Transisi Mentari
Transisi Mentari
Sering ku bertanya
Jemari melingkari gelas yang sebetulnya masih terlalu panas untuk diangkat
Apa yang baru saja jemari ini relakan; dengan tak rela
Gurat ungu yang menoda merah muda dan keemasan sang mentari
Baik oleh turis maupun anak muda yang gemar mencuri keindahan alam untuk teman-temannya
Saat sinar putih hangat mengusir biru pekat yang telah menguasai langit
Saat pipi kemerahan karena digigit dinginnya angin malam dielus lembut oleh sinar mentari yang
perlahan naik
Terbelenggu lelap dan selimut hangat hingga tak bisa melihat eloknya pagi?
Atau,
Mengingatkan pada semua tawa yang telah berlalu; semua keduniaan yang akhirnya selesai jua
Atau,
Yang harus kita bayar dengan pajak pada mimpi malam yang mendayu
Dan aku meneguk kopi yang masih pahit walau tiga sendok gula sudah kumasukkan
Mungkin karena lidahku dapat mengecap sedikit hati yang masih mengingat bagaimana matahari
yang kupikir akan menerangi kita; perlahan tenggelam
Fajarmu,