Anda di halaman 1dari 7

𝑃𝑑

𝑇 = 9,74 𝑥 105 ………………………..(2.3)


𝑛1

Bila momen rencana T (kg.mm) dibebankan pada suatu diameter poros


ds(mm), maka tegangan geser 𝜏 (kg/mm2) yang terjadi adalah :

𝑇 5,1 𝑇
𝜏= = ……………………….(2.4)
(𝜋𝑑𝑠3 / 16 ) 𝑑𝑠3

Sesuai dengan standar ASME, batas kelelahan punter adalah 18% dari
kekuatan tarik 𝜎B. Untuk harga 18% ini faktor keamanan diambil sebesar 1/0,18 = 5,6
ini dimabil untuk bahan SF dengan kekuatan yang dijamin, dan 6,0 untuk bahan S-C
dengan pengaruh massa dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan Sf1.

Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut diberi alur pasak atau dibuat
bertangga, karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh kekasaran
permukaan juga harus diperhatikan. Untuk memasukkan pengaruh-pengaruh ini
dalam perhitungan perlu diambil faktor yang dinyatakan sebagai Sf2 dengan harga
sebesar 1,3 sampai 3,0.

Dari hal-hal diatas maka besarnya 𝜏a dapat dihitung dengan.

𝜎𝑏
𝜏𝑎 = ………………………….…(2,5)
𝑆𝑓1 𝑥 𝑆𝑓2

Kemudian momen punter itu sendiri juga harus ditinjau. Faktor koreksi yang
dianjurkan oleh ASME juga dipakai disini. Faktor ini dinyatakan dengan 𝐾𝑡 , dipilih
sebesar 1,0 jika beban dikenakan secara halus, 1,0-1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau
tumbukan dan 1,5-3,0 jika beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar.

Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban terdiri atas


momen punter saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan pemakaian dengan
beban lentur di masa mendatang. Jika memang diperkirakan akan terjadi pemakaian
dengan beban lentur maka dapat dipertimbangkan pemakaian factor 𝐶𝑏 yang
harganya antara 1,2-2,3 (jika diperkirakan tidak terjadi beban lentur maka 𝐶𝑏 diambil
1,0).

Dari persamaan (2.4), diperoleh rumus untuk menghitung diameter poros 𝑑𝑠


(mm) sebagai
5,1
𝑑𝑠 = [ 𝜏 𝐾𝑡 𝐶𝑏 𝑇]1/3………………………………(2.6)
𝑎

2.5 Pasak

2.5.1 Macam-Macam Pasak

Gambar 2.1 Gambar 2.2

(Sumber : Sularso, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, 2002. Hal 24)

2.5.2 Hal-hal Penting dan Tata Cara Perancangan Pasak

Pasak benam mempunyai bentuk penampang segi empat di mana terdapat


bentuk prismatis dan tirus yang kadang-kadang diberi kepala untuk memudahkan
pencabutannya. Kemiringan pada pasak tirus umumnya sebesar 1/100, dan
pengerjaan harus hati-hati agar naf tidak menjadi eksentrik. Pada pasak yang rata, sisi
sampingnya harus pas dengan alur pasak agar pasak tidak menjadi goyang dan rusak.
Ukuran dan bentuk standar pasak diberikan pada table 2.5, untuk pasak, umumnya
dipilih bahan yang mempunyai kekuatan tarik lebih dari 60 kg/mm2, lebih kuat
daripada porosnya. Kadang-kadang sengaja dipilih bahan yang lemah untuk pasak
sehingga pasak akan lebih dahulu rusak daripada poros atau nafnya. Ini disebabkan
harga pasak yang murah serta mudah menggantinya.

Sebagai contoh, ambillah suatu poros yang dibebani dengan puntiran murni atau
gabungan antara puntiran dan lenturan, di mana diameter poros dan pasak serta
alurnya akan ditentukan.

Jika momen rencana dari poros adalah T (kg.mm) dan diameter poros adalah 𝑑𝑠 (mm)
maka gaya tangensial F (kg) pada permukaan poros adalah :
𝑇
𝐹= 𝑑𝑠⁄ ……………………………..(2.7)
( 2)

Menurut lambing pasak yang diperlihatkan dalam gambar 2.3, gaya geser bekerja
pada penampang mendatar 𝑏 𝑥 𝑙 (mm2) oleh gaya F (kg). Dengan demikian tegangan
geser 𝜏𝑘 (kg.mm2) yang ditimbulkan adalah :
𝐹
𝜏𝑘 = ………………………………..(2.8)
𝑏𝑙

Dari tegangan geser yang diijinkan 𝜏𝑘𝑎 (kg/mm2), panjang pasak 𝑙1 (mm) yang
diperlukan dapat diperoleh.
𝐹
𝜏𝑘𝑎 ≥ ………………………………(2.9)
𝑏𝑙1

Gaya geser pada pasak

Gambar 2.3 Gaya geser pada pasak

Harga 𝜏𝑘𝑎 adalah harga yang diperoleh dengan membagi kekuatan tarik 𝜏𝑏 dengan
factor keamanan Sfk1 x Sfk2. Sfk1 umumnya diambil 6,0 dan Sfk2 dipilih antara 1,0-
1,5 jika beban dikenakan secara perlahan-lahan, antara 1,5-3,0 jika diekanakan
dengan tumbukan ringan dan 2,0-5,0 jika dikenakan secara tiba-tiba dan dengan
tumbukan berat.

Selanjutnya, perhitungan untuk menghindari kerusakan permukaan samping


pasak karena tekanan bidang juga diperlukan.

Gaya keliling F yang sama seperti tersebut di atas diekanakan pada luas
permukaan samping pasak. Kedalaman alur pasak pada poros dinyatakan dengan 𝑡1 ,
dan kedalaman alur paasak pada naf dengan 𝑡2 . Abaikan pengurangan luas
permukaan oleh pembulatan sudut pasak. Dalam hal ini tekanan permukaan P adalah.
𝐹
𝑝= …………………………….(3.0)
𝑙 𝑥 (𝑡1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡2 )

Dari harga tekanan permukaan yang diijinkan Pa, panjang pasak yang diperlukan
dapat dihitung dari.
𝐹
𝑃𝑎 = ……………………………(3.1)
𝑙 𝑥 (𝑡1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡2 )

Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya antara 25-35 (%) dari diameter poros
dan panjang pasak antara 0,75-1,5 𝑑𝑠 .

2.6 Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga


putaran atau gesekan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan
panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen
mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka
prestasi seluruh system akan menurun atau tidak dapat bekerja secara semestinya.
Jadi bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan pondasi pada
gedung.

Klasifikasi bantalan

1. Atas dasar gerakan terhadap poros


a. Bantalan luncur
pada bantalan ini terjadi gesekan antara permukaan poros dan
bantalan, karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan
dengan lapisan pelumas.
Gambar 2.4 Bantalan luncur

Sumber : Sularso, Dasar Perencanaan Pemilihan Elemen Mesin, 2002. Hal 104

Keterangan gambar 2.5 :

a. Bantalan radial polos d. Bantalan radial aksial

b. Bantalan radial berkerah e. Bantalan radial ujung

c. Bantalan aksial berkerah f. Bantalan radial tengah

b. Bantalan gelinding

Pada bantalan gelinding terjadi gesekan gelinding antara bagian berputar dengan
bagian yang diam menekan elemen gelinding seperti (peluru), rol atau rol jarum dan
rol bulat.
Gambar 2.5 Bantalan gelinding

Sumber : Sularso, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, 2002. Hal 129

2. Atas dasar arah beban terhadap poros


a. Bantalan radial
Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros.
b. Bantalan aksial
Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
c. Bantalan gelinding khusus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus
sumbu poros.

a. Beban aksial adalah :

𝑃 = 𝑋𝐹𝑟 + 𝑌𝐹𝑎 ………………………………….(2.8)


Nilai X dan Y masing-masing adalah 0,56 dan 1,45

(Sumber : Sularso, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, 2002. Hal 135)

b. Faktor kecepatan untuk bantalan adalah :


1⁄
33.3 3
𝑓𝑛 = ( ) ……………………………….(2.9)
𝑛

Dimana :

Fr = gaya kea rah radial (diasumsikan 0)

Fa = pembebanan kea rah aksial

P = pembebanan ekivalen

Fn = faktor kecepatan

n = kecepatan putaran

Anda mungkin juga menyukai