NOMOR …………………
TENTANG
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Muji Rahayu, maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan Laboratorium yang bermutu tinggi;
Mengingat :
3. Peraturan Mentri Kesehatan Republik indonesia Nomor 411 /Menkes /per /III /2010
tentang laboratorium klinik
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Kedua : Kebijakan pelayanan Laboratorium Rumah Sakit Muji Rahayu sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.
Ditetapkan di J a k a r t a
Direktur
Dr.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-NYA, sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penatalaksanaan Persiapan Pemeriksaan
Penunjang” IKD VI (Ikatan Keperawatan dasar VI) studi S1 Keperawatan.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Dan pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan
teman- teman yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan makalah ini sehingga selesai tepat pada
waktu nya.
Demikianlah makalah ini kami tulis semoga dapat bermanfaat bagi pembaca, akhir kata kami
ucapkan terima kasih.
Assalamualaikum Wr.Wb.
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN...............................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN..................................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukanfungsi kolaboratif dalm
memberikan tindakan.
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau
perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi
hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil
laboratorium yaitu :
Pada tahap prainstrumentasi sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter.
Karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
Untuk memperoleh informasi tentang klien, penyakit, dan kebutuhan klien serta meningkatkan
kemampuan dalam penyusunan dan penyajian laporan sesuai dengan pengalaman nyata dilapangan
serta melaksanakan pendokumentasian hasil pemeriksaan klien.
o Mahasiswa mampu mengindentifikasi kesenjangan yang terjadi antara teori dengan pelaksanaan
pemeriksaan dan pendokumentasian penatalaksanaan persiapan pemeriksaan penunjang.
Pada laporan ini hanya membahas tentang pengertian spesimen, jenis dan tujuan
pengambilan spesimen, hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan spesimen, persiapan
pengambilan spesimen, tehnik pengambilan dan pengiriman spesimen, komplikasi, dan nilai-nilai
laboratorium normal.
Makalah yang kami buat menggunakan metode penulisan deskriptif, yang menggambarkan
penatalaksanaan persiapan pemeriksaan penunjang.
BAB II
PEMBAHASAN
Sepesimen merupakan segala macam benda apa saja yang dianggap tercemar oleh suatu penyakit
hewan atau jasad renik penyebab penyakit hewan termasuk bagian-bagian tubuh hewan atau berupa
hewannya sendiri yang mati, sakit atau tersangka sakit perlu dikirim secara cepat dengan
memperhatikan ketentuan yang diperlukan. Manfaat pengiriman spesimen pada lembaga yang secara
profesional berwenang misalnya Balitvet, BPPH atau laboratorium di beberapa perguruan tinggi tidak
hanya berarti terhadap diagnosa penyekit itu sendiri namun juga untuk pengendalian penyakit secara
lebih luas misalnya dalam ruang lingkup epidemiologi.
a. Jenis spesimen yang dikirim tergantung pada jenis penyakit sehingga organ yang dikirim juga
spesifik khususnya organ atau jaringan yang secara klinis mengalami perubahan.
b. Spesimen dikirim dalam keadaan aseptik menggunakan bahan yang ditetapkan sesuai prosedur
atau peralatan yang telah dicuci, dikeringkan dan disterilisasi.
c. Botol diberi diberi identitas yang jelas dan teknis pemeriksaan apa yang diinginkan.
d. Botol spesimen disimpan dalam termos es dan (e) selama proses pengambilan spesimen lakukan
secara hati-hati khususnya terhadap pencemaran.
Ø Ada beberapa yang mempengaruhi seleksi pengiriman spesimen daintaranya yaitu: waktu, peralatan,
teknik, transportasi, dantidak kalah penting adanya form/ dokumen sepesimen.
Ø Pada prinsipnya bahan yang diperlukan, cara pengepakan, dan metode yang dikehendaki harus
disesuaikan dengan apakah spesimen tersebut untuk diperiksa secara bakteriologik, virologik, mikologik,
parasitologik, toksikologik, serologik dan pemeriksaan histopatologik. Penyakit dan organ yang terserang
biasanya spesifik oleh karenanya pengiriman spesimen harus memperhatikan gejala klinis penyakit dan
jenis spesimen serta pengawetan yang digunakan.
1. secara probabilitas
Probabilitas atau random sampling merupakan jenis teknik sampling yang dilakukan dengan
memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel.
Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif.
Jenis Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. secara rambang sederhana atau random sampling. Cara paling populer yang dipakai dalam proses
penarikan sampel rambang sederhana adalah dengan undian.
b. secara sistematis (systematic sampling). Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara
mengambil setiap kasus (nomor urut) yang kesekian dari daftar populasi.
c. secara rambang proporsional (proporsional random sampling). Jika populasi terdiri dari
subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian diambil dari setiap subpopulasi. Adapun cara peng-
ambilannya dapat dilakukan secara undian maupun sistematis.
e. secara kluster (cluster sampling) Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang
ingin dijadikan subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu peneliti
hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang ditentukan secara bertahap.
Teknik pengambilan sample semacam ini disebut cluster sampling atau multi-stage sampling.
2. secara nonprobabilitas.
Nonprobabilitas adalah jenis teknik pengambilan sample yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh
peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara
nonprobabilitas adalah sebagai berikut.
a. Purposive sampling atau judgmental sampling Penarikan sampel secara purposif merupakan
cara penarikan sample yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan
peneliti.
b. Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola salju). Penarikan sample pola ini dilakukan
dengan menentukan sample pertama. Sampel berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sample
pertama, sample ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari sample kedua, dan seterusnya sehingga
jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek bola salju.
c. Quota sampling (penarikan sample secara jatah). Teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar
jumlah atau jatah yang telah ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek yang
mudah ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data.
d. Accidental sampling atau convenience sampling Dalam penelitian bisa saja terjadi diperolehnya
sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek
tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam ini
disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan.
Tujuan pengambilan spesimen masalah & menilai respon klien terhadap terapi yg dijalani
Spesimen & Perawat mengambil spesimen cairan tubuh, urine, sputum, feses, Spesimen cairan tubuh
& darah.
Ø Pemeriksaan Urin
1. Urine Rutin
Urine pertama pada pagi hari karena konsentrasi urin lebih tinggi & pH-nya lebih asam. Urin yg
diperlukan = 120 ml.Urin segera diambil karena kristal urin dan sel darah merah akan lisis jika dalam
waktu lama. Klien bisa melakukannya sendiri.
2. Urin Sewaktu
Pengambilan semua urin yang dikeluarkan dalam waktu tertentu (1 – 2 jam hingga 24 jam). Urin
dibekukan & dimasukkan ke dalam wadah pengawet untuk mencegah kolonisasi bakteri. Tujuannya
untuk menentukan kemampuan ginjal, menentukan gangguan gangguan metabolisme glukosa dan
menentukan kadar tertentu dalam urine.
Untuk kultur urine (mengetahui mikroorganisme yang menginfeksi saluran kemih. Menentukan tipe
organisme & antibiotik yg sensitif terhadap organisme. Urine dimasukkan ke wadah yg tertutup & steril.
Urine yg dibutuhkan 30 – 60 ml. Pemeriksaan Feses
Tujuan:
Menentukan darah samar karena adanya ulkus, inflamasi dan tumor. Mengetahui adanya gangguan pd
gastrointestinal. Mendeteksi telur & parasit Mendeteksi adanya virus & bakteri dengan kultur.
Pada pemeriksaan spesimen darah, darah yg diambil adalah darah vena, darah kaliler & darah arteri.
1. Darah Vena
Untuk melakukan test diagnostik, Memberikan informasi sistem hematologi & sistem tubuh yg lain CBC
(complete blood count), elektrolit serum, kimia darah.
Pengambilan darah dilakukan pada vena, Pada org muda kadang sulit karena kulit tebal sehingga sulit
untuk ditusuk. Pada lansia juga sulit karena vena cenderung lari saat akan di tusuk dan bisa juga karena
ada penebalan atau pengerasan vena akibat adanya aterosklerosis. Penusukan vena dilakuakn dengan
sudut 15 o
2. Darah Kapiler
Untuk pemeriksaan glukosa darah atau saat pengambilan darah vena gagal dilakukan di daun telinga &
ujung jari tetesan pertama dibuang dgn kapas kering agar tdk bercampur alkohol.
3. Darah Arteri
Untuk pemeriksaan AGD, Untuk menngetahui status respirasi & status asam basah darah klien. Jika
jarum mengenai arteri maka akan terlihat pulsasi darah mengisi spoit. Tanda-tanda okulasi arteri :
Kesemutan, Pucat, Tidak ada denyut nadi.
1. PERSIAPAN PASIEN
Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi pasien.
Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tindakan apa yang
akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien.
Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi
pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien akan
menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau
paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan
akan memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila
keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.
Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut :
· Volume mencukupi.
· Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah bentuk,
steril (untuk kultur kuman).
Sebelum pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas pasien harus ditulis
dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb) disertai diagnosis atau keterangan
klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang akan diambil
spesimen.
Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan juga mengenai
obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb. Catat apabila pasien telah mengkonsumsi
obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca transfusi, dsb. Catatan ini nantinya harus
disertakan pada lembar hasil laboratorium.
a. Peralatan
· tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume spesimen.
b. Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Jenis
antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Volume
darah yang ditambahkan juga harus tepat.
Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen yang diperlukan, seperti :
· Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic, atau vena basilic).
Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas luka, hematoma, oedema, canula,
fistula.
· Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri brachialis (lengan),
atau arteri femoralis (lipat paha).
· Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan bagian tepi atau pada
daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi. Tempat yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh
memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis atau pucat.
· Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang mengalami infeksi,
kecuali darah dan cairan otak.
d. Waktu Pengambilan
· Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah buang air yang terakhir.
· Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari setelah bangun tidur.
· Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil pada pagi hari dan setelah puasa 10-12 jam
3. PENGAMBILAN SPESIMEN
1. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar sesuai
dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.
o Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang menempel pada
bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.
o Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk mencegah spesimen
tumpah.
o Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal seperti berikut :
§ Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar tidak terjadi hemolisis.
§ Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan sampel ke dalam media dilakukan
dengan cara aseptik
§ Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak keliru.
§ Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan lembut perlahan-lahan. Jangan
mengkocok tabung keras-keras agar tidak hemolisis.
§ Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka, mudah
ditutup, dan bermulut lebar
§ Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang urine yang mula-mula keluar sebelum mengumpulkan
urine untuk diperiksa.
§ Untuk mendapatkan specimen clean catch diperlukan cara pembersihan lebih sempurna :
§ Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian membilasnya sampai bersih.
§ Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan labia minora, lalu harus merenggangkannya pada
waktu kencing.
§ Perempuan yang sedang menstruasi atau yang mengeluarkan banyak secret vagina, sebaiknya
memasukkan tampon sebelum mengumpulkan specimen.
§ Bagian luar wadah urine harus dibilas dan dikeringkan setelah spesimen didapat dan keterangan
tentang pemeriksaan harus jelas dicantumkan.
§ Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Jika sangat diperlukan, sampel tinja juga dapat
diperoleh dari pemeriksaan colok dubur.
§ Masukkan sampel ke dalam wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun,
dapat ditutup rapat, dapat dibuka dengan mudah dan bermulut lebar.
o Menampung spesimen dahakPenting untuk mendapatkan sekret bronkial dan bukan ludah atau
sekret hidung.
§ Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka, mudah
ditutup, dan bermulut lebar. Untuk pewarnaan BTA, jangan gunakan wadah yang mengandung bercak
lilin atau minyak, sebab zat ini dapat dilihat sebagai bintik-bintik tahan asam dan dapat menyulitkan
penafsiran.
§ Sebelum pengambilan spesimen, penderita diminta berkumur dengan air, bila mungkin gosok gigi
terlebih dulu. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas dulu.
§ Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau duduk tegak
§ Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2 – 3 kali kemudian keluarkan nafas bersamaan dengan
batuk yang kuat dan berulang kali sampai dahak keluar.
§ Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah dengan cara mendekatkan wadah ke
mulut.
§ Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan akan tampak kental purulen
dengan volume cukup ( 3 – 5 ml )
§ Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari kontaminasi dari udara dan secepatnya dikirim ke
laboratorium.
o PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin jaringan ke dalam sirkulasi
darah.
2. Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa, dan Mg2+ meningkat, sedangkan pH menurun
3. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan :
o kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, lekosit, trombosit, eritrosit menurun pada semua jenis
infus.
6. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, fosfat, aminotransferase, LDH, fosfatase
asam total
4. IDENTIFIKASI SPESIMEN
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan karena merupakan
hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium dan pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya harus cocok sama. Pemberian
identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau nomor rekam medis serta tanggal
pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat merugikan.
Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada label dan formulir
permintaan laboratorium.
3. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan bahwa
identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.
o Penurunan kadar natrium ( Na+ ), glukosa darah, angka lekosit, angka trombosit.
o Perkembangbiakan bakteri
§ Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel eritrosit, lekosit, sel epitel dan
silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam.
§ Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga menyulitkan pemeriksaan mikroskopik
atas unsur-unsur lain.
§ Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton dapat menghilang.Apabila akan
ditunda pengirimannya dalam waktu yang lama spesimen harus disimpan dalam refrigerator/almari es
pada suhu 2 – 8 oC paling lama 8 jam.
5. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau tas khusus
yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah dibawa.
6. PENANGANAN SPESIMEN
· Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli label
7. PENYIMPANAN SPESIMEN
· Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim ke
laboratorium lain.
· Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut
sempurna. Hindari terjadinya busa.
· Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar, suhu -20ºC, -70ºC atau -
120ºC jangan sampai terjadi beku ulang.
· Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma atau
serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.
1. Pemeriksaan Darah
o Vena.
o Arteri.
o Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau daun telinga bagian bawah.
o Pada bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki atau tumit.
b. Bentuk pemeriksaan :
o Jenis/golongan darah.
o HB.
o Gula darah.
o Malaria.
o Filaria, dll.
c. Persiapan alat :
o Kapas alcohol.
o Kapas kering.
o Bengkok.
o Hand scoon.
o Perlak dan pengalas
d. Prosedur kerja :
o Mendekatkan alat.
o Merapikan alat.
2. Pemeriksaan Urine
a. Kegunaan :
o Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien DM).
b. Jenis pemeriksaan :
o Urine sewaktu
o Urine pagi
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam sesudah makan).
o Urine 24 jam
c. Persiapan alat :
o Hand scoon.
o Kertas etiket.
o Bengkok.
d. Prosedur tindakan :
o Mencuci tangan.
o Mengisi formulir.
o Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup rapat.
o Mencuci tangan.
Salah satu cara menanggulangi penyakit infeksi adalah dengan menentukan penyebab dan kemudian
memberi terapi yang rasional berdasarkan hasil uji laboratorium. Dalam hal ini peranan laboratorium
sebagai penunjang diagnosis dan terapi penyakit infeksi menjadi sangat penting .
Hasil pemeriksaan mikrobiologik sangat tergantung oleh kualitas spesimen. Spesimen yang diperiksa di
lab Mikrobiologi sebagian besar merupakan klinik berkaitan dengan penyakit infeksi. Kualitas specimen
ditentukan oleh metoda pengambilan dan proses tranportasi ke laboratorium. Hasil pemeriksaan
mikrobiologik negatif tidak selalu berarti bahwa diagnosis salah.
Kegagalan isolasi mikroorganisme penyebab infeksi sering ditentukan oleh beberapa hal, antara lain :
Pengambilan specimen atau bahan pemeriksaan merupakan langkah awal yang sangat menentukan
hasil pemeriksaan dalam rangka memperoleh jawaban yang menentukan penyebab infeksi. Dapat
terjadi bahwa yang diisolasi bukan penyebab tetapi organisme flora normal sehingga akan memberikan
intreprestasi hasil laboratorium yang keliru dan menyebabkan langkah terapi yang salah.
Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologik sangat ditentukan oleh cara pengambilan, saat
pengambilan dan seleksi spesimen. Beberapa hal penting yang perlu dilakukan untuk memperoleh hasil
pemerisaan yang baik adalah :
1. Bahan pemeriksaan sedapat mungkin diambil dari lokasi yang paling besar kemungkinannya
mengandung penyebab infeksi pada stadium tertentu.
2. Pada lokasi tubuh yang pada keadaan normal mengandung flora normal, hasil laboratorium
positif sebaiknya dikorelasikan dengan keterangan klinik , sehingga mendapatkan suatu interpertasi
yang bermakna.
3. Hasil laboratorium positif sangat bermakna bila diperoleh dari lokasi tubuh yang dalam keadaan
normal steril (cairan serebro – spinal darah, cairan pleura, cairan).
Agar diperoleh kualitas spesimen yang baik, pengambilan spesimen harus memenuhi beberapa kriteria
tertentu.
ü Pedoman Umum
Misalnya:
o bahan pemeriksaan dari luka, sebaiknya diambil dari dasar luka dan dihindari kontak dengan kulit
sekitarnya sehingga tidak memungkinkan bagi kontaminasi oleh flora kulit.
o sebelum dilakukan pengambilan urine, alat genital dibersihkan untuk menghindari kontaminasi.
o bahan sputum harus benar-benar berasal dari saluran nafas bagian bawah, bukan hanya berupa
saliva.
Misalnya :
o bahan dari pus dalam keadaan infeksi aktif, jumlahnya tidak perlu diperhatikan, tetapi pada infeksi
kronik jumlah bahan yang diambil sebaiknya agak banyak.
o Bahan berupa darah, jumlah nya harus cukup. Perbandingan volume darah dengan medium cair
adalah 1 :5 atau 1 :10.
o Bahan urine : sebaiknya diambil setelah penderita tidak berkemih sekurang-kurangnya 3 jam,
sehingga diperoleh volume cukup untuk diambil.
3. Saat pengambilan perlu diperhatikan. Pengambilan harus dilakukan pada stadium yang tepat, untuk
ini perlu diketahui riwayat penyakit penderita. Pada demam tifoid minggu pertama, bakteri akan dapat
ditemukan di darah. Sedangkan pada minggu ke 2 dan ke 3, tinja dan urine biasanya positif. S. typhi akan
ditemukan pada tinja dan urine selama fase akut dari stadium diare.
4. Terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik dari alat, lingkungan, bagian tubuh lain, dan petugas
pengambil. Alat dan tempat spesimen harus steril dan sesuai. Misalnya pengambilan urine atau sputum
sebaiknya dengan pot bermulut lebar. Setelah bahan ditampung hendaknya ditutup rapat dan dicegah
adanya kebocoran untuk menghindari kontaminasi dan pencemaran dari dan pada lingkungan.
5. Pengambilan spesimen dilakukan sebelum pemberian terapi antibiotik. Perlu diperhatikan hal-hal
sbb :
o cairan serebrospinal yang purulen, dalam waktu 24 jam setelah pemberian antibiotik seringkali sudah
tidak mengandung bakteri penyebab, misalkan Haemophilus influenzae.
o selama pemberian terapi antibiotik pada penderita salmonelosis, dalam tinja penderita tidak akan
diketemukan S.typhi.
o Bila bahan yang diperiksa berasal dari pasien yang telah diterapi, sebaiknya klinisi memberi catatan
khusus, sehingga bisa dilakukan tindakan-tindakan tertentu. Misalnya dapat diberikan Penisinase untuk
merusak penisilin. Jadi pada penderita yang telah diterapi bisa dilakukan pemeriksaan mikrobiologik.
6. Bahan pemeriksaan sebaiknya segera dibawa ke laboratorium atau kalau diperlukan dapat pula
digunakan media transport yang sesuai, agar bisa diperiksa secepatnya.
ü Pedoman khusus
Dalam melakukan pengambilan spesimen klinik, perlu diperhatikan beberapa hal khusus sesuai lokasi
pengambilan :
Darah biasanya diambil pada saat demam tinggi, dari vena cubiti. Pertama-tama dilakukan palpasi untuk
mencari letak vena yang akan diambil. Sebelum pengambilan kulit sekitarnya diusap dengan antiseptik,
misalnya Jodium tincture 2%, atau alkhohol 80%. Setelah itu tidak boleh dilakukan palpasi lagi, juga tidak
boleh mengusap jarum suntik dengan kapas alkohol.
Karena organisme pada bakteri jumlahnya kecil, sebaiknya segera diinokulasikan kedalam media kultur
setelah pengambilan.
Dapat pula ditransport secara stril dalam tabung mengandung SPS Interval pengambilan :
o endocarditis : 3 kali pengambilan (kultur) dalam 24 jam
Tinja diambil dari bagian yang diperkirakan banyak mengandung organisme penyebab (lendir atau
darah), ditampung pada tempat steril, harus segera dibawa ke laboratorim. Sedangkan usapan rectal
diambil dengan kapas lidi steril, diputar (360º) pada mukosa rektal diambil dengan kedalaman 1-2 cm,
kemudian dimasukkan media transport bersama kapas lidi atau kedalam tabung kosong bertutup ulir
steril, tutup rapat, segera dikirim ke laboratorium. Sebaiknya tidak digunakan kertas toilet dalam
pengambilan/penampungan tinja, karena pada umumnya mengandung garam bismuth yang dapat
membunuh mikroorganisme.
o kateterisasi
Cara pertama dan kedua hanya dilakukan oleh dokter dengan indikasi tertentu karena mengandung
resiko, harus dilakukan secara aseptik untuk menghindari infeksi. Volume urine minimal 10 ml dan
segera dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Seperti diketahui urine adalah medium yang baik untuk
pertumbuhan bakteri, terutama bagi pemeriksaan angka kuman harus segera diperiksa agar tidak terjadi
pertumbuhan pesat sebelum diperiksa. Apabila terpaksa bisa disinpan dalam almari pendingin selama
24 jam, tetapi dianjurkan tidak lebih dari 8 jam.
Dahak yang diambil diusahakan tidak tercemar oleh flora normal di rongga mulut, sebaiknya pasien
diminta berkumur sebelumnya dengan akuades steril, atau larutan garam fisiologis steril. Dahak
ditampung didalam pot steril, dengan cara batuk dalam-dalam, perlu kerjasama dengan pasien. Segera
mungkin ditanam dalam media perbenihan yang sesuai dengan jenis pemeriksaan.
Bahan dari mukosa diambil dengan kapas lidi steril, bahan diambil dari : hidung, tenggorokan, mata,
telinga, lubang urogenital, luka.
6. Abses
Seleksi dan pengambilan yang adekuat sangat berpengaruh pada hasil pemerisaan. Jika lesi luas atau
terdapat beberapa lesi, bahan diambil dari beberapa tempat. Sampel dari abses harus mengandung pus
dan bagian dari dinding abses. Sebelum pengambilan kulit dibersihkan dengan larutan fisiologis steril.
Dilakukan dengan punksi lumbal oleh seorang dokter ahli dengan memperhatikan aspek sterilitas alat
dan teknik pengambilan secara benar. Kuman pada bahan ini pada umumnya hanya bertahan beberapa
jam, sehingga harus segera dikirim ke laboratorium. Meningokokus sangat rentan terhadap suhu
rendah, sama sekali tidak dibenarkan menyimpan bahan pemeriksaan ini pada almari pendingin.
Ø PENGIRIMAN SPESIMEN
Apabila bahan pemeriksaan diambil diluar laboratorium seharusnya segera dikirim untuk diperiksa. Akan
tetapi bila tidak memungkinkan karena beberapa keadaan, dapat digunakan media transport sebagai
media yang mampu memberikan bahan pertumbuhan untuk mikroorganisme tersangka, terutama bagi
organisme yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan. Kadang-kadang bahan pemeriksaan yang tidak
memerlukan media transport karena bahan tersebut telah mengandung bahan yang diperlukan bagi
pertumbuhan organisme tersangka. Pada saat pengiriman temperatur dan tempat pengiriman harus
diperhatikan. Adapun medium transport yang biasa digunakan adalah : medium Carry & Blair, medium
Stuart, medium Amies.
1. Pengiriman Darah
Setelah diperoleh darah harus segera dikirim ke laboratorium karena kuman didalam darah akan
dipengaruhi oleh sel-sel dalam darah ataupun zat-zat yang ada dalam darah. Secara umum telah
direkomendasikan bahwa darah untuk perbenihan ditanam dalam perbenihan cair dengan
perbandingan 1 : 10 untuk membantu menetralkan efek bakterisidal karena adanya antimikroba dalam
(darah pada pasien yang telah diterapi) atau efek komplemen dan fagosit.
Bila darah dikirim tanpa menggunakan perbenihan cair seperti penjelasan dimuka, maka volume darah
yang dikirim untuk kepentingan isolasi adalah sebanyak 10-20 ml dengan menggunakan antikoagulan,
sebaiknya digunakan SPS (Sodium Polynethol Sulfonate) 0.05% atau 0.025 %. Disamping sebagai
antikoagulan, SPS merupakan antikomplemen dan antifagosit dan dapat menetralkan efek anti mikroba.
Suhu pengiriman supaya dipertahankan untuk tidak lebih dari 37ºC, dan terhindar dari kekeringan.
2. Pengiriman Tinja
Tinja dapat dikirim tanpa medium transport bila tidak terlalu lama. Apabila jarak pengiriman jauh
sehingga memerlukan waktu lebih dari 4 jam, maka perlu digunakan media transport yang sekaligus
merupakan medium selektif bagi jenis kuman tertentu. Medium transport atau selektif ini berupa
medium cair, misalknya : Air peptone alkali, Selenit Broth, dsb. Perlu diperhatikan suhu dan hindarkan
dari kekeringan.
3. Pengiriman urine
Urine dikirim tanpa medium transport karena urine merupakan medium yang baik pertumbuhan kuman.
Pengiriman bahan ini harus dilakukan segera mungkin untuk menghindari perkembangan pesat
organisme tersangka, dalam waktu 1 jam organisme per ml akan menjadi berlipat ganda. Hal ini perlu
diperhatikan mengingat diagnosis bakteriuri didasarkan pada jumlah kuman per ml urine. Suhu dan
kekeringan harus diperhatikan.
4. Pengiriman Dahak
Setelah diambil dengan kapas lidi dapat dimasukkan dalam media transport, kapas lidi dimasukkan
dalam tabung media transport secara aseptic.
Bahan pemeriksaan dikirim dengan medium transport semisolid Sturt, Carry & Blair (untuk kuman
anaerob). Spesimen dari usapan (swab), sebaliknya dihindari, lebih baik spesimen langsung. Bila
terpaksa, swab harus merupakan sampel yang mewakili bagian yang mengandung kuman penyebab.
Bahan ini dikirim tanpa medium transport, tetapi harus sesegera mungkin dibawa ke laboratorium
dalam waktu kurang dari 1 jam. Segera ditanam pada medium perbenihan padat yang cocok.
Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadarannya beberapa saat/sementara waktu
sebagai akibat menurunnya tekanan darah. Gejala dapat berupa rasa pusing, keringat dingin, nadi cepat,
pengelihatan kabur/gelap, bahkan bisa sampai muntah. Hal ini biasanya terjadi karena adanya perasaan
takut atau akibat pasien puasa terlalu lama. Rasa takut atau cemas bisa juga timbul karena kurang
“percaya diri” Itulah sebabnya mengapa perlu memberikan penjelasan kepada pasien tentang tujuan
pengambilan darah dan prosedur yang akan dialaminya. Penampilan dan prilaku seorang Flebotomis
juga bisa mempengaruhi keyakinan pasien sehingga timbul rasa curiga/was-was ketika proses
pengambilan darah akan dilaksanakan. Oleh sebab itu penampilan dan prilaku seorang flebotomis harus
sedemikian rupa sehingga tampak berkompetensi dan Fropesional.
Ø Cara mengatasi :
o Hentikan pengambilan darah. Baringkan pasien ditempat tidur, kepala dimiringkan kesalah satu sisi.
Tungkai bawah ditinggikan (lebih tinggi dari posisi kepala).
o Longgarkan baju yang sempit dan ikat pinggang. Minta pasien menarik nafas panjang.
o Hubungi dokter, Pasien yang tidak sempat dibaringkan, diminta menundukan kepala diantara kedua
kakinya dan menarik nafas panjang.
Ø Cara Pencegahan :
o Pasien yang akan dirawat syncope sebaiknya dianjurkan berbaring pada waktu pengambilan darah.
2. Rasa Nyeri
Rasa nyeri berlangsung tidak lama sehingga tidak memerlukan penanganan khusus. Nyeri bisa timbul
alibat alkohol yang belum kering atau akibat penarikan jarum yang terlalu kuat.
Ø Cara pencegahan :
o Setelah disinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah mongering sebelum pengambilan darah
dilakukan.
3. Hematoma
Hematoma dalah terkumpulnya massa darah dalam jaringan (dalam Hal Flebotomi/jaringan dibawah
kulit ) sebagai akibat robeknya pembuluh darah. Faktor penyebab terletak pada teknik pengambilan
darah :
o Penusukan jarum dangkal sehingga sebagian lubang jarum berada diluar vena.
o Setelah pengambilan darah, tempat penusukan kurang ditekan atau kurang lama ditekan.
o Pada waktu jarum ditarik keluar dari vena, tourniquet (tourniket) belum dikendurkan.
Ø Cara mengatasi :
Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit disekitar tempat penusukan jarum
segera :
4. Pendarahan
Komplikasi pendarahan lebih sering terjadi pada pengambilan darah alteri. Pengambilan darah kapiler
lebih kurang resikonya.Pendarahan yang berlebihan (sukar berhenti) terjadi karma terganggunya system
kouglasi darah pasien. Hal ini bisa terjadi karena :
o Pasien menderita gangguan pembekuan darah ( trombositopenia, defisiensi factor pembeku darah
(misalnya hemofilia).
o Pasien mengidap penyakit hati yang berat (pembentukan protrombin, fibrinogen terganggu ).
Ø Cara mengatasi :
Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit disekitar tempat penusukan jarum
segera :
5. Allergi
Alergi bisa terjadi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam flebotom, misalnya terhadap zat
antiseptic/desinfektan, latex yang ada pada sarung tangan, turniket atau plester. Gejala alergi bisa
ringan atau berat, berupa kemerahan, rhinitis, radang selaput mata, kadang-kadang bahkan bisa (shock).
Ø Cara mengatasi :
Ø Cara pencegahan :
6. Trombosis
Terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali ditempat yang sama sehingga menimbulkan
kerusaka dan peradangan setempat dan berakibat dengan penutupan ( occlusion ) pembuluh darah. Hal
ini juga terlihat pada kelompok pengguna obat ( narcotics ) yang memakai pembuluh darah vena.
Ø Cara pencegahan :
7. Radang Tulang
Penyakit ini sering terjadi pada bayi karena jarak kulit-tulang yangsempit dan pemakaian lanset yang
berukuran panjang
Ø Cara mengatasi :
o Mengatasi peradangan tulang
Ø Cara Pencegahan :
o Menggunakan lanset yang ukurannya sesuai. Saat ini sudah dipasarkan lanset dalam berbagai ukuran
disesuaikan dengan kelompok usia. Setiap kejadian komplikasi harus dilaporkan kepada dokter kepada
dan dicatat dalam buku catatan tersendiri dengan mencantumkan identitas pasien selengkapnya,
tanggal dan jam kejadian, dan tindakan yang diberikan.
8. Amnesia
Pada bayi, terutama bayi baru lahir dimana volume darah sedikit, pengambilan darah berulang dapat
menyebabkan anemia. Selain itu pengambilan darah kapiler pada bayi terutama yang bertulang dapat
menyebabkan selulitis, abses, osteomielitis, jaringan parut dan nodulklasifikasi. Nodul klasifikasi
tersebut mula-mula tampak seperti lekukan yang
4-12 bulan kemudian akan menjadi nodul dan menghilang dalam 18-20 bulan.
9. Komplikasi neuologis
Komplikasi neurologist dapat bersifat local karena tertusuknya syaraf dilokasi penusukan, dan
menimbulkan keluhan nyeri atau kesemutan yang menjalar ke lengan, seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Walaupun jarang, serangan kejang ( seizures) dapat pula terjadi.
Ø Cara Penanganan :
o Pasien yang mengalami serangan saat pengambilan darah harus dilindungi dari perlukaan.
o Hentikan pengambilan darah, baringkan pasien dengan kepala miringkan ke satu sisi, bebaskan jalan
nafas, hindari agar lidahtidak tergigit.
Setiap laboratorium menentukan nilai “normal”, yang ditunjukkan pada kolom “Nilai Rujukan” atau
“Nilai Norma” pada laporan laboratorium. Nilai ini tergantung pada alat yang dipakai dan cara
pemakaiannya. Tidak ada standar nilai rujukan. nilai laboratorium lain dapat berbeda. Jadi angka pada
laporan kita harus dibandingkan dengan nilai rujukan pada laporan, bukan dengan nilai rujukan pada
lembaran ini.Determination Normal Reference Value
Bicarbonate
Bilirubin
&
&
2–18 mcmol/L
Calcium
Coagulation screen
Corticotropin (ACTH adrenocorticotropic hormone) – 0800 hr < 60 pg/ml < 13.2 pmol/L
Cortisol
Creatine kinase
(mg/dl) (mmol/L)
Hematologic Tests
Hematocrit (Hct)
Hemoglobin (Hb)
Erythrocyte enzymes
Bicarbonate: Arterial
Venous
21–28 mEq/L
22–29 mmol/L
(2–18 mcmol/L)
Calcium: Total
Ionized
8.6–10.3 mg/dl
4.4–5.1 mg/dl 2.2–2.74 mmol/L
1–1.3 mmol/L
Coagulation screen:
Bleeding time
Prothrombin time
Protein C
10–13 sec
22–37 sec
0.7–1.4 µ/ml
10–13 sec
22–37 sec
700–1400 U/ml
700–1400 U/ml
Corticotropin
Cortisol: 0800 hr
1800 hr
2000 hr
5–30 mcg/dl
2–15 mcg/dl
50–410 nmol/L
£ 50% of 0800 hr
Creatine kinase:Female
Male
20–170 IU/L
0.5–3.67 mckat/L
Female
Midcycle
5–22 mlU/ml
5–22 IU/L
1–8 IU/L
Fasting
60 min
90 min
Normal Diabetic
120–170 ³ 200
100–140 ³ 200
70–120 ³ 140
(mmol/L)
Normal Diabetic
6.7–9.4 ³ 11.1
5.6–7.8 ³ 11.1
3.9–6.7 ³ 7.8
Male
8–40 units/L
Hematologic tests:
Fibrinogen
Hematocrit (Hct),
female
male
Hemoglobin A 1C
Hemoglobin (Hb),
female
male
female
male
(MCH)
concentrate (MCHC)
36%-44.6%
40.7%-50.3%
12.1–15.3 g/dl
13.8–17.5 g/dl
3800–9800/mcl
3.5–5 x 106/mcl
4.3–5.9 x 106/mcl
80–97.6 mcm3
27–33 pg/cell
33–36 g/dl
0.36–0.446 fraction of 1
0.4–0.503 fraction of 1
0.053–0.075
121–153 g/L
138–175 g/L
3.8–9.8 x 109/L
3.5–5 x 1012/L
4.3–5.9 x 1012/L
80–97.6 fl
1.66–2.09 fmol/cell
20.3–22 mmol/L
£ 30 mm/hr
Erythrocyte enzymes:
Glucose-6 -
Pphosphate dehydrognase
(G-6-PD)
Ferritin
Platelet count
Reticulocytes
Vitamin B12 250–5000 units/106 cells
10–383 ng/ml
>3.1–12.4 ng/ml
150–450 x 103/mcl
0.5%-1.5% of erythrocytes
23–862 pmol/L
7–28.1 nmol/L
150–450 x 109/L
0.005–0.015
165–835 pmol/L
Iron: Female
Male
30–160 mcg/dl
8.1–31.3 mcmol/L
Isoenzymes
Fraction 1
Fraction 2
Fraction 3
Fraction 4
29%-39% of total
20%-26% of total
8%-16% of total
Lipids:
Total Cholesterol
Desirable
Borderline-high
High
LDL
Desirable
Borderline-high
High
HDL (low)
Triglycerides
Desirable
Borderline-high
High
Very high < 200 mg/dl
200–239 mg/dl
130–159 mg/dl
< 35 mg/dl
200–400 mg/dl
400–1000 mg/dl
3.36–4.11 mmol/L
2.26–4.52 mmol/L
4.52–11.3 mmol/L
On 100% O 80–105 mm Hg
2.2–10.5 mckat/L
0.33–2.17 mckat/L
Progesterone
Female
Follicular phase
Luteal phase
0.1–1.5 ng/ml
2.5–28 ng/ml
0.32–4.8 nmol/L
8–89 nmol/L
Protein: Total
Albumin
6–8 g/dl
3.6–5 g/dl
60–80 g/L
36–50 g/L
23–35 g/L
Testosterone:
Female
9.3–37 nmol/L
10–26 mcg/dl
75–220 ng/dl
4–11 mcg/dl
100–260 mcg/L
1.2–3.4 nmol/L
51–142 nmol/L
0.25–0.38 fraction of 1
Catecholamines:
Epinephrine
Creatinine:
Child
Adolescent
Female
8–30 mg/kg
0.6–1.5 g/day
71–265 µmol/kg
5.3–13.3 mmol/day
7.1–15.9 mmol/day
pH 4.5–8 4.5–8
Protein
Total
50–80 mg/day
Aminoglycosides Amikacin
(trough)
34–51 mcmol/L
Gentamicin
(trough)
12.5–20.9 mcmol/L
Kanamycin
(trough)
20–25 mcg/ml nd
nd
Netilimicin
(trough)
6–10 mcg/ml nd
nd
Streptomycin
(trough)
5–20 mcg/ml nd
nd
Tobramycin
(trough)
12.8–21.8 mcmol/L
Miscellaneous Amantadine
Amrinone 300 ng/ml
3.7 mcg/ml nd
nd
nd
Vancomycin
(trough)
20–40 mcg/ml nd
nd
* Nilai yang diberikan secara umum dapat digunakan untuk terapi tanpa terjadi efek toksik pada
kebanyakan pasien, Namun pengecualian juga tidak jarang terjadi.
3 Nilai 24 jam.
4 Toksik: 50–100 mg/dl (10.9–21.7 mmol/L).
Diambil dari The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure, National Institutes of Health.Classification of Blood Pressure *
Hypertension
Stage 1
Stage 2
Stage 3 140–159
160–179
³ 180 or
or
or 90–99
100–109
³ 110
* Untuk dewasa berusia 18 atau lebih yang tidak dalam pengobatan anti hipertensi dan tidak dalam
kondisi akut. Ketika tekanan sistole dan diastole masuk ke dalam kategori lain, maka kategori di atasnya
harus dipilih untuk menentukan klasifikasi status tekanan darah penderita. Sebagai tambahan dalam
menentukan stadium hipertensi, seorang praktisi medis harus menentukan ada atau tidaknya penyakit
pada target organ serta faktor resiko lainnya.
1 Tekanan darah yang optimal terhadap resiko kardiovaskular adalah dibawah 120/88 m Hg. Namun
demikian, nilai rendah yang tidak wajar harus dievaluasi untuk menemukan kelainan klinis yang
signifikan.
2 Berdasarkan atas pembacaan sebanyak 2 kali atau lebih pada pemeriksaan awal.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Spesimen merupakan sebagian dari jenis atau seagian dari kelompok benda yang sama untuk di jadikan
contoh. Spesimen juga dikatakan sebagai benda sebenarnya. Jenis specimen bermacam macam, ada
yang hidup sesuai kenyataan di alam. Ada juga yang sudah diawetkan atau yang biasa disebut
herbarium.
Pengambilan spesimen merupakan salah satu dari serangkaian proses yang dilakukan sebelum
melakukan pemeriksan laboratorium. Supaya spesimen memenuhi syarat untuk diperiksa, maka proses
pengambilan spesimen harus dilakukan dengan mengikuti kaidah yang benar. Spesimen yang memenuhi
syarat adalah : jenisnya sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan, volumenya mencukupi untuk
tiap jenis pemeriksaan, kondisinya layak untuk diperiksa (segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna,
steril, tidak menggumpal), antikoagulan yang digunakan sesuai, dan ditampung dalam wadah yang
memenuhi syarat.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti; dipandang sebagai suatu pendugaan
terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri.[1] Sampel dianggap sebagai perwakilan dari
populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati.[2] Ukuran dan keragaman sampel
menjadi penentu baik tidaknya sampel yang diambil. Terdapat dua cara pengambilan sampel, yaitu
secara acak (random)/probabilita dan tidak acak (non-random)/non-probabilita.
3.2 SARAN
Untuk mencapai tujuan pengambilan sampel, maka dapat dilakukan secara acak dan objektif
sedemikian rupa sehingga propabilitas setiap unit sampel diketahui, sedangkan pengambilan sampel
tanpa acak dilakukan sedemikian rupa sehingga propabilitas setiap unit sampel tidak diketahui dan
faktor subjektif memegang peran penting. Oleh karena itu, pengambilan sampel tanpa acak ini,
walaupun dilakukan sedemikian rupa sehingga mempunyai tingkat kewakilan yang tinggi, tetapi tidak
dapat dievaluasi secara objektif.