Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di dalam
paru atau system pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di dalam paru yang
abnormal dan bisa juga berasal dari bagian tubuh yang terkena kanker sehingga
menjalar ke organ yang lain.
Pada awal Abad ke-20, kanker paru menjadi masalah global. Kanker
paru merupakan kanker yang paling sering di dunia. Saat ini, 1,2 juta orang
meninggal karena kanker paru-paru setiap tahun dan kejadian global kanker paru-
paru semakin meningkat (Hansen, 2008).
World Health Organisation (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa insidens
penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13 %. Di negara
maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, kematian akibat kanker menduduki
peringkat kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit
kanker yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia adalah kanker paru.
WHO World Report 2000 melaporkan, PMR kanker paru pada tahun 1999 di dunia
2,1%. Menurut WHO, Cause Specific Death Rate (CSDR) kanker trakea, bronkus,
dan paru di dunia 13,2 per 100.000 penduduk dengan PMR 2,3% (WHO, 2004).
Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Je nderal PPM & PL di
5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan angka kesakitan
disebabkan oleh kanker paru sebesar 30%. (Depkes RI, 2004)
Tingginya angka merokok pada masyarakat Indonesia akan menjadikan
kanker paru sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Kanker paru
merupakan salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan
tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini
membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan
pendekatan multidisiplin kedokteran. Penemuan kanker paru pada stadium dini
akan sangat membantu penderita (PDPI, 2003)
B. Rumusan Masalah

1
1. Bagaimana penjelasan Penyakit Ca Paru yang meliputi Definisi,
Klasifikasi, Etiologi, Anatomi & Fisiologi, Patofisiologi, Manifestasi
klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang dan penataksanaan medis
maupun keperawatan ?
2. Bagaimana Skema perjalanan penyakit Ca Paru ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami penjelasan Penyakit Ca Paru yang meliputi
Definisi, Klasifikasi, Etiologi, Anatomi & Fisiologi, Patofisiologi,
Manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang dan
penataksanaan medis maupun keperawatan.
2. Mengetahui dan memahami Skema perjalanan penyakit Ca Paru melalui
patoflow

D. Manfaat Penulisan
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui lebih jauh tentang
penjelasan mengenai Penyakit Neoplasma ( Ca Paru ) berdasarkan isi makalah ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN
Laporan Pendahuluan Neoplasma ( Ca Paru )

1.1 Definisi
CA Paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru sendiri (primer) Dalam pengertian klinik yang dimaksud
dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus
(karsinoma bronkus bronchogenic carcinoma). (Kemenkes,2015).
Kanker Paru-paru adalah tumor yang berbahaya yang tumbuh di paru-
paru. Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru.
Tetapi, kanker paru-paru bisa juga berasal dari kanker dibagian tubuh lainnya
yang menyebar ke paru-paru. (Wijaya,2015).
Kanker paru-paru merupakan penyakit dengan ciri khas adanya
pertumbuhan sel yang tidak terkontrol pada jaringan paru-paru. Bila tidak
dirawat, pertumbuhan sel ini dapat menyebar ke luar dari paru-paru melalui
suatu proses yang disebut metastasis ke jaringan yang terdekat atau bagian
tubuh yang lainnya. (Klamerus,2017).

1.2 Klasifikasi
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru
(1977) : Karsinoma Bronkogenik.
1.2.1 Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel
termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang,
secara khas mendahului timbulnya Kanker. Terletak sentral sekitar hilus,
dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter Kanker jarang melampaui
beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah
bening hilus, dinding dada dan mediastinum.

1.2.2 Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).

3
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Kanker
ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel
bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat
dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar
limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ –
organ distal.
1.2.3 Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen
bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local
pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas
melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis
tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis
yang jauh.
1.2.4 Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel –
sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru-paru perifer, tumbuh
cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang
jauh.

Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Tahapan kanker paru jenis karsinoma sel kecil (SLCC)


- Tahap terbatas, yaitu Kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-
paru saja dan pada jaringan disekitanya.
- Tahap ekstensif, yaitu Kanker yang ditemukan pada jaringan dada diluar
paru-paru tempat asalnya, atau Kanker yang ditemukan pada organ-organ
tubuh jauh.
- Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC)

2. Tahap tersembunyi

4
Merupakan tahap ditemukannya sel Kanker pada dahak (sputum) pasien
dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor diparu-
paru.
- Stadium 0
Merupakan tahap ditemukannya sel-sel Kanker hanya pada lapisan
terdalam paru-paru dan tidak bersifat invasif.
- Stadium I
Merupakan tahap Kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan
belum menyebar ke kalenjer getah bening sekitarnya.
- Stadium II
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer
getah bening di dekatnya.
- Stasium III
Merupakan tahap Kanker yang telah menyebar ke daerah disekitarnya,
seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kalenjer getah
bening di sisi yang sama ataupun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
- Stadium IV
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru
yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel –sel Kanker telah menyebar
juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kalenjer adrenalin , hati
dan tulang.

1.3 Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, teteapi
ada beberapa factor yang bertanggung jawab dalam peningkatan insiden
kanker paru:
1.3.1 Merokok
Tak diragukan lagi merupakan factor utama, suatu hubungan statistik
yangdefinitive telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari 20
batang perhari)dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok
seperti ini mempunyaikecendrungan 10 kali lebih besar dari pada
perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan

5
telah meninggalkan kebiasaannya akankembali pada pola resiko bukan
perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah
ditemukan dalam tar dari tembakau rokok.Yang jika dikenakan pada kulit
hewan, menimbulkan tumor.
1.3.2 Radiasi
Efek radiasi pengion berkaitan dengan efek mutageniknya; radiasin
inimenyababkan pemutusan, translokasi, dan yang lebih jarang mutasi
titik padakromosom. Secara biologis, pemutusan DNA untaiganda
tampaknyamerupakan hal terpenting dalam karsinogenesis radiasi.
1.3.3 Kanker paru akibat kerja
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil
nikel(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah
hematite(paru ± paru hematite) dan orang ± orang yang bekerja dengan
asbestos dandengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
1.3.4 Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih
dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui
adanyakarsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer dikota.
1.3.5 Genetik Terdapat perubahan / mutasi beberapa gen yang berperan dalam
kanker paru,yakni:
- Proton onkogen
- Tumor suppressor gen
- Gene encoding enzyme

6
1.4 Anatomi

Paru-paru terletak pada rongga dada,


berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan
dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan
dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paruparu kiri
mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas.
Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar
sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru
kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum (Sherwood,
2001). Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi
menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput
yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput
yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga yang
disebut kavum pleura (Guyton, 2007).

1.5 Fisiologi
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan
atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon
dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme
seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen
dan karbon dioksida tersebut (West, 2004).

7
Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit
(bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama
(trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli)
yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida
dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta
alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastis. Ruang udara tersebut
dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat
menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis (McArdle, 2006).
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi empat
mekanisme dasar, yaitu:
1. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan
atmosfer
2. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah
3. Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh
ke dan dari sel
4. Pengaturan ventilasi (Guyton, 2007).

1.6 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen atau sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia, dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metapalsia, hyperplasia, dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat
terdengar pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding
esofagus, perikardium, otak, tulang rangka.

8
1.7 Manifestasi
Pada stadium awal, sebagian besar kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis.
Gejala dan tanda kanker paru umumnya terjadi pada kasus stadium lanjut, antara lain:
1. Lokal:
- Batuk baru atau batuk yang lebih hebat pada batuk kronis
- Hemoptisis
- Mengi/ stridor karena obstruksi saluran napas
- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
- Atelektasis
2. Invasi lokal:
- Nyeri dada
- Sesak napas karena efusi pleura
- Invasi ke perikardium yang menyebabkan tamponade atau aritmia
- Sindrom vena kava superior
- Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
- Suara serak, karena penekanan berulang pada N. laringeal
- Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brachialis dan saraf simpatis
servikalis
Gejala penyakit metastasis:
- Pada otak, tulang, hati, adrenal
- Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)
- Sindroma Paraneoplastik: Terdapat pada 10% pasien dengan kanker paru
- Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
- Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
- Endokrin : sekresi berlebihan hormon paratiroid
- Dermatologik : eritema multiformis, hiperkeratosis, jari tabuh
- Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
- Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
- Neuromiopati
1.8 Komplikasi
1.8.1 Hemathora

9
Penimbunan darah utuh (berbeda dengan efusi berdarah) di rongga
pleura, adalahsuatu penyulit rupture anurisma aorta intrathoraks yang
hamper selalu mematikan.Pada hemothoraks, berbda dengan efusi pleura
yang mengandung darah, darahmembeku di dalam rongga pleura.
1.8.2 Pneumothorak
Keadaan terdapatnya udara atau gas lain dalam kantong pleura. Kelainan
ini dapatterjadi pada dewasa muda yang tampak sehat, biasanya laki ±
laki tanpa penyakit paru (pneumothoraks simple atau spontan), atau
akibat penyakit thoraks atau paru (pneumothoraks sekunder), seperti
emfisema atau fraktur iga. Pneumothoraks sekunder terjadi pada rupture
semua lesi yang terletak dekat permukaan pleurasehingga udara inspirasi
memperoleh akses ke rongga pleura. Lesi pleura ini dapatterjadi pada
emfisema, abses paru, tuberkolosis, karsinoma, dan banyak proseslainnya. Alat
bantu ventilasi mekanis dengan tekanan tinggi juga dapat menyebabkan
pneumothoraks sekunder.Terdapat beberapa kemungkinan penyulit pada
pneumothoraks. Kebocoran katup bola dapat menimbulkan tension
pneumothoraks yang menggeser mediastinum.Kemudian, dapat terjadi
gangguan sirkulasi paru dan bahkan dapat menyebabkankematian. Jika
kebocoran menutup dan paru tida kembali mengembang dalam beberapa
mingu (baik secara spontan maupun melalui intervensi medis
atau bedah), akan terjadi sedemikian banyak jaringan parut sehingga
paru tidak lagidapat mengembang secara penuh.. Pada kasus ini terjadi
penimbunan cairanserosa dalam rongga pleura dan menyebabkan
hidropneumothoraks pada kolapsyang berkepanjangan paru menjadi
rawan terhadap infeksi, demikian juga rongga pleura jika komunikasi
diantara rongga pleura dan paru menetap. Oleh karena itu,empiema
adalah penyulit penting pada pneumothoraks (pioneumothoraks).
Pneumothoraks sekunder cenderung kambuh jika factor predisposisinya
masih ada.

1.8.3 Atelektasis

10
Atelektasis, yang juga dikenal sebagai kolaps, adalah berkurangnya
volume paruakibat tidak memadainya ekspansi rongga udara. Kelainan
ini menyebabkan pengalihan darah yang kurang teroksigenisasi dari
arteri ke vena paru sehingga terjadi ketidakseimbangan ventilasi- perfusi
dan hipoksia.
1.8.4 Abses Paru
Abses paru adalah suatu daerah local nekrosis supuratifa di dalam parenkim
paru,yang menyebabkan terbentuknya 1 atau lebih kavitas besar. Istilah
pneumonianekrotikans pernah digunakan untuk proses serupa yang
menyebabkan terbentuknya kavitas kecil, pneumonia nekrotikans sering
terdapat bersama atau berkembang menjadi abses paru sehingga pembedaan ini
sedikit banyak dibuat- buat. Organisme penyebab mungkin masuk ke dalam
paru melalui salah satu darimekanisme tersebut:
- Aspirasi bahan yang terinfeksi
- Aspirasi isi lambung
- Sebagai penyulit pneumonia bakterialis nekrotikans,
staphylococcusaureus, strepthococcus pyogenes, k.pneumoniae,
Sp.pseudomonas
- Obstruksi bronchus
- Embolus septic
- Penyebaran hematogen bakteri
1.8.5 Emfisema
Emfisema ditandai dengan pembesaran permanent rongga udara yang
terletak distal dari bronkiolus terminal disertai desktruksi dinding rongga
tersebut.Terdapat beberapa penyakit dengan pembesaran rongga udara
yang tidak disertai desktruksi, hal ini lebih tepat disebut ³over in flation´.
Sebagai contoh, peregangan rongga udara di paru kontra lateral setelah
pneumonektomi unilateraladalah over in flation compensatoric bukan
emfisema. Amfisema terbatas diasinus, struktur yang terletak distal
pada bronkiolus terminal.

1.9 Pemeriksaan Penunjang

11
1.9.1 Radiologi
1. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada
merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker parui. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,atelectasis
erosi tulang rusuk atau vertebra.
2. Bronkhografi untuk melihat tumor dipercababngan bronkus.
1.9.2 Laboratorium
1. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk mengkaji
adanya/tahap karsinoma.
2. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA dapat dilakukan untuk mengkaji
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
3. Tes kulit, jumlah absolute limfosit, dapat dilakukan untuk mengevaluasi
kompetensi imun (umum pada kanker paru).
1.9.3 Histopalogi
1. Bronskopi memungkinkan visualisasi, pencucian bagian, dan
pembersihan sitology lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat
diketahui).
2. Biopsy trans torakal (TTB). Biopsy dengan TTB terutama untuk lesi
yang letaknya perifer dengan ukuran < 2cm, sensitivitasnya mencapai
90-95%.
3. Toraskopi biopsy tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih
baik dengan cara toraskopi.
4. Mediastinosopi untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar
getah bening yang terlibat.
5. Toraktomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam-
macam prosedur non invasive dan invasive sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor,
1.9.4 Pencitraan
1. CT-scanning untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura,
2. MRI untuk menunjukan keadaan mediastinum.

12
1.10 Penatalaksanaan Medis & Keperawatan
1.10.1 Penatalaksanaan medis
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
- Kuratif memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan
angka harapan hidup klien
- Paliatif mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
- Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal mengurangi
dampak fisik maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
- Suportif menunjang pengobatan kuratif, paliatif, dan terminal
seperti pemberian nutrisi, transfuse darah dank omponen darah,
obat nyeri dan anti infeksi.
- Penatalaksanaan pada kanker paru dapat dilakukan dengan :
1. Pembedahan
tujuan pembedahan ca paru sama seperti penyakit paru lainnya,
untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru-paru yang tidak
terkena kanker.
- Toraktomi eksplorasi untuk mengkonfirmasi diagnose tersangka
penyakit paru atau toraks khususnya karisnoma, untuk
melakukan biopsy.
- Pneumonektomi (pengangkatan paru) karisnoma bronkogenik
bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi bias di angkat.
- Lobektomi (pengangkatan lobus paru) karisnoma bronkogenik
yang terbatas pada satu lobus, bronkisktesis bleb atau bula
emfisematosa : abses paru ; infeksi jamur : tumor jinak
tuberculosis.
- Resesi segmental merupakan pengangkatan satu atau lebih
segmen paru
- Resesi baji tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik,
atau penyakit peradangan yang terlokalisir, merupakan

13
pengangkatan dari permukaan paru-paru berbentuk baji
(potongan es).
- Dekortikasi merupakan pengangkatan bahan-bahan fibrin dari
pleura viscelar
2. Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut :
- Klien tumor paru yang operable tetapi resiko jika dilakukan
pembedahan
- Klien adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang
mengalami pembesaran kelenjar getah bening pada hilus
ipsilateral dan mediastinal.
- Klien kanker bronkus dengan oat cell.
- Klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.
1.10.2 Penatalaksanaan keperawatan
1. Bantu pasien untuk mencari posisi yang palimg sedikit nyerinya
2. Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan
informasi yang sering, sederhana, jelas tentang apa yang sedang
dilakukan untuk mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap
pengobatan

14

Anda mungkin juga menyukai