Anda di halaman 1dari 4

Sebutkan dan jelaskan Landasan Hukum Pendidikan Pancasila dan Pendidikan

Kewarganegaraan! Serta bagaimanakah susunan Pancasila yang bersifat hierarkis dan


yang berbentuk piramida?

Jawab : Landasan yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila di pendidikan tinggi


tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 mengenai system Pendidikan Nasional, dimana pasal
1 ayat 2 menyebutkan bahwa system pendidikan nasional berdasarkan Pancasila yang artinya
bahwa pancasila merupakan sumber hukum pendidikan nasional. Pada UU No. 2 tahun 1989
mengenai Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 menyatakan bahwa isi kurikulum setiap
jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan.

Berdasarkan SK Mendiknas RI, No.232/U/2000, mengenai Pedoman Penyusunan Kurikulum


Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, dengan pasal 10 ayat 1 dijelaskan
bahwa kelompok mata kuliah pendidikan kewarganegaraan wajib diberikan dalam kurikulum
setiap program studi, yang terdiri atas Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan. Penyelenggaraan pendidikan pancasila di Perguruan Tinggi lebih penting
lagi karena Perguruan Tinggi sebagai agen perubahan yang melahirkan intelektual-intelektual
muda yang kelak akan menjadi tenaga inti pembangunan dan pemegang estafet
kepemimpinan bangsa dalam setiap strata lembaga dan badan-badan negara, lembaga-
lembaga daerah, lembaga-lembaga infrastruktur politik dan sosial kemasyarakatan, lembaga-
lembaga bisnis, dan lainnya.

Pasal 27 ayat(3) amandemen menyebutkan; setiap warga Negara berhak dan wajib turut serta
dalam upaya pembelaan negara, pasal 30 ayat(1); tiap-tiap waga Negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pertahanan keamanan negara. Pendidikan kewarganegaraan dengan
tujuan membentuk mahasiswa menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air.

Susunan Pancasila yang bersifat hierarkis dan berbentuk piramida :

Sila 5 dijiwai sila 1,2,3,4

Sila 4 dijiwai sila 1,2,3 dan menjiwai sila 5

Sila 3 dijiwai sila 1,2 dan menjiwai sila 4,5

Sila 2 dijiwai sila 1 dan menjiwai sila 3,4,5


Sila 1 menjiwai sila 1,2,3,4,5

Sila yang didepan mendasari, meliputi, dan menjiwai sila-sila dibelakangnya atau sila
dibelakang didiasari,diliputi, dan dijiwai sila-sila didepannya.

Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Kampus

Di indonesia kita tercinta ini masih banyak sekali mahasiswa yang tidak tahu mengenai
pancasila apa lagi tentang arti simbol-simbol yang berada di dada garuda. Apa lagi tentang
nilai pancasila yang selalu menjadi pedoman bangsa Indonesia yang menjadi idelogi banga,
yang menjadikan bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa yang lain. Ketika mahasiswa
masuk ke perguruan tinggi biasanya terbayangakan bahwa mereka di perguruan tinggi hanya
belajar pelajaran yang menjadi konsentrasinya melulu. Hal-hal itulah yang membuat
mahasiswa suka menghiraukan ilmu-ilmu kepancasilaan yang sudah mereka dapat dari mulai
Sekolah Dasar hingga Menengah . Jadi ilmu-ilmu yang mereka dapat selama itu seakan tidak
mereka bawa sampai perguruan tinggi, sehingga mahasiswa selalu mengabaikan pendidikan
pancasila yang sebenarnya sangat berarti karena pancasila itu juga dapat mengetahui karakter
mahasiswa bila mereka mengerti tetang pancasila itu sendiri. Norma yang ada pada pancasila
bila tidak perkenalkan kepada mahasiswa sejak awal masuk, akan berakibat hilangnya semua
tentang norma-norma yang berlaku di indoneisa, begitu juga nilai-nilai yang terkadung dalam
pancasila itu sendiri yang sangat berguna untuk kehidupan mahasiwa itu sendiri.

Tentang Sejarah

Apa jadinya negara ini jika mahasiwa sudah tidak memiliki pegangan nilai-nilai untuk
berperilaku seperti PANCASILA?. Mungkin gambaran mahasiswa Indonesia sekarang yang
penuh dengan kekerasan dan masalah merupakan jawaban dari pertanyaan tersebut. Pancasila
dan nilai-nilai luhurnya tidak lagi sakti dan cenderung tidak diamalkan bahkan dilupakan
setelah Orde Baru. Buktinya apa? Penghapusan 36 butir pengamalan Pancasila seperti yang
tertuang dalam P4 (Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila) pada TAP MPR No.
II/MPR/1978. Menurut TAP MPR No. II/MPR/1978, Pancasila disebut EKAPRASETIA
PANCAKARSA. Ekaprasetia Pancakarsa berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya
“TEKAD TUNGGAL UNTUK MELAKSANAKAN LIMA KEHENDAK”. TAP MPR No.
II/MPR/1978 tersebut sudah tidak berlaku lagi setelah dikeluarkannya TAP MPR No.
XVIII/MPR/1998. Dalam ketetapan MPR ini terdapat 45 butir pengamalan Pancasila. Dalam
hal lainnya, orang tua kita dahulu saat masih duduk di bangku sekolah dasar atau menengah,
orang tua kita masih dapat mengucapkan dengan lengkap 5 sila PANCASILA dengan benar,
bahkan ada pula yang hafal 36 butir P4. Sekarang Jika mereka disuruh untuk
menyebutkannya, Apakah mereka bisa menyebutkan seperti dahulu? Ya, memang kesaktian
Pancasila tidak dilihat dari hafal atau tidaknya kita dengan menyebut 5 sila tersebut dengan
benar, namun bukankah untuk mengamalkan sesuatu hal, kita perlu mengenal dan
menghafalkannya terlebih dahulu sehingga dapat dijadikan pedoman dalam bertingkah laku.
Dengan demikian mahasiswa tidak bisa melafalkan pancasiala dengan lancar karena sudah
hilang semua pengertian tentang pancasila. Oleh sebab itu harus ada pembelajaran yang lebih
mendalam untuk menggali nilai-nilai pancasila yang ada di dalam diri mahasiswa itu sendiri
Refleksi Pancasila Sebagai Sistem-Sistem Etika

Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan
mengapa kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung
jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua kelompok etika yaitu, Etika Umum dan Etika
Khusus.
1. Etika UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak
secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-
prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur
dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan
ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori teori.
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud :
Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan
khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar.

Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan nafas humanisme. Oleh


karena itu, Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja. Meskipun Pancasila
mempunyai nilai universal tetapi tidak begitu saja dengan mudah diterima oleh semua
bangsa. Perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai Pancasila secara sadar
dirangkai dan disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi sebagai basis perilaku politik
dan sikap moral bangsa.

Pancasila sebagai etika Tidak mengharuskan semua tingkah laku kita diatur oleh hukum
Contoh: berbicara kepada orang tua ( adat istiadat )
Tetapi apabila tidak ada hukum maka masyarakat akan berbuat kerusuhan ataupun kekacauan
dimana-mana.

Pengertian nilai dasar harus difahami bahwa nilai-nilai Pancasila harus dijadikan
sebagai pedoman dan sumber orientasi pengembangan kekaryaan setiap lulusan PT. Peran
nilai-nilai dalam setiap Sila Pancasila adalah sebagai berikut.

1. Nilai Ketuhanan dalam Sila Ketuhanan YME : melengkapi ilmu pengetahuan


menciptakan perimbangan antara yang rasional dan irasional, antara rasa dan akal. Sila ini
menempatkan manusia dalam alam sebagai bagiannya dan bukan pusatnya. Faham nilai
ketuhanan dalam Sila Ketuhanan YME, tidak memberikan ruang bagi faham ateisme,
fundamentalisme dan ekstrimisme keagamaan, sekularisme keilmuan, antroposentrisme
dan kosmosentrisme.

2. NIlai Kemanusiaan dalam Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab: memberi arah dan
mengendalikan ilmu pengetahuan. Pengembangan ilmu harus didasarkan pada tujuan awal
ditemukan ilmu atau fungsinya semula, yaitu untuk mencerdaskan, mensejahterakan, dan
memartabatkan manusia, ilmu tidak hanya untuk kelompok, lapisan tertentu.
3. Nilai Persatuan dalam Sila Persatuan Indonesia: mengkomplementasikan universalisme
dalam sila-sila yang lain, sehingga supra sistem tidak mengabaikan sistem dan sub sistem.
Solidaritas dalam subsistem sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan
individualitas, tetapi tidak mengganggu integrasi. Nilai Persatuan dalam Sila Persatuan
Indonesia sesnsinya adalah pengakuan kebhinnekaan dalam kesatuan: koeksistensi,
kohesivitas, kesetaraan, kekeluargaan, dan supremasi hukum.

4. Nilai Kerakyatan dalam Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, mengimbangi otodinamika ilmu pengetahuan dan
teknologi berevolusi sendiri dengan leluasa. Eksperimentasi penerapan dan penyebaran
ilmu pengetahuan harus demokratis dapat dimusyawarahkan secara perwakilan, sejak dari
kebijakan, penelitian sampai penerapan masal. Nilai Kerakyatan dalam Sila 4 ini esensinya
adalah menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi yang berkeadaban. Tidak memberi ruang
bagi faham egoisme keilmuan ( puritanisme, otonomi keilmuan), liberalisme dan
individualsime dalam kontek kehidupan.

5. Nilai Keadilan dalam Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menekankan
ketiga keadilan Aristoteles: keadilan distributif, keadilan kontributif, dan keadilan
komutatif. Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dan
masyarakat, karena kepentingan individu tidak boleh terinjak oleh kepentingan semu.
Individualitas merupakan landasan yang memungkinkan timbulnya kreativitas dan inovasi.

Anda mungkin juga menyukai