2. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan
menentukan tipe dari kista. Diantara bebraoa tipe kista ovarium, tipe folikuler merupakan
tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan
folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal
terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka
saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini
tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan cairan yang nantinya akan menjadi kista.
Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan
yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi
oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut. Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid
(Winjosastro : 1999 )
4. KLASIFIKASI
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan
progresterone diantaranya adalah :
a. Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam korteks.
b. Kista fungsional
a) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel
yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi.
Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
b) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah
ovulasi.
c) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada
mola hidatidosa.
d) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2) Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan
epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
b. Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari
suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang lain
c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal
ovarium)
d. Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid
e. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses pathogenesis
5. KOMPLIKASI
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker
ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas
namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau
deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang
berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur
menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus
menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya
kanker ovarium.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) USG
Hasil : Terdapat masa / benjolan di ovarium
2) Foto Rontgen
Hasil : Terjdi pembesaran ovarium, terdapat perdarahan
3) Pemeriksaan Mikroskopik
Hasil : Dinding kista dilapisi oleh epitel, sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar
dan berwarna gelap
4) Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan
kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau
mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
5) Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau fisiologis
pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas
ovarium dan menghilangkan kiste.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan
abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kiste yang
besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah
dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.
8. PATHWAY
9. PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama dengan yang lainnya.
Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase penyembuhan dan waktu granulasi
jaringan.
Fase-fase penyembuhan luka antara lain :
1) Fase I
Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak terbentuk fibrin yang
menumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari sel epitel bermigrasi lewat
luka dan membantu menutupi luka, kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan
menahan jahitan dengan baik.
2) Fase II
Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan ceruk
mulai kolagen serabut protein putih semua lapisan sel epitel bergenerasi dalam satu
minggu, jaringan ikat kemerahan karena banyak pembuluh darah. Tumpukan
kolagen akan menunjang luka dengan baik dalam 6-7 hari, jadi jahitan diangkat pada
fase ini, tergantung pada tempat dan liasanya bedah.
3) Fase III
Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah
menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas, terjadi
pada minggu ke dua hingga enam post operasi, pasien harus menjaga agar tak
menggunakan otot yang terkena.
4) Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien akan mengeluh, gatal
disekitar luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini menciut dan menjadi
tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur karena penciutan luka dan
akan terjadi ceruk yang berlapis putih.
B. KONSEP ASKEP
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta data
penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen,
menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada
pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
4) Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista ovarium.
5) Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk
tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
6) Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai
amenorhea.
4. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Kepala
1. Hygiene rambut
2. Keadaan rambut
b. Mata
1. Sklera : ikterik/tidak
2. Konjungtiva : anemis/tidak
3. Mata : simetris/tidak
c. Leher
1. pembengkakan kelenjer tyroid
2. Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
Gejala : merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok),
pemajanan abses
e. Neurosensori
Gejala: pusing, sinkope
f. Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemahan dan/ keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur
pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, misal : nyeri, ansietas,
berkeringat malam
g. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada pada perengahan kerja
Tanda : perubahan pada TD
h. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
i. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
j. Eliminasi, urinasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi. Misal, nyeri pada defekasi, darah pada
fesesPerubahan pada eliminasi urinarius. Miasal, nyeri atau rasa terbakar pada saat
berkemih, hematuria atau serin berkemih
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen
Gejala : kebiasaan diet buruk, ( misal; rendah serat tinggi lemak, aditif/bahan pengawet )
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada
tumor.
2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
3. Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan perawatan luka operasi yg kurang
adequat.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
5. Kurang pengetahuan tenang kondisi prognosi dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan rendahnya tingkat pendidikan dan tidak mengenal sumber informasi
6. Resiko gangguan BAB / BAK berhubungan dengan penekanan daerah sekitar tumor.
D. PERENCANAAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada tumor
Tujuan: Setelah diberi tindakan keperawatan ,nyeri berkurang sampai hilang sama sekali
Kriteria hasil : mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/terarasi, tampak santai
Intervensi :
a. Kaji tingkat dan intensitas nyeri.
c. Pantau TTV
R : respon autonomik meliputi perubahan pada TD, Nadi, dan pernapasan yang
luka
R : perdarahan pada jaringan, bengkak, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat
penatalaksanaannya.
Intervensi :
dirinya
R : teknik distraksi dengan mengalihkan perhatian pada hal-hal yang disukai dapat
3. Perubahan eliminasi urinarius atau retensi urinarius berhubungan dengan adanya udema
Tujuan : komplikasi tercegah atau minimal serta pola eliminasi kembali kekeadaan normal
Intervensi :
sedikit/kurang (<100ml)
R : presepsi kandung kemih, distensi kandung kemih diatas simpisis pubis menunjukkan
retensi urine
perineal
f. Kolaborasi :
R : edema dan pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandung kemih/retensi
Kriterii hasil : menunjukkan perfusi adekuat sesuai dengan bukti tanda vital stabil, nadi
teraba, pengisian kapiler baik, mental biasa, keluaran urine adekuat secara individual dan
bebas udema,
Intervensi :
a. Pantau tanda vital, palpasi nadi perifer dan perhatikan pengisian kapiler serta kaji
komplikasi
b. Inspeksi balutan dan pembalut perineal, perhatikan warna, jumlah dan bau drainase.
Timbang pembalut dan bandingkan dengan berat kering. Bila pasien mengalami
perdarahan hebat
mekanisme pembekuan
c. Ubah posisi pasien dan dorong batuk sering dan latihan napas dalam
d. Hindari posisi fowler tinggi dan tekanan dibawah lutut atau menyilangkan kaki
jaringan