Anda di halaman 1dari 52

KEPUTUSAN DIREKTUR

RS. MUJI RAHAYU

NOMOR …………………

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN LABORATORIUM

DIREKTUR RUMAH SAKIT MUJI RAHAYU


Menimbang :

a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Muji Rahayu, maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan Laboratorium yang bermutu tinggi;

b. Bahwa agar pelayanan Laboratorium di Rumah Sakit Muji Rahayu dapat


terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Muji Rahayu
sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Laboratorium di Rumah Sakit Muji
Rahayu;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu


ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Muji rahayu.

Mengingat :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 /Menkes/Per/III/2008 tentang Laboratorium

3. Peraturan Mentri Kesehatan Republik indonesia Nomor 411 /Menkes /per /III /2010
tentang laboratorium klinik

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MUJI RAHAYU TENTANG


KEBIJAKAN PELAYANAN LABORATORIUM RUMAH SAKIT MUJI RAHAYU

Kedua : Kebijakan pelayanan Laboratorium Rumah Sakit Muji Rahayu sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Laboratorium Rumah Sakit


Muji Rahayu dilaksanakan oleh Manajer Pelayanan Rumah Sakit Muji Rahayu.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di J a k a r t a

Pada tanggal ................ 2016

Direktur

Rumah Sakit Muji Rahayu,

Dr.
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-NYA, sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penatalaksanaan Persiapan Pemeriksaan
Penunjang” IKD VI (Ikatan Keperawatan dasar VI) studi S1 Keperawatan.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

Dan pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan
teman- teman yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan makalah ini sehingga selesai tepat pada
waktu nya.

Demikianlah makalah ini kami tulis semoga dapat bermanfaat bagi pembaca, akhir kata kami
ucapkan terima kasih.

Assalamualaikum Wr.Wb.

Mataram, 19 Maret 2013

RAHMAD RAMADAN RIZKY


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN...............................................................................................

1.1 Latar Belakang........................................................................................ .....................

1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................................

1.3 Pembatasan Masalah......................................................................................................

1.4 Metode Penulisan...........................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN..................................................................................................

2.1 Pengertian Spesimen.......................................................................................................

2.2 jenis dan tujuan pengambilan spesimen..........................................................................

2.3 hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan spesimen............................................

2.4 persiapan pengambilan spesimen....................................................................................

2.5 teknik pengambilan dan pengiriman spesimen...............................................................

2.6 komplikasi pengambilan spesimen dan cara mencegahnya............................................

2.7 nilai - nilai laboratorium normal.....................................................................................

BAB III : PENUTUP ..........................................................................................................

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................

3.2 Saran ..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukanfungsi kolaboratif dalm
memberikan tindakan.

Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau
perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi
hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil
laboratorium yaitu :

1. Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan.

2. Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sample.

3. Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan.

Pada tahap prainstrumentasi sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter.
Karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :

1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.


2. Persiapan penderita.

3. Persiapan alat yang akan dipakai.

4. Cara pengambilan sample.

5. Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) & transportasi.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi tentang klien, penyakit, dan kebutuhan klien serta meningkatkan
kemampuan dalam penyusunan dan penyajian laporan sesuai dengan pengalaman nyata dilapangan
serta melaksanakan pendokumentasian hasil pemeriksaan klien.

1.2.2. Tujuan Khusus

o Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan persiapan pemeriksaan penunjang.

o Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil pemeriksaan laboratorium pada pemeriksaan


spesimen.

o Mahasiswa mampu mengindentifikasi kesenjangan yang terjadi antara teori dengan pelaksanaan
pemeriksaan dan pendokumentasian penatalaksanaan persiapan pemeriksaan penunjang.

1.3 Pembatasan masalah

Pada laporan ini hanya membahas tentang pengertian spesimen, jenis dan tujuan
pengambilan spesimen, hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan spesimen, persiapan
pengambilan spesimen, tehnik pengambilan dan pengiriman spesimen, komplikasi, dan nilai-nilai
laboratorium normal.

1.4 metode penulisan

Makalah yang kami buat menggunakan metode penulisan deskriptif, yang menggambarkan
penatalaksanaan persiapan pemeriksaan penunjang.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Spesimen

Sepesimen merupakan segala macam benda apa saja yang dianggap tercemar oleh suatu penyakit
hewan atau jasad renik penyebab penyakit hewan termasuk bagian-bagian tubuh hewan atau berupa
hewannya sendiri yang mati, sakit atau tersangka sakit perlu dikirim secara cepat dengan
memperhatikan ketentuan yang diperlukan. Manfaat pengiriman spesimen pada lembaga yang secara
profesional berwenang misalnya Balitvet, BPPH atau laboratorium di beberapa perguruan tinggi tidak
hanya berarti terhadap diagnosa penyekit itu sendiri namun juga untuk pengendalian penyakit secara
lebih luas misalnya dalam ruang lingkup epidemiologi.

Ø Dasar pengumpulan spesimen adalah :

a. Jenis spesimen yang dikirim tergantung pada jenis penyakit sehingga organ yang dikirim juga
spesifik khususnya organ atau jaringan yang secara klinis mengalami perubahan.

b. Spesimen dikirim dalam keadaan aseptik menggunakan bahan yang ditetapkan sesuai prosedur
atau peralatan yang telah dicuci, dikeringkan dan disterilisasi.

c. Botol diberi diberi identitas yang jelas dan teknis pemeriksaan apa yang diinginkan.

d. Botol spesimen disimpan dalam termos es dan (e) selama proses pengambilan spesimen lakukan
secara hati-hati khususnya terhadap pencemaran.

Ø Ada beberapa yang mempengaruhi seleksi pengiriman spesimen daintaranya yaitu: waktu, peralatan,
teknik, transportasi, dantidak kalah penting adanya form/ dokumen sepesimen.

Ø Pada prinsipnya bahan yang diperlukan, cara pengepakan, dan metode yang dikehendaki harus
disesuaikan dengan apakah spesimen tersebut untuk diperiksa secara bakteriologik, virologik, mikologik,
parasitologik, toksikologik, serologik dan pemeriksaan histopatologik. Penyakit dan organ yang terserang
biasanya spesifik oleh karenanya pengiriman spesimen harus memperhatikan gejala klinis penyakit dan
jenis spesimen serta pengawetan yang digunakan.

2.2 Jenis dan Tujuan Pengambilan Specimen

2.2.1 Jenis Pengambilan Specimen.

1. secara probabilitas

Probabilitas atau random sampling merupakan jenis teknik sampling yang dilakukan dengan
memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel.
Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif.

Jenis Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a. secara rambang sederhana atau random sampling. Cara paling populer yang dipakai dalam proses
penarikan sampel rambang sederhana adalah dengan undian.

b. secara sistematis (systematic sampling). Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara
mengambil setiap kasus (nomor urut) yang kesekian dari daftar populasi.

c. secara rambang proporsional (proporsional random sampling). Jika populasi terdiri dari
subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian diambil dari setiap subpopulasi. Adapun cara peng-
ambilannya dapat dilakukan secara undian maupun sistematis.

d. secara rambang bertingkat. Bila subpoplulasi-subpopulasi sifatnya bertingkat, cara pengambilan


sampel sama seperti pada teknik sampling secara proportional.

e. secara kluster (cluster sampling) Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang
ingin dijadikan subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu peneliti
hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang ditentukan secara bertahap.
Teknik pengambilan sample semacam ini disebut cluster sampling atau multi-stage sampling.

2. secara nonprobabilitas.
Nonprobabilitas adalah jenis teknik pengambilan sample yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh
peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara
nonprobabilitas adalah sebagai berikut.

a. Purposive sampling atau judgmental sampling Penarikan sampel secara purposif merupakan
cara penarikan sample yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan
peneliti.

b. Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola salju). Penarikan sample pola ini dilakukan
dengan menentukan sample pertama. Sampel berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sample
pertama, sample ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari sample kedua, dan seterusnya sehingga
jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek bola salju.

c. Quota sampling (penarikan sample secara jatah). Teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar
jumlah atau jatah yang telah ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek yang
mudah ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data.

d. Accidental sampling atau convenience sampling Dalam penelitian bisa saja terjadi diperolehnya
sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek
tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam ini
disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan.

2.2.2 Tujuan Pengambilan Spesimen

Tujuan pengambilan spesimen masalah & menilai respon klien terhadap terapi yg dijalani

Spesimen & Perawat mengambil spesimen cairan tubuh, urine, sputum, feses, Spesimen cairan tubuh
& darah.

Ø Pemeriksaan Urin

1. Urine Rutin

Urine pertama pada pagi hari karena konsentrasi urin lebih tinggi & pH-nya lebih asam. Urin yg
diperlukan = 120 ml.Urin segera diambil karena kristal urin dan sel darah merah akan lisis jika dalam
waktu lama. Klien bisa melakukannya sendiri.
2. Urin Sewaktu

Pengambilan semua urin yang dikeluarkan dalam waktu tertentu (1 – 2 jam hingga 24 jam). Urin
dibekukan & dimasukkan ke dalam wadah pengawet untuk mencegah kolonisasi bakteri. Tujuannya
untuk menentukan kemampuan ginjal, menentukan gangguan gangguan metabolisme glukosa dan
menentukan kadar tertentu dalam urine.

3. Urin Pancar Tengah

Untuk kultur urine (mengetahui mikroorganisme yang menginfeksi saluran kemih. Menentukan tipe
organisme & antibiotik yg sensitif terhadap organisme. Urine dimasukkan ke wadah yg tertutup & steril.
Urine yg dibutuhkan 30 – 60 ml. Pemeriksaan Feses

Tujuan:

Menentukan darah samar karena adanya ulkus, inflamasi dan tumor. Mengetahui adanya gangguan pd
gastrointestinal. Mendeteksi telur & parasit Mendeteksi adanya virus & bakteri dengan kultur.

Ø Pemeriksaan Spesimen Darah

Pada pemeriksaan spesimen darah, darah yg diambil adalah darah vena, darah kaliler & darah arteri.

1. Darah Vena

Untuk melakukan test diagnostik, Memberikan informasi sistem hematologi & sistem tubuh yg lain CBC
(complete blood count), elektrolit serum, kimia darah.

Pengambilan darah dilakukan pada vena, Pada org muda kadang sulit karena kulit tebal sehingga sulit
untuk ditusuk. Pada lansia juga sulit karena vena cenderung lari saat akan di tusuk dan bisa juga karena
ada penebalan atau pengerasan vena akibat adanya aterosklerosis. Penusukan vena dilakuakn dengan
sudut 15 o

2. Darah Kapiler

Untuk pemeriksaan glukosa darah atau saat pengambilan darah vena gagal dilakukan di daun telinga &
ujung jari tetesan pertama dibuang dgn kapas kering agar tdk bercampur alkohol.

3. Darah Arteri

Untuk pemeriksaan AGD, Untuk menngetahui status respirasi & status asam basah darah klien. Jika
jarum mengenai arteri maka akan terlihat pulsasi darah mengisi spoit. Tanda-tanda okulasi arteri :
Kesemutan, Pucat, Tidak ada denyut nadi.

2.3 HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENGAMBILAN SPECIMEN :

1. PERSIAPAN PASIEN
Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi pasien.
Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tindakan apa yang
akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien.
Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi
pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien akan
menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau
paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan
akan memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila
keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.

2. PERSIAPAN PENGUMPULAN SPESIMEN

Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

· Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan.

· Volume mencukupi.

· Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah bentuk,
steril (untuk kultur kuman).

· Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat.

· Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat.

· Identitas benar sesuai dengan data pasien.

Sebelum pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas pasien harus ditulis
dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb) disertai diagnosis atau keterangan
klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang akan diambil
spesimen.

Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan juga mengenai
obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb. Catat apabila pasien telah mengkonsumsi
obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca transfusi, dsb. Catatan ini nantinya harus
disertakan pada lembar hasil laboratorium.

a. Peralatan

Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :


· bersih, kering.

· tidak mengandung deterjen atau bahan kimia.

· terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen.

· sekali pakai buang (disposable).

· steril (terutama untuk kultur kuman)

· tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume spesimen.

b. Antikoagulan

Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Jenis
antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Volume
darah yang ditambahkan juga harus tepat.

c. Pemilihan Lokasi Pengambilan Spesimen

Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen yang diperlukan, seperti :

· Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic, atau vena basilic).
Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas luka, hematoma, oedema, canula,
fistula.

· Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri brachialis (lengan),
atau arteri femoralis (lipat paha).

· Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan bagian tepi atau pada
daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi. Tempat yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh
memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis atau pucat.

· Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang mengalami infeksi,
kecuali darah dan cairan otak.

d. Waktu Pengambilan

Penentuan waktu pengambilan spesimen penting untuk diperhatikan.

· Umumnya pengambilan dilakukan pada waktu pagi (ideal).

· Spesimen untuk kultur kuman diambil sebelum pemberian antibiotik.

· Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah buang air yang terakhir.

· Spesimen untuk malaria diambil pada waktu demam.


· Spesimen untuk mikrofilaria diambil pada tengah malam.

· Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari setelah bangun tidur.

· Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil pada pagi hari dan setelah puasa 10-12 jam

3. PENGAMBILAN SPESIMEN

Ø Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :

1. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar sesuai
dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.

2. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.

o Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang menempel pada
bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.

o Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk mencegah spesimen
tumpah.

o Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal seperti berikut :

§ Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.

§ Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar tidak terjadi hemolisis.

§ Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan sampel ke dalam media dilakukan
dengan cara aseptik

§ Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak keliru.

§ Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan lembut perlahan-lahan. Jangan
mengkocok tabung keras-keras agar tidak hemolisis.

o Menampung spesimen urin

§ Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka, mudah
ditutup, dan bermulut lebar

§ Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang urine yang mula-mula keluar sebelum mengumpulkan
urine untuk diperiksa.

§ Untuk mendapatkan specimen clean catch diperlukan cara pembersihan lebih sempurna :

§ Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian membilasnya sampai bersih.
§ Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan labia minora, lalu harus merenggangkannya pada
waktu kencing.

§ Perempuan yang sedang menstruasi atau yang mengeluarkan banyak secret vagina, sebaiknya
memasukkan tampon sebelum mengumpulkan specimen.

§ Bagian luar wadah urine harus dibilas dan dikeringkan setelah spesimen didapat dan keterangan
tentang pemeriksaan harus jelas dicantumkan.

o Menampung spesimen tinja

§ Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Jika sangat diperlukan, sampel tinja juga dapat
diperoleh dari pemeriksaan colok dubur.

§ Masukkan sampel ke dalam wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun,
dapat ditutup rapat, dapat dibuka dengan mudah dan bermulut lebar.

o Menampung spesimen dahakPenting untuk mendapatkan sekret bronkial dan bukan ludah atau
sekret hidung.

§ Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka, mudah
ditutup, dan bermulut lebar. Untuk pewarnaan BTA, jangan gunakan wadah yang mengandung bercak
lilin atau minyak, sebab zat ini dapat dilihat sebagai bintik-bintik tahan asam dan dapat menyulitkan
penafsiran.

§ Sebelum pengambilan spesimen, penderita diminta berkumur dengan air, bila mungkin gosok gigi
terlebih dulu. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas dulu.

§ Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau duduk tegak

§ Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2 – 3 kali kemudian keluarkan nafas bersamaan dengan
batuk yang kuat dan berulang kali sampai dahak keluar.

§ Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah dengan cara mendekatkan wadah ke
mulut.

§ Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan akan tampak kental purulen
dengan volume cukup ( 3 – 5 ml )

§ Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari kontaminasi dari udara dan secepatnya dikirim ke
laboratorium.

Ø Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah :

1. Pemasangan turniquet terlalu lama dapat menyebabkan :

o Protein (termasuk enzim) , Ca2+, laktat , fosfat, dan Mg2+ meningkat.


o pH menurun, hemokonsentrasi.

o PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin jaringan ke dalam sirkulasi
darah.

2. Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa, dan Mg2+ meningkat, sedangkan pH menurun

3. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan :

o trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT memanjang.

o kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat.

4. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan :

o natrium meningkat pada infus saline.

o kalium meningkat pada infus KCl.

o glukosa meningkat pada infus dextrose.

o PPT, APTT memanjang pada infus heparine.

o kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, lekosit, trombosit, eritrosit menurun pada semua jenis
infus.

5. Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau keterlambatan


homogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah.

6. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, fosfat, aminotransferase, LDH, fosfatase
asam total

4. IDENTIFIKASI SPESIMEN

Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan karena merupakan
hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium dan pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya harus cocok sama. Pemberian
identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau nomor rekam medis serta tanggal
pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat merugikan.

Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada label dan formulir
permintaan laboratorium.

5. PENGIRIMAN SPESIMEN KE LABORATORIUM


Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium :

1. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi


persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan.

2. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.

3. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan bahwa
identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.

4. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke laboratorium


dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen. Penundaan terlalu lama
akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam
pemeriksaan, seperti :

o Penurunan kadar natrium ( Na+ ), glukosa darah, angka lekosit, angka trombosit.

o Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik

o PPT / APTT memanjang.

o Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT.

o Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat.

o Perkembangbiakan bakteri

o Penundaan pengiriman sampel urine :

§ Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel eritrosit, lekosit, sel epitel dan
silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam.

§ Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga menyulitkan pemeriksaan mikroskopik
atas unsur-unsur lain.

§ Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena sinar matahari.

§ Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan terganggunya pemeriksaan


bakteriologis dan pH.

§ Jamur akan berkembang biak

§ Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton dapat menghilang.Apabila akan
ditunda pengirimannya dalam waktu yang lama spesimen harus disimpan dalam refrigerator/almari es
pada suhu 2 – 8 oC paling lama 8 jam.

5. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau tas khusus
yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah dibawa.
6. PENANGANAN SPESIMEN

· Identifikasi dan registrasi spesimen

· Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius

· Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar

· Gunakan sentrifus yang terkalibrasi

· Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli label

· Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan

7. PENYIMPANAN SPESIMEN

· Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim ke
laboratorium lain.

· Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya.

· Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator.

· Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut
sempurna. Hindari terjadinya busa.

· Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan.

· Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar, suhu -20ºC, -70ºC atau -
120ºC jangan sampai terjadi beku ulang.

· Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma atau
serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.

· Memberi bahan pengawet pada spesimen.

· Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri

Ø Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan :

· Kimia klinik : 1 minggu dalam referigerator.

· Imunologi : 1 minggu dalam referigerator.

· Hematologi : 2 hari pada suhu kamar.

· Koagulasi : 1 hari dalam referigerator.

· Toksikologi : 6 minggu dalam referigerator.


· Blood grouping : 1 minggu dalam referigerator.

2.4 Persiapan dan pengambilan specimen.

Ø PERSIAPAN DAN PENGAMBILAN SPESIMEN

1. Pemeriksaan Darah

a. Tempat pengambilan darah untuk berbagai macam pemeriksaan laboratorium :

o Perifer (pembuluh darah tepi).

o Vena.

o Arteri.

o Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau daun telinga bagian bawah.

o Pada bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki atau tumit.

b. Bentuk pemeriksaan :

o Jenis/golongan darah.

o HB.

o Gula darah.

o Malaria.

o Filaria, dll.

c. Persiapan alat :

o Lanset darah atau jarum khusus.

o Kapas alcohol.

o Kapas kering.

o Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan.

o Bengkok.

o Hand scoon.
o Perlak dan pengalas

d. Prosedur kerja :

o Mendekatkan alat.

o Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur.

o Memasang perlak dan pengalas.

o Memakai hand scoon.

o Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan.

o Kulit dihapushamakan dengan kapas alcohol.

o Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol.

o Merapikan alat.

o Melepaskan hand scoon.

2. Pemeriksaan Urine

a. Kegunaan :

o Menafsirkan proses-proses metabolism.

o Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien DM).

b. Jenis pemeriksaan :

o Urine sewaktu

Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan.

o Urine pagi

Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.

o Urine pasca prandial

Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam sesudah makan).
o Urine 24 jam

Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam.

c. Persiapan alat :

o Formulir khusus untuk pemeriksaan urine.

o Wadah urine dengan tutupnya.

o Hand scoon.

o Kertas etiket.

o Bengkok.

o Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium

d. Prosedur tindakan :

o Mencuci tangan.

o Mengisi formulir.

o Memberi etiket pada wadah.

o Memakai hand scoon.

o Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup rapat.

o Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket.

o Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi.

o Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup..

o Membereskan dan merapikan alat.

o Melepas hand scoon.

o Mencuci tangan.

2.5 Tehnik Pengambilan dan Pengiriman Spesimen


Ø PENGAMBILAN SPESIMEN

Salah satu cara menanggulangi penyakit infeksi adalah dengan menentukan penyebab dan kemudian
memberi terapi yang rasional berdasarkan hasil uji laboratorium. Dalam hal ini peranan laboratorium
sebagai penunjang diagnosis dan terapi penyakit infeksi menjadi sangat penting .

Hasil pemeriksaan mikrobiologik sangat tergantung oleh kualitas spesimen. Spesimen yang diperiksa di
lab Mikrobiologi sebagian besar merupakan klinik berkaitan dengan penyakit infeksi. Kualitas specimen
ditentukan oleh metoda pengambilan dan proses tranportasi ke laboratorium. Hasil pemeriksaan
mikrobiologik negatif tidak selalu berarti bahwa diagnosis salah.

Kegagalan isolasi mikroorganisme penyebab infeksi sering ditentukan oleh beberapa hal, antara lain :

o Pengambilan dan pengiriman spesimen yang tidak benar

o Teknik atau cara kerja di laboratorium uang tidak tepat

Pengambilan specimen atau bahan pemeriksaan merupakan langkah awal yang sangat menentukan
hasil pemeriksaan dalam rangka memperoleh jawaban yang menentukan penyebab infeksi. Dapat
terjadi bahwa yang diisolasi bukan penyebab tetapi organisme flora normal sehingga akan memberikan
intreprestasi hasil laboratorium yang keliru dan menyebabkan langkah terapi yang salah.

Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologik sangat ditentukan oleh cara pengambilan, saat
pengambilan dan seleksi spesimen. Beberapa hal penting yang perlu dilakukan untuk memperoleh hasil
pemerisaan yang baik adalah :

1. Bahan pemeriksaan sedapat mungkin diambil dari lokasi yang paling besar kemungkinannya
mengandung penyebab infeksi pada stadium tertentu.

2. Pada lokasi tubuh yang pada keadaan normal mengandung flora normal, hasil laboratorium
positif sebaiknya dikorelasikan dengan keterangan klinik , sehingga mendapatkan suatu interpertasi
yang bermakna.

3. Hasil laboratorium positif sangat bermakna bila diperoleh dari lokasi tubuh yang dalam keadaan
normal steril (cairan serebro – spinal darah, cairan pleura, cairan).

Agar diperoleh kualitas spesimen yang baik, pengambilan spesimen harus memenuhi beberapa kriteria
tertentu.

ü Pedoman Umum

Spesimen yang diambil harus memiliki syarat sebagai brikut :


1. Representatif untuk proses infeksi :

Bahan pemeriksaan harus benar-benar berasal dari tempat infeksi.

Misalnya:

o bahan pemeriksaan dari luka, sebaiknya diambil dari dasar luka dan dihindari kontak dengan kulit
sekitarnya sehingga tidak memungkinkan bagi kontaminasi oleh flora kulit.

o bahan dari asbes diambil dengan cara aspirasi steril.

o sebelum dilakukan pengambilan urine, alat genital dibersihkan untuk menghindari kontaminasi.

o bahan sputum harus benar-benar berasal dari saluran nafas bagian bawah, bukan hanya berupa
saliva.

2. Jumlah spesimen cukup untuk memungkinkan pemeriksaan.

Misalnya :

o bahan dari pus dalam keadaan infeksi aktif, jumlahnya tidak perlu diperhatikan, tetapi pada infeksi
kronik jumlah bahan yang diambil sebaiknya agak banyak.

o Bahan berupa darah, jumlah nya harus cukup. Perbandingan volume darah dengan medium cair
adalah 1 :5 atau 1 :10.

o Bahan urine : sebaiknya diambil setelah penderita tidak berkemih sekurang-kurangnya 3 jam,
sehingga diperoleh volume cukup untuk diambil.

3. Saat pengambilan perlu diperhatikan. Pengambilan harus dilakukan pada stadium yang tepat, untuk
ini perlu diketahui riwayat penyakit penderita. Pada demam tifoid minggu pertama, bakteri akan dapat
ditemukan di darah. Sedangkan pada minggu ke 2 dan ke 3, tinja dan urine biasanya positif. S. typhi akan
ditemukan pada tinja dan urine selama fase akut dari stadium diare.

4. Terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik dari alat, lingkungan, bagian tubuh lain, dan petugas
pengambil. Alat dan tempat spesimen harus steril dan sesuai. Misalnya pengambilan urine atau sputum
sebaiknya dengan pot bermulut lebar. Setelah bahan ditampung hendaknya ditutup rapat dan dicegah
adanya kebocoran untuk menghindari kontaminasi dan pencemaran dari dan pada lingkungan.
5. Pengambilan spesimen dilakukan sebelum pemberian terapi antibiotik. Perlu diperhatikan hal-hal
sbb :

o cairan serebrospinal yang purulen, dalam waktu 24 jam setelah pemberian antibiotik seringkali sudah
tidak mengandung bakteri penyebab, misalkan Haemophilus influenzae.

o selama pemberian terapi antibiotik pada penderita salmonelosis, dalam tinja penderita tidak akan
diketemukan S.typhi.

o Bila bahan yang diperiksa berasal dari pasien yang telah diterapi, sebaiknya klinisi memberi catatan
khusus, sehingga bisa dilakukan tindakan-tindakan tertentu. Misalnya dapat diberikan Penisinase untuk
merusak penisilin. Jadi pada penderita yang telah diterapi bisa dilakukan pemeriksaan mikrobiologik.

6. Bahan pemeriksaan sebaiknya segera dibawa ke laboratorium atau kalau diperlukan dapat pula
digunakan media transport yang sesuai, agar bisa diperiksa secepatnya.

ü Pedoman khusus

Dalam melakukan pengambilan spesimen klinik, perlu diperhatikan beberapa hal khusus sesuai lokasi
pengambilan :

1. Cara Pengambilan Darah

Darah biasanya diambil pada saat demam tinggi, dari vena cubiti. Pertama-tama dilakukan palpasi untuk
mencari letak vena yang akan diambil. Sebelum pengambilan kulit sekitarnya diusap dengan antiseptik,
misalnya Jodium tincture 2%, atau alkhohol 80%. Setelah itu tidak boleh dilakukan palpasi lagi, juga tidak
boleh mengusap jarum suntik dengan kapas alkohol.

o Volume pengambilan : 10-20 ml untuk dewasa

o 1-5 ml untuk anak- anak

Karena organisme pada bakteri jumlahnya kecil, sebaiknya segera diinokulasikan kedalam media kultur
setelah pengambilan.

Contoh media kultur darah yang digunakan:

o Trypticase Soy Broth, untuk kultur aerob

o Brain Heart Infusion, untuk kultur bakteri aerob atau anaerob

o Thioglikolat broth, untuk kultur anaerob

o Gal medium, untuk kultur Salmonella.

Dapat pula ditransport secara stril dalam tabung mengandung SPS Interval pengambilan :
o endocarditis : 3 kali pengambilan (kultur) dalam 24 jam

o bakterima : 3 kali pengambilan (kutur) dalam 24-48 jam

o pasien yg diberi antibiotik : 4-6 kali pengambilan dalam 48 jam.

2. Cara Pengambilan Tinja atau Usapan Rektal

Tinja diambil dari bagian yang diperkirakan banyak mengandung organisme penyebab (lendir atau
darah), ditampung pada tempat steril, harus segera dibawa ke laboratorim. Sedangkan usapan rectal
diambil dengan kapas lidi steril, diputar (360º) pada mukosa rektal diambil dengan kedalaman 1-2 cm,
kemudian dimasukkan media transport bersama kapas lidi atau kedalam tabung kosong bertutup ulir
steril, tutup rapat, segera dikirim ke laboratorium. Sebaiknya tidak digunakan kertas toilet dalam
pengambilan/penampungan tinja, karena pada umumnya mengandung garam bismuth yang dapat
membunuh mikroorganisme.

3. Cara Pengambilan Urine

Bahan berupa urine dapat diambil dengan berbagai teknik :

o aspirasi supra public

o kateterisasi

o urine pancaran tengah (Mid Stream Urine)

Cara pertama dan kedua hanya dilakukan oleh dokter dengan indikasi tertentu karena mengandung
resiko, harus dilakukan secara aseptik untuk menghindari infeksi. Volume urine minimal 10 ml dan
segera dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Seperti diketahui urine adalah medium yang baik untuk
pertumbuhan bakteri, terutama bagi pemeriksaan angka kuman harus segera diperiksa agar tidak terjadi
pertumbuhan pesat sebelum diperiksa. Apabila terpaksa bisa disinpan dalam almari pendingin selama
24 jam, tetapi dianjurkan tidak lebih dari 8 jam.

4. Cara Pengambilan Dahak atau Sputum

Dahak yang diambil diusahakan tidak tercemar oleh flora normal di rongga mulut, sebaiknya pasien
diminta berkumur sebelumnya dengan akuades steril, atau larutan garam fisiologis steril. Dahak
ditampung didalam pot steril, dengan cara batuk dalam-dalam, perlu kerjasama dengan pasien. Segera
mungkin ditanam dalam media perbenihan yang sesuai dengan jenis pemeriksaan.

5. Cara Pengambilan Discharge Mukosa

Bahan dari mukosa diambil dengan kapas lidi steril, bahan diambil dari : hidung, tenggorokan, mata,
telinga, lubang urogenital, luka.
6. Abses

Seleksi dan pengambilan yang adekuat sangat berpengaruh pada hasil pemerisaan. Jika lesi luas atau
terdapat beberapa lesi, bahan diambil dari beberapa tempat. Sampel dari abses harus mengandung pus
dan bagian dari dinding abses. Sebelum pengambilan kulit dibersihkan dengan larutan fisiologis steril.

7. Cara Pengambilan Cairan Serebrospinal

Dilakukan dengan punksi lumbal oleh seorang dokter ahli dengan memperhatikan aspek sterilitas alat
dan teknik pengambilan secara benar. Kuman pada bahan ini pada umumnya hanya bertahan beberapa
jam, sehingga harus segera dikirim ke laboratorium. Meningokokus sangat rentan terhadap suhu
rendah, sama sekali tidak dibenarkan menyimpan bahan pemeriksaan ini pada almari pendingin.

Ø PENGIRIMAN SPESIMEN

Apabila bahan pemeriksaan diambil diluar laboratorium seharusnya segera dikirim untuk diperiksa. Akan
tetapi bila tidak memungkinkan karena beberapa keadaan, dapat digunakan media transport sebagai
media yang mampu memberikan bahan pertumbuhan untuk mikroorganisme tersangka, terutama bagi
organisme yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan. Kadang-kadang bahan pemeriksaan yang tidak
memerlukan media transport karena bahan tersebut telah mengandung bahan yang diperlukan bagi
pertumbuhan organisme tersangka. Pada saat pengiriman temperatur dan tempat pengiriman harus
diperhatikan. Adapun medium transport yang biasa digunakan adalah : medium Carry & Blair, medium
Stuart, medium Amies.

1. Pengiriman Darah

Setelah diperoleh darah harus segera dikirim ke laboratorium karena kuman didalam darah akan
dipengaruhi oleh sel-sel dalam darah ataupun zat-zat yang ada dalam darah. Secara umum telah
direkomendasikan bahwa darah untuk perbenihan ditanam dalam perbenihan cair dengan
perbandingan 1 : 10 untuk membantu menetralkan efek bakterisidal karena adanya antimikroba dalam
(darah pada pasien yang telah diterapi) atau efek komplemen dan fagosit.

Bila darah dikirim tanpa menggunakan perbenihan cair seperti penjelasan dimuka, maka volume darah
yang dikirim untuk kepentingan isolasi adalah sebanyak 10-20 ml dengan menggunakan antikoagulan,
sebaiknya digunakan SPS (Sodium Polynethol Sulfonate) 0.05% atau 0.025 %. Disamping sebagai
antikoagulan, SPS merupakan antikomplemen dan antifagosit dan dapat menetralkan efek anti mikroba.
Suhu pengiriman supaya dipertahankan untuk tidak lebih dari 37ºC, dan terhindar dari kekeringan.

2. Pengiriman Tinja

Tinja dapat dikirim tanpa medium transport bila tidak terlalu lama. Apabila jarak pengiriman jauh
sehingga memerlukan waktu lebih dari 4 jam, maka perlu digunakan media transport yang sekaligus
merupakan medium selektif bagi jenis kuman tertentu. Medium transport atau selektif ini berupa
medium cair, misalknya : Air peptone alkali, Selenit Broth, dsb. Perlu diperhatikan suhu dan hindarkan
dari kekeringan.

3. Pengiriman urine

Urine dikirim tanpa medium transport karena urine merupakan medium yang baik pertumbuhan kuman.
Pengiriman bahan ini harus dilakukan segera mungkin untuk menghindari perkembangan pesat
organisme tersangka, dalam waktu 1 jam organisme per ml akan menjadi berlipat ganda. Hal ini perlu
diperhatikan mengingat diagnosis bakteriuri didasarkan pada jumlah kuman per ml urine. Suhu dan
kekeringan harus diperhatikan.

4. Pengiriman Dahak

Dikirim tanpa medium transport, tetapi harus segera.

5. Pengiriman discharge mukosa

Setelah diambil dengan kapas lidi dapat dimasukkan dalam media transport, kapas lidi dimasukkan
dalam tabung media transport secara aseptic.

6. Pengiriman abses, jaringan, spesimen drainage

Bahan pemeriksaan dikirim dengan medium transport semisolid Sturt, Carry & Blair (untuk kuman
anaerob). Spesimen dari usapan (swab), sebaliknya dihindari, lebih baik spesimen langsung. Bila
terpaksa, swab harus merupakan sampel yang mewakili bagian yang mengandung kuman penyebab.

7. Pengiriman Cairan Serebrospinal

Bahan ini dikirim tanpa medium transport, tetapi harus sesegera mungkin dibawa ke laboratorium
dalam waktu kurang dari 1 jam. Segera ditanam pada medium perbenihan padat yang cocok.

2.6 Komplikasi Pengambilan Specimen dan Cara Mencegahnya


1. Syncope

Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadarannya beberapa saat/sementara waktu
sebagai akibat menurunnya tekanan darah. Gejala dapat berupa rasa pusing, keringat dingin, nadi cepat,
pengelihatan kabur/gelap, bahkan bisa sampai muntah. Hal ini biasanya terjadi karena adanya perasaan
takut atau akibat pasien puasa terlalu lama. Rasa takut atau cemas bisa juga timbul karena kurang
“percaya diri” Itulah sebabnya mengapa perlu memberikan penjelasan kepada pasien tentang tujuan
pengambilan darah dan prosedur yang akan dialaminya. Penampilan dan prilaku seorang Flebotomis
juga bisa mempengaruhi keyakinan pasien sehingga timbul rasa curiga/was-was ketika proses
pengambilan darah akan dilaksanakan. Oleh sebab itu penampilan dan prilaku seorang flebotomis harus
sedemikian rupa sehingga tampak berkompetensi dan Fropesional.

Ø Cara mengatasi :

o Hentikan pengambilan darah. Baringkan pasien ditempat tidur, kepala dimiringkan kesalah satu sisi.
Tungkai bawah ditinggikan (lebih tinggi dari posisi kepala).

o Longgarkan baju yang sempit dan ikat pinggang. Minta pasien menarik nafas panjang.

o Hubungi dokter, Pasien yang tidak sempat dibaringkan, diminta menundukan kepala diantara kedua
kakinya dan menarik nafas panjang.

Ø Cara Pencegahan :

o Pasien diajak bicara supaya perhatiannya dapat dialihkan.

o Pasien yang akan dirawat syncope sebaiknya dianjurkan berbaring pada waktu pengambilan darah.

o Kursi pasien mempunyai sandaran dan tempat/sandaran tangan.

2. Rasa Nyeri

Rasa nyeri berlangsung tidak lama sehingga tidak memerlukan penanganan khusus. Nyeri bisa timbul
alibat alkohol yang belum kering atau akibat penarikan jarum yang terlalu kuat.

Ø Cara pencegahan :

o Setelah disinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah mongering sebelum pengambilan darah
dilakukan.

o Penarikan jarum tidak terlalu kuat.

o Penjelasan/ Menggambarkan sifat nyeri yang sebenarnya (memberi contoh)

3. Hematoma
Hematoma dalah terkumpulnya massa darah dalam jaringan (dalam Hal Flebotomi/jaringan dibawah
kulit ) sebagai akibat robeknya pembuluh darah. Faktor penyebab terletak pada teknik pengambilan
darah :

o Jarum terlalu menungkik sehingga menembus dinding vena

o Penusukan jarum dangkal sehingga sebagian lubang jarum berada diluar vena.

o Setelah pengambilan darah, tempat penusukan kurang ditekan atau kurang lama ditekan.

o Pada waktu jarum ditarik keluar dari vena, tourniquet (tourniket) belum dikendurkan.

o Temapat penusukan jarum terlalu dekat dengan tempat turniket.

Ø Cara mengatasi :

Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit disekitar tempat penusukan jarum
segera :

o Lepaskan turniket dan jarum.

o Tekan tempat penusukan jarum dengan kain kasa.

o Angkat lenganpasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit).

o Kalau perlu kompres untukmengurangi rasa nyeri

4. Pendarahan

Komplikasi pendarahan lebih sering terjadi pada pengambilan darah alteri. Pengambilan darah kapiler
lebih kurang resikonya.Pendarahan yang berlebihan (sukar berhenti) terjadi karma terganggunya system
kouglasi darah pasien. Hal ini bisa terjadi karena :

o Pasien mengalami pengobatan dengan obat antikougulan sehinggamenghambat pembekuan darah.

o Pasien menderita gangguan pembekuan darah ( trombositopenia, defisiensi factor pembeku darah
(misalnya hemofilia).

o Pasien mengidap penyakit hati yang berat (pembentukan protrombin, fibrinogen terganggu ).

Ø Cara mengatasi :
Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit disekitar tempat penusukan jarum
segera :

o Lepaskan turniket dan jarum.

o Tekan tempat penusukan jarum dengan kain kasa.

o Angkat lenganpasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit).

o Kalau perlu kompres untukmengurangi rasa nyeri

5. Allergi

Alergi bisa terjadi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam flebotom, misalnya terhadap zat
antiseptic/desinfektan, latex yang ada pada sarung tangan, turniket atau plester. Gejala alergi bisa
ringan atau berat, berupa kemerahan, rhinitis, radang selaput mata, kadang-kadang bahkan bisa (shock).

Ø Cara mengatasi :

o Tenangkan pasien, beri penjelasan.

o Panggil dokter atau perawat untuk penanganan selanjutnya

Ø Cara pencegahan :

o Wawancara apa ada riwayat allergi.

o Memakai plester atau sarung-tangan yang tidak mengandung latex

6. Trombosis

Terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali ditempat yang sama sehingga menimbulkan
kerusaka dan peradangan setempat dan berakibat dengan penutupan ( occlusion ) pembuluh darah. Hal
ini juga terlihat pada kelompok pengguna obat ( narcotics ) yang memakai pembuluh darah vena.

Ø Cara pencegahan :

o Hindari pengambilan berulang ditempat yang sama.

o Pembinaan peninap narkotika.

7. Radang Tulang

Penyakit ini sering terjadi pada bayi karena jarak kulit-tulang yangsempit dan pemakaian lanset yang
berukuran panjang

Ø Cara mengatasi :
o Mengatasi peradangan tulang

Ø Cara Pencegahan :

o Menggunakan lanset yang ukurannya sesuai. Saat ini sudah dipasarkan lanset dalam berbagai ukuran
disesuaikan dengan kelompok usia. Setiap kejadian komplikasi harus dilaporkan kepada dokter kepada
dan dicatat dalam buku catatan tersendiri dengan mencantumkan identitas pasien selengkapnya,
tanggal dan jam kejadian, dan tindakan yang diberikan.

8. Amnesia

Pada bayi, terutama bayi baru lahir dimana volume darah sedikit, pengambilan darah berulang dapat
menyebabkan anemia. Selain itu pengambilan darah kapiler pada bayi terutama yang bertulang dapat
menyebabkan selulitis, abses, osteomielitis, jaringan parut dan nodulklasifikasi. Nodul klasifikasi
tersebut mula-mula tampak seperti lekukan yang

4-12 bulan kemudian akan menjadi nodul dan menghilang dalam 18-20 bulan.

9. Komplikasi neuologis

Komplikasi neurologist dapat bersifat local karena tertusuknya syaraf dilokasi penusukan, dan
menimbulkan keluhan nyeri atau kesemutan yang menjalar ke lengan, seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Walaupun jarang, serangan kejang ( seizures) dapat pula terjadi.

Ø Cara Penanganan :

o Pasien yang mengalami serangan saat pengambilan darah harus dilindungi dari perlukaan.

o Hentikan pengambilan darah, baringkan pasien dengan kepala miringkan ke satu sisi, bebaskan jalan
nafas, hindari agar lidahtidak tergigit.

o Segera mungkin aktifkan perlengkapan keselamatan, hubungi dokter.

o Lakukan penekanan secukupnya di daerah penusukan sambil membatasi pergerakan pasien.

2.7 Nilai-Nilai Laboratorium Normal

Setiap laboratorium menentukan nilai “normal”, yang ditunjukkan pada kolom “Nilai Rujukan” atau
“Nilai Norma” pada laporan laboratorium. Nilai ini tergantung pada alat yang dipakai dan cara
pemakaiannya. Tidak ada standar nilai rujukan. nilai laboratorium lain dapat berbeda. Jadi angka pada
laporan kita harus dibandingkan dengan nilai rujukan pada laporan, bukan dengan nilai rujukan pada
lembaran ini.Determination Normal Reference Value

Conventional units SI units


Blood, Plasma or Serum

Ammonia (NH3) – diffusion 20-120 mcg/dl 12-70 mcmol/L

Ammonia Nitrogen 15-45 µg/dl 11-32 µmol/L

Amylase 35-118 IU/L 0.58-1.97 mckat/L

Anion gap (Na+-[Cl - + HCO3- ]) (P) 7-16 mEq/L 7-16 mmol/L

Antithrombin III (AT III) 80–120 U/dl 800–1200 U/L

Bicarbonate

Arterial 21–28 mEq/L 21–28 mmol/L

Venous 22–29 mEq/L 22–29 mmol/L

Bilirubin

Conjugated (direct) Total £ 0.2 mg/dl

&

0.1–1 mg/dl £ 4 mcmol/L

&

2–18 mcmol/L

Calcitonin < 100 pg/ml < 100 ng/L

Calcium

Total 8.6–10.3 mg/dl 2.2–2.74 mmol/L

Ionized 4.4–5.1 mg/dl 1–1.3 mmol/L

Carbon dioxide content (plasma) 21–32 mmol/L 21–32 mmol/L

Carcinoembryonic antigen < 3 ng/ml < 3 mcg/L

Chloride 95–110 mEq/L 95–110 mmol/L

Coagulation screen

Bleeding time 3–9.5 min 180–570 sec


Prothrombin time 10–13 sec 10–13 sec

Partial thromboplastin time (activated) 22–37 sec 22–37 sec

Protein C 0.7–1.4 µ/ml 700–1400 U/ml

Protein S 0.7–1.4 µ/ml 700–1400 U/ml

Copper, total 70–160 mcg/dl 11–25 mcmol/L

Corticotropin (ACTH adrenocorticotropic hormone) – 0800 hr < 60 pg/ml < 13.2 pmol/L

Cortisol

0800 hr 5–30 mcg/dl 138–810 nmol/L

1800 hr 2–15 mcg/dl 50–410 nmol/L

2000 hr £ 50% of 0800 hr £ 50% of 0800 hr

Creatine kinase

Female 20–170 IU/L 0.33–2.83 mckat/L

Male 30–220 IU/L 0.5–3.67 mckat/L

Creatinine kinase isoenzymes, MB fraction 0–12 IU/L 0–0.2 mckat/L

Creatinine 0.5–1.7 mg/dl 44–150 mcmol/L

Fibrinogen (coagulation factor I) 150–360 mg/dl 1.5–3.6 g/L

Follicle-stimulating hormone (FSH)

Female 2–13 mlU/ml 2–13 IU/L

Midcycle 5–22 mlU/ml 5–22 IU/L

Male 1–8 mlU/ml 1–8 IU/L

Glucose, fasting 65–115 mg/dl 3.6–6.3 mmol/L

Glucose Tolerance Test (Oral)

(mg/dl) (mmol/L)

Normal Diabetic Normal Diabetic


Fasting 70–105 > 140 3.9–5.8 > 7.8

60 min 120–170 ³ 200 6.7–9.4 ³ 11.1

90 min 100–140 ³ 200 5.6–7.8 ³ 11.1

120 min 70–120 ³ 140 3.9–6.7 ³ 7.8

(g) – Glutamyltransferase (GGT)

Male 9–50 units/L 9–50 units/L

Female 8–40 units/L 8–40 units/L

Haptoglobin 44–303 mg/dl 0.44–3.03 g/L

Hematologic Tests

Fibrinogen 200–400 mg/dl 2–4 g/L

Hematocrit (Hct)

female 36%-44.6% 0.36–0.446 fraction of 1

male 40.7%-50.3% 0.4–0.503 fraction of 1

Hemoglobin A 1C 5.3%-7.5% of total Hgb 0.053–0.075

Hemoglobin (Hb)

female 12.1–15.3 g/dl 121–153 g/L

male 13.8–17.5 g/dl 138–175 g/L

Leukocyte count (WBC) 3800–9800/mcl 3.8–9.8 x 109/L

Erythrocyte count (RBC)

female 3.5–5 x 106/mcl3.5–5 x 1012/L

male 4.3–5.9 x 106/mcl 4.3–5.9 x 1012/L

Mean corpuscular volume (MCV) 80–97.6 mcm3 80–97.6 fl


Mean corpuscular hemoglobin (MCH) 27–33 pg/cell 1.66–2.09 fmol/cell

Mean corpuscular hemoglobin concentrate (MCHC) 33–36 g/dl 20.3–22 mmol/L

Erythrocyte sedimentation rate (sedrate, ESR) £30 mm/hr £30 mm/hr

Erythrocyte enzymes

Glucose-6 – Pphosphate dehydrognase (G-6-PD) 250–5000 units/106 cells 250–5000 mcunits/cell

Determination Reference Value

(Conventional units) (SI units)

Blood, Plasma or Serum:

Ammonia (NH3) – diffusion 20–120 mcg/dl 12–70 mcmol/L

Ammonia Nitrogen 15–45 µg/dl 11–32 µmol/L

Amylase 35–118 IU/L 0.58–1.97 mckat/L

Anion gap (Na+-[Cl - + HCO3-]) (P) 7–16 mEq/L 7–16 mmol/L

Antithrombin III (AT III) 80–120 U/dl 800–1200 U/L

Bicarbonate: Arterial

Venous

21–28 mEq/L

22–29 mEq/L 21–28 mmol/L

22–29 mmol/L

Bilirubin: Conjugated (direct) Total £ 0.2 mg/dl

(0.1–1 mg/dl) £ 4 mcmol/L

(2–18 mcmol/L)

Calcitonin < 100 pg/ml < 100 ng/L

Calcium: Total

Ionized

8.6–10.3 mg/dl
4.4–5.1 mg/dl 2.2–2.74 mmol/L

1–1.3 mmol/L

Carbon dioxide content (plasma) 21–32 mmol/L 21–32 mmol/L

Carcinoembryonic antigen < 3 ng/ml < 3 mcg/L

Chloride 95–110 mEq/L 95–110 mmol/L

Coagulation screen:

Bleeding time

Prothrombin time

Partial thromboplastin time (activated)

Protein C

Protein S 3–9.5 min

10–13 sec

22–37 sec

0.7–1.4 µ/ml

0.7–1.4 µ/ml 180–570 sec

10–13 sec

22–37 sec

700–1400 U/ml

700–1400 U/ml

Copper, total 70–160 mcg/dl 11–25 mcmol/L

Corticotropin

(ACTH adrenocorticotropic hormone) – 0800 hr < 60 pg/ml < 13.2 pmol/L

Cortisol: 0800 hr

1800 hr

2000 hr
5–30 mcg/dl

2–15 mcg/dl

£ 50% of 0800 hr 138–810 nmol/L

50–410 nmol/L

£ 50% of 0800 hr

Creatine kinase:Female

Male

20–170 IU/L

30–220 IU/L 0.33–2.83 mckat/L

0.5–3.67 mckat/L

Creatinine kinase isoenzymes, MB fraction 0–12 IU/L 0–0.2 mckat/L

Creatinine 0.5–1.7 mg/dl 44–150 mcmol/L

Fibrinogen (coagulation factor I) 150–360 mg/dl 1.5–3.6 g/L

Follicle-stimulating hormone (FSH):

Female

Midcycle

Male 2–13 mlU/ml

5–22 mlU/ml

1–8 mlU/ml 2–13 IU/L

5–22 IU/L

1–8 IU/L

Glucose, fasting 65–115 mg/dl 3.6–6.3 mmol/L

Glucose Tolerance Test (Oral)

Fasting

60 min
90 min

120 min (mg/dl)

Normal Diabetic

70–105 > 140

120–170 ³ 200

100–140 ³ 200

70–120 ³ 140

(mmol/L)

Normal Diabetic

3.9–5.8 > 7.8

6.7–9.4 ³ 11.1

5.6–7.8 ³ 11.1

3.9–6.7 ³ 7.8

(g) -Glutamyltransferase (GGT):

Male

Female 9–50 units/L

8–40 units/L 9–50 units/L

8–40 units/L

Haptoglobin 44–303 mg/dl 0.44–3.03 g/L

Determination Reference Value

Conventional units SI units

Hematologic tests:

Fibrinogen
Hematocrit (Hct),

female

male

Hemoglobin A 1C

Hemoglobin (Hb),

female

male

Leukocyte count (WBC)

Erythrocyte count (RBC):

female

male

Mean corpuscular volume (MCV)

Mean corpuscular hemoglobin

(MCH)

Mean corpuscular hemoglobin

concentrate (MCHC)

Erythrocyte sedimentation rate

(sedrate, ESR) 200–400 mg/dl

36%-44.6%

40.7%-50.3%

5.3%-7.5% of total Hgb

12.1–15.3 g/dl

13.8–17.5 g/dl

3800–9800/mcl

3.5–5 x 106/mcl
4.3–5.9 x 106/mcl

80–97.6 mcm3

27–33 pg/cell

33–36 g/dl

£30 mm/hr 2–4 g/L

0.36–0.446 fraction of 1

0.4–0.503 fraction of 1

0.053–0.075

121–153 g/L

138–175 g/L

3.8–9.8 x 109/L

3.5–5 x 1012/L

4.3–5.9 x 1012/L

80–97.6 fl

1.66–2.09 fmol/cell

20.3–22 mmol/L

£ 30 mm/hr

Erythrocyte enzymes:

Glucose-6 -

Pphosphate dehydrognase

(G-6-PD)

Ferritin

Folic acid: normal

Platelet count

Reticulocytes
Vitamin B12 250–5000 units/106 cells

10–383 ng/ml

>3.1–12.4 ng/ml

150–450 x 103/mcl

0.5%-1.5% of erythrocytes

223–1132 pg/ml 250–5000 mcunits/cell

23–862 pmol/L

7–28.1 nmol/L

150–450 x 109/L

0.005–0.015

165–835 pmol/L

Iron: Female

Male

30–160 mcg/dl

45–160 mcg/dl 5.4–31.3 mcmol/L

8.1–31.3 mcmol/L

Iron binding capacity 220–420 mcg/dl 39.4–75.2 mcmol/L

Isocitrate dehydrogenase 1.2–7 units/L 1.2–7 units/L

Isoenzymes

Fraction 1

Fraction 2

Fraction 3

Fraction 4

Fraction 5 14%-26% of total

29%-39% of total
20%-26% of total

8%-16% of total

6%-16% of total 0.14–0.26 fraction of total

0.29–0.39 fraction of total

0.20–0.26 fraction of total

0.08–0.16 fraction of total

0.06–0.16 fraction of total

Lactate dehydrogenase 100–250 IU/L 1.67–4.17 mckat/L

Lactic acid (lactate) 6–19 mg/dl 0.7–2.1 mmol/L

Lead £ 50 mcg/dl £ 2.41 mcmol/L

Lipase 10–150 units/L 10–150 units/L

Lipids:

Total Cholesterol

Desirable

Borderline-high

High

LDL

Desirable

Borderline-high

High

HDL (low)

Triglycerides

Desirable

Borderline-high

High
Very high < 200 mg/dl

200–239 mg/dl

> 239 mg/dl

< 130 mg/dl

130–159 mg/dl

> 159 mg/dl

< 35 mg/dl

< 200 mg/dl

200–400 mg/dl

400–1000 mg/dl

> 1000 mg/dl < 5.2 mmol/L

< 5.2–6.2 mmol/L

> 6.2 mmol/L

< 3.36 mmol/L

3.36–4.11 mmol/L

> 4.11 mmol/L

< 0.91 mmol/L

< 2.26 mmol/L

2.26–4.52 mmol/L

4.52–11.3 mmol/L

> 11.3 mmol/L

Magnesium 1.3–2.2 mEq/L 0.65–1.1 mmol/L

Osmolality 280–300 mOsm/kg 280–300 mmol/kg

Oxygen saturation (arterial) 94%-100% 0.94 – fraction of 1

PCO2, arterial 35–45 mm Hg 4.7–6 kPa


pH, arterial 7.35–7.45 7.35–7.45

Determination Reference Value

Conventional units SI units

PO, arterial: Breathing room air

On 100% O 80–105 mm Hg

> 500 mm Hg 10.6–14 kPa

Phosphatase (acid), total at 37°C 0.13–0.63 IU/L 2.2–10.5 IU/L or

2.2–10.5 mckat/L

Phosphatase alkaline 20–130 IU/L 20–130 IU/L or

0.33–2.17 mckat/L

Phosphorus, inorganic, (phosphate) 2.5–5 mg/dl 0.8–1.6 mmol/L

Potassium 3.5–5 mEq/L 3.5–5 mmol/L

Progesterone

Female

Follicular phase

Luteal phase

Male 0.1–1.5 ng/ml

0.1–1.5 ng/ml

2.5–28 ng/ml

< 0.5 ng/ml 0.32–4.8 nmol/L

0.32–4.8 nmol/L

8–89 nmol/L

< 1.6 nmol/L

Prolactin 1.4–24.2 ng/ml 1.4–24.2 mcg/L


Prostate specific antigen

Protein: Total

Albumin

Globulin 0–4 ng/ml

6–8 g/dl

3.6–5 g/dl

2.3–3.5 g/dl 0–4 ng/ml

60–80 g/L

36–50 g/L

23–35 g/L

Rheumatoid factor < 60 IU/ml < 60 kIU/L

Sodium 135–147 mEq/L 135–147 mmol/L

Testosterone:

Female

Male 6–86 ng/dl

270–1070 ng/dl 0.21–3 nmol/L

9.3–37 nmol/L

Thyroid Hormone Function Tests:

Thyroid-stimulating hormone (TSH)

Thyroxine-binding globulin capacity

Total triiodothyronine (T3)

Total thyroxine by RIA (T4)

T3 resin uptake 0.35–6.2 mcU/ml

10–26 mcg/dl

75–220 ng/dl
4–11 mcg/dl

25%-38% 0.35–6.2 mU/L

100–260 mcg/L

1.2–3.4 nmol/L

51–142 nmol/L

0.25–0.38 fraction of 1

Transaminase, AST (aspartate aminotransferase, SGOT) 11–47 IU/L 0.18–0.78 mckat/L

Transaminase, ALT (alanine aminotransferase, SGPT) 7–53 IU/L 0.12–0.88 mckat/L

Transferrin 220–400 mg/dL 2.20–4.00 g/L

Urea nitrogen (BUN) 8–25 mg/dl 2.9–8.9 mmol/L

Uric acid 3–8 mg/dl 179–476 mcmol/L

Vitamin A (retinol) 15–60 mcg/dl 0.52–2.09 mcmol/L

Zinc 50–150 mcg/dl 7.7–23 mcmol/L

1 Tergantung pada usia

2 Bayi dan anak sampai 104 U/L

3 Bayi usia 1 tahun sampai 6 mg/dlUrine

Determination Reference Value

Conventional units SI units

Calcium 50–250 mcg/day 1.25–6.25 mmol/day

Catecholamines:

Epinephrine

Norepinephrine < 20 mcg/day

< 100 mcg/day < 109 nmol/day

< 590 nmol/day


Catecholamines, 24-hr < 110 µg < 650 nmol

Copper 15–60 mcg/day 0.24–0.95 mcmol/day

Creatinine:

Child

Adolescent

Female

Male 8–22 mg/kg

8–30 mg/kg

0.6–1.5 g/day

0.8–1.8 g/day 71–195 µmol/kg

71–265 µmol/kg

5.3–13.3 mmol/day

7.1–15.9 mmol/day

pH 4.5–8 4.5–8

Phosphate 0.9–1.3 g/day 29–42 mmol/day

Potassium 25–100 mEq/day 25–100 mmol/day

Protein

Total

At rest 1–14 mg/dL

50–80 mg/day 10–140 mg/L

50–80 mg/day

Protein, quantitative < 150 mg/day < 0.15 g/day

Sodium 100–250 mEq/day 100–250 mmol/day

Specific gravity, random 1.002–1.030 1.002–1.030

Uric acid, 24-hr 250–750 mg 1.48–4.43 mmol


1 Tergantung pada diet.Drug Levels

Drug Determination Reference Value

Conventional units SI units

Aminoglycosides Amikacin

(trough)

(peak) 1–8 mcg/ml

1.7–13.7 mcmol/L 20–30 mcg/ml

34–51 mcmol/L

Gentamicin

(trough)

(peak) 0.5–2 mcg/ml

6–10 mcg/ml 1–4.2 mcmol/L

12.5–20.9 mcmol/L

Kanamycin

(trough)

(peak) 5–10 mcg/ml

20–25 mcg/ml nd

nd

Netilimicin

(trough)

(peak) 0.5–2 mcg/ml

6–10 mcg/ml nd

nd

Streptomycin
(trough)

(peak) < 5 mcg/ml

5–20 mcg/ml nd

nd

Tobramycin

(trough)

(peak) 0.5–2 mcg/ml

5–20 mcg/ml 1.1–4.3 mcmol/L

12.8–21.8 mcmol/L

Drug Determination Reference Value

Conventional units SI units

AntiarrhythmicsAmiodarone 0.5–2.5 mcg/ml 1.5–4 mcmol/L

Bretylium 0.5–1.5 mcg/ml Nd

Digitoxin 9–25 mcg/L 11.8–32.8 nmol/L

Digoxin 0.8–2 ng/ml 0.9–2.5 nmol/L

Disopyramide 2–8 mcg/ml 6–18 mcmol/L

Flecainide 0.2–1 mcg/ml Nd

Lidocaine 1.5–6 mcg/ml 4.5–21.5 mcmol/L

Mexiletine 0.5–2 mcg/ml Nd

Procainamide 4–8 mcg/ml 17–34 mcmol/ml

Propranolol 50–200 ng/ml 190–770 nmol/L

Quinidine 2–6 mcg/ml 4.6–9.2 mcmol/L

Tocainide 4–10 mcg/ml Nd

Verapamil 0.08–0.3 mcg/ml Nd


Anticonvulsants Carbamazepine 4–12 mcg/ml 17–51 mcmol/L

Phenobarbital 10–40 mcg/ml 43–172 mcmol/L

Phenytoin 10–20 mcg/ml 40–80 mcmol/L

Primidone 4–12 mcg/ml 18–55 mcmol/L

Valproic Acid 40–100 mcg/ml 280–700 mcmol/L

Antidepressants Amitriptyline 110–250 ng/ml 500–900 nmol/L

Amoxapine 200–500 ng/ml Nd

Bupropion 25–100 ng/ml Nd

Clomipramine 80–100 ng/ml Nd

Desipramine 115–300 ng/ml Nd

Doxepin 110–250 ng/ml Nd

Imipramine 225–350 ng/ml Nd

Maprotiline 200–300 ng/ml Nd

Nortriptyline 50–150 ng/ml Nd

Protriptyline 70–250 ng/ml Nd

Trazodone 800–1600 ng/ml Nd

Antipsychotics Chlorpromazine 50–300 ng/ml 150–950 nmol/L

Fluphenazine 0.13–2.8 ng/ml Nd

Haloperidol 5–20 ng/ml Nd

Perphenazine 0.8–1.2 ng/ml Nd

Thiothixene 2–57 ng/ml Nd

Drug Determination Reference Value

Conventional units SI units

Miscellaneous Amantadine
Amrinone 300 ng/ml

3.7 mcg/ml nd

nd

Chloramphenicol 10–20 mcg/ml 31–62 mcmol/L

Cyclosporine 250–800 ng/ml

(whole blood, RIA)

50–300 ng/ml (plasma, RIA) nd

nd

Ethanol 0 mg/dl 0 mmol/L

Hydralazine 100 ng/ml nd

Lithium 0.6–1.2 mEq/L 0.6–1.2 mmol/L

Salicylate 100–300 mg/L 724–2172 mcmol/L

Sulfonamide 5–15 mg/dl nd

Terbutaline 0.5–4.1 ng/ml nd

Theophylline 10–20 mcg/ml 55–110 mcmol/L

Vancomycin

(trough)

(peak) 5–15 ng/ml

20–40 mcg/ml nd

nd

* Nilai yang diberikan secara umum dapat digunakan untuk terapi tanpa terjadi efek toksik pada
kebanyakan pasien, Namun pengecualian juga tidak jarang terjadi.

1 nd = data tidak tersedia.

2 Metabolit N-desmethyl beserta turunannya.

3 Nilai 24 jam.
4 Toksik: 50–100 mg/dl (10.9–21.7 mmol/L).

Diambil dari The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure, National Institutes of Health.Classification of Blood Pressure *

Category Reference value

Systolic (mm Hg) Diastolic (mm Hg)

Optimal< 120 and < 80

Normal < 130 and < 85

High-normal 130–139 or 85–89

Hypertension

Stage 1

Stage 2

Stage 3 140–159

160–179

³ 180 or

or

or 90–99

100–109

³ 110

* Untuk dewasa berusia 18 atau lebih yang tidak dalam pengobatan anti hipertensi dan tidak dalam
kondisi akut. Ketika tekanan sistole dan diastole masuk ke dalam kategori lain, maka kategori di atasnya
harus dipilih untuk menentukan klasifikasi status tekanan darah penderita. Sebagai tambahan dalam
menentukan stadium hipertensi, seorang praktisi medis harus menentukan ada atau tidaknya penyakit
pada target organ serta faktor resiko lainnya.

1 Tekanan darah yang optimal terhadap resiko kardiovaskular adalah dibawah 120/88 m Hg. Namun
demikian, nilai rendah yang tidak wajar harus dievaluasi untuk menemukan kelainan klinis yang
signifikan.

2 Berdasarkan atas pembacaan sebanyak 2 kali atau lebih pada pemeriksaan awal.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Spesimen merupakan sebagian dari jenis atau seagian dari kelompok benda yang sama untuk di jadikan
contoh. Spesimen juga dikatakan sebagai benda sebenarnya. Jenis specimen bermacam macam, ada
yang hidup sesuai kenyataan di alam. Ada juga yang sudah diawetkan atau yang biasa disebut
herbarium.

Pengambilan spesimen merupakan salah satu dari serangkaian proses yang dilakukan sebelum
melakukan pemeriksan laboratorium. Supaya spesimen memenuhi syarat untuk diperiksa, maka proses
pengambilan spesimen harus dilakukan dengan mengikuti kaidah yang benar. Spesimen yang memenuhi
syarat adalah : jenisnya sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan, volumenya mencukupi untuk
tiap jenis pemeriksaan, kondisinya layak untuk diperiksa (segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna,
steril, tidak menggumpal), antikoagulan yang digunakan sesuai, dan ditampung dalam wadah yang
memenuhi syarat.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti; dipandang sebagai suatu pendugaan
terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri.[1] Sampel dianggap sebagai perwakilan dari
populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati.[2] Ukuran dan keragaman sampel
menjadi penentu baik tidaknya sampel yang diambil. Terdapat dua cara pengambilan sampel, yaitu
secara acak (random)/probabilita dan tidak acak (non-random)/non-probabilita.

3.2 SARAN

Untuk mencapai tujuan pengambilan sampel, maka dapat dilakukan secara acak dan objektif
sedemikian rupa sehingga propabilitas setiap unit sampel diketahui, sedangkan pengambilan sampel
tanpa acak dilakukan sedemikian rupa sehingga propabilitas setiap unit sampel tidak diketahui dan
faktor subjektif memegang peran penting. Oleh karena itu, pengambilan sampel tanpa acak ini,
walaupun dilakukan sedemikian rupa sehingga mempunyai tingkat kewakilan yang tinggi, tetapi tidak
dapat dievaluasi secara objektif.

Anda mungkin juga menyukai