Anda di halaman 1dari 29

1

LATAR BELAKANG

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah secara


tersirat menyebutkan, bahwa dalam menyelenggarakan pemerintahannya daerah otonom
diserahi berbagai kewajiban, hak dan wewenang untuk menentukan sikap dalam
pengambilan keputusan, membuat berbagai penetapan dan memberikan
pertanggungjawaban atas penyelenggaraan otonomi yang telah diperoleh. Kewajiban, hak
dan wewenang dalam penyelenggaraan pemerintahan pun mengharuskan daerah
menerapkan berbagai upaya guna menjaga proses pemerintahan daerah tetap berjalan.
Untuk itu, daerah harus didukung oleh berbagai macam sumber daya sehingga
penyelenggaraan pemerintahan yang direncanakan dapat berjalan secara maksimal. Salah
satu sumber daya yang dianggap penting dan strategis sebagai pendukung realisasi
pelaksanaan kegiatan pemerintahan ini adalah sumber daya keuangan.
Sumber daya keuangan menjadi salah satu sumber daya pendukung paling vital
dalam penyelenggaraan setiap urusan pemerintahan. Oleh karena itu, segala urusan yang
berkaitan dengan keuangan daerah menyebabkan pemerintah daerah memiliki kewajiban
dan hak dalam mengelola keuangan daerahnya sendiri. Kewajiban dan hak pengelolaan
keuangan daerah ini tidak hanya memunculkan kegiatan pemerintah daerah dalam
mengelola sumber daya berupa uang saja, tetapi juga hal-hal lain yang menjadi kewajiban
dan hak pemerintah daerah dalam mengelola berbagai sumber daya lainnya. Sumber daya
lain yang merupakan bagian dari keuangan itu sendiri adalah semua kewajiban dan hak
yang dimiliki pemerintah daerah selain uang tetapi dapat dinilai dengan uang.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 156
ayat (1) menjelaskan pengertian Keuangan Daerah sebagai berikut : “Keuangan Daerah
adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu
berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.” Berdasarkan penjabaran di atas, dapat diartikan
bahwa keuangan daerah tidak hanya mencakup kewajiban dan hak daerah berupa uang
saja, melainkan kewajiban dan hak daerah lainnya yang dapat dinilai dengan uang
termasuk kewajiban dan hak milik daerah berupa barang. Barang menjadi salah satu unsur
yang disebutkan dalam kegiatan daerah otonom dan melalui pemerintah daerah dikelola
dalam rangka mendukung kegiatan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
2

Adapun dijelaskan UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,


bahwa dalam menjalankan segala urusan yang ditimbulkan oleh adanya otonomi daerah,
pemerintah daerah diserahi berbagai urusan, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan
pilihan. Untuk menjalankan kedua urusan tersebut di atas, pemerintah daerah sudah
seharusnya memerlukan barang atau yang disebut sebagai aset daerah guna menunjang
pelaksanaan tugas dan kewenangannya. Barang milik daerah atau aset daerah inilah yang
selanjutnya menjadi salah satu sumber daya yang penting dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
Seiring dengan kebutuhan pemerintah akan barang atau aset daerah guna
menunjang pelaksanaan tugas dan kewenangannya, perlu dilakukan kegiatan pengelolaan
aset sehingga aset-aset yang dimiliki oleh daerah dapat berfungsi secara maksimal dalam
mendukung pelaksanaan tugas dan kewenangan pemerintah daerah. Dengan kata lain, aset
daerah adalah urusan yang harus dikelola dengan baik dan benar sehingga akan terwujud
pengelolaan aset daerah yang transparan, efisien, bertanggungjawab dan adanya kepastian
nilai aset daerah yang dapat berfungsi untuk menunjang pelaksanaan tugas dan
kewenangan pemerintah daerah. Seiring dengan bertambahnya jumlah urusan pemerintah
di daerah otonom, sistem pengelolaan aset daerah pun perlu mengalami berbagai
penyesuaian terhadap seluruh rangkaian atau siklus pengelolaan aset yang dilakukan.
Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, menyebutkan 13 tahapan dalam
siklus pengelolaan aset daerah, sebagai berikut :
a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
b. pengadaan;
c. penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;
d. penggunaan;
e. penatausahaan;
f. pemanfaatan;
g. pengamanan dan pemeliharaan;
h. penilaian;
i. penghapusan;
3

j. pemindahtanganan;
k. pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
l. pembiayaan; dan
m. tuntutan ganti rugi.
Siklus pengelolaan aset di atas menjadi langkah yang diambil pemerintah dalam
rangka pengaturan pengelolaan aset daerah yang baik dan benar sehingga memiliki
manfaat bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat secara
memadai. Selain itu, siklus pengelolaan aset menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam
mengelola kekayaan aset yang dimilikinya sehingga berimbas pada peningkatan manfaat
dari kekayaan tersebut, baik dari segi jumlah maupun nilai kekayaan yang dimiliki.
Sejak diterapkannya peraturan tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
Tentang Pengelolaan Barang Negara/Daerah di atas, baik negara maupun daerah harus
melaksanakan setiap siklus pengelolaan aset sesuai dengan ketentuan atau prosedur umum
yang ada dalam peraturan tersebut. Setiap tahapan dari siklus ini harus mengikuti prosedur
pengelolaan aset yang telah ditentukan agar tercipta keteraturan dalam pengelolaan aset
daerah secara keseluruhan.
Terkait dengan pengelolaan aset daerah tersebut, pemerintah daerah telah
didukung oleh perangkat perundang-undangan yang secara langsung menjadi acuan dan
kekuatan hukum pemerintah daerah dalam mengelola kekayaan daerah berupa aset
tersebut. Mulai dari Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
sampai pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah serta berbagai
bentuk peraturan berlaku lainnya diharapkan mampu menjadi acuan dan kekuatan
pemerintah dalam mengelola aset daerahnya.
Ditetapkannya peraturan-peraturan di atas sebagai ternyata masih memunculkan
banyak permasalahan sehingga tidak cukup membuat kegiatan pengelolaan aset daerah
berjalan dengan baik. Salah satu permasalahan yang sering timbul dari siklus pengelolaan
aset daerah adalah kegiatan penatausahaan aset daerah. Peranan penatausahaan aset dalam
pengelolaan aset daerah menempati posisi yang sangat strategis karena semua kebijakan
4

lebih efektif jika didasarkan pada data akurat yang diperoleh dari kegiatan penatausahaan
aset daerah. Artinya, bahwa tahapan ini merupakan tahapan penting yang akan sangat
mempengaruhi siklus pengelolaan aset daerah secara keseluruhan karena fungsinya dalam
menyediakan data aset daerah melalui 3 (tiga) jenis kegiatan yang dilaksanakan, yakni
kegiatan pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan aset daerah.
Penatausahaan aset negara/daerah meliputi pembukuan, inventarisasi, dan
pelaporan. Seperti pada penatausahaan aset negara, aset daerah yang berada di bawah
penguasaan Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang pun harus dibukukan melalui
proses pencatatan dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna oleh Kuasa Pengguna Barang,
Daftar Barang Pengguna oleh Pengguna Barang dan Daftar BMD oleh Pengelola Barang.
Proses pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan merupakan rangkaian dari kegiatan
penatausahaan BMD yang dikelola oleh Pemerintah Daerah. Proses pembukuan yang
terdiri dari pendaftaran dan pencatatan serta proses inventarisasi, baik berupa pendataan,
pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan BMD merupakan bagian dari penatausahaan
yang dilakukan untuk menghasilkan data barang sesuai dengan kondisi yang riil. Hasil dari
proses pembukuan dan inventarisasi ini kemudian diperlukan dalam rangka melaksanakan
proses pelaporan aset daerah yang dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang, Pengguna
Barang, dan Pengelola Barang sebagai bentuk penyajian informasi terkait situasi aset
daerah pada waktu tertentu.
Seluruh aset yang merupakan objek penatausahaan, meliputi semua aset daerah
yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, yang berada dalam penguasaan Kuasa
Pengguna Barang/Pengguna Barang dan berada dalam pengelolaan Pengelola Barang.
Penatausahaan aset dilakukan dalam rangka mewujudkan tertib administrasi termasuk
menyusun Laporan BMD yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan neraca
pemerintah daerah. Sedangkan penatausahaan BMD dalam rangka mendukung
terwujudnya tertib pengelolaan BMD adalah menyediakan data agar pelaksanaan
pengelolaan BMD dapat dilaksanakan sesuai dengan asas fungsional, kepastian hukum,
transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas dan kepastian nilai.
Kegiatan penatausahaan aset daerah sampai saat ini masih menemukan masalah
akurasi data dan belum mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari mayoritas
pemerintah di daerah. Oleh karena itu, tidak mustahil bahwa sampai saat ini pemerintah
5

daerah selalu menghadapi kesulitan dalam mengetahui berapa sebenarnya jumlah dan nilai
aset yang dimiliki. Kesulitan ini akan sangat terasa pada saat penyusunan neraca
pemerintah daerah pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dan pada saat
melakukan pengelolaan aset daerah lainnya seperti penghapusan, pemindahtanganan,
pemanfaatan, dan penilaian. Dapat dikatakan pula bahwa pengelolaan aset daerah menjadi
bagian dari keuangan daerah yang memiliki pengaruh besar terhadap pemberian opini
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang secara berkala melakukan pemeriksaan terhadap
keuangan daerah dan memberikan penilaian terhadap kinerja keuangan daerah.
Kabupaten Manggarai yang merupakan salah satu daerah otonom di wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur pun memiliki permasalahan dalam melaksanakan
penatausahaan aset daerah. Kegiatan pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan masih
menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah Kabupaten
Manggarai. Kelemahan yang paling menonjol dari ketiga proses penatausahaan ini adalah
kegiatan inventarisasi aset tetap.
Tercatat dalam Siaran Pers BPK RI mengenai Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun
terakhir (2010-2012), Pemerintah Kabupaten Manggarai selalu mendapat opini Wajar
Dengan Pengecualian (WDP) dari BPK. LHP atas LKPD 2012 yang diterbitkan oleh BPK
per 30 Juni 2013 (www.bpk.go.id) ini menyebutkan bahwa yang menjadi salah satu aspek
penyebab diperolehnya opini WDP ini adalah ketidakwajaran aset tetap yang belum
menggambarkan kondisi sebenarnya. Belum menggambarkan kondisi yang wajar pada aset
tetap tentu saja berkaitan langsung dengan ketidakwajaran pelaksanaan inventarisasi aset
tetap karena pada dasarnya inventarisasi dilakukan untuk mengetahui kondisi aset tetap
secara wajar.
Hal ini menimbulkan adanya anggapan bahwa kegiatan inventarisasi aset tetap
masih menemukan permasalahan yang mana dalam pelaksanaannya sering tidak sesuai
dengan prosedur pelaksanaan yang benar. Permasalahan lainnya adalah terbatasnya
kualitas sumber daya manusia serta sarana dan prasarana penunjang yang kurang
termanfaatkan dengan baik dalam mendukung pelaksanaan inventarisasi aset tetap pada
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Hal ini tentu saja turut mempengaruhi penilaian
BPK secara khusus terhadap kinerja pengelolaan aset daerah serta kinerja keuangan
Kabupaten Manggarai secara umum.
6

Didasarkan pada uraian di atas serta permasalahan yang menyertainya, kajian


penatausahaan khususnya kegiatan inventarisasi aset tetap di tingkat Pembantu Pengelola
BMD yang dalam hal ini menjadi tanggung jawab Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (Dinas PPKAD) Kabupaten Manggarai menarik untuk ditelaah
kembali. Adapun jurnal ini dibuat berdasarkan Laporan Akhir hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis tentang “INVENTARISASI ASET TETAP DI KABUPATEN
MANGGARAI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR,” sebagai upaya untuk
memberikan keterangan bahwa Laporan Akhir yang dibuat penulis telah memenuhi
standar kualitas jurnal dan validitas ilmiah serta bermanfaat bagi para peneliti dengan
kajian yang sama di masa yang akan datang.

IDENTIFIKASI MASALAH
Upaya dalam melakukan kegiatan inventarisasi aset tetap masih menimbulkan
berbagai permasalahan. Permasalahan ini menjadi indikasi pemicu timbulnya
ketidakwajaran kondisi aset hasil pelaksanaan inventarisasi aset daerah di Kabupaten
Manggarai, yakni : a) Lemahnya kegiatan inventarisasi aset tetap yang dalam
pelaksanaannya sering tidak sesuai dengan prosedur yang memadai; b) Terbatasnya
kualitas aparat Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai dalam melaksanakan kegiatan
inventarisasi aset tetap; c) Kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana penunjang
kegiatan inventarisasi aset tetap yang tersedia pada Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai.
Permasalahan-permasalahan di atas menjadi indikasi pemicu terjadinya masalah
dalam kegiaan inventarisasi aset tetap daerah di Kabupaten Manggarai secara umum.

RUMUSAN MASALAH
Sehubungan dengan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya dan pengidentifikasian
masalah yang telah dibuat, penulis membuat perumusan masalah yang menjadi kajian
utama penelitian ini, sebagai berikut :
1. Bagaimana upaya untuk meningkatkan pelaksanaan inventarisasi aset tetap
agar sesuai dengan prosedur yang memadai?
7

2. Bagaimana upaya untuk meningkatkan kualitas aparat pelaksana pada Dinas


PPKAD Kabupaten Manggarai dalam melaksanakan kegiatan inventarisasi aset
tetap?
3. Bagaimana upaya untuk meningkatkan pemanfaatan sarana dan prasarana
penunjang kegiatan inventarisasi aset tetap yang tersedia pada Dinas PPKAD
Kabupaten Manggarai?

TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana menigkatkan pelaksanaan inventarisasi aset


tetap agar sesuai prosedur yang memadai;
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya meningkatkan kualitas aparatur pelaksana
inventarisasi aset tetap pada Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai;
3. Untuk mengetahui sejauh mana sarana dan prasarana penunjang pada Dinas
PPKAD Kabupaten Manggarai telah dimanfaatkan dalam pelaksanaan
inventarisasi aset tetap.

MANFAAT PENELITIAN
Manfaat Praktis untuk Lokasi Penelitian
Manfaat praktis bagi lokasi penelitian dengan diadakannya penelitian ini adalah :
a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Pemerintah Kabupaten
Manggarai dalam melakukan penatausahaan aset daerah bidang inventarisasi aset tetap; b)
Memberikan manfaat bagi para pejabat pengelola aset daerah pada Dinas PPKAD
Kabupaten Manggarai, terutama kaitannya dengan peningkatan kualitas pelaksanaan
inventarisasi, sarana dan prasarana serta kualitas aparat pengelola kegiatan inventarisasi
aset tetap daerah di Kabupaten Manggarai.

Manfaat Praktis untuk Lembaga


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
terutama bagi Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dalam membuat karya
ilmiah atau laporan penelitian yang memiliki kajian serupa.
8

METODE PENELITIAN
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini membutuhkan metode yang jelas, agar
pelaksanaannya terarah dan tepat sasaran. Penelitian menurut Soehartono (2011:2)
merupakan, “Upaya untuk menambah dan memperluas pengetahuan, yang selain untuk
menghasilkan pengetahuan yang baru sama sekali yaitu yang sebelumnya belum ada atau
belum dikenal, juga termasuk pengumpulan keterangan baru yang bersifat memperkuat
teori-teori yang sudah ada, atau bahkan juga yang menyangkal teori-teori yang sudah ada.”
Menurut Sugiyono (2013:3), “Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Tujuan diadakannya
penelitian menurut Hussey dan Hussey dalam Silalahi (2012:3) adalah sebagai berikut :
1. Meninjau ulang dan mensintesiskan pengetahuan yang ada;
2. Menyelidiki beberapa masalah atau situasi yang ada;
3. Menyediakan solusi bagi suatu masalah;
4. Menyelidiki atau menggali dan menganalisis beberapa isu umum;
5. Membangun atau menciptakan suatu prosedur atau sisitem baru;
6. Menjelaskan satu fenomena baru;
7. Menghasilkan pengetahuan baru;
8. Suatu kombinasi dari hal-hal di atas.
Berdasarkan Peraturan Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri Nomor 05
Tahun 2013 Tentang Pedoman Penulisan dan Mekanisme Ujian Laporan Akhir Serta
Skripsi Institut Pemerintahan Dalam Negeri Tahun Akademik 2013/2014, “Metode
pengumpulan data kegiatan magang menggunakan pendekatan metode eksploratif dengan
pendekatan induktif.”
Penelitian Eksploratif bertujuan untuk mencari hubungan-hubungan baru yang
terdapat pada suatu permasalahan yang luas dan kompleks. Penelitian ini bertujuan pula
untuk mengumpulkan data sebanyak- banyaknya (Mardalis 2010:25). Selanjutnya,
Martono (2010:15) mengemuka-kan, “Penelitian eksploratif ini juga dapat dikatakan
sebagai penelitian pendahuluan dikarenakan penelitian ini mencoba menggali informasi
atau permasalahan yang relatif baru.”
Berdasarkan pengertian para ahli tersebut di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa penelitian eksploratif adalah suatu metode penelitian yang berusaha
menjelajah keadaan di lapangan guna memberikan sedikit penjelasan dan gambaran
9

mengenai konsep peneliti dalam melaksanakan penelitian. Karena bersifat terbuka semua
sumber dianggap penting dalam penelitian ini. Sehubungan dengan itu, di dalam penelitian
ini penulis berusaha mempelajari dan menggambarkan tentang Inventarisasi Aset Tetap di
Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan induktif.
Moleong (2013:10) menjelaskan penelitian dengan menggunakan pendekatan induktif
dilakukan karena beberapa alasan :
1. Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagai
yang terdapat dalam data;
2. Analisis induktif lebih dapat membuat peneliti-responden menjadi eksplisit,
dapat dikenal, dan akuntabel;
3. Analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat
membuat keputusan-keputusan tentang dapat-tidaknya pengalihan pada suatu
latar lainnya;
4. Analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang
mempertajam hubungan-hubungan;
5. Analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai
bagian dari struktur analitik.

Kaitannya dengan metode yang telah dijelaskan diatas dikenal adanya teknik
pengumpulan data yang merupakan langkah penting dalam proses penelitian karena
dengan data inilah suatu persoalan penelitian bisa dijawab. Menurut Jujun S.Suriasumantri
dalam Mardalis (2010:21) mengatakan bahwa, “Cara berpikir induktif berpijak pada fakta-
fakta yang bersifat khusus, kemudian diteliti dan akhirnya ditemui pemecahan persoalan
yang bersifat umum.”
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pengumpulan data adalah suatu langkah untuk mendapatkan data-data yang ada di
lapangan yang berkaitan dengan objek penelitian yang akan berguna untuk menjawab
masalah dari penelitian tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti terjun
atau turun langsung ke tempat dimana lokasi penelitian diadakan, maksudnya adalah
memperoleh data dan fakta yang terbaru dan akurat yang berkaitan dengan materi yang
akan diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang dipakai penulis dalam penelitian ini
adalah :
10

1. Wawancara
Wawancara menurut Narbuko (2010:83) adalah ”proses tanya-jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan”. Metode
wawancara digunakan oleh penulis dengan mendatangi dan mengadakan komunikasi
langsung atau tatap muka dengan beberapa responden yang dianggap perlu untuk
mendapatkan data, informasi, keterangan, pandangan maupun pendapat responden agar
diperoleh kebenaran yang valid dan relevan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
penelitian yang sedang dilakukan. Sebelum melakukan kegiatan wawancara harus dibekali
dengan pedoman wawancara agar proses wawancara tersebut berjalan terarah. Dalam
penelitian ini data dikumpulkan dari hasil wawancara dengan informasi yang berasal dari :
a. Kepala Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai 1 (satu) orang;
b. Sekretaris Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai 1 (satu) orang;
c. Kepala Bidang Pengelolaan Aset Daerah Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai
1 (satu) orang.

2. Dokumentasi
Arikunto (2010:274) menyatakan bahwa dokumentasi adalah “metode yang
dilaksanakan oleh penelitian untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.”
Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi melalui pencatatan
data yang dirasa diperlukan dari sumber-sumber tertulis, baik berupa laporan maupun
monografi atau dokumen-dokumen dalam membantu menyempurnakan data-data yang
diperoleh. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan mengambil data-
data dari dokumentasi yang ada di Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa
Tenggara Timur.

TEKNIK ANALISIS DATA


Mantra (2008:123) menyebutkan bahwa, “Sebelum diolah data yang terkumpul
perlu diseleksi terlebih dahulu atas dasar rebeliabilitasnya. Data yang rendah
rebeliabilitasnya digugurkan atau dilengkapi dengan substitusi. Data yang telah lulus
dalam seleksi lalu diolah atau dianalisis sehingga merupakan suatu informasi yang siap
untuk dievaluasi dan diinterpretasi.”
11

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa analisis data


adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Dalam menganalisis data, penulis melakukan lagkah-langkah sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian dan laporan yang terperinci.
Laporan tersebut direduksi, dirangkum, diseleksi dan difokuskan pada hal-hal penting
kemudian dicari.
2. Penyajian Data
Untuk menghindari kesulitan dalam melihat gambaran pada data yang bertumpuk, maka
bagian-bagian tertentu dari penelitian ini diusahakan dalam bentuk tabel, bagan atau
grafik.
3. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan diverifikasi dangan cara melihat kembali pada hasil reduksi data dan display
data sehingga kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari hasil penelitian.

TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN


Lokasi yang menjadi tempat penulis melaksanakan penelitian adalah Dinas PPKAD
Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur selaku Pembantu Pengelola Barang
Milik Daerah (BMD) atau aset daerah. Sedangkan untuk waktu pelaksanaan penelitian
dilakukan selama 18 hari mulai tanggal 3 Februari 2014 sampai dengan 23 April 2014.

KAJIAN TEORI
Adapun kajian teori ini berisi tentang definisi-definisi mendasar sebagai landasan
dalam memahami maksud penulis melakukan implementasi program Alokasi Dana Desa
dalam penyelenggaraan pemerintahan pada locus penelitian terkait. Kajian teori ini sendiri
digunakan sebagai kerangka berfikir untuk menjelaskan fenomena-fenomena sosial yang
akan diteliti. Sugiyono (2012:52) mengungkapkan bahwa : “Kajian Teori adalah teori-teori
yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang diteliti, serta
12

sebagai dasar untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
diajukan (hipotesis).” Menurut Cooper dan Schindler dalam Sugiyono (2012:52)
menjelaskan , “Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang tersusun
secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena.”

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH (BMD)


Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah Pasal
3 ayat (2) membagi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerahke dalam 10 siklus, meliputi:
a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
b. pengadaan;
c. penggunaan;
d. pemanfaatan;
e. pengamanan dan pemeliharaan;
f. penilaian;
g. penghapusan;
h. pemindahtanganan;
i. penatausahaan;
j. pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Sdangkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Barang Milik DaerahPasal 4 ayat (2) menjelaskan 13
siklusPengelolaan Barang Milik Daerah, sebagai berikut:
a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
b. pengadaan
c. penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;
d. penggunaan
e. penatausahaan;
f. pemanfaatan;
g. pengamanan dan pemeliharaan;
h. penilaian;
i. penghapusan;
13

j. pemindahtanganan;
k. pembinaan, pengawasan dan pengendalian
l. pembiayaan; dan
m. tuntutan ganti rugi.

Satu dari sekian tahapan yang menajadi lingkup pembahasan penulis dalam
laporan akhir ini adalah siklus penatausahaan.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah Pasal 1 angka 30
menjelaskan, bahwa : “Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi
pembukuan, inventarisasi danpelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.”

INVENTARISASI
Harsono, dkk (2004:163) menjelaskan definisi inventarisasi, sebagai berikut :

Yang dimaksud dengan inventarisasi adalah kegiatan-kegiatan yang meliputi


pendaftaran, pencatatan dalam daftar inventaris, penyusunan atau pengaturan
barang-barang milik atau kekayaan negara serta melaporkan pemakaian barang-
barang kepada pejabat yang berwenang secara teratur dan tertib menurut
ketentuan dan tatacara yang berlaku sehingga mempermudah dalam penyajian
data kekayaan negara/pemerintah daerah baik barang-barang tetap maupun
barang-barang bergerak.

Selajutnya, Harsono, dkk mengemukakan bahwa tujuan dilaksanakannya kegiatan


inventarisasi ini adalah sebagai berikut :
1. Dalam rangka tertib adminisrasi barang;
2. Penghematan anggaran;
3. Memudahkan penyusunan laporan barang-barang milik negara;
4. Sebagai informasi/data untuk menghitung kekayaan negara;
5. Pemanfaatan barang inventaris secara maksimal;
6. Mempermudah dalam pengawasan barang;
7. Menunjang kelancaran tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan.
14

Proses inventaris atau inventarisasi yang teratur adalah proses inventaris atau
inventarisasi yang dilakukan dengan ketentuan dapat mewujudkan penyempurnaan dalam
pengurusan, pengawasan keuangan dan kekayaan negara secara efektif, juga dalam rangka
meningkatkan efektifitas perencanaan penganggaran, pengadaan, penyimpanan dan
pemeliharaan, penyaluran serta penghapusan barang. Oleh karena itu, pelaksanaan
inventarisasi harus dilaksanakan secara baik dan benar sesuai kondisi barang agar dapat
dicapai tujuan inventarisasi dimaksud.
Nawawi dan Martini (1994:189) mengemukakan bahwa:

Data di dalam daftar inventaris tidak saja berguna untuk mengikuti perkembangan
kondisi perlengkapan/peralatan yang dimiliki, tetapi juga untuk menyusun
perencanaan, agar tidak terjadi pemborosan. Oleh karena itu, harus diusahakan
agar antara data yang tercatat benar-benar sesuai dengan kenyataan kondisi
peralatan/perlengkapan yang dicatat.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan inventarisasi harus


dilakukan secara benar dengan relevansi antara data dan kondisi barang yang riil dan
akurat, terutama dalam pencatatannya dalam daftar inventaris serta pelaporan barang
tersebut. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui kondisi riil barang serta tidak terjadi
pemborosan atau kerugian bagi organisasi.
Secara normatif, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah pasal 1 angka (31) menyebutkan
bahwa, ”Inventarisasi adalah adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan
pelaporan hasil pendataan barang milik daerah,”
Berikut beberapa hal terkait inventarisasi dalam siklus pengelolaan aset daerah
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah Pasal 27 :
1. Pengelola dan pengguna melaksanakan sensus barang milik daerah setiap 5
(lima) tahun sekali untuk menyusun Buku Inventaris dan Buku Induk
Inventaris beserta rekapitulasi barang milik pemerintah daerah.
2. Pengelola bertanggung jawab atas pelaksanaan sensus barang milik daerah.
3. Pelaksanaan sensus barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
15

4. Sensus barang milik daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, dilaksanakan serentak di


seluruh Indonesia.
5. Pengguna menyampaikan hasil sensus kepada pengelola paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah selesainya sensus.
6. Pembantu Pengelola menghimpun hasil inventarisasi barang milik daerah.
7. Barang milik daerah yang berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan
dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Berkaitan dengan kajian penulis mengenai pelaksanaan inventarisasi aset pada


tingkat pembantu pengelola, Pasal 27 ayat (6) di atas menyebutkan bahwa, ”Pembantu
Pengelola menghimpun hasil inventarisasi barang milik daerah.” Pembantu Pengelola di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Manggarai adalah Dinas PPKAD Kabupaten
Manggarai khususnya pada Bidang Pengelolaan Aset. Ini berarti, yang melaksanakan tugas
sebagai penghimpun hasil inventarisasi aset tetap di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Manggarai adalah Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai, khususnya Bidang Pengelolaan
Aset. Peraturan lain terkait pelaksanaan inventarisasi aset daerah adalah Peraturan Daerah
Kabupaten Manggarai Nomor 18 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

ASET
Seiring dengan diserahkannya berbagai urusan pemerintahan dari pusat kepada daerah
sebagai akibat dari adanya otonomi daerah, pada saat yang bersamaan juga terjadi
penyerahan aset pemerintah pusat kepada daerah. Hal ini mengharuskan pemerintah
daerah melakukan pengelolaan asetnya dengan baik dan benar sehinga dapat mendukung
pelaksanaan otonomi daerah.

Soleh dan Rochmansjah (2010:174), mengartikan asset sebagai berikut :

Yang dimaksud dengan aset / barang milik daerah adalah semua kekayaan daerah
baik yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah maupun yang berasal dari perolehan lain yang sah, baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak beserta bagian-bagiannya atau pun yang merupakan
satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk
hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga lainnya.
16

Sedangkan Prawoto (2011:166) mendefinisikan asset dalam lingkup pemerintahan. sebagai


berikut :
Aset merupakan sumber daya ekonomi yang dimiliki dan / atau dikuasai oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan / atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alas an
sejarah dan budaya.

Sementara itu, Mahmudi (2010:146) mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor


38 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006
Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah mengatakan bahwa aset/barang daerah
merupakan :
Semua kekayaan daerah yang dimiliki maupun yang dikuasai pemerintah daerah,
yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah, misalnya sumbangan, hadiah, donasi, wakaf, hibah, swadaya, kewajiban
pihak ketiga, dan sebagainya.

Selanjutnya Mahmudi mengkategorikan aset/barang menjadi 2 (dua) bagian, yaitu “benda


tidak bergerak dan benda bergerak.”

ASET TETAP
Aset tetap menurut definisi yang dikeluarkan oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintah yang ditulis dalam Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 01
dalam Yusuf (2010:57) dijelaskan bahwa :
Aset tetap adalah asset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12
(duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum yang terdiri atas tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, asset tetap lainnya, dan
konstruksi dalam perjalanan.
17

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dikategorikan jenis-jenis asset tetap adalah
sebagai berikut :
1. Tanah;
2. Peralatan dan Mesin;
3. Gedung dan Bagunan;
4. Jalan, Irigasi, Jaringan;
5. Aset Tetap Lainnya;
6. Konstruksi dalam Pengerjaan.

PEJABAT PENGELOLA ASET DAERAH


Siklus pengelolaan aset adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam
manajemen aset. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007
disebutkan bahwa pejabat pengelola aset/barang milik daerah adalah sebagai berikut:
1. Kepala Daerah selaku penguasa pengelolaan aset/barang milik daerah.
2. Sekretaris Daerah selaku pengelola barang milik daerah.
3. Pembantu Pengelola aset/barang milik daerah.
4. Kepala SKPD selaku pengguna aset/barang milik daerah.

Berdasarkan kajian penulis tentang inventarisasi aset tetap di tingkat Pembantu Pengelola
BMD atau Pembantu Pengelola di Kabupaten Manggarai, yang menjadi Pembantu
Pengelola di Kabupaten Manggarai adalah Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah
(SKPKD), yaitu Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai.

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MANGGARAI


Secara administratif, Kabupaten Manggarai dibagi menjadi 9 (sembilan)
kecamatan, 132 desa dan 17 kelurahan dengan pusat pemerintahan di Kota Ruteng,
Kecamatan Langke Rembong dengan batas-batas wilayah, sebagai berikut :
sebelah barat : Kabupaten Manggarai Barat;
sebelah utara : Laut Flores;
sebelah timur : Kabupaten Manggarai Timur;
sebelah selatan : Laut Sawu.
18

Secara geografis, Kabupaten Manggarai yang merupakan salah satu kabupaten di


Provinsi Nusa Tenggara Timur dan merupakan kabupaten induk yang telah mengalami 2
(dua) kali pemekaran wilayah, memiliki luas wilayah 1.915,62 km2,terdiri dari daratan
Pulau Flores dan pulau kecil, yaitu Pulau Mules. Secara astronomis, wilayah Kabupaten
Manggarai terletak antara 8º,14’LS - 90,00’ LS dan 120º,20’ BT-120º,55’ BT.
Secara demografis, berdasarkan hasil sensus penduduk terakhir tahun 2010,
jumlah penduduk Kabupaten Manggarai mencapai 292.032 jiwa dan 59.982 KK, dengan
tingkat kepadatan penduduk sebesar 175 jiwa/km2. Sedangkan dilihat dari kondisi sosial
budaya, kualitas pendidikan di Kabupaten Manggarai sudah cukup baik. Namun, beberapa
sekolah masih menampung jumlah peserta didik/siswa yang melebihi kapasitas atau tidak
sebanding dengan jumlah kelas atau ketersediaan fasilitas, seperti sekolah-sekolah negeri.
Tetapi, secara keseluruhan tingkat pendidikan di Kabupaten Manggarai sudah
menunjukkann kualitas yang memadai.
Tingkat pelayanan kesehatan Pemerintah Kabupaten Manggarai terhadap
masyarakatnya sudah cukup baik, walaupun masih banyak hal yang perlu diperbaiki atau
ditingkatkan lagi baik dari segi kuantitas serta kualitas kesehatan dilihat dari segi
pelayanannya terhadap masyarakat. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, Kabupaten
Manggarai menunjukkan kecenderungan fluktuasi yang berada pada kisaran 5,49%-5,91%
pada kurun waktu 2009-2011.

GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KABUPATEN MANGGARAI


Kabupaten Manggarai merupakan salah satu daerah otonom yang ada di Provinsi
NTT. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah telah menjadi
pedoman setiap daerah otonom dalam menyelenggarakan pemerintahannya, memasuki
periode baru tahun 2011-2015, Kabupaten Manggarai saat ini dipimpin oleh Drs. Christian
Rotok sebagai Bupati Manggarai didampingi oleh Dr. Deno Kamelus,SH,MH selaku
Wakil Bupati. Pasangan ini telah memasuki 2 (dua) periode pemerintahan daerahsetelah
sukses memenangkan pemilihan kepala daerah 2011 lalu. Karena setiap calon kepala
daerah harus memiliki visi dan misi yang ditawarkan apabila terpilih menjadi kepala
daerah selama 5 (lima) tahun ke depan, pada periode 2011-2015 ini pun Bupati dan Wakil
Bupati Manggarai memiliki visi, yaitu : ”TERWUJUDNYA MANGGARAI YANG
19

MAKMUR, SEJAHTERA, ADIL, MERATA DAN BERKELANJUTAN YANG


DIRIDHOI TUHAN YANG MAHA ESA.”

GAMBARAN UMUM DINAS PPKAD KABUPATEN MANGGARAI


Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai merupakan salah satu SKPD di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Manggarai. SKPD ini memiliki peran penting dalam pelaksanaan
tugas inventarisasi aset tetap. Struktur organisasi Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai
berdasarkan Peraturan Bupati Manggarai Nomor 18 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Bupati Manggarai Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Bupati Manggarai Nomor 18 Tahun 2008Tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata
Kerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Manggarai.

INVENTARISASI ASET TETAP KABUPATEN MANGGARAI


Pelaksanaan Inventarisasi Aset Tetap Daerah
a. Pedoman Pelaksanaan Inventarisasi Aset Tetap Daerah
Pelaksanaan inventarisasi di Kabupaten Manggarai yang secara administratif
dikelola oleh Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai saat ini berpedoman pada berbagai
macam peraturan perundang-undangan serta produk hukum daerah. Namun berdasarkan
tugas pokok dan fungsi pada setiap unit kerja Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai,
pedoman yang digunakan untuk melaksanakan pencatatan dan pelaporan (inventarisasi)
aset masih belum cukup mengefisiensikan pelaksanaan kegiatan inventarisasi tersebut.
Secara umum, pedoman yang digunakan oleh Dinas PPKAD Kabupaten
Manggarai yang dalam pelaksanaan administrasinya dilakukan oleh Bidang Pengelolaan
Aset dalam kegiatan pencatatan dan pelaporan aset tetap daerah adalah Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik
Daerah. Secara khusus, Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Nomor 18 Tahun 2010
Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah menjadi produk hukum yang juga dipedomani
oleh Dinas PPKAD dan seluruh SKPD Pemerintah Kabupaten Manggarai. Apabila dikaji,
peraturan-peraturan ini sudah cukup mampu mempedomani pelaksanaan inventarisasi aset
sehingga berjalan efektif.
Pelaksanaan kegiatan hendaknya berjalan tidak hanya sebatas efektif hasilnya saja
tetapi juga efisien dalam proses pelaksanaannya. Sejalan dengan hal ini, peraturan-
20

peraturan di atas dianggap belum cukup mampu mengefisiensikan pelaksanaan


inventarisasi aset tetap daerah. Pasalnya, tidak terdapat Standar Operasional Prosedur
(SOP) atau Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis kegiatan pencatatan dan pelaporan
aset yang sah, namun hanya menggunakan modul widyaswara yang pada dasarnya tidak
memiliki kekuatan hukum atau keabsahannya. Benar bahwa pelaksanaan kegiatan berjalan
efektif, namun menjadi tidak efisien ketika pedoman yang digunakan tersebut tidak
memiliki legalitasnya.
Selain kelemahan pedomannya, telah dijabarkan dalam tugas pokok dan fungsi
setiap bidang pada Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai bertugas menyusun pedoman dan
petunjuk teknis/SOP Bidang Penilaian Aset, Optimalisasi Aset dan Monitoring dan
Evaluasi. Ini menjadi salah satu kekurangan yang perlu dibenahi lagi oleh Dinas PPKAD
Kabupaten Manggarai karena kegiatan yang dilaksanakan tanpa menggunakan SOP atau
pedoman teknis yang jelas dan legal akan mengakibatkan proses pelaksanaan inventarisasi
aset tetap tidak berjalan efisien.

b. Perlakuan Antara Urusan Keuangan dan Aset


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, ada sebuah fenomena
umum yang terjadi pada SKPD Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai atau mungkin
juga pada sebagian besar pemerintah daerah di negara ini, bahwa terdapat perbedaan
perlakuan antara mengelola keuangan SKPD dan mengelola aset SKPD. Adanya
perbedaan perlakuan terjadi ketika peran para Kepala SKPD sebagai Pengguna Anggaran
(PA) jauh lebih dipentingkan sementara perannya sebagai Pengguna Barang (PB) hanya
sebatas bagaimana SKPD mampu mengadakan dan menggunakan barang tersebut, namun
pertanggungjawabannya dalam administrasi, seperti melakukan inventarisasi,
pemeliharaan, penghapusan dan lain-lain sangatlah lemah dan tidak sesuai dengan yang
diharapkan terutama dalam hal penatausahaan aset.

c. Ketersediaan Data
Terjadinya perbedaan perlakuan SKPD terhadap barang atau aset tadi
menimbulkan administrasi pengelolaan aset menjadi terbengkalai dan menjadi tidak
lengkap. Kepala SKPD sangat paham bagaimana mengusahakan pengadaan barang dan
menggunakannya sementara untuk dilakukan pencatatan atas pengadaan dan
penggunaannya sangatlah sulit. Hal ini menjadi salah satu kelemahan juga, mengingat
21

kegiatan pencatatan dan selanjutnya pengelolaan seluruh aset yang digunakan harus
dilaporkan secara tepat berdasarkan jenis dan jumlah aset SKPD.
Adapun data-data pencatatan dan pelaporan dimaksud adalah sebagai berikut:
a) Administrasi Pencatatan
1. Kartu Inventaris Barang (KIB)
KIB merupakan kartu yang digunakan untuk mencatat barang inventaris
secara tersendiri atau kumpulan/kolektif yang diperlukan untuk inventarisasi atau
tujuan lainnya selama barang tersebut belum dihapuskan. Adapun KIB terdiri dari 6
(enam) macam, yaitu :
a) KIB A : Tanah
b) KIB B : Peralatan dan Mesin
c) KIB C : Gedung dan Bangunan
d) KIB D : Jalan, Irigasi, dan Jaringan
e) KIB E : Aset Tetap Lainnya
f) KIB F : Konstruksi dalam Pengerjaan
Dalam pencatatannya, pencatatan KIB inilah yang masih sering menjadi
kesalahan yang dilakukan oleh para SKPD. Masih banyak barang yang seharusnya
ada tetapi tidak tercatat dalam KIB oleh SKPD karena berbagai persoalan, seperti
ketidakjelasan kepemilikan/sertifikat tanah (KIB A), ketidakakuratan jumlah dan
sumber barang peralatan dan mesin (KIB B), serta aset-aset lain yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kondisi dan administrasi barangnya oleh SKPD.
2. Kartu Inventaris Ruangan (KIR)
Sistem pencatatan pada kartu ini pun masih belum jelas dikarenakan penggunaan
ruangan yang tidak opimal. Masih banyak ruangan yang peruntukannya menyimpan
barang-barang yang sebenarnya sudah tidak layak pakai (rusak) dan belum dihapus,
sehingga terjadi pemborosan ruangan. Dengan kata lain, pencatatan jumlah ruangan
pada SKPD tertentu hanya untuk menginventarisir ruangan yang tidak efektif
penggunaannya.
3. Buku Inventaris (BI)
Buku ini merupakan buku yang berisi himpunan catatan data teknis dan administrasi
yang diperoleh dari KIB hasil inventarisasi. Penulis mengamati bahwa pencatatan
22

pada BI ini sangat tergantung pada validitas data yang ada pada KIB, sehingga
ketersediaan data KIB secara langsung akan mempengaruhi isi dari BI tersebut.
4. Buku Induk Inventaris (BII)
Buku Induk Inventaris (BII) merupakan kompilasi atau gabungan dari BI yang
berasal dari pencatatan BI seluruh SKPD. Keakuratannya berhubungan dengan
pencatatan-pencatatan sebelumnya (BI dan KIB).
b) Administrasi Pelaporan
1. Daftar Rekapitulasi Inventaris
Daftar ini merupakan daftar barang yang disusun oleh Bupati Manggarai selaku
Kuasa Barang dengan menggunakan bahan hasil pencatatan yang telah dihimpun
oleh Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai dan diserahkan kepada Pengelola Barang
Daerah (Sekretaris Daerah).
2. Daftar Mutasi Barang
Daftar ini memuat data barang yang berkurang dan/atau bertambah dalam jangka
waktu tertentu.
Sejauh ini, pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh SKPD Pemerintah
Kabupaten Mangarai masih memiliki kekurangan terutama dalam hal pencatatan KIB dan
KIR. Sistem pelaporan tidak akan tersajikan dengan akurat dan relevan ketika pencatatan
pada KIB dan KIR belum akurat dan relevan. Hal ini dikarenakan KIB dan KIRmerupakan
dokumen pertama yang menjadi sumber pencatatan dan pelaporan barang/aset daerah
selanjutnya. Maka, ketika KIB dan KIR tidak dapat menyediakan data yang akurat dan
relevan, sistem pencatatan selanjutnya sampai pada pelaporannya pun menjadi tidak akurat
dan relevan juga. Fenomena inilah yang terjadi di Kabupaten Manggarai seperti yang telah
dijelaskan di atas sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah.

d. Hubungan Antara Pengguna Barang dan Dinas PPKAD


Berbicara mengenai pelaksanaan inventarisasi aset daerah, berarti berbicara
mengenai Dinas PPKAD selaku Pembantu Pengelola Barang Daerah dengan seluruh
SKPD Pengguna Barang dalam melakukan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi data
inventarisasi aset. Pada dasarnya, beberapa SKPD Pemerintah Kabupaten Manggarai telah
cukup baik dalam melakukan ketiga bentuk hubungan di atas, namun masih banyak dari
beberapa SKPD yang kadang jarang melakukan koordinasi, integrasi atau sinkronisasi
dengan Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai.
23

Sehubungan dengan penyediaan data inventarisasi aset, masih banyak SKPD yang
belum memperhatikan pentingnya pengelolaan aset. Untuk melengkapi data aset SKPD,
Bidang Pengelolaan Aset pada Dinas PPKAD sendiri harus menjemputnya dari SKPD dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan pada pengisian data-data tersebut. Hal ini tentu saja
berkaitan erat dengan bagaimana membangun hubungan kerja sama yang baik dari SKPD
agar proses pencatatan dan pelaporan atas KIB yang diisi mampu tersajikan secara baik
dan benar. Dengan demikian, Dinas PPKAD selaku Pembantu Pengelola Barang Daerah
akan mudah melakukan rekapitulasi data inventarisasi aset setiap SKPD.

Kualitas Sumber Daya Aparatur


a. Kemampuan Melakukan Pengelolaan Aset
Aparat pelaksana inventarisasi aset tetap Kabupaten Manggarai di tingkat
Pembantu Pengelola Barang Daerah, yaitu Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai baik dari
segi kualitas maupun kuantitas diharapkan memiliki kapasitas yang memadai.
Ketersediaan sumber daya seperti ini akan mampu menyebabkan tugas penghimpunan dan
pengolahan data terkait inventarisasi aset tetap seluruh SKPD Kabupaten Manggarai
terlaksana dengan baik. Namun berdasarkan pengamatan penulis, masih terdapat sedikit
kekurangan dari sumber daya pelaksana inventarisasi aset tetap di tingkat Pembantu
Pengelola Barang Daerah.
Tumpang tindih fungsi pengelolaan aset tetap yang berimbas pada inefisiensi
pelaksanaan inventarisasi aset tetap masih sering terjadi. Hal ini terjadi baik karena tidak
adanya tim khusus untuk melakukan inventarisasi aset tetap atau karena kekurangan
personil (kuantitas), maupun karena kapasitas beberapa perangkat pelaksana inventarisasi
aset tetap di tingkat Pembantu Pengelola Barang Daerah belumsepenuhnya memadai.
b. Peran Bendahara Barang
Bendahara barang/aset pada SKPD adalah salah satu unsur penting yang secara
tidak langsung akan menentukan kevaliditasan data aset yang dimiliki oleh SKPD. Tugas
seorang Bendahara Barang SKPD adalah melaksanakan pengelolaan administrasi barang
pada unit masing-masing dan wajib melaporkan keadaan barang secara berkala kepada
Bupati Manggarai.
Pelaksanaan tugas Bendahara Barang SKPD pun tidak lepas dari peran
pembinaan yang dilakukan oleh atasan langsungnya atau juga langsung dari Kepala SKPD
24

selaku Pengguna Barang. Namun, pengelolaan administrasi aset tetap SKPD tidak berjalan
dengan baik karena adanya perbedaan perlakuan antara keuangan SKPD dan aset SKPD
seperti yang telah diterangkan sebelumnya. Bendahara Barang SKPD seperti kesulitan
melakukan pencatatan dan pelaporan aset tetap yang benar dari SKPD karena tidak
tertibnya pencatatan dan pelaporan atas pengadaan, penggunaan atau pun mekanisme lain.
Hal ini menyebabkan Bendahara Barang tidak dapat melakukan administrasi aset tetap
SKPD secara akurat dan relevan sehingga pengadministrasian setiap aset tetap pada SKPD
menjadi tidak tertib.

Pemanfaatan Sarana dan Prasarana


a. Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah (SIMBADA)
SIMBADA merupakan salah satu program penyediaan fasilitas
pemerintahanberbasis komputerdalam rangka menciptakan sistem pengelolaan barang
daerah yang lebih maju dan mandiri dengan menerapkan prinsip e-government. Program
ini pun diterapkan dan digunakan dalam penyelenggaraan tugas pengelolaan aset daerah
pada Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai.
Saat ini, SIMBADA pada Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai masih belum
mampu dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan pengelolaan aset daerah secara
keseluruhan. Hal ini menyebabkan beberapa kegiatan pengelolaan administrasi aset daerah
harus dilakukan secara manual yang seringkali memakan waktu yang lama dan menjadi
tidak efisien. Khusus untuk pelaksanaan inventarisasi aset tetap, SIMBADA sudah dapat
dimanfaatkan, namun perhatian beberapa SKPD masih sangat lemah sehingga input data
pengelolaan aset tetap SKPD sering terlambat.

b. Pemanfaatan Sarana dan Prasarana


Ini merupakan salah satu masalah yang menghambat pelaksanaan pengelolaan aset
secara keseluruhan dan pelaksanaan pencatatan dan pelaporan (inventarisasi) aset tetap
pada khususnya. Selain SIMBADA, fasilitas lain seperti komputer kerja, alat tulis kantor,
meja tulis, kursi, lemari dan sebagainya yang merupakan sarana dan prasarana penunjang
umum pelaksanaan inventarisasi aset tetap pada Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai
menurut pengamatan penulis sudah cukup baik dan mampu mendukung pelaksanaan tugas
tersebut.
25

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Inventarisasi Aset Tetap di Kabupaten Manggarai dapat dikatakan cukup
baik. Hal ini dapat dinilai dari mekanisme pelaksanaan inventarisasi aset tetap di tingkat
Pembantu Pengelola Barang, yakni Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai yang telah
menjalankan tugasnya dengan baik sesuai pedoman pelaksanaan inventarisasi aset tetap
yang berlaku, yakni Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Miliki Daerah dan Peraturan Daerah Kabupaten
Manggarai Nomor 18 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah. Teknis
pelaksanaan inventarisasi aset tetap pada tingkat Pembantu Pengelola Barang telah
sesuai dengan yang diharapkan.
2. Aparat pelaksana kegiatan inventarisasi aset tetap Kabupaten Manggarai yang
dilaksanakan oleh Bidang Pengelolaan Aset Dinas PPKAD Manggarai dinilai telah
memiliki kualitas yang cukup baik. Namun, terdapat hal-hal yang perlu ditingkatkan
lagi terkait peningkatan kualitas aparatur Bidang Pengelolaan Aset ke depannya.
3. Sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai untuk
menunjang pelaksanaan tugasnya dapat dikatakan sudah memadai, walaupun khusus
untuk aplikasi SIMBADA masih harus disempurnakan lagi agar dapat menunjang
semua siklus pengelolaan aset daerah. Khusus peran SIMBADA bagi pelaksanaan
inventarisasi aset tetap sudah memadai karena dapat dioperasikan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang berkitan dengan inventarisasi aset tetap, seperti melakukan
input data aset tetap, menyimpan, mengirim dan menerima data aset tetap, serta fungsi
lain terkait dengan inventarisasi aset tetap Kabupaten Manggarai.

REKOMENDASI
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis terhadap pelaksanaan
inventarisasi aset tetap di Kabupaten Manggarai adalah:
1. Dinas PPKAD disarankan untuk lebih tegas dalam melakukan penghimpunan
data dari setiap SKPD agar pelaksanaan pencatatan dan pelaporan
(inventarisasi) aset tetap di tingkat SKPD tidak sekedar dicatat dan dilaporkan
26

saja, namun harus menunjukkan kodisi aset tetap yang riil dengan
memaksimalkan pelaksanaan inventarisasi aset tetap di tingkat SKPD.
2. Meningkatkan kegiatan koordinasi dan pembinaan terhadap SKPD se-
Kabupaten Manggarai untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya
pelaksanaan pengelolaan aset tetap daerah secara khusus dan pengelolaan aset
daerah pada umumnya guna penigkatan kualitas pengurus barang SKPD. Dinas
PPKAD Kabupaten Manggarai hendaknya berinisiatif melakukan berbagai
bentuk pembinaan sesuai kapasitasnya sebagai Pembantu Pengelola Barang
Daerah kepada seluruh SKPD agar SKPD paham dan sadar betapa pengelolaan
aset sangat penting untuk mengihidari potensi terjadinya kerugian daerah dan
memperbaiki kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai yang
selama 3 (tiga) tahun terakhir mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian
(WDP) menjadi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP);
3. Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai hendaknya membentuk peraturan
teknis khusus pelaksanaan inventarisasi aset SKPD agar petunjuk pelaskanaan
menjadi jelas dan seragam dalam penyediaan data inventaris. Begitu juga
dengan Dinas PPKAD Kabupaten Manggarai disarankan agar membuat
Standar Operasional Prosedur (SOP) atau Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk
Teknis Inventarisasi Aset agar dalam menjalankan tugasnya, Bidang
Pengelolaan Aset Dinas PPKAD dapat bekerja sesuai acuan yang jelas dan
memiliki kekuatan hukum guna pertanggungjawaban dengan memanfaatkan
sarana dan prasarana secara maksimal.

Pelaksanaan kegiatan inventarisasi aset tetap merupakan kegiatan yang sangat penting bagi
daerah dalam rangka menciptakan keteraturan dan pemahaman daerah terkait kondisi aset
tetap yang dimiliki. Oleh karena itu, inventarisasi aset tetap merupakan bahan kajian yang
cukup penting untuk dikembangkan. Maka, penulis menyarankan agar kajian tentang
inventarisasi aset tetap ini mendapat pengembangan lebih lanjut atau lebih dalam lagi
melalui berbagai bentuk penelitian.
27

DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta
:Jakarta.

Harsono, dkk. 2004. Administrasi Perkantoran 1.


Alqaprint Jatinangor :Jatinangor.

Mahmudi. Manajemen Keuangan Publik..2010. Erlangga :Jakarta.

Mantra, Ida Bagoes. 2008. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Pustaka
Pelajar :Yogyakarta.

Mardalis. 2009. Metode Penelitian. Bumi Aksara :Jakarta.

Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder. Rajawali Pers :Jakarta.

Moleong. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Remaja Rosdakarya Sagala :Bandung.

Narbuko, Cholid. 2010. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara :Jakarta.

Nawawi, Martini. 1994. Ilmu Administrasi. Ghalia Indonesia :Jakarta.

Nazir, Muhammad. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia :Bogor.

Prawoto. 2011. Pengantar Keuangan Publik. BPFE :Yogyakarta.

Silalahi, Ulber. 2006. Metode Penelitian Sosial. Unpar Press :Bandung.

Siswanto, Aries Victorianus. 2012. Strategi dalam Langkah-langkah Penelitian. Graha


Ilmu :Yogyakarta.

Soleh, Heru. 2010. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.


Fokus Media :Jakarta.

Soehartono, Irawan. 2011. Metode Penelitian Sosial .


Remaja Rosdakarya :Bandung.

Syafri, Wirman. 2012. Studi Tentang Administrasi Publik.


Erlangga :Jakarta.

Usman, Akbar. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bumi Aksara :Jakarta.


28

Yusuf, M. 2011. Delapan Langkah Pengelolaan Aset Daerah Menuju Pengelolaan


Keuangan Daerah Terbaik. Salemba Empat :Jakarta.

B. PERATURAN-PERATURAN
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat


dan Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


undangan

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan


Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah

Lampiran VII Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 Tentang Kebijakan


Penatausahaan Barang Milik Negara.

Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Nomor 18 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan


Barang Milik Daerah

Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Manggarai Tahun 2011-2015

Peraturan Bupati Manggarai Nomor 18 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Bupati Manggarai Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Bupati Manggarai Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok, Fungsi
dan Tata Kerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Manggarai

Keputusan Bupati Manggarai Nomor: HK/62/2013 Tentang Penunjukan


Penyimpan/Pengurus Barang Dan Atasan Langsung Lingkup Pemerintah
Kabupaten Manggarai Tahun Anggaran 2013

Peraturan Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri Nomor 05 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Penulisan dan Mekanisme Ujian Laporan Akhir dan Skripsi Institut
Pemerintahan Dalam Negeri Tahun Akademik 2013/2014

C. SUMBER LAIN
BPK RI. Siaran Pers BPK RI 2013 LHP-LKPD NTT 2012. www.bpk.go.id. Selasa, 17
Desember 2013, 10.30-11.45 WITA
29

BPS Kabupaten Manggarai. Manggarai Dalam Angka 2013.www.bps.go.id.


Kamis, 13 Februari 2014, 09.00-10.00 WITA
Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah Kabupaten Manggarai. Penatausahaan BMD.
12-20 Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai