Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM

A. TEORI KISTA OVARIUM


1. PENGERTIAN
Kista ovarium adalah suatu benjolan yang berada di ovarium yang dapat mengakibatkan
pembesaran pada abdomen bagian bawah dimana pada kehamilan yang disertai kista
ovarium seolah-olah terjadi perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar
(Prawirohardjo, 2012: 664).
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, jinak maupun
ganas(Wiknjosastro, 2012: 346).
Kista indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan
ovarium.Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah telur dilepaskan
sewaktu ovulasi (Yatim, 2013: 17).
Kista ovarium (kista indung telur)berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran
kecil, yang terletak di indung telur (ovarium) (Nugroho, 2012:101).

2. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan
menentukan tipe dari kista. Diantara bebraoa tipe kista ovarium, tipe folikuler merupakan
tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan
folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal
terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka
saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini
tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan cairan yang nantinya akan menjadi kista.
Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan
yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi
oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut. Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid
(Winjosastro : 1999 )

3. TANDA DAN GEJALA


1) Nyeri tekan pada perut baghian bawah
2) Perubahan pola eliminasi urin
3) Pembesaran jaringan ovarium
4) Kadang disertai pola menstruasi
5) Kadang disertai oedem
6) Cemas

4. KLASIFIKASI
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan
progresterone diantaranya adalah :
a. Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam korteks.
b. Kista fungsional
a) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel
yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi.
Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
b) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah
ovulasi.
c) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada
mola hidatidosa.
d) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2) Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan
epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
b. Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari
suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang lain
c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal
ovarium)
d. Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid
e. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses pathogenesis
5. KOMPLIKASI
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker
ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas
namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau
deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang
berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur
menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus
menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya
kanker ovarium.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) USG
Hasil : Terdapat masa / benjolan di ovarium
2) Foto Rontgen
Hasil : Terjdi pembesaran ovarium, terdapat perdarahan
3) Pemeriksaan Mikroskopik
Hasil : Dinding kista dilapisi oleh epitel, sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar
dan berwarna gelap
4) Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan
kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau
mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
5) Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau fisiologis
pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas
ovarium dan menghilangkan kiste.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan
abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kiste yang
besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah
dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.

8. PATHWAY
9. PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama dengan yang lainnya.
Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase penyembuhan dan waktu granulasi
jaringan.
Fase-fase penyembuhan luka antara lain :
1) Fase I
Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak terbentuk fibrin yang
menumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari sel epitel bermigrasi lewat
luka dan membantu menutupi luka, kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan
menahan jahitan dengan baik.
2) Fase II
Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan ceruk
mulai kolagen serabut protein putih semua lapisan sel epitel bergenerasi dalam satu
minggu, jaringan ikat kemerahan karena banyak pembuluh darah. Tumpukan
kolagen akan menunjang luka dengan baik dalam 6-7 hari, jadi jahitan diangkat pada
fase ini, tergantung pada tempat dan liasanya bedah.
3) Fase III
Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah
menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas, terjadi
pada minggu ke dua hingga enam post operasi, pasien harus menjaga agar tak
menggunakan otot yang terkena.
4) Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien akan mengeluh, gatal
disekitar luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini menciut dan menjadi
tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur karena penciutan luka dan
akan terjadi ceruk yang berlapis putih.

B. KONSEP ASKEP
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta data
penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen,
menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada
pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
4) Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista ovarium.
5) Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk
tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
6) Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai
amenorhea.
4. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Kepala
1. Hygiene rambut
2. Keadaan rambut
b. Mata
1. Sklera : ikterik/tidak
2. Konjungtiva : anemis/tidak
3. Mata : simetris/tidak
c. Leher
1. pembengkakan kelenjer tyroid
2. Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
Gejala : merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok),
pemajanan abses
e. Neurosensori
Gejala: pusing, sinkope
f. Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemahan dan/ keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur
pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, misal : nyeri, ansietas,
berkeringat malam
g. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada pada perengahan kerja
Tanda : perubahan pada TD
h. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
i. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
j. Eliminasi, urinasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi. Misal, nyeri pada defekasi, darah pada
fesesPerubahan pada eliminasi urinarius. Miasal, nyeri atau rasa terbakar pada saat
berkemih, hematuria atau serin berkemih
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen

k. Makanan dan cairan

Gejala : kebiasaan diet buruk, ( misal; rendah serat tinggi lemak, aditif/bahan pengawet )

anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan, perubahan pada BB, penurunan BB yang

hebet, kakeksia, berkurangnya massa otot

Tanda : perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema


5. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat umur,
baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
6. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.
7. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium sebagai penghasil
ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada klien dengan kista ovarium
yang ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin
hamil/punya keturunan.
8. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur karena
merasa nyeri

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada
tumor.
2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
3. Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan perawatan luka operasi yg kurang
adequat.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
5. Kurang pengetahuan tenang kondisi prognosi dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan rendahnya tingkat pendidikan dan tidak mengenal sumber informasi
6. Resiko gangguan BAB / BAK berhubungan dengan penekanan daerah sekitar tumor.

D. PERENCANAAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada tumor

Tujuan: Setelah diberi tindakan keperawatan ,nyeri berkurang sampai hilang sama sekali

Kriteria hasil : mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/terarasi, tampak santai

Intervensi :
a. Kaji tingkat dan intensitas nyeri.

R :mengidentifikasi lingkup masalah

b. Atur posisi senyaman mungkin

R : Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri

c. Pantau TTV

R : respon autonomik meliputi perubahan pada TD, Nadi, dan pernapasan yang

berhubungan dengan keluhan atau penghilangan nyeri. Abnormalitas TTV terus-

menerua memerlukan evaluasi lebih lanjut

d. Kaji insisi bedah, perhatikan edema, perhatikan kontur luka/inflamasi/mengeringya tepi

luka

R : perdarahan pada jaringan, bengkak, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat

menyebabkan peningkatan nyeri insisi

e. Ajarkan dan lakukan tehnik relaksasi.

R : Merelaksasi otot – otot tubuh

f. Kolabarasi untuk pemberian terapi analgesik.

R : menghilangkan rasa nyeri

2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan

penatalaksanaannya.

Tujuan : Gangguan rasa nyaman cemas berkurang.

Kriteria hasil : klien bisa beristirahat

Intervensi :

a. Kaji dan pantau terus tingkat kecemasan klien.

R : mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan selanjutnya

b. Berikan penjelasan tentang semua permasalahan yang berkaitan dengan penyakitnya.


R : Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu tentang keadaan

dirinya

c. Ajarkan teknik distraksi

R : teknik distraksi dengan mengalihkan perhatian pada hal-hal yang disukai dapat

mengurangi tingkat kecemasan pasien.

d. Bina hubungan yang terapeutik dengan klien.

R : Hubungan yang terapeutik dapat menurunkan tingkat kecemasan klien.

3. Perubahan eliminasi urinarius atau retensi urinarius berhubungan dengan adanya udema

jaringan lokal dan paralisis saraf

Tujuan : komplikasi tercegah atau minimal serta pola eliminasi kembali kekeadaan normal

Kriteria hasil : mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas

Intervensi :

a. Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine

R : mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah

sedikit/kurang (<100ml)

b. Palpasi kandung kemih

R : presepsi kandung kemih, distensi kandung kemih diatas simpisis pubis menunjukkan

retensi urine

c. Berikan tindakan berkemih rutin

R : meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih

d. Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter

R : meningkatkan kebersihan menurunkan resiko ISK asenden

e. Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan dan bau


R : retensi urine, drainase vaginal dan kemungkinan adanya kateter intermitten/tak

menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan

perineal

f. Kolaborasi :

- Berikan pemasangan kateter bila diindikasikan

R : edema dan pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandung kemih/retensi

kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih

- Dekompresi kandung kemih dengan perlahan

R : bila jumlah besar urine terakumulasi, dekompresi kandung kemih sepat

menghilangkan tekanan pembuluh pelvis meningkatkan penggumpulan vena

4. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia

Tujuan : tidak terjadi perubahan perfusi jaringan

Kriterii hasil : menunjukkan perfusi adekuat sesuai dengan bukti tanda vital stabil, nadi

teraba, pengisian kapiler baik, mental biasa, keluaran urine adekuat secara individual dan

bebas udema,

Intervensi :

a. Pantau tanda vital, palpasi nadi perifer dan perhatikan pengisian kapiler serta kaji

keluaran/karakteristik urine. Evaluasi perubahan mental

R : indikator keadekuatan perfusi sistemik, kebutuhan cairan/darah dan terjadinya

komplikasi

b. Inspeksi balutan dan pembalut perineal, perhatikan warna, jumlah dan bau drainase.

Timbang pembalut dan bandingkan dengan berat kering. Bila pasien mengalami

perdarahan hebat

R : memperkirakan pembuluh darah besar untik sisi operasi dan/potensial perubahan

mekanisme pembekuan
c. Ubah posisi pasien dan dorong batuk sering dan latihan napas dalam

R : mencegah statis sekresi dan komplikasi pernapasan

d. Hindari posisi fowler tinggi dan tekanan dibawah lutut atau menyilangkan kaki

R : meninbulkan statis vena dengan meningkatkan kongesti pelvik dan pengumpalan

darah dalam ekstremitas, potensial resiko pembentukan thrombus

e. Periksa tanda hormon, perhatikan eritema, pembengkakan ekstremitas atau keluhan

nyeri dada tiba-tiba pada dyspnea

R : mungkin indikasi terjadinya tromboflebitis/emboli paru

f. Pakaiakan stoking antiemboli

R : membantu aliran balik vena, menurunkan statis dan resiko thrombosis

g. Kolaborasiberikan cairan IV, produk darah sesuai indikasi

R : menggantikan kehilangan darah dan mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi

jaringan

Anda mungkin juga menyukai