Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare adalah keadaan dimana pasien mengalami buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air
tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain
memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari.
Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut
adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari,
sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat
disebabkan infeksi maupun non infeksi.

Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di negara


maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan di negara
berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta
diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya.
WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan
mortalitas 3-4 juta pertahun. Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang
untuk mendekati pasien diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau
minuman terkontaminasi, berpergian, penggunaan antibiotik, HIV positif atau
AIDS, merupakan petunjuk penting dalam mengidentifikasi pasien beresiko tinggi
untuk diare infeksi, serta adanya kebiasaan untuk tidak berperilaku bersih dan
sehat. Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan dimana
penyakit ini sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita
yang banyak dalam waktu yang singkat.

Diagnosis diare didasarkan pada: anamnesa, pemeriksaan fisik, dan uji


penunjang diagnostik. Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-
muntah dan/atau demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut.
Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang
adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang
2

mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa


asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus,
berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol,
turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan
deplesi air yang isotonik.

Evaluasi laboratorium pasien tersangka diare infeksi dimulai dari pemeriksaan


feses adanya leukosit. Kotoran biasanya tidak mengandung leukosit, jika ada itu
dianggap sebagai penanda inflamasi kolon baik infeksi maupun non infeksi.
Karena netrofil akan berubah, sampel harus diperiksa sesegera mungkin.
Sensitifitas lekosit feses terhadap inflamasi patogen (Salmonella, Shigella dan
Campylobacter) yang dideteksi dengan kultur feses bervariasi dari 45% - 95%
tergantung dari jenis patogennya. Biakan kotoran harus dilakukan setiap pasien
tersangka atau menderita diare inflammasi berdasarkan klinis dan epidemiologis,
test lekosit feses atau latoferin positip, atau keduanya. Pasien dengan diare
berdarah yang nyata harus dilakukan kultur feses untuk EHEC O157 : H7. Pasien
dengan diare berat, demam, nyeri abdomen, atau kehilangan cairan harus
diperiksa kimia darah, natrium, kalium, klorida, ureum, kreatinin, analisa gas
darah dan pemeriksaan darah lengkap.

Penanganan pasien dengan diare berupa penggantian cairan dan elektrolit


untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode
akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua
pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat yang
memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa. Pada diare pemberian
antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40%
kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.
Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare
infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi
dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi,
diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Pemberian anti diare
dapat diberikan, dan terdapat berbagai jenis obat anti diare seperti kelompok
3

antisekresi selektif, kelompok opiat, kelompok absorbent, zat hidrofilik serta


pemberian probiotik.

Penyakit diare memberikan permasalahan sosial dan ekonomi bagi


penderitanya. Dimana penyakit ini jika tidak dengan segera ditangani akan
menimbulkan efek yang lebih buruk bahkan hingga kematian. Selain itu dengan
banyaknya kehilangan cairan yang disebabkan oleh diare juga menyebabkan
penderitanya menjadi lemas dan tidak dapat melaksanakan pekerjaannya. Untuk
mencegah masalah tersebut diperlukan pemahaman mengenai penanganan dan
pencegahan diare serta dehidrasi. Sebagian besar orang sering menganggap remeh
dari munculnya penyakit diare, sehingga perlu diberikan pemahaman pentingnya
untuk melakukan penanganan yang cepat pada kasus diare yang terjadi.
Permasalahan pengendalian diare ini juga harus dimengerti oleh masyarakat
maupun tenaga kesehatan dan berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan
sehat.
4

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Memberikan pengetahuan mengenai penyakit diare dan mengajak

masyarakat untuk menghindari penyebab diare serta memperbaiki pola hidup

menjadi lebih sehat dan untuk mencegah kekambuhan penyakit diare.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Menjelaskan pengertian Diare.

2. Menjelaskan etiologi Diare.

3. Menjelaskan tentang gejala Diare.

4. Menjelaskan tentang pengobatan Diare.

5. Menjelaskan tentang pencegahan Diare.

Anda mungkin juga menyukai