ar-Rahman dan Ar-Rahim termasuk Asma’ul Husna yang diambil


dari kata Rahmat yang artinya kasih sayang. Kata Ar-Rahman lebih luas

5
daripada kata Ar-Rahim. Karena Ar-Rahman artinya adalah yang memiliki
kasih sayang yang mencakup seluruh makhluk di dunia. Dan bagi orang-orang
yang beriman di Akhirat. Adapun Ar-Rahim artinya adalah yang memiliki
kasih sayang kepada orang yang beriman pada Hari Kiamat.

Pada ayat kedua Allah swt. menerangkan bahwa Dia adalah Tuhan semesta
alam. Maka untuk mengingatkan hamba kepada nikmat dan karunia yang
berganda-ganda, yang telah dilimpahkan-Nya, serta sifat dan cinta kasih
sayang yang abadi pada diri-Nya, diulang-Nya sekali lagi menyebut “Ar-
Rahmanir Rahim”. Allah mengingatkan dalam ayat ini bahwa sifat ketuhanan
Allah terhadap hambanya bukanlah sifat keganasan dan kezaliman, tetapi
berdasarkan cinta dan kasih sayang. Dengan demikian manusia akan mencintai
Tuhannya, dan menyembah Allah dengan hati yang aman dan tenteram bebas
dari rasa takut dan gelisah. Malah dia akan mengambil pelajaran dari sifat-sifat
Tuhan.

4. Ayat keempat

‫ِين‬
ِ ‫َما ِل ِك يَ ْو ِم الد‬

Artinya: Yang menguasai hari pembalasan

Allah swt. menyebutkan beberapa sifat-Nya, yaitu: Tuhan semesta alam,


Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang, maka diiringi-Nya dengan
menyebutkan satu sifat-Nya lagi, yaitu menguasai hari pembalasan.“Malik”
berarti “Yang Menguasai”. Ada dua macam bacaan berkenaan dengan
“Malik”, pertama dengan memanjangkan “Maa”, kedua memendekkannya.
Menurut bacaan yang pertama, “Maalik” artinya: Yang memiliki (yang
empunya). Sedang menurut bacaan yang kedua, artinya: Raja; kedua-dua
bacaan itu dibolehkan. Baik menurut bacaan yang pertama, atau pun bacaan
yang kedua, dapat dipahami dari kata itu arti “berkuasa” dan bertindak
dengan sepenuhnya. Sebab itulah maka diterjemahkan dengan: “Yang

6
menguasai”. “Yaum”, (hari) artinya, tetapi yang dimaksud di sini ialah waktu
secara mutlak. “Ad-Din” itu banyak artinya, di antaranya:

 Perhitungan
 Ganjaran, pembalasan
 Patuh

Yang selaras di sini ialah dengan arti “pembalasan”. Jadi “Maaliki


yaumiddin” maksudnya “Tuhan itulah yang berkuasa dan yang dapat
bertindak dengan sepenuhnya terhadap semua makhluk-Nya pada hari
pembalasan itu”.
Hari Pembalasan adalah hari perhitungan bagi para makhluk. Hari itu
merupakan Hari Kiamat yang para makhluk akan mendapat balasan sesuai
dengan amalan mereka. Jika amalannya (ketika di dunia) baik, maka baik
pula (balasan yang akan diterimanya). (Namun) jika amalannya (ketika di
dunia) buruk, maka buruk pula (balasan yang akan diterimanya). Kecuali bagi
siapa saja yang dimaafkan oleh Allah.

5. Ayat Kelima

ُ ‫هاك نَ ْست َ ِع‬


‫ين‬ َ ‫هاك نَ ْعبُد ُ َو ِإي‬
َ ‫ِإي‬

Artinya: Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah
kami meminta pertolongan

Makna kalimat, “Hanya kepada-Mu kami beribadah,” adalah hanya


kepada-Mu kami bertauhid, hanya kepada-Mu kami takut, hanya kepada-Mu
kami berharap, dan tidak kepada selain-Mu. Sedangkan makna kalimat, “hanya
kepada-Mu kami memohon pertolongan,” adalah bahwa ibadah akan menjadi
sempurna jika dengan pertolongan, taufiq, dan izin dari Allah. Dengan ayat
tersebut, kita pun harus memutuskan bahwa ibadah hanyalah satu-satunya
kepada Allah. Tidak boleh ibadah tersebut dikait kaitkan dengan selain Allah.
Ibadah juga merupakan bentuk ketundukan manusia kepada Allah untuk
mengikuti berbagai perintah dan larangan-Nya

7
Setelah menyebutkan “hanya kepada-Mu kami menyembah, Allah lantas
menyebutkan hanya kepada-Mu, kami meminta pertolongan. Hal ini
menunjukkan pengertian bahwa kami tidak menyembah kepada selain Diri-
Mu, dan kami tidak meminta pertolongan kecuali kepada Diri-Mu.

Ditempatkannya kalimat “permintaan tolong” ( ُ‫ )نَ ْستَ ِعين‬setelah kalimat


“penyembahan” (ُ ‫ )نَ ْعبُد‬juga merupakan bentuk pengajaran Allah kepada
manusia tentang sopan santun. Allah memerintahkan kita untuk beribadah
kepada-Nya terlebih dahulu. Setelah kita beribadah kepada-Nya, barulah kita
pantas untuk meminta pertolongan kepada-Nya. Dengan kata lain, sudah
selayaknya, orang meminta sesuatu setelah ia terlebih dahulu mengerjakan apa
yang diperintahkan.

6. Ayat Keenam

َ ‫ط ْال ُم ْست َ ِق‬


‫يم‬ َ ‫الص َرا‬
ِ ‫اِ ْه ِدنَا‬

Artinya: Tunjukkanlah kami jalan yang lurus

Menurut Ibnu Abbas, kata “tunjukkanlah kami” (‫)ا ْه ِدنَا‬ berarti “berilah
َ ‫ط ْال ُم ْستَ ِق‬
kami ilham.” Sedangkan “jalan yang lurus” (‫يم‬ َ ‫)الص َرا‬berarti
ِ kitab Allah.
Dalam “tunjukkanlah kami”. Dalam riwayat lain “jalan yang lurus” itu
adalah agama Islam. Selain itu, ada juga riwayat yang menyatakan bahwa ia
berarti “al-haqq” (kebenaran). Dengan demikian, menurut Ibnu Abbas lagi,
kalimat “tunjukkan kami jalan yang benar” berarti “berilah kami ilham
tentang agama Mu yang benar, yaitu tiada tuhan selain Allah satu-satunya;
serta tiada sekutu bagi-Nya

Kata ‫ ا ْه ِدنَا‬berasal dari akar kata hidayah (‫)هداية‬. Menurut al-Qasimi,


hidayah berarti petunjuk –baik yang berupa perkataan maupun perbuatan–
kepada kebaikan. Hidayah tersebut diberikan Allah kepada hamba-Nya.
Sedangkan, kata shirath yang disebutkan pada Surat Al-Fatihah ini berkaitan
dengan shirath pada Hari Kiamat. Karena iman dan amal shalih di dunia adalah
Ash-Shirath AlMustaqim (jalan yang lurus). Allah memerintahkan setiap

8
hamba untuk menapaki dan beristiqamah di atasnya. Dia juga memerintahkan
kaum muslimin agar memohon hidayah (petunjuk) untuk dapat menapaki Ash-
Shirath Al-Mustaqim tersebut.

7. Ayat Ketujuh

َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َوالَ الض ِهالين‬ ُ ‫غي ِْر ْال َم ْغ‬


ِ ‫ضو‬ َ ‫ط الهذِينَ أ َ ْنعَ ْم‬
َ ‫ت َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ‫ص َرا‬
ِ

Artinya: (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Ayat ini merupakan penjelasan dan tafsir dari ayat sebelumnya tentang apa
َ ‫ط ْال ُم ْست َ ِق‬
yang dimaksud dengan “jalan yang lurus” ( ‫يم‬ َ ‫)الص َرا‬.
ِ Jadi, yang dimaksud
dengan “jalan yang lurus” adalah “jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat kepada mereka”.

Sedangkan yang dimaksud dengan “jalan orang-orang yang telah Engkau


beri nikmat kepada mereka” adalah jalan orang-orang yang telah Allah beri
anugerah kepada mereka, lalu Allah pun menjaga hati mereka dalam Islam,
sehingga mereka mati tetap dalam keadaan Islam. Mereka itu adalah para nabi,
orang-orang suci, dan para wali. Sedangkan, menurut Rafi’ bin Mahran, yang
dimaksud dengan “orang-orang yang Engkau beri nikmat itu” adalah Nabi
Muhammad dan kedua sahabat beliau, yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar
bin Khattab

Selanjutnya, yang dimaksud dengan “bukan jalan mereka yang dimurkai”


(‫ )غير المغضوب عليهم‬adalah jalan yang ditempuh oleh orang-orang Yahudi.
Mereka dimurkai oleh Allah dan mendapatkan kehinaan karena melakukan
berbagai kemaksiatan. Sedangkan yang .dimaksud dengan orang-orang yang
sesat (‫ )الضالين‬pada lanjutan ayat tersebut adalah orang-orang nasrani.

9
Orang yahudi telah kehilangan amal, sedangkan orang nashrani telah
kehilangan ilmu. Oleh karena itulah kemurkaan diberikan kepada orang-orang
yahudi dan kesesatan disandangkan kepada orangorang nashrani. Sehingga
barangsiapa yang berilmu tetapi tidak beramal, maka ia menyerupai orang-
orang yahudi. Dan barangsiapa yang beramal tetapi tidak berilmu, maka ia
menyerupai orang-orang nashrani.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Surah Al-Fatihah mengandung pokok-pokok tujuan Alquran secara ijmal
(global) yang kemudian diperinci dengan berbagai keterangan dalam ayat-ayat
yang terdapat pada surah-surah berikutnya. Pokok-pokok tersebut meliputi aspek
aqidah, akhlak, hukum atau syari’at dan sejarah.
Dalam ayat pertama sampai keempat mengandung ajaran mengenai aqidah
dan akhlak. Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan, hanya Allah yang mengatur alam
semesta ini dan kemestian manusia meyakini bahwa Allah akan menghukum
manusia dengan seadil-adilnya kelak di hari pembalasan. Oleh karena itu, manusia
diperintahkan agar bersyukur dan memujinya serta secara tidak langsung
diajarkan pula agar manusia tidak membanggakan diri atau takabur, sebagaimana
Allah menyebutkan kekuatan dan kekuasaan-Nya.
Ayat lima sampai tujuh menggambarkan syari’at atau hukum dan sejarah masa
silam. Dalam ayat enam dan tujuh tergambar ajaran tentang keharusan beribadah
kepada Allah. Ibadah tersebut mencakup segala aspek hukum dan aktivitas
manusia di dunia. Sedangkan ayat tujuh menunjukkan sejarah umat dan nabi-nabi
terdahulu.

B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum sempurna dan
kami membutuhkan masukan dari pembaca atau pihak lain. Untuk itu kami
mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan berbagai masukan dan kritik
demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

11

Anda mungkin juga menyukai