Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegagalan (risk off ailures) pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan,
dan saat kecelakaan kerja seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek
kerugian (loss). Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai
berikut:
Kelelahan (fatigue)
Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition)
Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya
(pre-cause) adalah kurangnya training
Karakteristik pekerjaan itu sendiri.
Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan
terkonsentrasi di tempat atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah sifat
pekerjaan yang mudah menjadi penyebab kecelakaan (elevasi, temperatur, arus
listrik, mengangkut benda-benda berat dan lain-lain), sudah sewajarnya bila pengelola
proyek atau industri mencantumkan masalah keselamatan kerja pada prioritas
pertama. Dengan menyadari pentingnya aspek keselamatan dan kesehatan kerja
dalam penyelenggaraan proyek, terutama pada implementasi fisik, maka
perusahan/industri/proyek umumnya memiliki organisasi atau bidang dengan tugas
khusus menangani maslah keselamatan kerja. Lingkup kerjanya mulai dari menyusun
program, membuat prosedur dan mengawasi, serta membuat laporan penerapan di
lapangan. Dalam rangka Pengembangan Program Kesehatan Kerja yang efektif dan
efisien, diperlukan informasi yang akurat, dan tepat waktu untuk mendukung proses
perencanaan serta menentukan langkah kebijakan selanjutnya.
Penyusunan progrma, membuat prosedur, pencatatan dan mengawasi serta
membuat laporan penerapan di lapangan yang berkaitan dengan keselamatan kerja
bagi para pekerja kesemuanya merupakan kegiatan dari manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja.
Dalam rangka menghadapi era industrialisasi dan era globalisasi serta pasar
bebas (AFTA) kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat
yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi antar negara yang harus dipenuhi oleh
seluruh negara anggota termasuk Indonesia. Beberapa komitmen global baik yang
berskala bilateral maupun multilateral telah mengikat bangsa Indonesia untuk
memenuhi standar. Standart acuan terhadap berbagai hal terhadap industri seperti
kualitas, manajemen kualitas, manajemen lingkungan, serta keselamatan dan
kesehatan kerja. Apabila saat ini industri pengekspor telah dituntut untuk menerapkan
Manajemen Kualitas (ISO-9000, QS-9000) serta Manajemen Lingkungan (ISO-14000)
maka bukan tidak mungkin tuntutan terhadap penerapan Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan kerja juga menjadi tuntutan pasar internasional.
Untuk menjawab tantangan tersebut Pemerintah yang diwakili oleh Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah menetapkan sebuah peraturan perundangan
mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomuor : PER.05/MEN/1996.
Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 di
tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien, dan produktif.
B. PERMASALAHAN
1. Seperti apakah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu?
2. Apa manfaat Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
BAB II
PEMBAHASAN
1) Integrasi
2) Tanggungjawab dan Tanggung Gugat
3) Konsultasi, Motyivasi dan Kesadaran
4) Pelatihan dan Kompetensi
3. DASAR HUKUM
Sebagai dasar hukum pembentukan, susunan, dan tugas Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ialah Undang-undang No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pasal 10 ayat (1), (2) dengan peraturan pelaksanaannya
yaitu :
Keputusan Menteri Tenaga kerja No. KEP-125/MEN/82 tentang Dewan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah
dan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang disempurnakan
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-155/MEN/84.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-04/MEN/87 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan
Kerja.
4. PEMBENTUKAN
a. Syarat Pembentukan
Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu, pengusaha atau pengurus wajib
membentuk P2K3..
b. Syarat Keanggotaan
1. Keanggotaan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdiri atas unsur
pengusaha dan tenaga kerja yang susunannya terdiri dari atas ketua, sekretaris dan
anggota.
2. Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja atau Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
perusahaan.
3. Ketua P2K3 ialah Pimpinan Perusahaan atau salah satu Pimpinan Perusahaan yang
ditunjuk (khusus untuk kelompok perusahaan/centra industri).
4. Jumlah dan susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
sebagai berikut :
a. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 (seratus) orang atau lebih, jumlah
anggota sekurang-kurangnya 12 (dua belas) orang terdiri dari 6 (enam) orang
mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 6 (enam) orang mewakili tenaga kerja.
b. Pengusaha yang mempunyai tenaga kerja 50 (lima puluh) orang sampai 100 (seratus)
orang, jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 (enam) orang terdiri dari 3 (tiga) orang
mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3 (tiga) orang mewakili tenaga kerja.
c. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 50 (lima puluh), dengan tingkat risiko
bahaya sangat berat jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 (enam) orang terdiri dari
3 (tiga) orang mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3 (tiga) orang mewakili
tenaga kerja.
d. Kelompok perrusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang 50 (lima puluh) untuk
setiap anggota kelompok, jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 (enam) orang terdiri
dari 3 (tiga) orang mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3 (tiga) orang
mewakili tenaga kerja.
c. Struktur Organisasi
. Bentuk organisasi dan kepengurusan
Suatu organisasi P2K3 dapat mempunyai banyak variasi tergantung pada
besarnya, jenisnya bidang, bentuknya kegiatan dari perusahaan dan sebagainya.
Kepengurusan dari pada organisasi P2K3 terdiri dari seorang Ketua, Wakil Ketua,
seorang atau lebih Sekretaris dan beberapa anggota yang terdiri dari unsur
pengusaha dan pekerja.
a. Ketua dijabat oleh salah seorang Pimpinan Perusahaan yang mempunyai
kewenangan dalam menetapkan kebijaksanaan di perusahaan.
b. Sekretaris dapat dijabat oleh ahli K3/Petugas K3 (Safety Officer) atau calon yang
dipersiapkan untuk menjadi Petugas K3.
c. Para anggota terdiri dari wakil unit-unit kerja yang ada dalam perusahaan dan telah
memahami permasalahan K3.
Bagi Pekerja
Bagi Perusahaan
Lingkungan
Meningkatnyalingkungan tempat kerja yang sehat dan tempat kerja
aman serta nyaman menjadi lebih
Citra Perusahaan Positif sehat
Meningkatkan moral staf Meningkat
Menurunnya angka absensi nya percaya
Kebijakan K3
Perusahaan harus menetapkan dan memelihara kebijakan K3 yang menunjukkan
komitmen perusahaan terhadap keselamatan dalam operasi angkutan.
Perencanaan K3
1. Pemeriksaan Dan Tindakan Koreksi
Pemantauan dan Pengukuran Kinerja
Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur mengenai pemantauan dan
pengukuran Kinerja K3 perusahaan yang mencakup :
Inspeksi dan Pengujian
Perusahaan harus menetapkan prosedur mengenai inspeksi dan pengujian yang
menfcakup :
2. Tinjauan Manajemen
Perusahaan harus melakukan tinjau ulang oleh manajemen secara berkala
untuk menilai dan mengetahui pelaksanaan SMK3 dalam perusahaan serta
permasalahan yang dihadapi untuk peningkatan berkelanjutan
Kriteria Manajeman
Manajemen Perubahan
Penyelidikan Kejadian
Penanggulangan Darurat
Keterpaduan Mekanis
Audit
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan ;
1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara normatif
sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1, adalah bagian dari sistem
manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggungjaeab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan
bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan.
2. Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai manfaat langsung
maupun tidak langsung.
3. Promosi K3 adalah salah satu cara untuk meningkatkan K3
B. S A R A N
1. Untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja diperlukan adanya
manajemen K3.
2. Belum maximalnya pelaksanaan Managemen K3 disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dan informasi tentatang manajemen K3, untuk itu kepada Menteri terkait
dan Dunia Industri agar diadakan sosialisasi secaras terus menerus.
3. Perlu peningkatan Promosi Keselamatan Kerja pada setiap Dunia Kerja agar semua
orang mementingkan Keselamtan kerja itu sendiri.
4. Sekolah secara khusus SMK yang dipersiapkan untuk tenaga kerja menengah
kebawah hendaknya dibekali dengan Manajemen K3.
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegagalan (risk off ailures) pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan,
dan saat kecelakaan kerja seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian
(loss). Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut:
Kelelahan (fatigue)
Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition)
Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya (pre-
cause) adalah kurangnya training
Karakteristik pekerjaan itu sendiri.
Perkembangan industri mempunyai korelasi dengan pekerja. Banyak industri yang
prosesnya berdampak negative terhadap kesehatan dan keselamatan pekerjanya, seperti
industri bahan kimia, jasa konstruksi, nuklir, plastik, besi,baja,dan masih banyak lagi. Sejalan
dengan hal ini, maka industri – industri yang berdampak bagi pekerjanya harus mengelola
lingkungan kerjanya agar dapat menurunkan dampak tersebut. Sikap kritis dari masyarakat
dunia juga mendorong industry yang beresiko ke pekerja untuk menerapkan suatu sistem
pengelolaan yang aman bagi pekerjanya.
Penyusunan program, membuat prosedur, pencatatan dan mengawasi serta membuat
laporan penerapan di lapangan yang berkaitan dengan keselamatan kerja bagi para pekerja
semuanya merupakan kegiatan dari manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) adalah
terciptanya sistem K3 di tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah
dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien, dan produktif.
B. RUMUSAN MASALAH
DEFINISI SISTEM MANAJEMEN K3
TUJUAN SISTEM MANAJEMEN K3
MANFAAT SISTEM MANAJEMEN K3
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa definisi, tujuan, dan
manfaat dari manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Dan makalah ini juga dapat menjadi
referensi tambahan bagi kami selaku calon sarjana kesehatan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Traditional Management;
4. Innovative Management;
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman dalam
bekerja.
5. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan. Perawatan terhadap
mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat semakin lama.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem manajemen K3 adalah sistem manajemen yang terintergrasi untuk menjalankan
dan mengembangkan kebijakan K3 yang telah ditetapkan perusahaan serta menanggulangi
resiko bahaya yang mungkin terjadi di perusahaan. System manajemen K3 mempunyai tujuan
umum dan tujuan khusus. Apabila tujuan-tujuan tersebut telah tercapai, dapat membawa
manfaat bagi perusahaan atau industri,lingkungan, dan juga bagi pekerja yang bersangkutan,
dimana manfaat tersebut dapat berupa manfaat secara langsung maupun tidak langsung.
B. SARAN
Untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan adanya manajemen K3.
Agar kebijakan-kebijakan yang disusun oleh manajemen K3 dapat terlaksana dengan baik
maka diperlukan sosialisasi secara terus-menerus oleh oknum-oknum yang bersangkutan
dengan bidang tersebut, sosialisasi tersebut dapat berupa Promosi Keselamatan Kerja pada
setiap Dunia Kerja agar semua orang mementingkan Keselamtan kerja itu sendiri.
Daftar Pustaka
http://id.shvoong.com/business-management/human-resources/2185872-definisi-sistem-
manajemen-keselamatan-dan/
http://healthsafetyprotection.com/konsep-sistem-manajemen-k3/
www.tiraaustenite.com/v3/media/manajemen-k3-july2007.pdf
www.ibrosys.com/manajemen-k3.html
MAKALAH K3 (KESEHATAN KESELAMAN DAN KERJA)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian
yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya
korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya.
Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-
satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.
Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja,
kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia menurut data PT.
Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500
cacat tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Konpensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan
7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari
seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia
usaha.(DK3N,2007). Melihat angka-angka tersebut tentu saja bukan suatu hal yang membanggakan, akan tetapi
hendaklah dapat menjadi pemicu bagi dunia usaha dan kita semua untuk bersama-sama mencegah dan
mengendalikannya.
Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat
kerja.Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum K3 merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat ditegakkan, untuk itu diperlukan
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang K3. Bahkan ditingkat internasionalpun telah disepakati
adanya konvensi-konvensi yang mengatur tentang K3 secara universal sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, baik yang dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO, maupun tingkat
regional.
Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat kecelakaan akan menurun, sehingga
kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun, dan biaya tenaga kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3
yang efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Hal ini
pada gilirannya kemudian dapat mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum
merasakan perlunya dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi
salah satu budaya industrial.
Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan
dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga
kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan
demikian K3 sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat
mencegah korban manusia..
Dengan demikian untuk mewujudkan K3 diperusahaan perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan
pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja sendiri baik
sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud dengan memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh
perusahaan, mulai diterapkan manajemen risiko, sebagai inti dan cikal bakal SMK3. Penerapan ini sudah mulai
menerapkan pola preventif terhadap kecelakaan kerja yang akan terjadi.
Manajemen risiko menuntut tidak hanya keterlibatan pihak manajemen tetapi juga komitmen manajemen dan
seluruh pihak yang terkait. Pada konsep ini, bahaya sebagai sumber kecelakaan kerja harus harus teridentifikasi,
kemudian diadakan perhitungan dan prioritas terhadap risiko dari bahaya tersebut dan terakhir adalah
pengontrolan risiko.
Ditahap pengontrolan risiko, peran manajemen sangat penting karena pengontrolan risiko membutuhkan
ketersediaan semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, karena pihak manajemen yang sanggup
memenuhi ketersediaan ini. Semua konsep-konsep utama tersebut semakin menyadarkan akan pentingnya
kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk manajemen yang sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi
dengan manajemen perusahaan yang lain. Integrasi ini diawali dengan kebijakan dari perusahaan untuk
mengelola K3 menerapkan suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Salah satu kebijakan K3 Nasional 2007-2010 adalah pemberdayaan pengusaha, tenaga kerja dan pemerintah
agar mampu menerapkan dan meningkatan budaya K3, diantara programnya berupa pelaksanaan K3 di sektor
pemerintahan dengan target 50 % departemen melaksanakan K3 pada tahun 2010.
Pengelolaan ini memiliki pola “Total Loss Control” yaitu sebuah kebijakan untuk menghindarkan kerugian bagi
perusahaan-property, personil di perusahaan dan lingkungan melalui penerapan sistem manajemen K3 yang
mengintegrasikan sumber daya manusia, material, peralatan, proses, bahan, fasilitas dan lingkungan dengan
pola penerapan prinsip manajemen yaitu Planning, Do, Check and Improvement (PDGI).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum.
Mahasiswa mampu mengetahui tentang cara-cara pencegahan kesehatan kerja diproyek kontruksi khususnya.
b. Tujuan khusus
BAB II
PEMBAHASAN
TEKNOLOGI KESELAMATAN
1. PENGERTIAN KESELAMATAN
Keselamatan adalah : suatu keadaan aman , dalam suatu kondisi yang aman secara fisik, sosial, spiritual, finasial,
politis, emosional, pekerjaan, priskologis, ataupun pendidikan dan terhindar dari ancaman terhadap faktor-
faktor tersebut. Untuk mencapai hal ini, dapat dilakukan perlindungan terhadap suatu kejadian yang
memungkinkan terjadinya kerugian Ekonomi atau kesehatan
2. JENIS KESELAMATAN.
perluh dilakukan pembedaan antara produk yang memenuhi standar, yang aman dan yang dirasakan aman.
keselamatan normatif: digunakan untuk menerangkan produk atau desain yang memenuhi standar desain.
keselamatan substantif: digunakan untuk menerangkan pentingnya keadaan aman, meskinpun mungkin tidak
memenuhi standar.
keselamatan yang dirasakan: digunakan untuk menerangkan keadaan aman yang timbul dalam persepsi orang.
Keselamatan umumnya didefinisikan sebagai evaluasi dampak dari adanya resiko kematian, cedera atau
kerusakan pada manusia atau benda. Resiko ini dapat timbul karena adanya situasi yang tidak aman atau
tindakan yang tidak aman.
Lingkungan kerja dengan kondisi ekstrim (bertemperatur sanggat tinggi atau rendah atau bertekanan tinggi)
atau terdapat senyawa kimia yang berbahaya
Sebagai respons dari resiko ini Berbagai tindakan diambil sebagai pencengahan
Sebagai tindakan pencengahan akhir,dilakukan asuransi yang akan memberikan kompensasi atau restutusi bila
terjadi kecelakaan atau kerusakan.
SISTEM KESELAMATAN
sistem keselamatan adalah: cabang ilmu teknis. Perubahan teknologi secara kontinu, peraturan lingkungan serta
perhatian terhadap keselamatan publik menyebabkan berkembangya sistem keselamatan. Keselamatan
umumnya dipandang sebagai gabungan dari berbagai aspek:
1. Kualitas
2. Kehandalan
3. Ketersediaan
4. Kestabilan
5. Keamanan
PENGGUKURAN KESELAMATAN
Penggukuran keselamatan adalah aktifitas yang dilakukan untuk meningkatkan keselamatan, contohnya
menggurangi resiko kecelakaan. Beberapa resiko kecelakaan meliputi:
1. pengamatan visual terhadap keadaan tidak aman seperti terdeteksinya pintu keluar darurat yg tertutupi oleh
barang yang disimpan
2. pmeriksaan visual terhadap cacat seperti retak sambungan yang kendor
3. analisis kimia x-ray untuk memeriksa objek yang tertutup seperti hasil pengelasan tembok semen, atau kulit
bagian luar pesawat.
4. pemeriksaan fisik untuk menentukan apakah seseorang berada dalm keadaan yang mungkin menyebabkan
masalah
5. evaluasi priodik terhadap karyawan, departemen-departemen
6. survei lingkungan untuk mengamati tinggkat pencemaran lingkungan.
ORGANISASI STANDARISASI
Pada saat ini , terdapat berbagai organisasi yang menggatur standar Keselamatan ini dapat berupa organisasi
publik ataupun organisasi perintah.
Salah satu organisasi standar diAmerica Serikat yang banyak dijadikan acuan oleh dunia adalah American
National Standar Institute (ANSI).pada umumnya beberapa anggota dari suatu jenis industri secara suka rela
membentuk komite untuk mempelajari suatu masalah keselamatan dan kemudian mengajukan standarisasi.
Standarisasi ini diajukan ke ANSI yang kemudian melakukan peninjauan yang akhirnya mengadopsi standarisasi
yang telah dibuat. Sebagian anturan pemerintah menentukan bahwa produk yang dijual harus memenuhi
standarisasi ANSI tertentu
1. lembaga pemerintah
Beberapa lembaga pemerintah menerapkan standarisasi untuk meningkatkan keselamatan. Contoh dari
lembaga ini adalah BPOM (baan dan pengawas obat dan makanan).
ilmu terapan meliputi: kecerdasan buatan, teknologi keramik, elektronika, teknologi komputasi, teknologi
energi, penyimpanan energi, rekayasa fisika, teknologi , teknik material, mikroteknologi, nanoteknologi,
teknologi nuklir, komputer guantum.olahraga dan rekleasi meliputi: peralatan kemah, tempat bermain,
peralatan olahraga. informasi dan komunikasi meliputi: teknologi informasi, teknologi komunikasi, grafis,
teknologi musik, pengenalan suara, teknologi visual. industri meliputi: kontruksi, teknik finansial, manufaktur,
mesin dan pertambangan militer meliputi: bom, senapan, amunisi, teknologi militer dan peralatan.rumah tangga
meliputi: peralatan rumah tangga, teknologi pendidikan, dan teknologi pangan.teknik meliputi: teknik biomedis,
teknik kelautan, teknik keselamatan, teknik penerbanggan, teknik kesehatan dan teknik
kimia,elektro,komputer,listrik.kesehatan dan keselamatan meliputi: biomedis, bioformatika, bioteknologi,
informatika kimiawi, teknologi perlindungan kebakaran, farmakologi, teknik keselamatan, dan teknik
kesehatan.tranportasi meliputi: angkasa luar, teknik penerbangan, teknik perkapalan, kendaraan bermotor,
teknologi luar angkasa.
Laboratarim kimia merupakan kelengkapan sebuah program studi yang digunakan untuk meningkatkan
ketrampilan penggunaan dan pemakaian bahan kimia peralatan analisis (instrumentasi).dalam pengunaan
lanjut, laboratarium merupakan sarana untuk melaksanakan kegiatan penelitiaan ilmiah di
.laboratarium kimia dg segala kelengkapan peralatan dan bahan kimia merupakn tempat berpontensi
menimbulkan bahaya kepada para penggunanya jika para pekerja didalamnya tidak dibekali dg pengetahuan
Kesehatan dan keselamatan kerja secara fisiologi adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para penguna
diharapkan dapat melakukan pekerjaan dg aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun dilakukan
oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para
perkerja yang bersangkutan dapat melakukan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja dg cara penerapan
teknologi pengendalian segala aspek yang berpontensi membahayakan para perkerja. Peningkatan kemampuan
dalam membuat alat teknologi baru haryang mungkin timbul akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi antra lain menyangkut ukuran alat,alat pengendali,kemempuan dan ketrampilan pekerja,alat
penanggulangan musibah,dan pengawasan yang dilakukan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
keselamatan kerja merupakan suatu keadaan aman dalam suatu kondisi aman secara fisik, sosial, spritual,
finalsial, politis dan emosional.
jenis keselamatan perluh dilakukan pembedaan antara produk yang memenuhi standar, yang aman, dan yang
dirasakan.
resiko dan respon adanya resiko kematian, cedera, atau kerusakan pada suatu benda.
SARAN
patuhlah pada peraturan rambu lalu lintas agar tidak terjadi kecelakaan dan mengurangi resiko kecelakaan
MAKALAH SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA(SMK3)
SISTEM MANAJEMEN
Oleh:
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
1.3 MANFAAT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Catatan 1 Suatu sistem manajemen adalah suatu set elemen yang saling terkait,
digunakan untuk menetapkan kebijakan dan objektif dan untuk mencapai objektif tersebut.
Catatan 2 Suatu sistem manajemen meliputi struktur organisasi, rencana aktivitas (termasuk
misalnya analisa risiko dan menetapkan objektif), tanggung jawab, praktek, prosedur ,
proses dan sumberdaya. Catatan 3 Diadop dari ISO 14001:2004
2.2 DEfinisi
SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk
mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3 dan mengelola risiko K3
Sistem Menajemen K3 Berdasarkan Permenaker No.5 Tahun 1996 adalah bagian dari
sistem
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
(Definisi tempat kerja : darat/perairan/udara/dalam tanah, ada kegiatan usaha, ada tenaga
kerja yang bekerja, ada sumber bahaya)
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan
Jakon)
PRINSIP DASAR
1. Penetapan kebijakan K3
2. Perencanaan penerapan K3
3. Penerapan K3
ELEMEN
2. Pendokumentasian strategi
4. Pengendalian dokumen
5. Pembelian
7. Standar pemantauan
8. Pelaporan dan perbaikan
– organisasi K3
– perencanaan K3
– melakukan penilaian
b. Tinjauan awal K3
– membandingkan penerapan
2. Perencanaan
a. Manajemen Resiko
b. Peraturan perundangan
dapat diukur
indikator pengukuran
sasaran pencapaian
jangka waktu pencapaian
d. Indikator Kinerja
3. Penerapan
a. Jaminan kemampuan
– integrasi
b. Kegiatan pendukung
– komunikasi
– pelaporan
– pendokumentasian
- pengendalian dokumen
– manajemen resiko
– pengendalian administratif
– tinjauan kontrak
– pembelian
yang masih terbatas dibandingkan dengan organisasi internasional. Tapi hal ini
masih dapat dimaklumi karena masalah yang sama juga dirasakan oleh negaranegara di
Asia dibandingkan negara Eropa atau Amerika, karena memang masih
dalam tahap awal. Selain itu sertifikasi SMK3 yang hanya dapat dikeluarkan oleh
(korea), yang juga menggunakan badan sertifikasi swasta. Dan yang utama
Universitas Sumatera Utaratentunya adalah peran aktif dari pengusaha Indonesia yang
masih belum
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sistem manajemen adalah suatu set elemen yang saling terkait, digunakan untuk
menetapkan kebijakan dan objektif dan untuk mencapai objektif tersebut.
Sistem Menajemen K3 Berdasarkan Permenaker No.5 Tahun 1996 adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resikoyang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempatkerja yang aman,
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih
sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan
kerja. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja (”K3 Masih
Dianggap Remeh,” Warta Ekonomi, 2 Juni 2006). Hal ini tentunya sangat
memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap K3 masih rendah.
Padahal karyawan adalah aset penting perusahaan.
Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada perusahaan-
perusahaan besar melalui UU Ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2,1% saja dari
15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah menerapkan Sistem
Manajemen K3. Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh masih adanya
anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan.
Padahal jika diperhitungkan besarnya dana kompensasi/santunan untuk korban
kecelakaan kerja sebagai akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3, yang besarnya
mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 tidak
selayaknya diabaikan. Di samping itu, yang masih perlu menjadi catatan adalah
standar keselamatan kerja di Indonesia ternyata paling buruk jika dibandingkan
dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, termasuk dua negara lainnya, yakni
Bangladesh dan Pakistan. Sebagai contoh, data terjadinya kecelakaan kerja yang
berakibat fatal pada tahun 2001 di Indonesia sebanyak 16.931 kasus, sementara di
Bangladesh 11.768 kasus.
Jumlah kecelakaan kerja yang tercatat juga ditengarai tidak menggambarkan
kenyataan di lapangan yang sesungguhnya yaitu tingkat kecelakaan kerja yang lebih
tinggi lagi. Seperti diakui oleh berbagai kalangan di lingkungan Departemen Tenaga
Kerja, angka kecelakaan kerja yang tercatat dicurigai hanya mewakili tidak lebih dari
setengah saja dari angka kecelakaan kerja yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh
beberapa masalah, antara lain rendahnya kepentingan masyarakat untuk melaporkan
kecelakaan kerja kepada pihak yang berwenang, khususnya PT. Jamsostek. Pelaporan
kecelakaan kerja sebenarnya diwajibkan oleh undang-undang, namun terdapat dua
hal penghalang yaitu prosedur administrasi yang dianggap merepotkan dan nilai
klaim asuransi tenaga kerja yang kurang memadai. Di samping itu, sanksi bagi
perusahaan yang tidak melaporkan kasus kecelakaan kerja sangat ringan.
Sebagian besar dari kasus-kasus kecelakaan kerja terjadi pada kelompok usia
produktif. Kematian merupakan akibat dari kecelakaan kerja yang tidak dapat diukur
nilainya secara ekonomis. Kecelakaan kerja yang mengakibatkan cacat seumur hidup,
di samping berdampak pada kerugian non-materil, juga menimbulkan kerugian
materil yang sangat besar, bahkan lebih besar bila dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan oleh penderita penyakit-penyakit serius seperti penyakit jantung dan
kanker.
Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi.
Tenaga kerja di sektor jasa konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari jumlah tenaga kerja
di seluruh sektor, dan menyumbang 6.45% dari PDB di Indonesia. Sektor jasa
konstruksi adalah salah satu sektor yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja,
disamping sektor utama lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan
pertambangan. Jumlah tenaga kerja di sektor konstruksi yang mencapai sekitar 4.5
juta orang, 53% di antaranya hanya mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat
Sekolah Dasar, bahkan sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini belum pernah mendapatkan
pendidikan formal apapun. Sebagai besar dari mereka juga berstatus tenaga kerja
harian lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja yang formal dengan
perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang
biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai
Sistem Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi.
Contoh kejadian :
1. Tembok Bata Sepanjang 50 Meter Roboh
kejadian yang mencoreng jasa konstruksi di Indonesia kembali terjadi. Lima
pekerja tewas dan sembilan lainnya luka parah tertimpa tembok bangunan pabrik
kayu lapis yang sedang dibangun di Dukuh Sawur, desa Genengsari, Kecamatan
Polokarto, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (11/9). Empat korban tewas di tempat
kejadian sementara satu lainnya meninggal di RS PKU Muhammadidyah Karanganyar
Menurut saksi mata, Imam Hartono, pemilik pabrik, sebelum tembok roboh,
datang angin kencang dari arah barat. “Kejadian berlangsung tiba-tiba, tidak ada
seorang pun tukang bangunan yang menyangka kalau tembok yang sedang dikerjakan
itu runtuh setelah dihantam angin yang datang dari arah barat,” ungkapnya. Menurut
Sutoyo,46, pekerja yang selamat dari tragedi tersebut menyatakan sebelumnya tidak
ada tanda-tanda tembok setinggi lima meter dengan panjang hampir 50 meter yang
sedang dikerjakan itu akan roboh. “Tiba-tiba tembok sebelah barat itu ambruk dan
menimpa teman-teman yang sedang berada di bawahnya,” ujarnya.
2. Pekerja Bangunan Tewas Setelah Terpeleset
TEMPO Interaktif, Jakarta- Seorang pekerja bangunan tewas setelah terjatuh
dari lantai satu proyek bangunan Gandaria City, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Diperkirakan akibat kecelakaan kerja.
"Pekerja itu terpeleset lalu terjatuh dari lantai satu," kata Kepala Kepolisian Sektor
Kebayoran Lama, Komisaris Polisi Makmur Simbolon kepada wartawan.
Menurut dia, kejadian terjadi sekitar pukul 11.00. Ketika itu, pekerja yang belum
diketahui identitasnya itu terpeleset dengan posisi kepala terlebih dulu menghantam
tanah.
"Korban langsung dilarikan ke RS Fatmawati. Diperkirakan meninggal selama
perjalanan," tambah dia.(ANTON WILLIAM Senin, 05 Juli 2010 | 12:50 WIB)
3. Pekerja Bangunan Tewas Terjatuh dari Lantai Sembilan
Surabaya - Seorang pekerja proyek pembangunan gedung dijalan Manyar
Kertoarjo, Surabaya, Jawa Timur, terjatuh dari lantai sembilan atau ketinggian sekitar
38 meter dan tewas seketika di lokasi kejadian,Kamis. Korban tewas bernama Zaenal
Abidin (33), warga Desa Burno, Bojonegoro. Sedangkan rekannya, Kalam (25), warga
Jalan Pandegiling, Surabaya, bernasib lebih beruntung, karena meskipun sama-sama
terjatuh, tetapi masih selamat dan mengalami patah tulang tangan kanan serta rusuk
bagian belakang memar. Salah satu saksi mata, Gatot, mengaku terkejut mendengar
suara benda jatuh dari atas dan ketika dilihat ternyata dua orang pekerja sedang
tergeletak.
"Saya diberitahu teman-teman kalau ada pekerja yang jatuh. Ternyata Zaenal
Abidin dan Kalam. Kemudian, kami membawanya ke Rumah Sakit Dr Soetomo,"
ujarnya. Peristiwa kecelakaan kerja tersebut terjadi usai jam istirahat. Kedua korban
saat itu sedang bertugas menaikkan 10 triplek ke lantai sembilan dengan
menggunakan lift yang tanpa dilengkapi pengaman. Namun, angin yang bertiup
sangat kencang menerpa triplek, sehingga satu di antaranya terjatuh. Tidak berhenti
sampai disitu, angin yang bertiup malah membuat keduanya tak seimbang hingga
terjatuh.
"Korban Zaenal Abidin langsung terjatuh ke tanah, sedang Kalam sempat
tersangkut di lantai empat," kata Gatot. Kapolsek Mulyorejo Komisaris Polisi
Hariyono ketika dikonfirmasi membenarkan peristiwa tersebut dan telah
menurunkan anggotanya ke tempat kejadian perkara (TKP). Pihaknya juga
melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi yang mengetahui peristiwa tersebut.
"Kami belum bisa memastikan, apakah ada tersangka atau tidak dalam kasus ini,"
ujarnya. (20 Jan 2011 21:14:10| Penulis : Fiqih Arfani)
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana kesalahan dalam metode
konstruksi dapat di minimalisir dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui metode konstruksi yang
benar dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan
keselamatan kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian mengenai berbagai aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
penyelenggaraan konstruksi di Indonesia, dapat diambil kesimpulan bahwa bebagai
masalah dan tantangan yang timbul tersebut berakar dari rendahnya taraf kualitas
hidup sebagian besar masyarakat. Dari sekitar 4.5 juta pekerja konstruksi Indonesia,
lebih dari 50% di antaranya hanya mengenyam pendidikan maksimal sampai dengan
tingkat Sekolah Dasar. Mereka adalah tenaga kerja lepas harian yang tidak meniti
karir ketrampilan di bidang konstruksi, namun sebagian besar adalah para tenaga
kerja dengan ketrampilan seadanya dan masuk ke dunia jasa konstruksi akibat dari
keterbatasan pilihan hidup.
Permaslahan K3 pada jasa konstruksi yang bertumpu pada tenaga kerja
berkarakteristik demikian, tentunya tidak dapat ditangani dengan cara-cara yang
umum dilakukan di negara maju. Langkah pertama perlu segera diambil adalah
keteladanan pihak Pemerintah yang mempunyai fungsi sebagai pembina dan juga “the
biggest owner.” Pihak pemilik proyek lah yang memiliki peran terbesar dalam usaha
perubahan paradigma K3 konstruksi. Dalam penyelenggaraan proyek-proyek
konstruksi yang didanai oleh APBN/APBD/Pinjaman Luar Negeri, Pemerintah antara
lain dapat mensyaratkan penilaian sistem K3 sebagai salah satu aspek yang memiliki
bobot yang besar dalam proses evaluasi pemilihan penyedia jasa. Di samping itu, hal
yang terpenting adalah aspek sosialisasi dan pembinaan yang terus menerus kepada
seluruh komponen Masyarakat Jasa Konstruksi, karena tanpa program-program yang
bersifat partisipatif, keberhasilan penanganan masalah K3 konstruksi tidak mungkin
tercapai.
B. Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena
sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu
perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola
secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh elemen yang ikut
terlibat dalam masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN
Wirahadikusumah,Reni.2008.Kecelakaan.(Online),
(lilo.staff.fkip.uns.ac.id/files/2008/09/kecel.. ,diakses 13 Desember 2009)
Warta Ekonomi, ”K3 Masih Dianggap Remeh,” 2 Juni 2006
Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No.
Kep. 174/MEN/1986-104/KPTS/1986: ”Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada Tempat Kegiatan Konstruksi.”
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 384/KPTS/M/2004
”Tentang Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan
Konstruksi Bendungan.”
Hinze, J., and Bren, K. (1997). “The Causes of Trenching Related Fatalities and
Injuries,”
Proceedings of Construction Congress V: Managing Engineered Construction in
Expanding Global Markets, ASCE, pp 389-398.
Keppres RI No.22 Tahun 1993 ”Tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan
Kerja.”
King, R.W. and Hudson, R. (1985). “Construction Hazard and Safety Handbook:
Safety.” Butterworths, England.
Occupational Safety and Health Administration (Revisi 2000). “Occupational Safety
and Health Standards for the Construction Industry” (29 CFR Part 1926) – U.S.
Department of Labor.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980 “Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.”
Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 1993 “Tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja.”
Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja
No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: “Pedoman Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.”
The Business Roundtable (1982). “Improving Construction Safety Performance”. A
CICE