Anda di halaman 1dari 31

THE COLOURS OF LIFE

Chapter 1
Empat perempuan cantik berjalan memasuki gerbang SMA Tunas Bakti. Mereka yang menjadi pusat
perhatian semua siswa di sekolah ini, mulai dari kakak kelas sampai adik kelas. Empat siswa yang menjadi
para idaman lelaki di SMA itu dan yang pasti mereka banyak dibenci oleh kakak kelasnya.

"Dev biasa dong jalan nya." teriak Milla.

Milla Agnira, memiliki tubuh mungil, wajah imut, hidung mancung kecil, bulu mata yang lentik,bibir tipis,
dan senyum manis yang dapat menarik perhatian cowok-cowok di SMA ini.

"Gue muak diliatin kakak kelas yang make up nya berlapis-lapis kaya gitu" jawab Devi yang mulai
menyesuaikan langkah kaki ketiga teman nya itu.

Devi Badilla Utami, memilki tubuh ideal, mata tajam, bibir merah karena sedikit memakai Lipthin dan
bisa dibilang seksi dan yang pasti cantik.

"Udah ihh ayo buru nanti para fans gue nyamperin lagi" timbal Fanni.

Fanni Anatasya, memiliki hidung mancung, rambut hitam dibawah bahu,alis panjang serta mata yang
memikat para lelaki.

"Ayo ahh kasain gue sama Milla udah keringet dingin diliatin laki-laki" balas Salwa lalu mereka tertawa
dan melanjutkan perjalanannya itu.

Salwa Zetira, tubuh tinggi, kulit putih, rambut agak kecoklatan panjang, dan senyuman yang tidak pernah
pudar.

Setelah sampai dikelas mereka berempat duduk di bangku masing-masing. Dimana Milla dan Devi duduk
sebangku serta Salwa dan Fanni juga duduk bersama. Persahabatan mereka berjalin selama dua tahun,
yang berawal dari tugas kelompok sampai mereka resmi menjadi sahabat.

Bel masuk berbunyi..

Mereka sekarang duduk di kelas 11 IPS 1 di SMA Nasti (Tunas Bakti). Sekolah Favorit di kota ini.

***

Jam istirahat berlangsung, empat cewek yang menjadi incaran para lelaki itu menuju kantin untuk
mengisi perutnya yang sudah lapar. Tetapi ditengah perjalanan Fanni di panggil oleh seorang kakak kelas
cewek yang sedang menghadang di depan mereka.

"Heyy lo! Lo Fanni yang anak kelas IPS 1 itu kan" sentak cewek itu.
"Iyah, ada apa yah kak?" Tanya Fanni bingung.

"Lo udah kegatelan sama cowok gue, mending lo jauhin deh sekarang dari pada nanti lo dan temen-
temen lo ini kenapa-napa!" peringatan dari Ka Levina membuat Devi menjawab peringatan itu.

"Sorry yah kak, yang kegatelan itu pacar kakak. Deketin Fanni lewat chatt, gimana Fanni mau ngejauh
sedangkan cowok kakak kalo ngedektin dia selalu minta bantuan. Yah sebagai manusia kan saling
membantu, lagian Fanni Cuma anggep sebagai kakak kelas doang ko" balas Devi kepada kakak kelas nya
itu.

Fanni seorang cewek yang selalu membalas chatt-chatt para cowok yang mengejarnya. Dia membalas
karena dia kasihan pada cowok-cowok itu, dia tidak mau di bilang sok mahal dan apalah kata orang-
orang. Dan dia menganggap kakak kelas yang deketin dia, dia Cuma anggap seperti kakak gak lebih.

Dan saat ini Dia dekat dengan kakak kelas yang menjadi ketua osis di sekolah itu, tapi mereka tidak
pernah menjalin hubungan seperti halnya pacaran, Fanni menganggap kakak kelas itu seperti kakak laki-
laki nya sendiri karena dia tidak memiliki kakak laki-laki yang bisa melindunginya.

"Gue nggak ada urusan sama lo!" ucap kak lev lalu mendorong bahu Devi.

"Jelas ada dong kak, kan Fanni teman kita. Jadi siapa pun yang nyakitin Fanni urusan nya sama kita"
timbal Milla yang tidak terima karena kak lev mendorong Devi plus memarahi Fanni.

"Udah Mill udah, ayo kita ke kantin aja" lerai Salwa yang memegang lengan milla untuk pergi dari sini.

"Adek kelas kok berani" ucap pelan Kak lev lalu pergi meninggalkan mereka.

***

Mereka berempat sudah duduk di meja kantin paling pojok dengan tatapan-tatapan para cowok yang
ada dikantin itu. Milla risih dengan cowok, di tatap saja milla tidak berani apalagi di dekati cowok. Dia
tidak mau berurusan dengan cowok, cukup berurusan dengan ayah tirinya saja dia tidak sanggup apalagi
dengan cowok yang belum mengenal dirinya.

Lelaki satu-satunya yang dia sangat sayangi, yaitu papah kandung nya. Lelaki yang selalu ada di saat dia
membutuhkannya, lelaki yang selalu menasihatinya. Lelaki pertama yang dia doakan dalam doanya.

Di saat menuju ke kantin pun Milla selalu meminta jalan lain di saat ada para cowok yang melihati
mereka atau hanya melewatinya saja. Entah takut atau bagaimana yang pasti Milla kalau dengan seorang
cowok dia sangat dingin.

"Nanti besok-besok gue gak mau ke kantin " ucap Milla sambil menuangkan sambal di mangkuk yang
berisi Mie ayam.

"Cowok gak gigit kok Mill" balas Salwa yang yakin pasti alasan Milla adalah cowok.
Milla tersenyum miring "Gue nggak tau kenapa."

"Karena hidup lo gak ada seneng-senengnya" sindir Devi lalu terkekeh pelan membuat Milla menunduk.

"Becanda kok Mill, kan lo punya kita semua" lanjut Devi lagi dan Milla tersenyum.

"Orang tuh kayak Fanni, Mill. Semua cowok dia gebet" lanjut Salwa dengang menyenggol lengan Fanni.

"Apaan sih kok gue, dasar kutil dugong" raut muka Fanni sebal.

"Becanda Fan" dan mereka bertiga tertawa melihat wajah Fanni ditekuk seperti itu.

Begitulah mereka, persahabatan yang cukup manis yang membuat siapa saja iri dengan mereka dan
ditambah lagi mereka cantik-cantik, lengkap sudah rasa iri kakak kelas dan adik kelas disaat mereka
melihat nya.

***

Seperti biasa Milla dan ketiga teman nya menuju rumah Salwa yang sekarang menjadi Basecamp
tercinta. Milla, Devi, Fanni lebih senang mengunjungi basecamp nya itu di saat pulang lebih awal dari
pada langsung pulang kerumah mereka masing-masing.

Sebuah ruangan yang di buat khusus oleh Mamah dan Papah Salwa untuk Salwa dan ketiga teman nya
itu, terdapat di bagian depan rumah Salwa dan berada di lantai dua serta terdapat balkon yang cukup
luas.

Terdapat tulisan di depan pintu ruangan itu 'Basecamp Tercintahh'. di dalam ruangan itu berisi 1 Televisi,
Kasur untuk merebahkan diri, DVD dan beberapa CD, AC, sofa empuk, lemari, serta kulkas yang berisi
snack dan beberapa minuman.

Mamah dan Papah Salwa sangat menyangi anak perempuan nya itu, kedua orang tua salwa yakin
persahabatan mereka akan terjalin selamanya, maka dari itu mereka membuat sebuah ruangan untuk
anak kesayangan nya itu.

"Orang tua lo baik banget. Iri gue" ucap Milla yang sedang tiduran dan memainkan laptop nya.

"Iyah ihh jadi makin sayang sama tante ketty tauu" timbal Devi yang sedang menonton acara di tv.

"Gue juga bersyukur bangett punya orang tua kayak mereka" jawab Salwa yang langsung menghampiri
Devi dan duduk di karpet yang di sediakan diruangan itu sembari memangku guling kesayangan nya.

"Kapan keluarga gue kayak dulu lagi ya? Yang kayak nya gue udah sebahagia lo Sal bahkan ngelebihin lo
kali ya" lirih Milla lalu menutup laptop yang ia mainkan tadi.
Sedangkan Fanni yang dari tadi sibuk dengan handphone nya dan asik membalas chat cowok-cowok yang
mendekatinya. Dia tidak ikut menimbrung percakapan ketiga teman nya itu.

"Jalanin aja dulu Mil, Tuhan merencanakan yang lebih indah dari yang lo bayangin sekarang" lanjut Salwa
yang menyemangati sahabatnya itu.

"Oyy Fan, taro dulu napa Hp lo itu. Disini kita nggak ada yang megang hp kecuali lo" cibir Devi yang
menyadari bahwa teman yang satu nya itu sedang asik dengan Handphone nya.

Fanni langsung menaruh Hanphone nya ke nakas dan ikut bergabung dengan ketiga teman nya. "Iyah
iyah sorry. Tadi gue Cuma bales chatt dari kak Yozan doang kok" jawab Fanni dengan wajah cemberut.

"Ayo sini!" ajak Salwa.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, mereka menghabiskan waktu nya dengan mengobrol dan
berCerita tentang isi hati nya dan keadaan dirumah nya.

Milla yang bercerita tentang ayah tiri nya, tentang Papah kandung nya, mamah nya dan keadaan dia saat
dirumah. Dia kalau sudah dirumah seperti orang asing, sendiri di dalam kamar dan tidak pernah
bergabung dengan keluarga nya itu. Dia mengingat kejadian dengan mba tiri nya dan dari situ dia lebih
memilih untuk sendiri.

Devi yang menceritakan Bunda nya yang tidak ketiggalan jaman. Yang selalu aptudate, belanja online,
hunting bersama ibu-ibu lain nya. Yang jelas bunda nya itu tidak kalah dengan anak jaman sekarang dan
sibuk dengan arisan-arisan dengan sederajatnya.

Fanni yang menceritakan kedua orang tua nya sama seperti Salwa yang sangat menyayangi nya. Dan dia
bercerita tentang laki-laki yang sedang dekat dengan nya itu.

"Udah mulai sore, gue balik yahh" ucap Fanni lalu membereskan tas dan barang-barang nya.

"Balik sama sapa lo?" Tanya Devi yang sedang memperhatikan Fanni dari tadi.

"Kak Yozan. Dia udah nunggu di depan komplek" balas Fanni lalu pamit dengan ketiga teman nya itu.

Yozan Abellen adalah laki-laki yang paling Fanni percayai, mereka mengenal dari awal masuk SMA Nasti.
Kak Yozan juga selalu mengantar Fanni pulang disaat jemputan Fanni sedang menjemput Kakak
perempuan nya. Kak Yozan juga yang menjadi tempat curhat Fanni.

"Gue balik dulu yah" Fanni melenggang pergi.

Di bascampe masih ada Milla, Devi dan Salwa.

"Lo ga balik Mil?" Tanya Salwa.

"Ngusir mbanya." cibir Milla lalu memutarkan bola mata nya malas.
"Becanda nyet, lo mau nginep di sini juga gapapa kali" balas Salwa dan melihat wajah Milla tersenyum
lagi dan membuat Salwa dan Devi terkekeh pelan.

"Lo juga gak balik Dev?" lanjut Salwa yang sedang meminum Fanta.

"Abis ini gue juga pergi dari rumah lo" balas Devi dan langsung berdandan.

"Yailah Baperan banget lo" cibir Salwa lalu memutarkan bola matanya.

"Gue yakin abis ini dia bukan pengen balik ke rumah nya yekan?" sindir Salwa lagi dan diangguki Milla.

"Nggak kok, abis ini gue balik tapi sebelum balik gue pengen ke supermarket dulu beli lipthin gue yang
udah mau abis.

"Syukur kalo gitu" Milla terkekeh dan menggelengkan kepala nya.

"Gitu dong. Ini baru temen gue" sontak Salwa lalu merangkul teman nya itu.

"Udah dua tahun loh kita temenan dan akhirnya lo udah nggak pulang malem lagi, kalo gini kan gue
seneng" lanjut Salwa lagi.

"Ini semua karena Kalian. Gue pergi yah, salam buat tante ketty yah Sal" Devi lalu pergi dan mengambil
motor Nmax nya di garasi rumah Salwa.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore dan tersisa Milla yang sedang berbaring di kasur sambil
memainkan handphone nya. Salwa tahu mengapa Milla belum pulang kerumahnya karena mamah nya
yang kalau Milla pulang pasti disuruh ini itu plus dia malas karena Ayah tiri nya.

Sudah pukul setengah enam sore Milla baru mau pulang, dan dia pamit terlebih dahulu kepada tante
ketty dan omah Salwa. Setelah itu Milla di antar ke garasi oleh Salwa untuk mengambil Motor scoopy
biru nya itu.

"Sorry yah Sal gue selalu ngerepotin lo dan keluarga lo. Makasih banyak Sal" ucap Milla yang tak enak
dengan Salwa.

"Alay lo! Dasar anak mimi peri" balas Salwa. Dan melihat Milla yang sudah melenggang pergi dengan
motor nya.

"Hati-hati Mill!"

***

Pagi yang cerah, matahari berhasil memasuki indra penglihatan Milla. Dia bangun lalu bergegas ke kamar
mandi dan memakai seragam sekolah nya hari ini.
"Mill udah siang cepetan! Makanya tidur jangan malem-malem, anak cewek gak baik" teriak mamah
Milla.

Cerewet banget, batin Milla. Lalu ia bergegas keluar dari kamarnya untuk berpamitan kepada Sofy-
mamah milla. Setiap pagi Milla memang terbiasa tidak sarapan, dengan alasan kalau sarapan pagi dia
akan poop dan terkadang mamah nya tidak sempat membuat sarapan.

__

Salwa, sudah siap dengan seragam sekolah nya hari ini. Dia bangun lebih pagi dari hari-hari sebelum nya
karena ia ingat bahwa hari ini ada upacara hari guru. Setiap pagi mamah nya itu sudah siap membuat
sarapan untuk keluarga nya, lalu Salwa dibawakan bekal utntuk siang nanti.

"Salwa ayo sini sayang sarapan dulu!" panggil Ketty-mamah kesayangan Salwa.

"Iyah mah."

__

Selanjutnya, Fanni yang sudah siap ingin berangkat ke sekolahnya yang di antar supir andalan nya yaitu
om Teno. Dia sudah biasa memanggil supir nya itu dengan sebutan Om.

"Fanni, kakak sama om teno udah nunggu di mobil ayo buru sayang!"

"Iyah mih" jawab Fanni lalu menghampiri Mely untuk berpamitan dan mencium pipi mamih nya itu.

"Aku pergi dulu, Assalamualaikum" Fanni pergi dan melambaikan tangan nya.

__

Di tempat lain Devi masih nyenyak dalam mimpinya dan Bunda nya itu sudah kesal membangunkan anak
perempuan nya itu.

"Devi! Bangun, nanti kamu terlambat vi!" teriak bunda devi yang sudah mulai kesal.

"Lima menit lagi bun.." rengek Devi yang malas untuk bangun.

"Terserah kamu, ini udah mau jam tujuh pas nanti kamu bisa terlambat!" balas Aniek kepada anak
perempuan nya itu.
Dan akhirnya Devi meloncat dari tempat tidurnya disaat bunda nya bilang kalau sudah jam tujuh. Devi
buru-buru dan menyuruh mang sam untuk mengeluarkan motor N-max kesayangan nya itu.

Mang sam adalah pembantu laki-laki yang kerjaan nya seperti memotongi rumput, menyirami tanaman
dan kerjaan laki-laki lain nya. Mang sam adalah orang yang Devi percaya disaat Devi menyuruh mang
sam untuk berbohong kepada ayahnya kalau Devi tidak pernah pulang malam disaat ayahnya pergi
keluar negeri.

"Udah siap mang?"

"Udah neng. Udah mamang panasin juga motor nya."

"Makasih mang" Devi berpamitan kepada mang sam dan melaju kencang.

***

SMA Nasti hari ini memperingati Hari Guru Nasional dengan mengadakan Upacara, yang petugas upacara
nya adalah para guru sendiri. Semua murid Nasti bersemangat dan sudah berada di lapangan upacara.
Mereka berbaris dengan urutan kelas nya masing- masing.

Milla,Salwa dan Fanni bingung, yang ternyata satu sahabat nya belum kunjung datang sedangkan
upacara sebentar lagi akan di laksanakan. Mereka mencoba menghubungi nomor Devi tapi tetap saja
devi tidak mengangkatnya.

"Pasti anak itu kesiangan lagi " cibir Salwa yang merasa kesal karena setiap kali menghubungi teman nya
itu tidak di angkat.

"Gue takut dia kenapa- napa" cemas Fanni.

"Doa aja. " balas Milla meyakinkan kedua teman nya itu.

Dua menit lagi Upacara akan segera di mulai. Orang yang di nanti-nanti oleh ketiga sahabat nya sudah
datang dengan berlari kecil dan berkeringat serta nafas yang tidak stabil.

"Dateng juga nih cecunguk" ucap Salwa lalu memutar kedua bola mata nya malas.

"Gue kesiangan" balas Devi yang mulai menstabilkan nafasnya dan ikut berbaris dengan teman-teman
nya.

"Pulang malem lagi ya?" sindir Fanni dan membuat Devi berdecak kesal.

"Asal aja."
Mereka tidak ribut lagi karena Milla mengacam ketiga sahabat nya itu untuk tidak ribut dan mereka
berempat mulai fokus menghadap ke depan dan mengikuti upacara dengan tenang.

Upacara berjalan lima belas menit lalu, Milla mulai merasakan badan nya lemas dan tidak kuat lalu dia
menyuruh Salwa untuk bertukar posisi dengan Milla. Salwa melihat teman nya itu dengan wajah pucat,
dia langsung menyuruh Milla untuk ke belakang dan menghampiri anak PMR yang bertugas di hari itu,
tetapi Milla menolak untuk tetap mengikuti Upacara itu.

Salwa yang sudah khawatir lalu ia menyuruh Devi untuk mengantarkan Milla ke ruang UKS. Devi
mencoba merayu nya dan akhir nya Milla mau untuk dibawa ke UKS. Dengan langkah Milla yang
sempoyongan lalu diikuti Devi.

Seorang lelaki yang berbaris paling belakang yang berada di deretan anak yang terlambat melihat Milla,
dia seperti ingin membantu nya tapi dia mengurungkan niat nya karena sekarang dia sedang di hukum.

Firnandha Dimas Alvino. Ketua gangster di sekolah ini, yang gangster nya itu beranggotakan adik kelas
dan kakak kelas. Walaupun dia masih kelas 11 tapi dia di tunjuk menjadi ketua di komunitas nya itu. Hobi
nya terlambat dan meninggalkan jam pelajaran. Idaman para siswi di SMA Nasti, cowok ganteng yang
bisa dibilang playboy, Vino sudah memiliki lebih dari sepuluh mantan dan semua mantan nya itu yang
menembak Vino tapi yang mutusin Vino.

Milla yang sedang di antar oleh petugas PMR tak sengaja ia melihat cowok itu lalu membuang muka
kepada cowok itu. Sesampai nya di UKS, dia disuruh minum teh hangat dan roti yang di sediakan di sana.

***
Chapter 2
Sampai di kantin ketiga sahabat itu sedang duduk di pojok kantin dan meminum minuman nya masing-
masing, yang dimana Fanni tidak ikut dengan mereka yang alasan nya ingin bertemu dengan Kak Yozan.
Devi yang sudah setengah gelas meminum minuman nya lalu dia tak sengaja melihat Kakak kelas yang
tak kalah ganteng dengan Vino.

“Sal, Mil. Liat deh kak Bintang yang ganteng nya luar biasahh, yang alim nya subhanallah dan senyum nya
yang menggodah unchh dia lagi makan nasgor di sebrang sana” ucap Devi yang dari tadi memerhatikan
Kakak kelas nya itu yang membuat Milla dan Salwa melongo lalu memutar bola mata nya malas.

“Oh iyah Mill tadi lo kenapa? Lo sakit? Tumben lo gak sarapan pagi ini udah lemes, kan biasanya lo kuat
walaupun belum sempet sarapan?” Tanya Salwa bertubi-tubi dan Milla bingung harus jawab yang mana
dulu.

“Gapapa,Tadi gue Cuma..” sebelum Milla melanjutkan percakapan nya dengan Salwa, omongan dia
terpotong karena ada segerombolan laki-laki yang mendekati meja mereka.

Yah mereka, gangster nya Alvino. Vino berteriak membuat Devi yang tadi nya melongo memperhatikan
lelaki idaman nya itu kaget dan berdecak lalu menyauti teriakan itu.

“Apaan sih teriak-teriak, lo kira ini hutan!” balas Devi yang nada suara nya mulai meninggi.

“Udah Dev udah, mending kita pergi aja dari sini” ajak Salwa yang mulai risih dan menarik lengan Devi.

Sedangkan Milla yang dari tadi diam saja dan sedang asik meminum jus apel kesukaan nya itu tanpa
menghiraukan keributan disitu. Dia tidak mau berurusan dengan ketua gangster dan teman-teman nya
itu.

Devi melihat Milla biasa saja karena dia tahu, Milla tidak pernah berurusan dengan yang nama nya
cowok. Devi menarik lengan Milla untuk pergi dari tempat itu, tapi sebelum mereka pergi Vino
memperingatkan mereka untuk jangan pergi dari tempat itu.

“Kalian jangan coba-coba pergi dari sini!” sentak Vino yang di belakangnya sudah ada kakak kelas dan
adik kelas yang menjadi anggota dari gangster itu.

“Gue gamau ribut Vin!” Devi sudah mulai kesal dan mengepalkan tangan nya.

Yah, Devi adalah tipe cewek yang tidak takut dengan siapa pun. Sekali pun itu kakak kelas ataupun cowok
yang sok berkuasa di SMA Nasti.

Salwa diam saja dan menggenggam erat tangan Milla.

“Gue gak ada urusan sama lo!” balas Vino lalu memalingkan wajahnya ke Milla.

“Gue ada urusan sama dia.”


Vino menunjuk ke arah Milla dan Milla heran, ada masalah apa dia dengan Vino? Milla memajang wajah
datar nya seakan-akan dia tidak tahu semuanya, emang tidak tahu kok.

“Nama lo siapa?” Vino mendekati Milla dan Milla memundurkan badan nya sambil menarik tangan
Salwa. Salwa yang mulai kesal lalu dia mendorong tubuh Vino.

“Namanya Milla Agnira, Vin. Liat aja di sebelah kanan baju nya terpampang jelas” ucap kakak kelas yang
berada di belakang Vino.

Setelah Vino tau nama cewek itu, dia mundur dan beranjak pergi dari tempat itu. Dengan menatap Milla
yang aneh, tetapi Milla tak berani menatapnya melainkan Devi yang dari tadi menatap dan melihat gerak
gerik Vino dan teman-teman nya itu.

Devi tau dengan tatapan Vino kepada Milla, tatapan itu mengartikan bahwa Milla akan diusik oleh cowok
itu. Devi dan ketiga teman nya itu pergi dari kantin untuk menuju ke kelas.

Setelah sampai di kelas, mereka bertiga melihat Fanni yang sedang memakan sebuah Cokelat. Mereka
terburu-buru menuju tempat duduk nya.

Sontak, Fanni yang tiba-tiba melihat ketiga teman nya itu dengan wajah penuh tanya. Fanni melihat
teman-teman nya yang terburu-buru dan menuju tempat duduk nya. Ia menaruh cokelat nya di atas
meja lalu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan.

“Eh eh eh kenapa pada buru-buru gitu sih? Coba tenangin dulu.”

“Minum dong minum” pinta Devi yang lumayan berkeringat. Lalu Devi meminum dan menghabiskan
minum punya Fanni.

“Ada apa sih Sal?” Tanya Fanni penasaran.

“Milla aja tuh yang suruh ceritain. Gue lagi gak mood gara-gara kambing yang sok berkuasa itu” jawab
Salwa kesal lalu menidurkan kepala nya di atas tas nya.

“Males. Lagian gak penting juga” balas Milla lagi dengan Malas dan memutar bola mata nya.

Fanni yang sudah siap mendengarkan cerita dari teman nya itu lalu cemberut karena kedua teman nya
tidak mau cerita. Lalu ia menatap Devi dengan penuh harap bahwa Devi akan menceritakan semuanya.

“Nih taro dulu botol minum lo. Nanti gue ceritain” suruh devi dan diangguki Fanni.

Devi menceritakan semua kejadian di kantin tadi dan di dengarkan oleh Fanni serius. Ia menceritakan
Vino yang tiba-tiba datang hanya untuk menanyakan nama Milla. Devi yang menceritakan kecurigaan nya
itu kepada Fanni bahwa Milla setiap hari nya akan diusik Vino.
Fanni yang dari tadi mendengarkan Devi lalu dia bertanya pada Devi, mengapa Vino menanyakan nama
Milla, yang dimana notabe Milla tidak pernah berurusan dengan seorang cowok. Mereka tahu teman nya
itu cantik mungil dan manis, mereka berdua khawatir dengan Milla.

***

Ditempat lain, Alvino dan teman-teman nya sedang berkumpul diatas gedung sekolah. Yang dimana Vino
sedang duduk di atas kursi yang memang dibawa oleh teman-teman nya untuk setiap hari mereka bolos
jam pelajaran.

“Lo ngapain nanya nama Milla, Vin?” Tanya teman Vino yang berada di samping nya. Vino masih diam
dan tidak menggubris pertanyaan teman nya itu.

“Lo ketinggalan info ya. Milla sama temen-temen nya itu jadi idaman para cowok di sekolah ini, Vin”
timbal Adit, kakak kelas Vino yang dulu pernah mencoba mendekati Salwa,tetapi ditolak mentah-
mentah.

“Wah kak Vino sibuk sama para cewek yang ngejar kakak sih, sampe gak tau bahwa di SMA ini ada empat
bidadari. Gue aja nge fans tuh sama kak Devi yang seksi nan galak” Ucap adik kelas Vino dan membuat
semua orang yang ada di situ tertawa lalu menggelengkan kepala nya.

“Alay lo! Mending sono masuk kelas. Masih kelas sepuluh jangan coba-coba bolos nanti di kick tau rasa
lo” suruh Vino kepada adik-adik kelasnya.

Walaupun Vino menjadi ketua di gangster itu tapi dia tidak pernah memperbudak adik kelas nya atau
melawan kakak kelas nya. Dia selalu membantu para anggota nya yang sedang kesusahan. Dia juga selalu
membuat adik kelas nya itu termotivasi oleh setiap kelakuan nya.

Baru kali ini seorang Firnandha Dimas Alvino ingin mengetahui banyak hal tentang seorang cewek, yang
biasa nya dia hanya memainkan hati para perempuan yang menjadi pacar nya. Dia tidak pernah serius
dengan seorang cewek.

***

Lagi-lagi empat perempuan ini berkumpul di tempat biasa. Mereka sedang sibuk dengan urusan nya
masing-masing. Devi yang sedang memainkan handphone nya, ia sedang membuka aplikasi instagram
nya. Fanni yang seperti biasa membalas chat-chat para cowok. Salwa yang asik menonton kartun
kesukaan nya dan yang terakhir Milla yang mencoba memejamkan matanya untuk beristirahat.
“Eh busettt korban ke 15!” teriak Devi dan membuat Salwa dan Fanni sontak kaget.

“Ishh lo ngagetin aja” balas Salwa kesal karena Devi mengganggu dia menonton kartun kesukaannya.

“Kenapa sih Dev?” Tanya Fanni.

“Ini lohh cewek yang baru di putusin sama Alvino. Sumpah deh yah gue geregett sama si pantat bayi itu
ihh sok ganteng. Nih cewek masang snapgram galau abis di putusin. Dan kalian tau kan Vino itu playboy
tingkat dewa dan ihhh” cibir Devi yang membuat kedua teman nya melongo karena kemarahan devi itu
seharus nya bukan dirinya yang marah, melainkan para mantan nya itu.

“Lah kok lo yang Marah?” Ucap Salwa.

“Yahh gue gak terima aja sebagai cewek. Dan kalian gak khawatir sama Milla? Yang tadi kejadian di kantin
itu hah? Lo tau sendirikan Vino, Sal. “ balas Devi lagi, kesal.

“Iyah sih, tadi juga gue liat mata Vino yang natap Milla tuh beda. Beda dari dia natap lo Dev, yang pas lo
marah-marah ke dia.” Ucap Salwa yang sedang berfikir tentang kejadian tadi.

“Gue kasian sama Milla, dia tuh udah broken home terus nanti ditambah berurusan sama si kambing itu
lagi” lanjut Fanni yang menimbrung percakapan itu.

“Gue denger” Milla bangun dari pura-pura tidurnya itu lalu duduk dan menatap ketiga teman nya lalu
tersenyum.

“Makasih loh udah di khawatirin” Milla memeluk ketiga teman nya itu.

“Lo gak ada rasa takut gitu sama Vino?” Tanya Salwa heran.

“nggak.” balas Milla enteng.

Mereka berpelukan macam teletubies dan tertawa satu sama lain nya. Tiba-tiba mereka di panggil oleh
mamah Salwa untuk turun kebawah dan makan makanan yang dibuat Ketty.

Ketiga teman Salwa itu memang sudah terbiasa makan di rumahnya, Mamah nya itu sangat perhatian
kepada mereka dan tidak pernah meminta balas budi.

Devi yang selalu nambah makan nya itu membuat Ketty memasak banyak hari ini. Ketty yang sudah tau
seluk beluk kehidupan ketiga teman nya itu merasa iba kepada Milla dan Devi.

Yah, mamah Salwa tahu bahwa Mamah Milla dan Devi tidak seperhatian dirinya, Ketty juga tahu bahwa
kehidupan Devi lebih mewah dibanding dirinya.

Omah Ratna, ikut makan bersama teman-teman Salwa. Omah selalu memberi kejutan kepada mereka,
omah terkadang membelikan makanan yang untuk diisi ke dalam kulkas yang ada di basecamp mereka.
Setiap kali mereka ingin mengganti uang yang telah dipakai omah untuk membeli makanan, omah selalu
saja menolak. Omah bilang, omah terkesan melihat persahabatan seperti mereka.
***

Devi yang sedang tiduran di atas kasur nya sembari memainkan handphone nya lalu dia meloncat-locat
tidak jelas saat kakak kelas idaman nya itu membalas chat Devi lewat sebuah instagram. Kemudian Devi
membuka aplikasi line dan mengetik di grup yang berisi ketiga teman nya itu.

Devi B.U: Woyy gue lagi senenggggg :D

Devi B.U: Sumpahh seneng bangetttt

Devi B.U: Kak bintang bales chat gue lewat ig uhhhhh

Devi B.U: Yahh walaupun Cuma di bales ‘iya’ doang sihh

Devi B.U: Tapi kan ngerespon emmmmm

Fanni .An: Yailah gw kira apaan, dasar cecungukk

Fanni .An: Gw kira berfaedah pke nyepam segala

Salwa Zetira : Aing ikut seneng ae lahh.

Salwa Zetira : Biarkan yg bahagia tmbh bahagia huehee

Milla. : bkin org bhagia tmbh phla. Ok dh slmt atas blsan ny y.


Devi yang tidak lagi menimbrung grup chatt nya karena sibuk membalas chat dari kakak kelas nya dan
ngestalker kakak kelasnya itu toh dia sudah tau pasti teman-teman nya itu hanya meledek nya saja.

Devi sudah tidak terlalu sering pulang malam lagi karena ucapan-ucapan sahabatnya, yah wlaupun masih
pulang malam tapi tidak terlalu sering ketimbang dulu yang setiap hari nya pulang malam atau keluar
malam. Devi bersyukur memiliki ketiga sahabat seperti mereka yang selalu mengerti keadaan nya dan
menerima kelakuan nya itu.

Sudah dua puluh menit Devi menunggu balasan dari Bintang, devi masih setia menunggu balasan chat
nya. Devi melihat snapgram bintang yang isinya video kucing anggora berwarna putih, Devi memang
menyukai kucing bahkan dirumah nya ada dua kucing anggora milik dia, dan kakak nya.

Snap itu terkirim 3 menit yang lalu, sedangkan Devi yang sudah membalas 20 menit yang lalu tapi chat
devi belum di balas dengan bintang.

Devi kecewa, lalu dia mengunci handphone nya dan keluar dari kamarnya lalu turun kebawah untuk
mengambil makanan di kulkas pintu dua nya itu.

__

Ditempat lain, Milla yang sedang duduk dibalkon kamar nya dan menghirup udara dingin di malam ini,
dia melihat pemandangan kota yang lumayan ramai.

Sontak, nomor yang tidak dikenal masuk di layar kaca handphone Milla. Dia ragu untuk mengangkat
telfon yang tidak ia kenal, dia mondar-mandir di balkon nya dan berfikir. Tak perlu berfikir panjang Milla
memberanikan diri mengangkat telfon itu.

“Hallo?” Milla ragu.

“Hallo.”

Suara cowok di sebrang sana membuat Milla heran. Heran siapa cowok yang menelfon nya itu, dari mana
dia dapat nomor Milla.

“Gue Vino.” Jawab lagi cowok itu yang tahu isi pikiran Milla.

Sontak, Milla memutus sambungan telfon nya itu dia mematikan handphone nya lalu mencabut kartunya
dan diletakan di atas lemari kecil.

__

Kemudian, Salwa. Dia yang sedang berkumpul dengan keluarganya diruang Tv. Keluarga yang
harmonis,tentram, rukun dan nyaman. Tepat di sebelah Salwa yaitu Omah nya, omah Salwa melihat
Salwa yang sedang senyum-senyum sendiri di depan layar handphone nya lalu Omah meledek Salwa dan
membuat Salwa kaget lalu cerita kepada Omah nya itu.

“Anak muda jaman sekarang kayak orang gila senyum-senyum sendiri aduh aduh” ledek Omah
menggelengkan kepala nya pelan.

“Ishh Omah, ini lohh Devi yang lagi kasmaran rame sendiri di grup” jawab Salwa tertawa.

“Waktu Omah jaman dulu gak ada yang nama nya pacaran lewat Hp kayak jaman sekarang, sekarang
sudah makin canggih yah” curhat Omah.

Mamah Salwa ikut menimbrung percakpan anak dan ibu nya itu. Mereka bercerita tentang kisah
percintaan mereka masing-masing, Salwa yang hanya bisa mendengarkan curhatan-curhatan Mamah
dan Omah nya dengan serius.

__

“Fanni! Makan dulu nak jangan maen Hp mulu!” Panggil Mamih Fanni.

“Iyah mih bentar lagi!” balas Fanni sedikit berteriak.

Yah begitu lah Fanni, kalau belum lapar sampe tengah malem juga tidak akan makan. Chattingan sama
kak Yozan juga kenyang, katanya.

Tetapi kalau sudah lapar baru deh keluar kamar menuju dapur nya itu walaupun tengah malam dia tetap
makan

***
Chapter 3

Sabtu telah tiba, SMA Nasti libur dihari sabtu dan Minggu. Hari libur lah yang di nantikan semua murid
Nasti. Hari ini keempat cewek cantik berjanji untuk bermain di basecamp tercinta nya.

Yah, jadwal setiap minggunya kalau hari ini adalah jadwal membeli makanan untuk mengisi kulkas yang
ada di basecamp mereka, tetapi kadang kalau kulkas nya sudah penuh yang diisi oleh omah Salwa
terlebih dahulu mereka membeli bahan makanan seperti lauk pauk yang akan ditaruh di kulkas rumah
Salwa untuk Tante Ketty masak dan makan bersama.

Mereka berbelanja di supermarket terdekat. Yang dimana Devi kalau hari libur membawa Mobil miliknya,
dan mereka menuju ke supermarket lalu yang membawa Mobil terkadang Devi atau juga Milla.

Milla mempunyai Mobil sport yang sekarang berada dirumah papah kandung nya, dia dibelikan oleh
papah tercinta nya itu. Milla sengaja menaruh mobil nya dirumah papah nya, karena kalau ia taruh Mobil
kesayangan nya itu dirumah yang dia tinggali sekarang pasti kakak tiri Milla yang membawa mobil itu
sedangkan itu hadiah dari Papah nya karena Milla selalu mendapat peringkat pertama dari SD.

Salwa dan Fanni yang notabe nya tidak bisa mengendarai mobil karena terbiasa antar jemput ke sekolah.
Fanni mengendarai motor saja masih belum stabil, dan Salwa sudah lancar kalau mengendarai motor.

Sesampainya di Supermarket, mereka berempat sangat ceria memasuki supermarket itu. Mereka mulai
memilih bahan makanan sampai troli yang mereka bawa sudah cukup penuh isinya. Mereka sudah
menyiapkan uang yang sudah dikumpulkan dirumah Salwa sebelum berangkat kesini.

Setelah sudah cukup lama berbelanja di supermarket, mereka lalu pergi menuju caffe terdekat. Devi
yang katanya dari tadi sudah lapar dan meminta untuk makan di caffe dekat situ. Mereka turun dari
mobil Devi lalu memasuki caffe dan memilih tempat duduk yang akan diduduki oleh mereka.

Salwa memanggil pelanggan dan memesan makanan mereka masing-masing. Fanni yang sudah selesai
memesan makanan terlebih dahulu sedangkan ketiga teman nya itu masih sibuk dengan pilihannya
masing-masing. Fanni melihat seorang cowok memasuki caffe dengan gaya cool cowok itu, dia
memerhatikan cowok itu dari belakang dan dia merasa kenal dengan nya.

Yah, itu adalah Yozan Abellen. Kakak kelas yang selalu melindungi Fanni, membantu Fanni di saat Fanni
sedang membutuhkan bantuan dan yang pasti Fanni tidak mau ditinggalkan oleh Yozan, walaupun
mereka belum berstatus pacaran.

"Kak yozan?" panggil Fanni membuat Yozan menoleh dan melihat Fanni sedang bersama ketiga
temannya itu.

"Heyy Fanni? Ngapain disini?" Tanya cowok itu.


"Ada juga Fanni yang nanya ke kakak ngapain kesini dan tumben rapih benerr, pengen kemana kak?"
Yozan terkekeh melihat wajah bingung cewek idaman nya itu.

"Eh ada kak Yozan, sini kak gabung" ajak Devi dan diangguki Yozan.

Yozan berjalan menuju meja yang mereka tempati dan ikut bergabung dengan keempat cewek cantik,
membuat Yozan memperlihatkan aura ke gantengan nya.

"Kak Yozan belum jawab pertanyaan Fanni tadi lohh" seru Fanni dan membuat ketiga teman nya itu
penasaran.

"Eh iya, kakak kesini tujuan nya mengisi perut yang udah laper dari tadi. Terus kenapa kakak pake baju
rapih seperti ini karena kakak habis ini pengen ke Yogya" jawab kak Yozan dan diangguki mereka.

"Lah kok pada ngangguk semua gitu?" balas Yozan lagi melongo. Dan mereka menatap ke Yozan memberi
kode untuk membelikan oleh-oleh kepada mereka.

"Ohh gue tau, kalian minta oleh-oleh yakan?" tebak Yozan lalu mereka bertiga nyengir menunjukkan gigi
putih mereka.

"Tau aja nih gebetan lo Fan" seru Devi menyenggol lengan Fanni pelan.

Fanni dan Kak Yozan memandang satu sama lain dan tersenyum malu serta membuat pipi Fanni merah
merona.

"Eh tapi kak Yozan emang setiap hari juga rapih kali, kan ketos. Harus menjadi panutan" ucap Salwa
membuat Kak Yozan merasa di puji didepan Fanni oleh teman-teman nya itu.

"Yaudah kak pesen aja makanan nya" suruh Fanni kepada kak Yozan.

Milla yang tidak ikut berbicara hanya memainkan ponsel nya. Yah itulah sifat Milla, cuek. Dia hanya ingin
bicara panjang lebar saat perlu saja dan kepada orang tertentu saja.

Dan ketiga teman nya melirik satu sama lain seperti memberi kode bahwa mereka akan meninggalkan
Fanni dan Yozan dengan cara mereka berpindah tempat duduk. Di saat Yozan memerhatikan ketiga
teman Fanni lalu Yozan menyuruh untuk mereka duduk bersama saja dan bergabung.

5 menit pesanan mereka datang yang di bawa oleh pelayan.

"Wah cowok satu, cewek nya banyak" ucap pelayan itu membuat mereka terkekeh.

"Masnya iri aja" ledek Milla dan mereka tertawa.

"Ehh mas jangan godain cewek yang make bando itu, nanti cowok yang di samping masnya ini langsung
di tinju lagi ahh" timbal lagi Devi membuat mereka lagi-lagi tertawa.
"Yaudah kalo gitu saya permisi yah mba, mas" pamit pelayan itu dengan sopan.

"Mas kata Devi cakep!" teriak Salwa dan membuat Devi menggetok kepala Salwa.

"Apa-apaan sih" balas Devi yang ternyata dari tadi memerhatikan mas-mas yang jadi pelayang di caffe
itu.

"Selera lo kan emang mas-mas" cibir Fanni lalu mereka tertawa lagi.

Mereka menyantap pesanan nya masing-masing, Milla yang dari tadi memesan ice cream setelah dia
menghabiskan makanan nya terlebih dahulu. Padahal kan yang laper Devi, eh yang habis duluan Milla.

Setelah mereka menghabiskan makanan nya masing-masing lalu Yozan pamit duluan karena sudah di
telfon orang tua nya.

"Ehh gue balik duluan yah. Dari tadi nyokap udah nelfonin" pamit Kak Yozan.

Tetapi sebelum dia beranjak pergi dari caffe itu dia menaruh uang nya diatas meja untuk membayar
makanan mereka.

"Ehh kak ini uang nya kelebihan" Salwa yang melihat uang seratus ribuan beberapa lembar yang di taruh
di meja mereka.

"Gapapa buat bayar semuanya. Oh iya Fan, nanti kalo kakak udah nyampe yogya kakak bakal hubungin
kamu" Ucap kak Yozan membuat ketiga teman Fanni langsung meledek Fanni yang pipi nya mulai merah.

"Thanks kak!" Milla senang lalu melanjutkan acara makan ice cream nya itu.

"Kapan-kapan ajak kita kesini lagi ya kak hehe" timbal Devi dan membuat kak Yozan tersenyum miring.

"Eh iya Sal, temen gue ada yang minta nomor telfon lo. Gue kasih ga ni?" Tanya kak Yozan yang hampir
beranjak pergi dari tempat duduk nya.

"Siapa kak?" Tanya Salwa penasaran.

"Udah kak, nanti Fanni kasih mending kakak pulang aja kan udah ditungguin sama tante" cerocos Fanni
sambil memegang lengan kak Yozan.

"Oke deh bye!" kak Yozan melenggang pergi dari caffe itu.

Salwa yang kesal karena pertanyaan nya tidak di jawab oleh Yozan gara-gara Fanni.

"Yang minta nomor lo itu namanya Kak Dillon" ucap Fanni yang merasa kalau Salwa kesal dengan nya.

"Dia orang nya tinggi putih kayak lo, tapi tinggian dia" jawab Fanni lagi.

Devi dan Milla hanya bisa mendengarkan percakapan kedua teman nya itu.
"Terserah." ketus Salwa.

"Gausah marah gitu kali Sal, kan kak Dillon cuma minta nomor telfon lo. Masalah lo nanggepin atau ga,
ya itu urusan lo" ucap Devi membuat Salwa kesal lagi.

Salwa fikir yang diucapkan Devi itu benar, Kak Dillon kan belum tentu berbuat apa-apa. Dan hanya
meminta nomor telfon, tidak lebih.

Setelah mereka makan dari caffe lalu mereka kembali menuju rumah Salwa.

Jam menunjukkan pukul 11 siang.

Tante ketty sedang duduk menonton acara di televisi sambil memakan buah-buahan lalu di kageti
dengan Salwa dan teman-teman nya itu. Ketty menyambut dan membantu mereka membawakan
barang-barang yang mereka beli barusan.

Tante ketty menyuruh mereka untuk kembali ke basecamp mereka saja, biarkan dia sendiri yang
merapihkan bahan makanan nya itu di dapur. Kemudian mereka menolak suruhan tante Ketty karena
mereka sudah banyak merepotkan Mamah Salwa yang juga di anggap mamah mereka bertiga.

Mereka membantu merapihkan bahan-bahan makanan yang di mandori tante Ketty, dan ternyata Omah
meperhatikan mereka di balik tembok pembatas ruang makan dengan dapur itu. Milla merasa ada yang
memperhatikan lalu melihat Omah yang sedang berdiri sambil tersenyum senang karena melihat
kebersamaan mereka.

"Hallo Omah!" Milla menghampiri omah lalu berpamitan dan memeluk omah.

Mereka bertiga mendongak melihat Milla sedang memeluk Omah dan mengajak Omah untuk ikut ke
dapur.

"Omah kuhhh!" ucap Devi menghampiri omah dan ikut memeluk Omah.

"Omahh!" timbal Fanni dan mengikuti sikap Devi tadi.

Omah memeluk ketiga anak cewek cantik dan disusuli Salwa yang ikut berpelukan juga.

Tante Ketty yang melihat kelakuan mereka menggeleng pelan dan tersenyum merekah. Omah melepas
pelukan mereka dan mengajak mereka untuk membuat kue kering bersama.

"Udah ah acara pelukan nya, omah gabisa napas ni" ucap omah dan mereka terkekeh pelan.

"Emm maaf Omah hehe" jawab Devi.

"Kita bikin kue kering aja yukk anak-anak" ajak Omah membuat Devi bersemangat lalu mengambil
pakaian masak yang ada dirumah Salwa
"Eh eh main pake-pake aja, itu punya Tante Ketty tauu" Fanni angkat bicara dan mendekati Devi.

"Devi kan emang jago masak" seru Milla.

"Bodo amat ye. Tante, Devi pinjem yah baju masak nya" rayu Devi membuat tante Ketty mengangguk
dan tersenyum.

"Makasiih mamah kedua kuuhh yang baikkkkk bangettt" Devi menghampiri tante Ketty lalu memeluknya.

"Hellehhh ngerayu nyokap gue pinter banget lo" Salwa tidak terima mamah tersayang nya itu memeluk
Devi.

"Bilang aja iri wlee" Devi memeletkan lidah nya ke Salwa.

"Udah ahh jangan banyak bacot mending Mulai sekarang. Yukk omah" lerai Milla membuat mereka
tertawa lagi.

Omah dan keempat cewek itu mulai membuat kue kering, sedangkan tante Ketty tidak ikut membuat
karena ia harus pergi ada urusan diluar.

Mereka bersemangat membuat kue kering empat bentuk yang berbeda.

Bentuk yang pertama adalah Bintang yang diatasnya diberi selai strawberry kesukaan Milla. Yang kedua
bentuk bulan yang diatas nya diberi Cokelat, kesukaan Salwa. Yang ketiga bentuk hati yang diatas nya
diberi keju mozzarella, kesukaan Devi. Dan yang terakhir berbentuk bulat yang di atas nya diberi selai
blueberry membentuk emoticon senyum, kesukaan Fanni.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua siang dan mereka baru selesai membuat kue kering.

Omah sudah memisahkan kue-kue untuk keluarga nya yaitu papah dan mamah Salwa .

"Omah, ini punya aku gak abis. Buat yang lain aja" ucap Milla.

"Abisin aja, omah udah misahin untuk yang lain" jawab Omah.

"Kalo gitu gue bawa pulang aja nih kue, kan lumayan buat nyemil huehehe" Devi berbicara kecil dan
membuat mereka terkekeh.

"Gue juga " timbal Milla dan diangguki omah.

"Gue juga ahh" lanjut lagi Fanni.

"Gue juga kali ya" balas Salwa.

Ketiga teman nya itu diam sebentar lalu menegok ke arah Salwa, dan tertawa senang.

Aneh memang teman yang satu ini, sudah tau dirumah sendiri malah bilang kue nya mau di bawa
pulang.
"Omah ke kamar dulu yah" pamit Omah

Mereka merapihkan dapur dan merapihkan kue kering yang akan mereka bawa pulang. Lalu mereka
menuju Basecamp untuk beristirahat dan menonton film di DVD yang belum sempat mereka tonton
waktu itu.

Devi yang duduk di sofa menunngu Salwa yang sedang memutar DVD nya, Fanni sedang tiduran di atas
kasur dan Milla yang sedang membuka Kulkas untuk menaruh kue keringnya. Dia sengaja menaruh di
kulkas agar nanti dia makan kayak ada dingin-dingin nya gitu.

Setelah Salwa sudah memutar DVD nya lalu dia mengambil guling kesayangan nya di kasur yang tepat
ditiduri Fanni, Salwa mengambil paksa guling kesayangan nya itu membuat Fanni terjatuh di atas karpet
dan berdecak sebal.

"Woy anakan monyet gausa berisik. Udh mau mulai tuh film nya" ucap Devi lalu menghampiri Milla yang
sudah duduk di atas karpet terlebih dahulu.

Salwa dan Fanni juga ikut bergabung menghampiri Milla. Di saat film sudah mulai tiba-tiba handphone
Salwa berbunyi, ada telfon masuk di Hp Salwa.

"Siapa sal?" Tanya Fanni penasaran.

"Adek kelas namanya Rafly"

"Angkat aja" suruh Devi.

Kemudian Salwa mengangkat dengan ragu dan mengapa anak itu menelfon Salwa.

"Hallo ka?" Salwa men-loadspeaker Hp nya.

"Iyah ada apa ya?" Tanya Salwa dan di angguki ketiga teman nya itu.

"Aku Cuma pengen nanya. Kenapa Wa, line, instagram,twitter nya kak Milla gak aktif ya kak? Terus juga
nomor telfon nya gak aktif juga?"

Tanya Rafly dan membuat ketiga teman Milla mengehembuskan nafas nya pelan dan memutar bola mata
nya malas lalu Salwa mengasih Hp nya ke Milla untuk Milla saja yang jawab.

Rafly adalah fans Milla yang selalu menghubungi Milla kapan saja dan dimana saja. Walaupun Milla tidak
pernah membalas chatt nya itu tetapi Rafly masih setia menanyai kabar Milla lewat sms, line dan sosmed
lain nya bahkan lewat surat dan cokelat.

Wah wah Fans mereka ada dimana-mana. Sosmed tidak aktif saja bertanya, beruntung sekali ya mereka.

"Gue gak ada kuota. Udah yah jangan telfon ke nomor Salwa lagi, dah bye" Milla memutuskan
sambungan telfon itu lalu memberi Hp Salwa kepadanya.

"Eh iya, gue juga tadi pagi coba nelfon lo tapi nomor lo gak aktif" ucap Fanni .
"Hmmm."

"Ada apa ni!" seru Devi lalu menyetop film yang sudah mulai itu.

Ketiga teman Milla serius menatap Milla dan sudah siap mendengarkan Mila bercerita.

"Jadi, tadi malem Vino nelfon gue. Awalnya gue gatau dia siapa, terus dia langsung ngomong kalo dia
Vino, nah terus gue matiin deh telfon itu habis itu gue matiin handphone gue, gue cabut kartu gue, gue
taro kartu gue di lemari. Terus gue nyuruh adek gue beliin kartu baru, dan sekarang gue nomor baru. Dan
satu hal lagi kenapa dia nelfon gue? Gue ngerasa kalo gue gak ada masalah sama dia." cerita Milla
panjang lebar.

Ketiga teman nya itu juga bingung mengapa Vino nelfon Milla?, dan mereka tahu kalau Vino dapetin
nomor Milla pasti dari fans-fans Milla. Mereka menatap Milla tajam membuat Milla memutar bola mata
nya malas.

"Lo harus hati-hati Mil" saran Devi dan diangguki Milla.

"Lo tenang aja, kita ada disini" Salwa mencoba menenangkan Milla.

"Lanjut nonton lagi yukk. Hidup dibawa santai aja gan" timbal Fanni enteng.

Mereka menghabiskan waktu untuk menonton film yang menginspirasi bagi mereka.
Chapter 4
Ting!

Ting!

Ting!

"Eh bunyi Hp sapa woi! Hp gue ga nyalain data" ucap Devi.

"Hp gue di silent ye, kalo ga gue silent bunyi terus nih Hp" balas Fanni.

"Nomor gue kan ga ada yang tau, cuma lo pada. Ya kali Hp gue" timbal Milla.

"Aihh Hp gue ding yang bunyi hehe"

"Huuhh dasar kuping ayam!" serentak surakan Fanni, Milla dan Devi kepada Salwa.

Salwa hanya menunjukkan gigi putih nya itu kepada mereka, lalu dia melihat notifikasi yang ada di
handphone nya. Salwa memutar bola mata nya malas ketika dia tau bahwa ada beberapa pesan masuk
dari para fans di handphone nya.

Salwa menaruh handphone nya asal ke meja. Lalu dia membuka tas nya dan mengeluarkan satu kotak
berukuran sedang yang isi nya adalah bekal.

Saat ini mereka berada di dalam kelas, hari ini mereka malas keluar kelas. Ada jam kosong di kelas 11 IPS
1, jadi free.

Fanni yang sedang memainkan handphone nya, Devi yang sedang bersandar di tembok kelas sambil
mengibas-ibaskan buku tulis nya, Salwa yang sedang asik membaca wattpad di handphone Milla, dan
yang terakhir Milla yang sedang memakan bekal Salwa yang barusan saja di keluarkan.

Yahh, begitulah Milla kalau Salwa atau Devi membawa bekal pasti dia yang habiskan. Apalagi kalau Devi
yang bawa bekal Salwa dan Fanni ikut menghabiskan bekal Devi.

Walaupun begitu Devi tidak pernah bosan membawa bekal untuk teman-teman nya dengan masakan dia
sendiri.

Kata mereka, Bahagia itu sederhana. Dengan menghabiskan bekal teman sendiri sudah bahagia.

Sedang asik asik nya mereka melakukan aktivitas nya masing-masing, tiba-tiba handphone Salwa
berdering lagi. Salwa tak menghiraukan handphone nya, dia masih saja memainkan handphone Milla.
Devi yang tadi nya sedang asik lalu dia mengambil handphone Salwa dan melihat ada panggilan telfon
dari seorang cowok. Devi terkejut kemudian dia langsung mengangkat telfon itu dan men-loudspeaker.

"Hallo?" suara cowok di sebrang sana membuat Fanni,Milla dan Salwa menoleh ke arah Devi.

"Eh apa-apaan sih, siapa yang nelfon di Hp gue"

Salwa merebut handphone miliknya dari tangan Devi lalu ia mematikan sambungan telfon itu.

Devi dan Fanni melongo, sedangkan Milla melanjuti acara makan nya itu. Salwa mendengus kesal
kemudian dia memasukan handphone nya ke dalam tas.

"Lo kenapa sih Sal? Tadi kan yang nelfon kak Dillon" tanya Fanni.

"Gue lagi males aja."

"Kaya gatau Salwa aja lo pada" balas Milla, lalu menutup kotak bekal Salwa yang sudah habis kemudian
menyodorkan ke Salwa dan diikuti oleh senyuman manis.

"Ya tapi kan sapa tau dia ada perlu, sampe nelfon segala. Jangan asal matiin gitu aja" ucap Devi.

"Jangan bilang kalo kak Dillon chat lo dan lo bales chat dia dengan singkat, jelas dan padat?" lanjut lagi
Fanni.

"Udah pasti." Milla melirik ke Salwa.

"Kayak nya kak Dillon suka sama lo Sal" Devi melirik Salwa tajam lalu tersenyum miring.

Salwa hanya mendengarkan ocehan teman-teman nya dengan malas. Dia melanjutkan lagi aktivitas yang
tertunda tadi.

Pelajaran terakhir telah di mulai, guru yang mengajar di kelas mereka memasuki kelas dan melakukan
kegiatan belajar mengajar sampai selesai.

***

Devi sedang bersantai di balkon kamar nya, sambil memainkan hanphone dan mulai menstalker cowok
idaman nya.

Devi melihat satu kiriman baru dari Bintang di akun instagram cowok itu. Devi menyukai kiriman Bintang
lalu melihat beberapa komentar.

Komentar yang berisi pujian tampan dan lain sebagainya. Devi terus menscrool komentar-komentar itu.

"Ihh komentar alay para fans Kak Bintang" gumam Devi.

Gue suka lo kak, batin nya.


Notifikasi Line dari grup tiba-tiba masuk.

Salwa Zetira : Woii kutil dugong!

Salwa Zetira : Woii anakan gundoruwo!

Salwa Zetira : Woii kerang amis! Sini maen ke base campe, gue gabut:(

Fanni .An : Udah malem toil, lo kira dari rumah gue kesana cepet sampe

Milla. : Ank tnte kekett bau ketek.

Devi B.U : Jigong monyet emng suka gtu, udh mlm baru nyuruh kesana.

Menyebalkan memang. Sudah tahu hampir larut malam, malah menyuruh teman- teman nya datang.
Aduh aduh anak kesayangan Ketty kadang suka gitu.

***

"Kak bintang duduk di sebelah mana si?" Devi mencari keberadaan Bintang.

Saat ini mereka berempat sedang menuju toilet siswi yang tidak jauh dari kelas Bintang. Mereka sengaja
melewati pintu kelas Bintang dan berhenti sebentar karena Devi yang meminta.

Setelah sampai di toilet, Salwa dan Fanni masuk ke toilet. Sedangkan Milla dan Devi duduk di koridor
yang tidak jauh dari situ. Yang ingin ke toilet memang Fanni dan Salwa tetapi kedua teman nya meminta
ikut.

Devi yang dari tadi bercerita panjang tentang Bintang kepada Milla. Sedangkan Milla yang mendengar
ocehan Devi hanya bisa mebalas Hmm, iya, hmm, iya. Devi mendengus kesal, dia sudah bicara panjang
lebar tetapi hanya di respon dengan anggukan atau iya doang.

"Udah?"

"Ishhh Millaaaaaa!!!" Milla terkekeh dan menggeleng pelan.

Sontak, seseorang menghampiri mereka.

"Hai Mil" sapa orang itu.

"Ngapain lo curut?" tanya Devi.


Vino tidak menggubris perkataan Devi, dia tidak mau ribut dengan nya. Kalau sudah ribut dengan Devi,
menurutnya itu lebih gawat dari pada ribut dengan musuh nya di luar.

Dia duduk di samping Milla lalu memberi kue keju buatan bunda nya.

Milla fokus ke depan dan menghiraukan orang itu.

"Buat lo. Ini nyokap gue yang buat" satu kotak kue keju berada di genggaman nya.

"Apaan Vin? Lo pengen ngeracunin Milla?" cerocos Devi.

"Ini kue keju. Gue harap lo suka"

Milla masih menghiraukan Vino, lalu dia berdiri dan beranjak pergi menghampiri kedua teman nya yang
baru saja keluar dari toilet.

Vino dan Devi melongo melihat sikap Milla. Lalu Devi mengambil kotak yang berada di tangan Vino. Devi
merasa iba dengan Vino yang di acuhkan oleh Milla.

"Sini buat gue, percuma Milla ga akan makan kue ini jadi buat gue aja. Oh iya, Milla ga suka keju, dia suka
nya yang rasa-rasa strawberry gitu." Vino hanya pasrah melihat sikap Milla kepada nya.

Devi beranjak pergi dan menghampiri ketiga teman nya yang sudah berjalan duluan. Devi kegirangan
mendapat kue keju kesukaan nya.

"Ini buat gue aja ya?" harap Devi dan memperlihatkan puppy eyes nya.

"Apaan emang?" tanya Fanni.

"Kue keju dari Vino. Kan mubazir kalo ga diterima" cengiran Devi membuat Salwa menoyor kapalanya.

"Dasar gundoruwo!" cibir Salwa.

"Abisin aja" Milla tersenyum manis kepada Devi.

Mereka terus berjalan dengan canda tawa mereka. Sebenarnya ini masih jam pelajaran, tapi mereka izin
ke toilet berbarengan. Awalnya guru yang mengajar mereka tidak mengizinkan mereka keluar berempat,
tapi tiba-tiba guru itu mendapat sebuah panggilan telfon kemudian keluar kelas lalu mengangkat telfon
itu.

Di saat guru itu sedang asik telfonan, mereka langsung keluar kelas bersama dan berjalan cepat. Ada-ada
saja memang.

Suasana Nasti sepi karena semuanya sedang melakukan kegiatan mengajar, paling hanya pelajaran
Olahraga yang berada di lapangan belakang. Mereka terus melewati koridor-koridor dengan cepat.

Tinggal Satu kelas lagi yang harus di lewati mereka untuk menuju kelasnya, tiba-tiba seorang cowok
berteriak dari belakang dan membuat mereka berhenti.
Cowok itu menghampiri Salwa.

"Sal?"

"Kenapa kak?"

"Lo kenapa matiin telfon gue dan chat gue cuma bales singkat doang?"

Fanni, Milla, dan Devi hanya mendengarkan ucapan mereka berdua. Mereka tidak mau ikut campur
tentang masalah Salwa.

"Itu hak gue kak. Sorry" Dillon tersenyum miring.

"Hmm sorry kalo gue nanya kaya gini. Yaudah gue duluan ya" Dillon melenggang pergi dari tempat itu.

Ketiga teman Salwa hanya bisa menutup mulut dan tidak banyak bicara. Karena kalau pun mereka
mengoceh tetap saja Salwa tidak akan mengikuti saran teman-teman nya itu.

Mereka tahu sifat Salwa dan Milla, dengan begitu mereka bisa mengerti dan mengikuti alur Salwa dan
Milla.

***

Cuaca hari ini lebih dingin dari biasanya, hujan besar dan petir yang memuat suasana kelas 11 IPS 1
ketakutan. Devi yang dari tadi ketakutan karena geledek, dia memeluk Milla dengan erat.

Mereka memakai jaket masing-masing. Hujan bertambah besar dan membuat Devi menggigil di pelukan
Milla. Ketiga teman Devi menyadari keadaan nya.

Memang dari Devi datang, mereka melihat Devi yang tidak seperti biasanya. Devi yang biasanya datang-
datang langsung cerita tetapi hari ini tidak. Devi menggigil hebat.

Sontak, mereka langsung membawa Devi ke UKS. Utung saja guru yang mengajar belum datang, mereka
bergegas cepat menuju UKS.

Sampai di UKS, tidak ada yang menjaga diruangan itu. Untung saja ruangan nya tidak di kunci, mereka
masuk dan menidurkan Devi.

Milla langsung membuat teh, Fanni langsung mengambil air dan lap untuk mengompres Devi, dan Salwa
mencari selimut di lemari yang ada diruangan itu.

Setelah teh sudah jadi, dan kompresan sudah selesai, Salwa dan Fanni pergi ke kelas untuk meminta izin
kepada guru yang mengajar di kelas mereka. Sedangkan Milla menemani Devi di UKS.

Fanni dan Salwa masuk lalu menghampiri guru yang ternyata sudah ada di meja nya. Salwa menjelaskan
kejadian tadi lalu meminta izin untuk mereka berempat agar tidak mengikuti pelajaran nya.
Tetapi nihil. Guru itu tidak mengizinkan mereka, guru itu bilang bahwa yang menemani Devi hanya satu
orang saja. Mereka pasrah.

Mereka menuju tempat duduk nya dan mendengus kesal. Tidak pengertian banget sih guru ini, mereka
kan ingin merawat sahabat nya.

Fanni mengirim sebuah pesan ke Milla, bahwa mereka tidak di izinkan. Jadi agar Milla saja yang
menemani Devi.

Untung saja ini pelajaran terakhir jadi tidak lama pelajaran itu berlangsung.

Bel pulang berbunyi...

Fanni dan Salwa cepat-cepat merapihkan barang-barang mereka dan punya Milla serta Devi. Setelah itu
mereka bergegas menuju UKS.

Dan ternyata sudah ada petugas UKS, yaitu kakak kelas mereka.

Hujan sudah mulai reda, devi sudah lumayan beristirahat sebentar.

"Dev? Udah bel. Lo pengen balik?" tanya Milla dan membantu Devi duduk.

"Heyy! Gimana, udah baikan?" teriak Fanni yang baru saja masuk ke ruangan itu.

"Ehh ada kak Mytha. Hai kak" sapa Salwa lalu tersenyum ramah. Mytha tersenyum miring.

Salwa dan Fanni menghampiri Devi.

"Belum" jawab Milla.

"Hmm Sal" panggil Devi.

"Gue nginep di basecamp aja ya? Pliss, Ayah sama bunda lagi ke luar negeri tadi pagi. Jadi gue sendiri
dirumah." pinta Devi lai.

Ketiga teman nya itu hanya tersenyum dan mengangguk. Dan ternyata Mytha-petugas UKS dari tadi
memperhatikan mereka. Dia terharu melihat persahabatan mereka, dia tersenyum miring.

Gue ga nyangka, ternyata mereka beda dari omongan cewek-cewek Nasti, beda banget dari yang gue liat
dari pada yang gue denger. Batin Mytha.

***

Sampai di basecamp Devi langsung tiduran di kasur empuk, lalu Milla dan Fanni duduk di sofa serta
Salwa sedang berganti pakaian.

Rumah Salwa tidak ada siapa-siapa, Mamah nya sedang di butik, papah nya kerja, dan Omah nya sedang
kerumah sakit menjenguk teman nya.
Mereka berkumpul di basecamp dan menemani Devi. Hari sudah mulai sore, Milla dan Fanni izin pulang
untuk mengambil pakaian. Mereka juga menginap di basecamp, yah walaupun belum tentu di izinkan
oleh orang tua mereka.

Devi sudah berganti pakaian satu jam yang lalu, dia menyuruh pembantu di rumah nya untuk
membawakan pakaian Devi.

"Fan, Mil, kalian beneran pengen nginep di sini juga?" tanya Salwa.

"Gue iya."

"Gue juga iya. gue juga pengen ikut ngerawat cewek berambut pirang ini" Fanni menghampiri Devi dan
duduk di tepi kasur.

"Lo yakin Mil? kalo Fanni pasti di izinin, dia kan bisa ngerayu heheh" tanya Salwa lagi.

"Jangan maksa ya Mil, gue disini gapapa kok. Lo kan pasti di kekang sama ayah tiri lo" ucap Devi lembut.

"Terserah gue dong. Urusan itu belakangan, gue bisa ngatasin semua nya" balas Milla enteng.

Mereka hanya bisa tersenyum dan berdoa agar Milla di izinkan. Fanni dan Milla pamit pulang.

Hari sudah mulai petang, Ketty dan Ratna datang berbarengan. Ketty memanggil anak sematawayang
nya itu. Salwa turun ke lantai satu dan mengahampiri ketty dan ratna

"Wah Mamah sama Omah udah pulang" ucap Salwa lalu berpamitan kepada Ketty dan Ratna.

"Mah, Devi nginep di basecamp gapapa kan? Dia lagi sakit, terus Milla sama Fanni juga pengen nginep.
Nanti mereka kesini lagi, Devi diatas dia lemas mah" pinta Salwa dan diangguki Ketty.

"Mana Devi nya, sini Omah pijetin"

"Ishh Omah, sekarang Devi lagi tidur. Udah ah jangan ganggu."

"Kalau ada apa-apa panggil Mamah yah sayang."

"Iya mah."

***

Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 , Fanni sudah datang dari 20 menit yang lalu. Tinggal satu orang
lagi yang belum datang.

Mereka khawatir dengan Milla, mereka terus menerus berdoa. Dan akhirnya mobil taksi datang di depan
rumah Salwa.

Milla memasuki rumah Salwa dan berpamitan kepada Ketty dan Ratna. Milla menaiki tangga dengan
cepat dan sampai di basecamp.
"Dateng juga ni bisul dugong" canda Salwa dan membuat mereka tertawa.

"Diizinin Mil?" tanya Fanni penasaran.

"Kabur."

Mereka terkejut, dan Devi menatap Milla tajam. Devi marah, karena Milla nekat untuk menemani nya.
Devi tidak mau gara-gara dia, Milla harus melakukan hal itu.

Mereka tak menyangka, satu sahabat nya ini nekat. Nakal memang, mencari gara-gara saja duh.

"Gausa pada tajem gitu kali liat nya. Gue udah biasa kabur dari rumah."

"Hah? Udah biasa kata lo? Lo jangan nekat gitu mil" ucap Devi marah.

"Yang lagi sakit mending diem aja."

"Lo gila Mil" cibir Fanni.

"Udah sih yang penting Milla udah nyampe" lerai Salwa.

Anda mungkin juga menyukai