Anda di halaman 1dari 14

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu

tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. termasuk
persepsi individu akan sifat dan kemampuannya berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungannya, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek tujuan serta keinginan
(Stuart dan Sundeen, 1991).

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang dapat
secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, 1998).

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
teramsuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Kelliat,
1995).

Dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Dapat disimpulkan bahwa
konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar perilaku individu. Individu dengan konsep dan
dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual
dan berguna bagi lingkungan.

Rentang Respon Konsep Diri

(Skema I. Rentang Respon Konsep Diri Stuart & Sundeen, 1991) Pengertian :

1. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan diterima.
2. Konsep diri : apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi
diri
3. Harga diri rendah : transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri mal
adiptif
4. Keracunan identitas : kegagalan aspek individu mengintergrasikan aspek- aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematang aspek psikososial, kepribadian pada masa
dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain. (Kelliat, 1998)

Komponen Konsep Diri

Komponen konsep diri terdiri dari lima : gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran, identitas diri
(Stuart dan Sundeen, 1991).

1. Gambaran diri (citra tubuh )

Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak
sadar terhadap tubuhnya, yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek
yang kontak secara terus menerus (anting, make up, pakaian, kursi roda) baik masa lalu maupun
sekarang.

a. Stresor yang terjadi pada citra tubuh

1. Perubahan ukuran tubuh : penurunan berat badan


2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invansif (operasi, daerah pemasangan infus)
3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk disertai dengan pemasangan alat di
dalam tubuh.
4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh
5. Keterbatasan gerak : makan, melakukan kegiatan
b. Tanda dan gejala gangguan citra tubuh

1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah


2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Preakupasi dengan bagian tubuh yang hilang
5. Persepsi negatif terhadap tubuh
6. Mengungkapkan keputusaaan
7. Mengungkapkan ketakutan

2. Ideal Diri

Ideal diri adalah : persepsi individu tentang bagaimana dia harus berperilaku berdasarkan standar
tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Standar ideal diri dapat berhubungan dengan tipe
yang diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial
(Keluarga, budaya,keinginan, ambisi, ).

Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi orang yang penting pada
dirinya yang memberikan tuntunan atau harapan. Pada usia remaja ideal diri akan dibentuk
melalui proses identifikasi pada orang tua, guru, teman. Gangguan ideal diri adalah ideal diri
yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realitis ideal diri yang samar dan tidak jelas serta
cenderung menuntut.

Ada faktor yang mempengaruhi ideal diri :

1. Kecenderungan individu menempatkan diri pada batas kemampuannya.


2. Faktor body akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri kemudian standar ini
ditetapkan dengan standar kelompok teman.
3. Ambisi dan keinginan untuk melebih dan berhasil, kebutuhan yang realitas keinginan
untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas, rendah diri.

3. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri.

Pencapaian ideal diri atau cita-cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan yang berharga,
jika individu sukses maka cenderung harga diri tinggi. Jika individu sering gagal cenderung
harga diri rendah.

Menurut (Stuart dan Sundeen 1991) empat cara meningkatkan harga diri rendah pada anak:

1. Memberikan kesempatan untuk berhasil


Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan kemudian beri pengetahuan dan pujian
akan keberhasilan.
2. Menanamkan gagasan
Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreativitas anak untuk berkembang.
3. Mendorong aspirasi
Pertanyaan dan anak perlu ditanggapi dengan memberikan penjelasan yang sesuai,
berikan pengetahuan dan sokongan untuk aspirasi yang positif dan bermakna.
4. Membantu membentuk koping
Pada tiap tahap perkembangan individu mempunyai tugas perkembangan yang harus
diselesaikan. Anak akan merasa lebih berhasil jika diterima dan diakui oleh orang lain
merasa mampu menghadapi kehidupan merasa dapat mengontrol dirinya, harga diri
rendah yang rendah berhubungan dengan interpersonal yang buruk dan terutama
menonjol pada pasien skizotrenia dan depresi.

Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara :

1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang secara tiba-tiba. Misal : dicerai, putus sekolah, putus hubungan
kerja, operasi.
2. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau
dirawat. Pasien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit atau dirawat
akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon
yang maladaptif.

Tanda dan gejala yang dapat dikaji :

Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misal
malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar,rasa bersalah pada diri
sendiri, merendahkan martabat,gangguan hubungan sosial,kurang percaya diri,mencederai diri.

4. Peran

Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya dimasyarakat (Kelliat, B.A, 1998). Posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor
terhadap peran, stress peran terdiri dari konflik peran, peran tidak jelas, peran yang terlalu
banyak.

Sikap peran terdiri dari :

1. Konflik peran : dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem individu atau dua
peran yang konflik satu sama lain.
2. Peran yang tidak jelas : terjadi jika individu diberi peran yang tidak jelas dalam hal
perilaku dan penampilan yang diharapkan.

 Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam proses transisi merubah nilai dan sikap,
misalnya seseorang yang masuk ke dalam suatu profesi dimana terjadi konflik antara nilai
individu dan profesi.

 Peran berlebih jika seseorang individu menerima banyak peran misal sebagai istri, ibu, perawat,
mahasiswa dituntut melakukan banyak hal terjadi tidak terjadi waktu untuk menyelesaikan.
Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan peran harus dilakukan (Stuart
dan Sundeen, 1991) :

1. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran


2. Konsistensi respon yang berarti terhadap peran yang dilakukan
3. Kesesuaian dan keseimbangan
4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
5. Pemisahan situasi yang akan mendapatkan ketidaksesuaian berperilaku peran

5. Identitas Diri

Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian
yang merupakan sitesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Kelliat,
BA, 1992).

Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda
dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan yang berharga,
kemampuan dan pengguasaan diri seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima
dirinya.

Menurut oleh Budi Ana Kelliat tahun 1992 mengidentifikasikan enam ciri pertahanan ego :

1. Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain.
2. Mengakui jenis kelamin sendiri
3. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
4. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
5. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang
6. Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan
Etiologi

1. Gangguan citra tubuh


Mekanisme : gangguan citra tubuh merupakan perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk struktur fungsi keterbatasan makna dan obyek
yang sering kontak dengan tubuh, pasien biasanya tidak dapat menerima kondisinya
merasa kurang sempurna kemudian akan timbul harga diri rendah.
2. Ideal diri tidak realistik
Mekanisme : ideal diri yang terlalu tinggi sukar dicapai dan tidak realitas ideal diri yang
suram dan tidak jelas, cenderung menuntut. Kegagalan-kegagalan yang dialami dan
fantasi yang terlalu tinggi tidak dapat dicapai membuat frustasi dan akan timbul harga
diri rendah (Keliat, 1998)

Faktor presdiposisi

1. Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah


Pengalaman masa kanak-kanak merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan
masalah atau gangguan konsep diri. Anak-anak sangat peka terhadap perlakuan dan
respon orang tua, lingkungan, sosial, budaya. Orang tua yang kasar, membenci dan tidak
menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian diri sehingga individu tersebut
kurang mengerti akan dan tujuan kehidupan, gagal menerima tanggung jawab terhadap
dirinya sendiri, tergantung pada orang lain serta gagal mengembangkan kemampuan diri.
Sedangkan faktor biologis, anak dengan masalah biologis juga bisa menyebutkan harga
diri rendah.
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
Peran sesuai jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh masyarakat misalnya wanita
dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang objektif, kurang rasional, dibandingkan
pria. Sedangkan pria dianggap kurang sensitif, kurang hangat. Sesuai dengan standar
tersebut wanita dan pria tidak berperan seperti lazimnya, maka akan dapat menimbulkan
konflik diri maupun hubungan sosial.
3. Faktor yang mempengaruhi Identitas diri
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menjadikan kurang percaya diri pada anak-
anak akan ragu apakah yang dipilih tepat dan jika tidak sesuai dengan keinginan orang
tua maka akan timbul rasa bersalah.
(Kelliat, 1992)

Faktor presipitasi

Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan individu
yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri
dan kemampuannya. Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan
kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti pola asuh anak tidak tepat misal terlalu
dilarang, dituntut, cita-cita tidak dicapai gagal bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
(Stuart and Sundeen, 1992)

Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi transisi peran yang dapat menimbulkan stress
tersendiri bagi individu. Stuart dan Sundeen (1991) mengidentifikasi Transisi peran menjadi tiga
kategori :

1. Transisi perkembangan
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap
perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang
berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi konsep diri.
2. Transisi peran situasi
Transisi peran situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurangnya
orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi
berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang
dapat menimbulkan ketegangan peran yaitu konflik peran tidak jelas atau peran
berlebihan.
3. Transisi peran sehat sakit
Stressor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat
perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep
diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran, harga diri.

Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang dapat di kaji pada gangguan harga diri rendah menurut Carpenito,L.J
(1998):

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit
misalnya malu dan sedih karena rambut rontoksetelah mendapat terapi sinar
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri ,misalnya tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah
sakit, menyalahkan diri sendiri
3. Merendahkan martabat misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu , saya tidak tahu apa-
apa atau saya tidak tahu apa-apa atau saya orang bodoh.
4. Gangguan hubungan sosial , seperti menarik diri klien tidak ingin bertemu dengan orang
lain, suka menyediri
5. Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan ,misalnya memilih alternative
tindakan.
6. Mencederai diri ,akibat harga diri rendah di sertai harapan yang suram,mungkin pasien
ingin mengakhiri kehidupan.

Proses terjadinya masalah

Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang suatu nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai ideal diri (Stuart dan Sudden, 1991).
Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal menerima tanggung jawab
untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung pada orang tua dan gagal mengembangkan
kemampuan sendiri. Ia mengingkari kebebasan mengekspresikan sesuatu termasuk kemungkinan
berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri sendiri, sehingga
ideal diri yang ditetapkan tidak tercapai.

Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka disfungsional dan individu
yang mengalami gangguan ini mempunyai koping yang tidak konstruktif atau kopingnya mal
adaptif.
Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan gangguan harga diri rendah adalah isolasi sosial :
menarik diri karena adanya perasaan malu kalau kekuaranganya diketahui oleh orang lain.

Stuart dan Sundeen (1995) mengemukakan sembilan cara individu mengekspresikan secara
langsung terkait dengan harga diri rendah :

1. Mengejek dan mengriktik diri sendiri : Pasien mempunyai pandangan negatif tentang
dirinya dan Pasien sering mengatakan dirinya bodoh dan tidak tahu apa-apa,
2. Merendahkan atau mengurangi martabat : Pasien menghindari,mengabaikan atau
menolak kemampuan yang nyata dimiliki,
3. Manifestasi klinik, tekanan darah meningkat, penyakit psikomatis dan penyalahgunaan
obat,
4. Rasa bersalah dan khawatir : Pasien menghukum dirinya sendiri ini dapat ditampilkan
berupa fobis, obsesi, menolak dirinya sendiri
5. Menunda keputusan : Pasien sangat ragu- ragu dalam mengambil keputusan,
6. Rasa aman terancam : seseorang mungkin tidak melaporkan perilaku kasar terhadap
dirinya, gangguan berhubungan karena ketakutan,
7. Penolakan dan harga diri rendah : Pasien menjadi kejam, merendahkan diri atau
mengekspresikan orang lain, perilaku ini adalah menarik diri atau isolasi sosial yang
disebabkan oleh perasaan tidak berharga, menarik diri dari realitas,
8. Bila kecemasan yang disebabkan oleh penolakan diri sendiri mencapai tingkat berat atau
panik, pasien mungkin mengalami gangguan asosiasi, halusinasi, curiga, cemburu,
paranoid, merusakan diri,
9. Harga diri rendah dapat mendorong pasien mengakhiri kehidupan, merusak atau melukai
orang

Gangguan perilaku konsep diri dapat dibagi sebagai berikut :

a. Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah

Stuart dan Sundeen (1991) mengemukakan sepuluh cara individu mengekpresikan secara
langsung harga diri rendah :

1. Mengejek dan mengkritik diri sendiri


2. Merendahkan diri
3. Rasa bersalah
4. Manifestasi fisik
5. Menunda keputusan
6. Menarik diri dari realitas
7. Gangguan berhubungan
8. Merusak diri
9. Melukai orang lain
10. Menolak tekanan

b. Perilaku yang berhubungan dengan kekacauan identitas

Perilaku yang berhubungan dengan kekacauan identitas terjadi karena kegagalan


mengintegrasikan berbagai identifikasi pada masa kanak- kanak secara selaras dan harmonis.
Perilaku yang berhubungan dengan identitas kabur adalah hubungan interpersonal yang kacau
atau masalah hubungan intim, pasien mengalami kesukaran tampil sesuai dengan jenis
kelaminnya.

c. Perilaku berhubungan dengan depersonalisai

Jika individu mengalami tingkat panik dari kecemasan maka respon mal adaptif terhadap
masalah identitas akan bertambah yang mengakibatkan pasien menarik diri realitas.
Depersonalisasi adalah perasaan yang realitas dimana pasien tidak dapat membedakan stimulus
dari dalam atau luar dirinya (Stuart dan Sundeen, 1991), ini merupakan perasaan asing akan diri
sendiri, pasien sukar membedakan dirinya dengan orang lain atau lingkungan.

Depersonalisasi adalah pengalaman subjektif yang dapat merusak ego depersonalisasi dapat
terjadi pada depresi, skizofrenie.

Mekanisme koping

Mekanisme koping pada gangguan konsep diri dapat dibagi menjadi dua koping jangka pendek
dan koping jangka panjang (Stuart dan Sundeen, 1991).

a. Koping jangka pendek

1. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis misalnya : pemakaian
obat, ikut musik rock, olahraga berat.
2. Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas misalnya ikut kelompok tertentu
untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki kelompok
3. Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri atau
identitas diri yang kabur misalnya aktivitas yang kompetitif, olah raga.
4. Aktivitas yang memeri arti dari kehidupan misalnya : penjelasan tentang keisengan akan
menurunnya kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri dan orang lain.

b. Koping jangka panjang

Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka panjang. Penyelesaikan
positif akan menghasilkan ego identitas dan keunikan individu.

Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan masyarakat. Remaja mungkin
menjadi anti sosial, ini dapat remaja ini mengatakan “ saya mungkin lebih baik menjadi anak
tidak baik daripada tidak jadi apapun.
Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut menggunakan ego-oriented reaction
(mekanisme pertahanan diri), yang digunakan adalah fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi,
mengisar.

Dalam keadaan yang semakin bera dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan penyesuaian
sebagai berikut : psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia, nervosa, bunuh diri, kriminal,
persetubuhan dengan siapa saja, kenakalan, penganiayaan.

Pohon Masalah

Gambar Pohon masalah Ganguan Harga Diri. Sumber : Kelliat, 1998

Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial : menarik diri


2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Koping individu tidak efekti (Kelliat, 1998)

Psikopatologi
Sumber : Siswanto ,2003

Anda mungkin juga menyukai