Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Kasus

1. Biodata Klien (biographic information)

Klien bernama An. H berusia 10 tahun berjenis kelamin

perempuan, beragama islam. Alamat klien Bandongan. Klien dirawat

di Ruang Flamboyan RST dr. Soedjono Magelang dengan nomor

rekam medis 148573. Penanggung jawab klien adalah Tn H, usia 32

tahun dan berjenis kelamin laki-laki. bekerja sebagai karyawan swasta

dan beralamat di Bandongan. Hubungan dengan klien adalah bapak

kandung, pendidikan terakhir yaitu SMA.

2. Pengkajian (Assesment)

a. Riwayat Keperawatan (Nursing History)

Pengkajian dilakukan tanggal 18 Februari 2019 pukul 07.30

WIB di bangsal Flamboyan. Bapak klien mengatakan klien

mengalami demam tinggi terus menerus selama 3 hari yang lalu.

Sebelumnya tidak berobat hanya minum obat parasetamol sirup

yang dibeli di apotik terdekat.

An. H masuk RST dr. Soedjono Magelang pada tanggal 17

Februari 2019 pada jam 18.30 WIB melalui IGD dengan keluhan

demam sudah 3 hari yang lalu, mual dan muntah frekuensi 1x ada

ampasnya berupa makanan, perut terasa sakit, nyeri pada

persendian, dan sakit kepala. Tanda- tanda vital: S: 37,5oC, HR:

1
121 x/menit, TD: 100/60 mmHg. Setelah dilakukan pemeriksaan,

dokter mendiagnosa klien Febris H+3 dan demam Typoid.

Kemudian klien dipindahkan untuk dirawat inap di ruang

Flamboyan. Klien masuk ruang Flamboyan pukul 20.10 WIB.

Kemudian klien mendapat tindakan terapi dari dokter Spesialis

anak infus RL rehidrasi 1000 ml dalam 3 jam di IGD dilanjutkan

30 tetes permenit mikro, injeksi Ranitidin 2x30 mg intra vena,

injeksi Ondansentron 1x3mg inra vena.

Keluarga mengatakan kondisi An. H sekarang badan

teraba hangat, sakit kepala masih, perut masih terasa sakit, nyeri

pada persendian dan nafsu makan berkurang. Saat dilakukan

pengkajian merupakan hari rawat pertama klien. An. H

mengatakan tidak pernah di rawat sebelumnya dengan penyakit

yang lain. Salah satu keluarga An. H juga sedang mengalami sakit

Dengue Hemorogic Fever yaitu kakak kandung An. H yang

tinggal serumah.

b. Riwayat Pranatal, Intranatal, dan Post Natal

Riwayat saat ini, klien adalah anak kedua dari 2 bersaudara dengan

jenis kelamin perempuan dan usia sekarang 10 tahun. Riwayat

kelahiran klien yakni lahir dengan normal dan ibu klien belum

pernah keguguran maupun memiliki riwayat anak meninggal.

Selama kehamilan ibu klien rutin untuk memeriksakan

kandungannya di bidan desa maupun puskesmas terdekat. Ibu klien

juga rutin minum vitamin yang disarankan dari bidan desa. Ibu

2
klien juga selalu menjaga pola makan dan olahraga, sering lari pagi

tiap hari minggu.

Riwayat kehamilan dan persalinan : An. H lahir pada tanggal 24

Juli 2008. Klien lahir dengan berat badan 2,9 kg dan panjang 38

cm. usia kehamilan 8 bulan 20 hari. Kelahiran An. H adalah

kelahiran normal (spontan). Tempat periksa dan tempat persalinan

yakni di bidan desa.

Ibu klien mengatakan bahwa klien sudah mendapatlan imunisasi

Hepatitis B pada 12 jam setelah kelahiran. Kemudian diusianya

yang ke 1 bulan, klien mendapatkan imunisasi Bacille Calmette

Guerin (BCG) yang merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah terjadinya penyakit TBC yang primer atau ringan.

Menginjak usianya yang ke 2 bulan klien mendapatkan imunisasi

DPT 1. Kemudian diusianya yang ke 3 bulan klien mendapatkan

imunisasi DPT yang ke II.

c. Tahap Pertumbuhan dan perkembangan

Ibu klien mengatakan berat badan klien saat ini 35 kg, dengan

tinggi 135 cm. Ibu klien mengatakan dulu saat klien kecil, reflek

menghisap, menelan, dan menggenggam sudah ada sejak usia

kurang dari 1 bulan dan klien dapat menatap mengikuti benda.

Menginjak usia 2 bulan klien dapat melihat benda dengan reflek

tersenyum. Selain itu klien mampu mendengar suara didekatnya,

dan diusianya yang 2 bulan klien mampu meraih benda dan miring

kanan. Menginjak usia 8 bulan klien mampu duduk dengan pelan-

3
pelan dan diusia 9 bulan klien mulai merangkak. Menginjak usia 1

tahun lebih 4 bulan klien mulai dapat berjalan sendiri. Sampai

dengan usia 2 tahun klien mampu berjalan cepat dan mencoba

menaiki tangga serta menuruni tangga dengan berpegangan. Klien

masuk Sekolah Dasar (SD) umur 7 tahun dan klirn belajar di

bangku SD selama 6 tahun, tanpa tidak naik tingakt. Sekarang

klien duduk di bangku SD kelas 4.

d. Pemeriksaan Fisik

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik tingkat kesadaran An.

H kompos mentis dengan GCS 15. Tanda- tanda vital: S: 39,5oC,

HR: 121 x/menit, TD: 100/60 mmHg, wajah tampak kemerahan,

tidak ada lesi, dan tidak ada benjolan.

Pada mata Skelera tidak ikterik, konjungtiva anemis, dan

adanya edema pada palpebra. Hidung simetris, tidak ada

pernapasan cuping hidung dan tidak ada epistaksis. Pada mulut

warna bibir pucat dan mukosa kering, bibir tampak pecah-

pecah serta nyeri saat menelan, tidak ada perdarahan gusi.

Telinga simetris kiri kanan, pendengaran baik. Tidak ada

pembesaran kelenjer getah bening dan pembesaran kelenjer

limfe. Pada pemeriksaan dada An. H dinding dada tampak

simteris, tidak ada tarikan dinding dada, fremitus kiri dan kanan

sama, perkusi sonor dan saat auskultasi terdengar vesikuler.

Pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, iktus

kordis teraba, jantung dalam batas normal, irama jantung

4
reguler. Pemeriksaan abdomen simetris, nyeri tekan pada ulu hati,

bising usus (+). Pada pemeriksaan integument turgor kulit kembali

cepat, kulit kering dan tampak kemerahan. Terpasang infuse RL

20 tetes permenit pada ekstremitas atas bagian kiri, tidak ada

edema, capillary refil < 3 dtk, nyeri pada persendian. Pada

ekstremitas bawah akral teraba hangat, capillary refill < 3, nyeri

pada persendian.

e. Pengkajian Fungsional Gordon

1) Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan

An. H tinggal di lingkungan komplek yang padat.

Keluarga mengatakan di rumah memakai bak mandi

jarang dikuras hanya 1 kali dalam 2 minggu. Keluarga

mengatakan di sekitar rumah juga ada yang mengalami

Dengue Hemorogic Fever.

2) Nutrisi-Metabolik

Antropometri (A) : BB sebelum sakit 35 kg, BB selama sakit

35 kg, TB 135 cm. Berat Badan Ideal (BBI) : 35 kg : (1,35 x

1,35) = 35 ; 1,82 = 19,2 (normal).

Keterangan : < 18,5 = kurang

18,5 – 24,9 = normal

25-29 = kelebihan

> 30 = obesitas

Biokimia (B) : Hemoglobin : 11,3 g/dl

Hematocrit : 34,0 %

5
Leukosit : 3.300 /uL

Eritrosit : 4,5 10*3/uL

Trombosit : 258 10*3/uL

Clinis : warna bibir pucat dan mukosa kering, bibir

tampak pecah-pecah. S : 39,50 C

Diet : sebelum sakit klien makan 3 kali sehari dan kadang

suka makan cemilan dan buah buahan. Minum 6-8 gelas

perhari. Namun selama sakit klien hanya makan 2-3 kali

sehari itupun tidak habis. Tidak mau makan buah dan

cemilan, minum 4-6 gelas dalam sehari.

3) Eliminasi

Sebelum sakit BAB 1-2 kali sehari dan setiap pagi rutin. BAK

3-4 kali sehari

Selama sakit BAB selama masuk rumah sakit klien belum

BAB, BAK 1-2 kali sehari dan keluar sedikit kurang lebih

70cc.

4) Aktivitas – Latihan

Sebelum sakit klien sering bermain di dekat air yang

menggenang atau selokan.

5) Istirahat tidur

Ibu klien mengatakan klien sebelum sakit klien biasa

tidur kurang lebih 8 jam sehari dan diimbangi tidur siang.

Namun selama sakit klien tidur hanya 5-7 jam sehari kadang

terbangun karena merasa pusing dan demam.

6
6) Kognitif- perceptual

Ibu klien tidak tahu bahwa anaknya akan terkena

penyakit Dengue Hemorogic Fever, awalnya ia mengira

hanya terkena demam biasa.

7) Konsep diri-persepsi diri

Ibu klien mengatakan sangat ingin anaknya cepat

sembuh dan segera dibawa pulang

8) Seksual reproduksi

Klien berusia 10 tahun berjenis kelamin perempuan

dan alat reproduksinya bekerja normal pada umumnya.

9) Koping toleransi stress

Klien kadang merintih pusing dan sakit di seluruh

badannya. Klien namun jarang sekali menangis.

10) Nilai kepercayaan

Kepercayaan dan ketaatan dalam beribadah sholat 5

waktu dan berdoa untuk kesembuhanya.

f. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaaan Rumple Leed dilakukan pada tanggal 17 Februari

2019 pukul 18. 20 WIB hasilnya muncul petekie di lengan

kanannya.

No Laboratorium : 190217074

Tabel 4.1 hasil pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 11,3 g/dl 11-15

7
Hematocrit 34,0 % 32-46

Leukosit 33 10*3/uL 6-17

Eritrosit 4,5 10*3/uL 3,7-5,2

Trombosit 258 10*3/uL 150-440

g. Program terapi

Program terapi yang diberikan tanggal 18 februari 2019

Infus RL rehidrasi 1000 ml dalam 3 jam di IGD dilanjutkan 30

tetes permenit mikro, injeksi Ranitidin 2x30 mg intra vena, injeksi

Ondansentron 1x3mg inra vena.

3. Perumusan Masalah (formulate problem)

Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism

diagnose tersebut diangkat karena suhu klien 39,5oc demam hari ke-4,

badan teraba hangat, kulit tampak kemerahan, dan leokosit 33 10*3/uL

4. Rencana (plann)

Rencana asuhan keperawatan mengacu pada NIC dan NOC.

Berikut adalah rencana asuhan keperawatan. Dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan termoregulasi normal dengan kriteria

hasil: tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada

hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada

perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi.

8
Intervensinya adalah Perawatan Demam pantau suhu dan

tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu, tutup

pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase

demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin,

menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam,

dorong konsumsi cairan, kompres hangat pasien, kolaborasi pemberian

obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan

agen anti menggil),

5. Pelaksanaan

Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan

yang dilakukan berdasarkan dari rencana atau intervensi yang telah

dibuat, tujuan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan

intervensi keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai.

Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju

metabolisme yaitu pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (S:

39,5oc), monitor warna kulit dan suhu, diberikan obat atau cairan IV

(paracetamol 500 mg jam 13.35, cairan IV RL 20 tts/i/12 jam),

menganjurkan keluarga untuk memberikan pakaian yang longgar,

Dorong konsumsi cairan setiap jam 11/2-2 liter dalam 24 jam (air

putih, teh manis, susu), kompres hangat pasien pada lipat paha

dan aksila.

9
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan setiap hari selama 3 hari. Berikut adalah

hasil evaluasi yang dilakukan Perkembangan yang dialami oleh An. H

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari yaitu pada hari ke

3 untuk masalah keperawatan hipertermi berhubungan dengan

peningkatan laju metabolisme teratasi, ditemui dataobjektif: suhu

anak sudah dalam batas normal yaitu 36,5oC, kulit tidak dampak

kemerahan lagi, Kulit tidak teraba hangat lagi, Leokosit: 5000/mm3,

data subjektif: keluarga mengatakan badan An. H tidak teraba hangat.

Kriteria hasil tercapai yaitu tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak

ada hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak

ada perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi.

B. Pembahasan Kasus

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara teori

dengan aplikasi atau prakrek asuhan keperawatan pada An. H dan An. N

dengan kasus yang telah dilakukan sejak tanggal 18 – 20 Februari 2019.

Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi

keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian riwayat kesehatan An. H didapatkan demam sudah 4 hari

yang lalu, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada

persendian, dan sakit kepala.

10
Menurut Ngastiyah, 2014 penyakit Dengue Hemorogic Fever

ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala

lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada

anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala

tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam

muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang

paling ringan berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau

ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat

berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga

hematuria massif.

Hasil analisa peneliti, kasus yang ditemukan pada An. H sesuai

dengan teori karena pada teori mengungkapkan penyakit DENGUE

HEMOROGIC FEVER ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab

yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang,

muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan

perut dan adanya bentuk perdarahan.

Keluarga mengatakan di rumah memakai bak mandi jarang dikuras

hanya 1 kali dalam 2 minggu, banyak gantungan baju di kamar.

Keluarga mengatakan di 2-3 rumah juga ada yang mengalami

Dengue Hemorogic Fever. Wati (2009) menyatakan bahwa kejadian

Dengue Hemorogic Fever pada responden yang pernah sakit Dengue

Hemorogic Fever terdapat hubungan antara kebiasaan menggantung

pakaian dengan kejadian Dengue Hemorogic Fever. Penelitian yang

dilakukan Dardjito pada tahun 2008 menyatakan bahwa tidak ada

11
hubungan antara kebiasaan tidur siang dengan kejadian Dengue

Hemorogic Fever.

Nursalam dkk (2008) menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang

menyebabkan Dengue Hemorogic Fever sering kali di daerah yang

padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air

yang menggenang, bak yang jarang di kuras dan gantungan baju di

kamar). Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari

jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Menurut

Soedjas, 2011 menyebutkan bahwa nyamuk dari tetangga mungkin

terbang ke rumah sekitarnya, karena nyamuk memiliki daya jelajah

hingga 100 meter.

Menurut analisa penenliti faktor penyebab dari penyakit Dengue

Hemorogic Fever yang ditemukan pada An. H sama dengan teori

dari aspek lingkungan. Sedangkan pada aspek pola kebiasan tidur

anak pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-

18.00 tidak sama dengan teori karena pola tidur pada siang hari dan

sore tidak selalu berhubungan dengan kejadian Dengue Hemorogic

Fever.

Pemeriksaan fisik pada An. H didapatkan adanya edema palpebra,

nyeri ulu hati, nyeri persendian dan tidak ada tanda perdarahan,

sedangkan pada An. N didapatkan pemeriksaan fisik ada nya petekie

di seluruh tubuh, gusi berdarah, nyeri ulu hati dan persendian.

Hasil penelitian Annisa dkk (2015), menyebutkan bahwa perdarahan

spontan yang lebih banyak terjadi pada anak adalah peteki (51,9%),

12
epistaksis (16,5%), ekimosis (11,4%), hematemesis (6,3%) dan

perdarahan gusi (2,5%).

Susilaningrum dkk (2013) Gejala khas Dengue Hemorogic Fever

berupa perdarahan pada kulit atau tanda perdarahan lainnya seperti

purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan

mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena. Menurut Nursalam

dkk (2008) mengatakan kasus Dengue Hemorogic Fever ditandai

dengan manifetasi klinis perdarahan kulit dapat berwujud memar

atau dapat juga berupa peradarahan spontan mulai dari petekie

(muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6

hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai epistaksis dan

peradarahan gusi.

Menurut analisa peneliti bahwa gejala perdarahan pada anak Dengue

Hemorogic Fever sama dengan teori. Perdarahan tersebut

diakibatkan karena pecahnya pembuluh darah kapiler, gangguan

fungsi trombosit dan kelainan koagulasi.

Menurut penelitian Zein dkk (2015) mengatakan bahwa didapatkan

jumlah anak yang mengalami nyeri abdomen lebih banyak yaitu 34

penderita (68%). Menurut Suriadi & Yuliani (2010) mengatakan

manifestasi klinis pada anak Dengue Hemorogic Fever adanya nyeri

otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati.

Menurut analisa peneliti adanya gejala nyeri ulu hati, nyeri abdomen

dan nyeri persendian sesuai dengan teori. Adanya tersebut

13
diakibatkan kebocoran plasma endothelium kapiler sehingga

tertumpuknya cairan.

2. Diagnosa Keperawatan

Hasil pengkajian dan analisa data terdapat diagnosa keperawatan

yang muncul pada kasus An. H yaitu hipertermi berhubungan dengan

peningkatan laju metabolisme.

Menurut NANDA (2015) terdapat 8 diagnosis keperawatan yang

muncul yaitu hipertermia , resiko perdarahan, kekurangan volume

cairan, nyeri akut, resiko syok, ketidakefektifan perfusi jaringan

perifer, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,

ketidakefektifan pola napas.

Berdasarkan kasus An. H, tindakan yang akan dilakukan sesuai

dengan intervensi yang telah peneliti susun. Pada diagnosa

Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

rencana tindakan terdiri dari pantau suhu dan tanda-tanda vital

lainnya, monitor warna kulit dan suhu, berikan obat atau cairan IV

(misalnya, antipiretik, agen antibakteri, dan agen anti menggil),

dorong konsumsi cairan, kompres hangat pasien pada lipat paha dan

aksila.

Berdasarkan NIC (2013) tindakan yang dilakukan untuk diagnosa

hipertermi adalah pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor

warna kulit dan suhu, berikan obat atau cairan iv (misalnya,

antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti menggil), monitor

penurunan tingkat kesadaran, tutup pasien dengan selimut atau

14
pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan

selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen

tempat tidur untuk demam, dorong konsumsi cairan, fasilitasi

istirahat, kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila

Berdasarkan analisi peneliti, rencana tindakan yang dilakukan untuk

diagnosa hipertemi belum sama dengan teori. Didalam teori rencana

tindakan yang tidak di lakukan adalah pemberian selimut hangat

pada pasien karena di ruangan belum ada fasilitas untuk selimut

hangat, diruangan hanya diberikan selimut tebal biasa saja.

4. Implemetasi Keperawatan

Implementasi Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju

metabolisme pada kedua partisipan tindakan keperawatan yang

dilakukan kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila. Menurut

peneliti melakukan kompres hangat terhadap pasien yang mengalami

hipertermi sama dengan teori, karena pada saat kompres denga air

hangat akan membuat pembuluh darah melebar sehingga panas akan

keluar dan bukan masuk lagi ke dalam tubuh.

Tindakan keperawatan yang dilakukan selanjutnya diberikan obat

atau cairan IV (paracetamol, cairan IV RL 20 tts/i/12 jam), dorong

konsumsi cairan setiap jam 11/2-2 liter dalam 24 jam (air putih, teh

manis, susu).

15
Menurut penelitian Andriani, dkk (2014), penatalaksanaan terapi

Dengue Hemorogic Fever pada anak terdiri dari 2 terapi yaitu terapi

suportif dan terapi simptomatik. Terapi suportif pada penderita

Dengue Hemorogic Fever berupa pergantian cairan intravena akibat

terjadinya dehidrasi. Data terapi suportif terbanyak ialah pemberian

cairan kristaloid sebanyak 62 penderita (83.78%). Pada terapi

Dengue Hemorogic Fever derajat I dan II jenis cairan yang diberikan

ialah kristaloid berupa RL/Asering/NaCl 0,9%. Sedangkan untuk

terapi simptomatik ada beberapa jenis yang diberikan salah satunya

terapi antipiretik. Pada terapi antipiretik, data hasil penelitian

menunjukkan terapi terbanyak ialah pemberian parasetamol sebanyak

58 penderita (78.38%).

Ngastyah (2014) mengatakan bahwa pengobatan yang diberikan

biasanaya bersifat penurun demam dan menghilangkan rasa sakit

pada otot-otot atau sendi seperti paracetamol. Pemberian minum pada

anak sedikit demi sedikit yaitu 1,5-2 liter dalam 24 jam, infus

diberikan pada pasien apabila pasien terus menerus muntah, tidak

dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi

atau hematokrit yang cenderung meningkat.

Berdasarkan analisa peneliti, pelaksanaan implementasi dorong

pasien untuk minum dan kolaborasi pemberian obat dan cairan intra

vena (IV) sesuai dengan teori. Karena kekurangan cairan pada tubuh

akan menyebabkan pengurangan volume plasma yang berakibatkan

terjadinya peningkatan hematokrit dan pengentalan darah, sehingga

16
bisa menyababkan anak menjadi syok hipovolemik. Kejadian

tersebut terjadi pada fase akut dimana cairan akan keluar dari

intraseluler ke eskstraseluler dan masuk pada organ yang berongga.

Implementasi nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit

salah satu intervensinya yaitu pemberian obat ranitidine sirup pada

An. H. menurut penelitian setianyngrum (2016) mengatakan bahwa

penggunaan ranitidin sebanyak 15 pasien (37,5%). Pada pasien

Dengue Hemorogic Fever dapat terjadi perdarahan spontan, salah

satunya pada saluran cerna. Untuk mencegah terjadinya perdarahan

spontan pada saluran cerna sehingga perlu diberikan obat anitukak.

Menurut peneliti pemberian obat ranitidine untuk mengatasi nyeri

pada An. H sesuai dengan teori karena pada anak Dengue Hemorogic

Fever anak mengalami nyeri perut dan nyeri tekan pada ulu hati,

apabila tidak diatasi bisa penyebab perdarahan saluran pencernaan.

Perdarahan saluran cerna terjadi akibat anak tidak makan, dan mual

muntah sehingga akan meningkatkan asam lambung mengakibatkan

terkikis dinding lambung hingga lambung menjadi berdarah.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan pada An. H dengan masalah keperawatan

hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, dapat

teratasi pada hari ke 3 rawatan dengan kriteria hasil data subjektif

keluarga mengatakan anak tidak demam lagi setelah demam hari ke

7, suhu: 36,5oC, leokosit: 5000/mm3 kulit tampak tidak kemerahan

17
lagi, dan tidak ada tanda dehidrasi seperti mukosa lembab, tidak

pucat dan bibir tidak pecah-pecah.

Evaluasi keperawatan pada An. N dengan masalah keperawatan

hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, dapat

teratasi pada hari ke 3 rawatan dengan kriteria hasil data keluarga

mengatakan An. N tidak demam lagi dan badan tidak teraba hangat

lagi, data objektif S: 36oC, kulit tidak teraba hangat lagi, tidak ada

tanda dehidrasi dan hasil leokosit 4500/mm3.

Menurut penelitian Suciwati (2014) kriteria hasil tercapai pada

diagnosis hipertermi pada hari rawatan ketiga yaitu suhu dalam batas

normal 36oC. pada penelitian suciwati pasien masuk pada demam

hari kelima. Menurut soedjas (2011) mengatakan bahwa fase

penyembuhan yang terjadi pada hari ke-6 atau ke-7, ditunjukkan

adanya keadaan umum membaik dan demam sudah turun sebagai

bagian dari rekasi tahap ini.

Berdasarkan analisa peneliti, kriteria hasil diagnosis hipertermi sesuai

dengan teori karena pada kedua partisipan menunjukkan bahwa suhu

anak turun hari ke-7. Sehingga diagnosis keperawatan hipertermi

pada An. H sudah teratasi pada hari ke-3 (hari ke 7 demam)

pelaksanaan asuhan keperawatan. Fase penyembuhan terjadi pada

hari ke-6 atau ke-7 dimana virus sudah mulai melemah, ditunjukkan

adanya keadaan umum membaik, nafsu makan sudah ada dan demam

sudah turun sebagai bagian dari rekasi tahap ini

18
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada An. H dengan

demam berdarah dengue (Dengue Hemorogic Fever) di Ruang Rawat

Inap Flamboyan RST dr. Soedjono Magelang, peneliti dapat

mengambil kesimpulan:

1. Hasil pengkajian pada An. H didapatkan data mengalami Dengue

Hemorogic Fever dengan gejala yang sama yaitu demam dengan

suhu > 37,5oC, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada

persendian, dan sakit kepala. Sebelum nya kedua pasien memiliki

tetangga yang mengalami Dengue Hemorogic Fever sebelumnya.

2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus An. H yaitu

hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.

3. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah utama hipertermi

pada kedua pasien yaitu pantau suhu dan tanda-tanda vital

lainnya, monitor warna kulit dan suhu, berikan obat atau cairan

IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti

menggil), dorong konsumsi cairan, kompres hangat pasien pada

lipat paha dan aksila.

4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 3 hari,

Implementasi sesuai dengan intervensi. Sebagian besar rencana

19
tindakan keperawatan dapat dilaksanakan pada implementasi

keperawatan.

5. Hasil evaluasi keperawatan pada masalah hipertermi pada An. H

teratasi pada hari ke 3 pelaksanaan asuhan keperawatan dengan

kriteria hasil tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada

hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada

perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi

B. Saran

1. Bagi Direktur RST dr. Soedjono Magelang

Melalui Pimpinan RS agar sering dilaksanakan palatihan

secara berkala penyegaran asuhan keperawatan pada pasien

dengan anak dengan Dengue Hemorogic Fever kepada pagawai

khususnya perawat. Agar lebih meningkatnya kualitas pemberian

asuhan keperawatan kepada pasien.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data

pembanding dalam penerapan asuhan keperawatan lainnya.

20

Anda mungkin juga menyukai