Anda di halaman 1dari 11

NAMA : Muhammad Faruq Afifuddin

NIM / PRODI : 1601100031 / DIII Keperawatan Malang

KARSINOMA LIDAH

I. KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Karsinoma lidah adalah suatu tumor yang terjadi didasar mulut,


kadang-kadang meluas kearah lidah dan menyebabkan gangguan mobilitas
lidah (Van de Velde, 1999).

Kanker lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari


jaringan epitel mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell
carcinoma (cell epitel gepeng berlapis), juga beberapa penyakit-penyakit
tertentu (premaligna). Kanker ganas ini dapat menginfiltrasi ke daerah
sekitarnya, disamping itu dapat melakukan metastase secara limfogen dan
hematogen

B. ETIOLOGI

Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan


suatu proses yang terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi,
promosi dan perkembangan tumor. Secara garis besar, etiologi kanker lidah:

a. Predisposisi genetic
b. Efek hormonal
c. Lesi prakanker
d. Iritasi kronis, trauma, dan inflamasi
e. Kegagalan fungsi sistem imun
f. Terapi obat
g. Faktor lingkungan
1) Radiasi pengion
2) Pemajanan sinar matahari
3) Efek radon dan medan electromagnet
4) Polusi kimia
5) Polusi udara
h. Kebiasaan pola hidup
1) Rokok dan tembakau
2) Nutrisi
3) Konsumsi alcohol
4) Praktik seksual
i. Virus
j. Faktor-faktor psikososial
1) Sifat kepribadian dan sikap
2) Sistem pendukung sosial( Baradero Mary, dkk.2007)
C .KLASIFIKASI
Klasifikasi ca lidah terdiri dari :
a. Tumor primer
1) TIS adalah karsinoma in situ
2) T1 adalah tumor dengan penampang kurang kurang 2 cm.
3) T2 adalah tumor dengan penampang sama dengan 2 cm dengan
infiltrasi dangkal.
4) T3 adalah tumor dengan penampang lebih dari 2 cm dengan infiltrasi
dalam.
5) T4 adalah tumor dengan penampang lebih dari 4 cm dan tumor
tersebut sudah sudah meluas disekelilingnya.
b. Pembesaran kelenjar limfe
1) N0 : Kelenjar-kelenjar leher yang palpable tidak ada.
2) N1 : Sudah ada kelenjar leher yang palpable, mobile serta
holmolateral.
3) N2 : Kelenjar leher yang palpable, mobile serta heterolateral/bilateral.
4) N3 : Kelenjar-kelenjar leher ini sudah fixed, baik holmolateral atau
bilateral.
c. Metastase
1) M0 = Metastase jauh tidak ada.
2) M1 = Metase jauh sudah ada.
D. PATOFISIOLOGI

Kejadian kanker lidah disebabkan oleh banyak faktor yang dikelompokkan


menjadi beberapa faktor, yaitu faktor luar, faktor heriditer dan faktor non
heriditer. Faktor luar meliputi rokok, alcohol, infeksi kronis dan trauma krinis.
Faktor non heriditer meliputi Faktor fisik seperti sinar ultraviolet, Faktor
biologis seperti virus (papiloma yang ditularkan melalui hubungan suami
istri,hepatitis) parasit, dan bakteri.
Faktor-faktor tersebut akan memicu suatu rangsang karsinogen yang mengenai
sel squamous carcinoma pada mukosa mulut yang tidak mempunyai keratin
sebagai pelindung.

Di mukosa mulut tersebut, zat-zat karsinogen tertampung dan berproliferasi


secara tidak terkontrol. Kanker lidah yang mengenai radix linguae biasanya
asimptomatis hingga proses penyakit berlanjut hingga timbul nyeri menelan dan
pergerakan lidah yang terbatas. Kanker pada posterior lidah (radix linguae)
dominan bermetastase ke colli/leher. Ketika kanker mengenai corpus linguae
tanda yang paling sering terlihat adalah putih-putih pada lidah yang tidak bisa
dihilangkan. Kemudian bisa terbentuk ulkus yang mudah berdarah. Kanker
pada anterior (corpus linguae) dominan metastase pada kelenjar limfe
submental dan submandibular. Penatalaksanaan kanker lidah meliputi operasi
glosektomi dan diseksi leher yang dilanjutkan dengan kemoterapi.

E. MANIFESTASI KLINIS

a. Tanda awal umumnya berupa ulkus tanpa nyeri yang tidak sembuh-
sembuh. Kemudian membesar dan menekan atau menginfiltrsi jaringan
sekitar yang megakibatkan nyeri lokal, otalgia ipsilateral dan nyeri
mandibula (Suyatno, 2010).

b. Infiltrasi ke otot-otot ini mengakibatkan gerakan lidah terbatas sehingga


proses menelan bolus makanan dan bicara terganggu. Kanker ini dapat
menginfiltrasi jaringan sekitarnya seperti dasar mulut (floor of mouth,
FOM), dasar lidah dan tonsil (Suyatno, 2010).
c. Sejalan dengan kemajuan kanker pasien dapat mengeluhkan nyeri
tekan, kesulitan mengunyah, menelan, dan berbicara, batuk dengan
sputum bersemu darah atau terjadi pembesaran nodus limfe servikal.
(Baughman Diane C, 2000)

F .PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. CT-scan atau MRI dilakukan untuk menilai detail lokasi tumor, luas
ekstensi tumor primer.
2. USG hepar, Foto thorax dan bone scan untuk evaluasi adanya metastasis
jauh.
3. Biopsi
a. FNAB (Fine Needle Apiration Biopsy), dilakukan pada tumor primer yang
metastasis ke kelenjar getah bening leher.
b. Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch) dilakukan bila tumor besar (>1 cm)
c. Biopsi eksisi dilakukan pada tumor yang kecil ( 1 cm atau kurang) (Suyatno,
2010).
Pemeriksaan penunjang
1. Biopsi
a. Incisional biopsy
 Dengan cara mengambil sampel dari daerah carcinoma dan daerah yang
sehat, sehingga diketahui batas jelas dari carcinoma. Tetapi kejelekannya
adalah pembuluh darah menjadi terbuka, dan ini akan mempermudah
penyebaran dari carcinoma tersebut, sedangkan keuntunganya dapat
mengetahui batas dari carcinoma guna terapi selanjutnya ( Penyinaran ).
 Cara biopsy ini dapat dilakukan pada cacinoma lidah yang masih kecil
dengan atau tanpa metastase. Excisi jaringan yang diduga carcinoma dengan
jarak 1 – 1,5 cm dari jaringan sehat. Hasil excisi diletakkan pada gabus (
maksudnya adalah untuk cukup bersih ). Dengan kasa yang diberi formalin
diletakkan diatas preparat agar preparat tidak melengkung sehingga
topograpi tidakm berubah, kemudian dikirim ke patologi anatomi. Dipotong
menjadi 7 preparat, dan dilihat bagian mana yang tidak bersih dapat diulang
excisinya.Setelah dilakukan pemeriksaan diatas (incisional biopsi) baru
dilakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk menentukan tumor ganas
atau bukan.
b. Brush biopsy
 Pada prosedur ini, sampel diambil pada permukaan mukosa yang terlihat
abnormal dengan cara mengumpulkan sel epitel mukosa dengan
menggunakan alat berbentuk sikat, menempatkan sampel dalam slide dan
melakukan tindakan fiksasi sebelum membawa jaringan tersebut ke
laboratorium. Tindakan pengambilan sampel dengan skapel dan jarum
biopsi diindikasikan pada kanker yang sudah jelas terlihat, terdapat
kecurigaan yang kuat terhadap lesi atau lesi terdapat pada orang yang
memiliki faktor-faktor resiko kanker mulut. Sedangkan brush biopsi
diindikasikan pad keadaan yang sebaliknya.
c. Teknik cahaya khemoluminesen
Jaringan yang dicurigai sebagai kanker disinari dengan khemoluminesen
setelah sebelumnya diwarnai dengan asam asetat. Hasilnya akan terlihat
gambaran opak ‘acetowhite’ pada jaringan yang terkena kanker atau
jaringan yang abnormal.

G. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan farmakologi
Typhonium Flagelliforme / Keladi Tikus ekstrak dan herbal lainnya
menggabungkan membantu dalam detoksifikasi sistem
darah. Typhonium Plus mengandung ribosom dalam
bertindak protein (RIP), anti oksidan, dan anti kurkumin. Sel bersama-
sama dipicu pada gilirannya menghasilkan mediator yang merangsang
dan memperkuat sel-sel lain dari sistem kekebalan tubuh untuk
memerangi sel-sel kanker. Sejak pertumbuhan sel kanker adalah
reversibel diberikan stimulus kimia yang benar dan lingkungan,
penjelasan ini tidak terlalu mengada-ada.Typhonium Plus merupakan
kombinasi herbal selektif ekstrak yang dalam karya sinergi Typhonium
Flagelliforme penguatan / Keladi Tikus.

b. Penatalaksanaan non farmakologi


1) Radio Therapy
Radio therapy dilakukan bila :Tumor Inoperable, T3 atau lebih, N3,
M0 – M1

2) External X ray
Dengan memasukkan jarum radium sel-sel carcinoma ikut masuk
kedalam. Dapat digunakan dengan cara lain yaitu : Penderita
dinarcose, kemudian memasukkan polyethtylene catherter dan
melalui charteter ini dimasukkan benang yang diikat dengan radium
maka radium ini akan tersebar secara merata, bila sudah selesai
benang ditarik keluar cara ini disebut application.

3) Radon seeds
Dengan biji-biji radon yang diletakkan sekitar cartinoma

4) Cytostatica theraphy
Metotrexate (Mtx) dapat Mendepresi sum-sum tulang, ini dapat
diatasi denganleokoporin.Mempunyai akumulasi baik.Dapat dipakai
untuk merubah T3 menjadi T2-T1.

5) Surgical/Hemiglosectomy (total glossectomy)


Dilakukan pengangkatan pada bagian yang diindikasi terkena
carcinoma atau hemiglosectomy atau total glossectomy apabila
tumor cukup besar dan sudah bermetastase ke daerah leher. Pada
metastasenya dilakukan :Pada N1 dan N2, dilakukan RND (Radical
Neck Disection) yang diangkat
a) Kelenjar leher
b) Kelenjar sub madibula.
c) V. Jugularis interna.

6) Bilateral neck dissection


Dilakukan kelenjar supra ciavicularis Pada N3
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif
a) Pembekakan
b) Nyeri pada lidah
c) Warna putih/merah pada lidah.
d) Nyeri yang menyebar keleher,rahang atau telinga.
e) Pembekakan kelenjar dileher
f) Rasa nyeri dan terganjal waktu menelan
g) Terjadi penrunan BB
h) Produksi kelenjar ludah meningkat
i) Suara bicara tidak jelas
2. Data Objektif
a). Anemia, hipoalbumin,hiponatremia,hiperkalsemia,
b) terdapat ulkus pada lidahPembekakan pada kelenjar leher

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral.
3. Nyeri yang berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan, efek dari
pembedahan reseksi.
4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan
neurology dan kemampuan menelan.
5. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan penyakit atau
pengobatan
6. Kurang pengetahuaan tentang proses penyakit dan rencana pengobatan
C. RENCANA KEPERAWATAN
NO DX
INTERVENSI RASIONAL
DX KEPERAWATAN
1 Hipertermi a. Kaji suhu dan tanda- a. Memantau
berhubungan tanda vital, keadaan perubahan suhu
dengan proses klien. tubuh
peradangan b. Pantau suhu klien, b .Suhu 38,-41,1’C
penyakit perhatikan menggigil. menunjukan
Tujuan : suhu c. Berikan kompres proses penyakit
tubuh dalam batas mandi hangat. infeksius.
normal. d. Anjurkan pasien c. Dapat membantu
KH : suhu tubuh untuk banyak minum. mengurangi
dalam batas e. Anjurkan pasien demam.
normal, badan memakai pakaian yang d. Mempertahankan
tidak terasa panas tipis dan menyerap intake.
keringat. e. Menurunkan suhu
f. Kolaborasi tubuh
pemberian antipiretik f. Untuk
mengurangi
demam dengan
aksi sentralnya
hipotalamus
2 Perubahan nutrisi a. Timbang BB tiap a. untuk
kurang dari hari. mengetahui
kebutuhan tubuh b. Berdiit makanan terjadinya
yang berhubungan yang tidak merangsang penurunan BB
dengan (lunak / bubur). dan mengetahui
ketidakmampuan c. Anjurkan klien untuk b. tingkat
untuk mencerna makan dalam keadaan perubahan.
nutrisi adekuat hangat. c. untuk membantu
akibat kondisi oral. d. Anjurkan klien perbaikan
Tujuan : nutrisi untuk makan sedikit absorbsi usus.
terpenuhi tapi sering. d. keadaan hangat
Kriteria hasil : e. Berikan diit tinggi dapat
- BB sesuai kalori, protein dan meningkatkan
usia mineral serta rendah nafsu makan.
- Nafsu zat sisa. e. untuk memenuhi
makan f. Colaboration asupan
meningkat pemberian obat makanan.
- Tidak mual antipiretik. f. untuk memenuh
/ muntah gizi yang cukup.
g. untuk
mengurangi
bahkan
menghilangkan
rasa mual dan
muntah
3 Nyeri yang a. Kaji karakteritas dan a. untuk
berhubungan letak nyeri. menentukan
dengan lesi oral b. Ubah posisi klien tindakan dalam
atau pengobatan, bila terjadi nyeri, mengatur nyeri
pembedahan arahkan ke posisi yang b. posisi yang
reseksi. paling nyaman dapat
Tujuan : Nyeri nyaman. mengurangi nyeri.
hilang lebih c. Observasi nyeri c. Mengetahui
berkurang, rasa berkurang atau tidak. skala nyeri saat
nyaman terpenuhi d. Ajarkan teknik ini.
KH : relaksasi dan distraksi d. Mengurangi
- skala nyeri 0 (teknik penggurang rasa nyeri.
- Klien rasa nyeri e. Keluarga
mengatakan non farmakologi). berpartisipasi
nyeri e. Diskusikan dengan dalam pengobatan
berkurang keluarga tentang nyeri f. untuk
- Nadi 60 – 90 yang dialami klien. memblok syaraf
x / menit f. Kolaborasi untuk yang
- Klien mendapatkan obat menimbulkan
nyaman, analgetik nyeri
tenang, rileks
4 Kerusakan a. Kaji kemampuan a. Mengetahui
komunikasi verbal komunikasi klien. kemampuan
yang berhubungan b. Sediakan alat komunikasi klien.
dengan penurunan komunikasi yang lain b. Membantu dalam
neurologi dan seperti papan tulis atau berkomunikasi.
kemampuan buku jika c. Menjaga
menelan. klien tidak dapat kepercayaan dari
Tujuan : berkomunikasi verbal pasien
tidak terjadi c. Responsif terhadap
kerusakan bel panggilan dari klien
komunikasi verbal.
Kriteria hasil :
komunikasi lancar
5 Resiko terhadap a. Monitor TTV. a. Suhu yang
infeksi yang b. Kaji luka pada meningkat dapat
berhubungan abdomen dan balutan. menunjukkan
dengan penyakit Rasional : terjadi infeksi
atau pengobatan. c. Menjaga kebersihan b. Mengidentifikasi
Tujuan : Tidak sekitar luka dan apakah ada
terjadi infeksi. lingkungan pasien, tanda-tanda
Kriteria hasil : teknik rawat infeksi adanya
Tidak ada tanda- luka dengan antisep pus.
tanda infeksi dan antiseptic. c. Mencegah
(rubor, color, d. Kolaborasi kontaminasi
dolor, tumor dan pemberian antibiotic. silang
fungsion laesa) d. Antibiotik untuk
mencegah
TTV normal terjadinya
terutama suhu (36- infeksi.
37 oC)
6 Kurang a. Kaji ulang proses a.Mengetahui sejauh
pengetahuaan penyakit, mana keluarga
tentang proses penyebab/efek memahami
penyakit dan hubungan faktor yang penyakit
rencana menimbulkan gejala b.tersebut.
pengobatan dan mengidentifikasi c.Menyamakan pola
Tujuan : keluarga cara menurunkan pikir.
dapat menyatakan faktor d.Memberikan
pemahaman proses pendukung. informasi.
penyakit b. Tentukan persepsi e.Mengetahui
KH : menyatakan tentang proses sejauhmana
pemahaman proses penyakit. informasi yang
penyakit c. Jelaskan tentang diterima keluarga
penyakit yang diderita
klien.
d. Diskusikan kembali
dengan keluarga
Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


EGC. Jakarta.

Doenges, M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 EGC.


Jakarta.

Roezin Averdi. 2004. Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tenggorok. Jakarta: FKUI.

Roezin, Averdi. 2003. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga-


Hidung-Tenggorok. Jakarta: FKUI.

Schrock, Theodore. 1995. Ilmu Bedah (Handbook Of Surgery). Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Sjamsuhidayat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Suyatno. 2010. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai