Sembelit atau konstipasi merupakan keadaan tertahannya feses (tinja) dalam usus besar
pada waktu cukup lama karena adanya kesulitan dalam pengeluaran. Hal ini terjadi akibat tidak
adanya gerakan peristaltik pada usus besar sehingga memicu tidak teraturnya buang air besar
dan timbul perasaan tidak nyaman pada perut(Akmal, dkk, 2010).
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi mengalami stasis
usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras,serta tinja yang keluar jadi
terlalu kering dan keras (Uliyah, 2008).
Konstipasi adalah suatu gejala bukan penyakit. Di masyarakat dikenal dengan istilah sembelit,
merupakan suatu keadaan sukar atau tidak dapat buang air besar,feses (tinja) yang keras, rasa
buang air besar tidak tuntas (ada rasa ingin buang air besar tetapi tidak dapat mengeluarkannya),
atau jarang buang air besar. Seringkali orang berpikir bahwa mereka mengalami konstipasi
apabila mereka tidak buang air besar setiap hari yang disebut normal dapat bervariasi dari tiga
kali sehari hingga tiga kali seminggu (Herawati, 2012)..
Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya
frekuensi buang air besar, sensasi tidak puas/lampiasnya buang air besar, terdapat rasa
sakit, perlu ekstra mengejan atau feses yang keras. Disepakati bahwa buang air besar
yang normal frekuensinya adalah 3 kali sehari sampai 3 hari sekali. Dalam praktek
sehari-hari dikatakan konstipasi bila buang air besar kurang dari 3 kali seminggu atau
3 hari tidak buang air besar atau buang air besar diperlukan mengejan secara
berlebihan (Djojoningrat, 2009).
Konstipasi berarti pelannya pergerakan tinja melalui usus besar dan sering
disebabkan oleh sejumlah besar tinja yang kering dan keras pada kolon desenden yang
menumpuk karena absorpsi cairan yang berlebihan (Guyton, 2007).
Konstipasi adalah kesulitan atau jarang defekasi yang mungkin karena feses keras atau kering
sehingga terjadi kebiasaaan defekasi yang tidak teratur, faktor psikogenik, kurang aktifitas,
asupan cairan yang tidak adekuat dan abnormalitas usus. (Paath, E.F. 2004)
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah gangguan pada sistem pencernaan di mana
seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan tinja yang berlebihan
sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat
pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan obstipasi
yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya.
Patofisiologi
Buang air besar yang normal adalah 3 kali sehari sampai 3 hari sekali. Dikatakan konstipasi bila
buang air besar kurang dari 3 kali perminggu atau lebih dari 3 hari tidak buang air besar harus
mengejan secara berlebihan. (http://www.eprints.ums.ac.id/389/1/1.2006). Konstipasi ini
biasanya terjadi pada ibu hamil trimester II dan III. (Piego, J.H. 2004)
Epidemiologi konstipasi
Konstipasi merupakan keluhan saluran cerna yang terbanyak pada usia lanjut.
Terjadi peningkatan keluhan ini dengan bertambahnya usia; 30-40% orang berusia di
atas 65 tahun mengeluh konstipasi. Di Inggris, 30% orang berusia 60 tahun
merupakan konsumen yang teratur menggunakan obat pencahar. Di Australia, sekitar
20% dari populasi berusia di atas 60 tahun mengeluh mengalami konstipasi dan lebih
banyak terjadi pada perempuan dibandingkan pria. Suatu penelitian yang melibatkan
3000 orang berusia diatas 65 tahun menunjukkan sekitar 34% perempuan dan 26 %
pria yang mengeluh konstipasi (Pranaka, 2009).
Konstipasi mempengaruhi 2% hingga 27% (rata-rata 14,8%) dari populasi
orang dewasa di Amerika Utara sekitar 63 juta orang. Konstipasi lebih mempengaruhi
perempuan dari pada laki-laki dan kulit hitam lebih sering dari pada kulit putih. Hal
ini terjadi pada semua kelompok umur tetapi lebih sering terjadi pada mereka yang
berusia lebih dari 65 tahun dan umur dibawah 4 tahun (Orenstein, 2008).
Konsensus menyimpulkan bahwa konstipasi kronis memiliki estimasi
prevalensi 5-21% di wilayah Amerika latin, dengan rasio perempuan dan laki-laki 3:1.
Individu dengan Konstipasi, 75% menggunakan beberapa jenis obat. (Weissermann,
2008).
Etiologi konstipasi
Adapun etiologi dari konstipasi sebagai berikut :
1. Pola hidup ; diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang tidak
teratur, kurang olahraga.
a. Diet rendah serat :Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses
sehingga menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada
proses defekasi. Makan rendah serat seperti ; beras, telur dan daging segar bergerak
lambat di saluran cerna. Meningkatnya asupan cairan dengan makanan seperti itu
meningkatkan pergerakan makanan tersebut (Siregar, 2004). Diet rendah serat : Dietary
Reference Intake (DRI) serat berdasarkan National Academy of Sciences (Drummond
and Brefere,2007):
1. Anak-anak
a.1 – 3 tahun : 19 gram/hari
b.4 – 8 tahun : 25 gram/hari
2. Pria
a.9 – 13 tahun : 31 gram/hari
b.14 – 18 tahun : 38 gram/hari
c.19 – 30 tahun : 38 gram/hari
d.30 – 50 tahun : 38 gram/hari
e. >50 tahun : 30 gram/hari
3. Wanita
a.9 – 13 tahun : 26 gram/hari
b.14 – 18 tahun : 26 gram/hari
c.19 – 30 tahun : 25 gram/hari
d.30 – 50 tahun : 25 gram/hari
e. >50 tahun : 21 gram/hari
b. Kurang cairan/minum :Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika
pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang
berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme
ketika ia lewat di sepanjang kolon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal,
menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan
memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningktakan
reabsorbsi dari chyme (Siregar, 2004).
c. Kebiasaan buang air besar (BAB) yang tidak teratur :Salah satu penyebab yang paling
sering menyebabkan konstipasi adalah kebiasaan BAB yang tidak teratur. Refleks
defekasi yang normal dihambat atau diabaikan, refleks-refleks ini terkondisi untuk
menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan untuk defekasi habis.
Anak pada masa bermain bisa mengabaikan refleks-refleks ini; orang dewasa
mengabaikannya karena tekanan waktu dan pekerjaan. Klien yang dirawat inap bisa
menekan keinginan buar air besar karena malu menggunakan bedpan atau karena proses
defekasi yang tidak nyaman. Perubahan rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam
konstipasi. Jalan terbaik untuk menghindari konstipasi adalah membiasakan BAB teratur
dalam kehidupan (Siregar, 2004).
2. Obat – obatan ;banyak obat yang menyebabkan efek samping konstipasi. Beberapa di
antaranya seperti ; morfin, codein sama halnya dengan obat-obatan adrenergic dan
antikolinergik, melambatkan pergerakan dari kolon melalui kerja mereka pada sistem
syaraf pusat. Kemudian, menyebabkan konstipasi yang lainnya seperti: zat besi,
mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara local Universitas Sumatera
Utarapada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek
mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada sebagian orang (Siregar,2004).
3. Kelainan struktural kolon ; tumor, stiktur, hemoroid, abses perineum, magakolon.
4. Penyakit sistemik ; hipotiroidisme, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus
5. Penyakit neurologik ; hirschprung, lesi medulla spinalis, neuropati otonom.
6. Disfungsi otot dinding dasar pelvis.
7. Idiopatik transit kolon yang lambat, pseudo obstruksi kronis
8. Irritable Bowel syndrome tipe konstipasi (Djojoningrat, 2009).