Anda di halaman 1dari 13

JURNAL MAGISTRA

Volume 5 - Nomor 1, Januari 2018, (000-000)


Available online at http://ejournal.unmus.ac.id/index.php/magistra

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA


MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA PAPUA KELAS VII DI
SMPN SATAP 4 MERAUKE

Riska Suliantin
Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan-Universitas Musamus
Email: riska201484202005@gmail.com
Hariani Fitrianti
Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan-Universitas Musamus
Email: markuspalobo@unmus.ac.id
Murni Sianturi
Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan-Universitas Musamus
Email: murni@unmus.ac.id

Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif bersifat kulitatif yang bertujuan untuk
menganalisis jenis kesalahan dan penyebab kesalahan yang dilakukan siswa Papua dengan tipe
gaya kognitif Field Independent (FI) dan Field Dependent (FD) dalam menyelesaikan soal cerita
matematika berdasarkan Newman’s Error Analysis (NEA) pada kelas VII. Newman’s Error
Analysis terdiri dari lima tahap yaitu membaca (reading), memahami (comprehension),
melakukan proses (process skill), dan pengkodean (encoding). Subjek penelitian ini adalah dua
siswa Papua yaitu subjek FD dan subjek FI yang diambil dari kelas VII SMPN Satap 4 Merauke.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes berupa gruop emdedded figure test
(GEFT) untuk mengukur gaya kognitif siswa dan tes menyelesaikan soal cerita. teknik non tes berupa,
observasi dan wawancara. Keabsahan data menggunakan triangulasi metode, sedangkan teknik
analisis data menggunakan reduksi, penyajian data, dan verifikasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kesalahan Subjek FD yaitu pada tahap (1)
membaca masalah (reading), (2) memahami masalah (comprehension), (3) transformasi
(transformation), (4) keterampilan proses (process skills), dan (5) pengkodean (encoding).
Sedangkan jenis kesalahan subjek FI yaitu pada tahap (1) memahami (comprehension), (2)
transformasi (transformation), (3) melakukan proses (process skill) dan (4) pengkodean
(encoding). Penyebab kesalahan yang terjadi pada tahap membaca masalah adalah bahwa siswa
belum dapat menentukan informasi penting dalam soal karena hanya berfokus pada bilangan
saja; Sedangkan pada memahami masalah, siswa belum dapat menjelaskan bagian-bagian dari
hal yang diketahui dan ditanyakan dengan benar; Pada tahap transformasi, siswa tidak menguasai
dengan baik rumus yang digunakan untuk menyelesaikan soal; Pada tahap keterampilan proses,
siswa kurang memahami beberapa prosedur operasi matematika dengan baik, dan pada tahap
pengkodean, siswa tidak terbiasa membuat kesimpulan atas jawaban yang diperoleh.
Kata Kunci: Soal Cerita, Analisis Kesalahan Newman, Gaya Kognitif
ERROR ANALYSIS IN SOLVING MATHEMATICAL WORD PROBLEM BASED ON
COGNITIVE STYLE OF PAPUAN STUDENTS IN SEVEN GRADE OF PUBLIC
JUNIOR HIGH SCHOOL SATAP 4 MERAUKE
Abstract: This study aimed to analyze the types of errors and causes of errors committed
by Papuan students with Field Independent (FI) cognitive styles and Field Dependent (FD) in
solving word problems based on Newman's Error Analysis (NEA) in seven grade. Newman's
Error Analysis consists of five stages, namely reading, comprehension, process skill, and
encoding. The subjects of this study were two Papuan students who devided into the FD subject
and the FI subject selected from Seven Grade of Public Junior High School (SMPN Satap 4
Merauke). This study applied description and research approach used two kinds of test. Such as
word problems and GEFT test to measure students' cognitive style. Data emsisted of test,
interview and observasi. While data analysis techniques use data reduction data presentation and
verification.
The results of this study indicate that the types of errors of FD subjects are at the stage of
(1) reading the problem, (2) understanding the problem, (3) transformation, (4) process skills,
and ( 5) encoding. While the type of FI subject errors are in the stage (1) comprehension, (2)
transformation, (3) doing the process skill and (4) encoding. The causes of each of errors that
occur at the stage of reading the problems is that students have not been able to determine
important information in the problem because it only focuses on numbers; While in
understanding the problem, students have not been able to explain the parts of things that are
known and asked correctly; In the transformation stage, students do not master the formula that
is used to solve the problem well; At the process skill stage, students do not understand some of
the mathematical operating procedures well, and at the encoding stage, students are not used to
making conclusions on the answers obtained.
Keywords: Story Problem, Newman Error Analysis, Cognitive Style.
How to Cite: Suliantin, R (2018). Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Ditinjau dari
Gaya Kognitif Siswa Papua Kelas VII di SMPPN Satap 4 Merauke. Jurnal Riset Pendidikan Matematika. 3(2), 234-
244. doi:http://dx.doi.org/10.21831/jrpm.v3i2.9369
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21831/jrpm.v3i2.9369

PENDAHULUAN sains dan matematika. Selain itu, adanya


Beberapa wilayah di Indonesia stigma terhadap orang-orang Papua tanpa
khususnya didaerah perbatasan dalam berinteraksi langsung dengan orang Papua
penyelenggaraan pendidikan masih terdapat menambah masalah khususnya siswa Papua
berbagai permasalahan. Salah satunya yaitu dalam hal pendidikan. Stigma ini seperti
di provinsi Papua. Dalam penelitian yang yang dikutip berdasarkan artikel pusat
dilakukan Pieter (2016: 2) bahwa secara penelitian dan politik LIPI (2016) bahwa
nasional kondisi penguasaan sains dan banyak orang mengartikan Papua sebatas
matematika siswa di Papua berada di titik “hitam, keriting, bodoh, jahat, perampok”
terendah, berada pada peringkat 33 dari 34 tanpa dasar. Namun demikian, banyak
provinsi. Fakta tersebut menunjukkan betapa artikel yang telah membuktikan bahwa tidak
murid-murid sekolah dipedalaman Papua sedikit anak-anak asli Papua yang telah
mengalami ketidakberdayaaan pada bidang memiliki prestasi yang luar biasa baik pada
tingkat nasional dan internasional (Sampari, berkaitan dengan cara seseorang memproses
2015). Seperti yang diungkapkan oleh Prof. dan mengorganisasi informasi yang
Yohanes Surya PhD (Surya, 2014) mengenai diberikan oleh lingkungannya atau dalam
keberhasilan siswa Papua di bidang istilahnya disebut dengan gaya kognitif.
pendidikan. Gaya kognitif merupakan salah satu karakter
Terlepas dari beberapa contoh anak didik yang sangat penting dan
keberhasilan anak Papua, masih perlu berpengaruh terutama terhadap pencapaian
adanya perhatian khusus terhadap apa yang prestasi belajar mereka (Slameto, 2003:160).
menyebabkan siswa-siswa Papua masih
Oleh karena itu, penulis mendiagnosis
kurang dalam hal pendidikan terutama
awal bahwa ada perbedaan gaya kognitif
dalam pengembangan dibidang ilmu
pada siswa Papua sehingga penting untuk
pengetahuan dan teknologi dengan tujuan
mengetahui gaya kognitif mereka. Untuk
agar lebih banyak lagi siswa-siswa Papua
mengajarkan matematika formal
yang berhasil di bidang pendidikan dengan
(matematika sekolah), menurut Tandaliling
cara mencari solusi yang efektif dalam
(2014: 194) guru sebaiknya memulai dengan
menanggulangi faktor penyebabnya.
matematika yang tidak formal yang
Menurut Wulandari (2009: 18) salah satu
diterapkan oleh anak dimasyarakat atau
usaha untuk meningkatkan kemampuan
dalam kehidupan sehari-hari.
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah meningkatkan kemampuannya dalam Permasalahan dalam kehidupan sehari-
bidang matematika. hari yang terkait dengan matematika
Berdasarkan pengalaman penulis saat biasanya dituangkan dalam soal cerita.
menjalani program KKN disalah satu Pemberian soal cerita dimaksudkan untuk
kampung lokal di Papua yaitu kampung mengenalkan kepada siswa dalam
domande yang mayoritas penduduknya menyelesaikan masalah matematika dalam
merupakan orang Papua. Diperoleh bahwa kehidupan sehari-hari. Selain itu, diharapkan
siswa Papua baik siswa SD dan SMP di sana dapat menimbulkan rasa senang siswa untuk
masih mengalami kesulitan dalam belajar matematika karena mereka
pembelajaran disekolah khususnya dalam menyadari pentingnya matematika dalam
operasi dasar berhitung matematika. Adapun kehidupan sehari-hari (Rokhimah, 2015: 2).
penyebab dari permasalahan tersebut ialah Namun, dalam hasil wawancara dengan guru
kurangnya perhatian terhadap karakteristik bidang studi diperoleh bahwa siswa Papua di
siswa Papua. Hal ini diketahui dari sikap SMPN Satap 4 Senayu khususnya dalam
siswa Papua disana pada saat diberikan menyelesaikan soal cerita matematika masih
bimbingan belajar (Bimbel) dimana siswa mengalami kesulitan. Hal ini ditunjukkan
lebih mudah memahami apa yang dengan adanya kesalahan-kesalahan yang
disampaikan ketika diajarkan di alam dilakukan siswa yaitu belum mampu
terbuka dengan media disekitar mereka dan menentukan apa yang diketahui dan
harus terus dibimbing dalam menyelesaikan ditanyakan dalam soal. Yang mana hal
suatu permasalahan matematika. Hal ini tersebut merupakan salah satu indikator
kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita Dalam penelitian ini subjek penelitian
menurut prosedur Newman (Trapsilo, 2016: diambil dari 9 siswa Papua yang telah
7). Sehingga perlu adanya penyelidikan diberikan tes GEFT, dengan teknik
terhadap kesalahan-kesalahan tersebut untuk purposive sampling dengan
mengetahui penyebab kesalahan agar mempertimbangkan beberapa kriteria
nantinya siswa tidak mengulangi kesalahan pemilihan subjek penelitian. Sehingga
tersebut. Selain itu, dalam menganalisis diperoleh dua subjek penelitian untuk
kesalahan sangat perlu diperhatikan juga dianalisis lebih lanjut mengenai jenis dan
gaya kognitif yang ada pada siswa penyebab kesalahan siswa Papua dalam
khususnya siswa Papua. menyelesaikan soal cerita matematika
ditinjau dari gaya kognitifnya.
Sehingga akan merujuk kepada
penggunaan strategi dan metode yang efektif Teknik pengumpulan data pada
dalam proses pembelajaran yang sesuai penelitian ini terdiri dari teknik tes dan
dengan keadaan dan karakteristik siswa nontes. Teknik tes meliputi tes GEFT yaitu
yang tentunya berbeda-beda setiap siswa untuk mengidentifikasi gaya kognitif dengan
(Sianturi, Chiang, & Hurit, 2018: 311). membagi siswa Papua dalam tipe field
Adapun cara untuk mendeskripsikan dan dependent dan field independent. GEFT
menganalisis kesalahan yang dilakukan terdiri dari tiga bagian, bagian I terdiri dari 7
siswa dalam menyelesaikan soal cerita soal, sedangkan bagian II dan III masing-
dalam penulisan ini didasarkan pada masing terdiri dari 9 soal. Bagian I
prosedur Newman atau lebih dikenal dengan merupakan latihan agar familiar dengan tes
nama NEA (Newman error Analysis) dan GEFT tersebut dengan alokasi waktu
sudah banyak di gunakan di banyak Negara penyelesaian 3 menit. Bagian II dan III
Asia-Pasifik dan penerapannya terbukti merupakan bagian inti dari tes GEFT dengan
menjadi alat diagnostik yang kuat untuk alokasi waktu penyelesaian masing-masing
menilai dan menganalisis kesalahan dan bagian 6 menit sehingga total waktu
kesulitan siswa yang mengalami masalah penyelesaian maksimal 15 menit. GEFT
dalam menyelesaikan soal cerita (Karnasih, merupakan tes standar yang memiliki skala
2015:43). tetap dengan skor 0 sampai 18 dimana setiap
METODE PENELITIAN jawaban yang benar diberi skor 1 poin dan
jawaban yang salah diberi skor 0 poin
Penelitian yang dilakukan merupakan
(Puspananda & Suriyah, 2017: 226). Skor
jenis penelitian deskriptif bersifat kualitatif.
maksimum yang dihitung dari instrumen
Penelitian ini dilakukan di SMPN Satap 4
GEFT adalah 18 dan skor minimum 0 poin.
Merauke yang beralamat di Jl. Trans Irian
Jika total skor akhir ≤ 9 maka
Soa Senayu distrik Tanah Miring, Provinsi
dikategorikan FD dan jika skor akhir > 9
Papua. Penelitian ini dilaksanakan pada
maka dikategorikan FI.
bulan Mei-Juni semester genap tahun ajaran
Untuk tes soal cerita matematika
2017/2018.
diberikan untuk menganalisis jenis dan
penyebab kesalahan yang dilakukan siswa
Papua dalam menyelesaikan soal tersebut. Berdasarkan hasil tes GEFT terhadap 9
Soal tes yang diberikan melingkupi materi siswa Papua, diperoleh 2 subjek penelitian
aritmatika sosial. Sedangkan teknik nontes sesuai dengan kategori gaya kognitifnya.
terdiri dari observasi dan wawancara. Dalam Dengan subjek tipe gaya kognitif field
penelitian ini, observasi yang digunakan independent (FI) disebut dengan SFI dan
adalah observasi partisipatif dengan jenis tipe field dependent (FD) disebut dengan
observasi partisipasi pasif. Adapun hal-hal SFD.
yang diobservasi mengacu pada fokus dari Tabel 1. Subjek Penelitian yang Terpilih
penelitian ini yaitu menganalisis tipe Tipe Gaya
Inisial Nilai Tes
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal Kognitif
cerita matematika berdasarkan gaya kognitif SFD Field
pada siswa Papua di SMPN Satap 4 Dependent 1
(FD)
Merauke.
SFI Field
Sedangkan wawancara dilakukan setelah Independent 13
pemberian tes oleh peneliti kepada subjek (FI)
penelitian. Jenis wawancara yang digunakan
adalah wawancara semiterstruktur. Pedoman Berikut analisis jenis dan penyebab
wawancara berpatokan pada langkah- kesalahan siswa Papua dalam menyelesaikan
langkah analisis kesalahan berdasarkan soal cerita matematika ditinjau dari gaya
tahapan Newman. Pertanyaan pada setiap kognitifnya.
tahapan kesalahan dalam menyelesaikan
masalah Newman tersebut dapat
berkembang sesuai dengan jawaban yang 1. Analisis Kesalahan SFD
diberikan oleh subjek. Pengembangan Tabel 2. Jenis Kesalahan SFD Soal Nomor 1
pertanyaan tersebut bertujuan agar dapat
memperoleh informasi yang mendalam Jenis
Letak Kesalahan
Kesalahan
mengenai kesalahan siswa Papua dalam
Transforma 1. Tidak dapat menentukan
menyelesaikan soal cerita matematika. si apa yang ditanyakan
Analisis data dalam penelitian ini, terdiri 2. Salah dalam memaknai
dari 3 tahap yaitu reduksi data, penyajian beberapa prosedur
data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan operasi pembagian
untuk keabsahan data dalam penelitian ini 11
 3.000 yang
meliputi, uji kredibilitas yaitu dengan teknik 33.000
trangulasi teknik dan triangulasi waktu. Uji seharusnya
33.000
transferability yaitu , uji dependability, dan  3.000
uji confirmability. 11
3. Tidak memproses lebih
lanjut informasi yang
HASIL DAN PEMBAHASAN telah diperoleh dari soal.
Hasil Penelitian Keterampil 1. Belum menentukan
an Proses jawaban akhir terhadap
pertanyaan dalam soal
2. Salah dalam melakukan Transformasi Tidak dapat menentukan
perhitungan sehingga penyelesaian soal
memperoleh hasil yang Keterampilan 1. Tidak menuliskan
salah pula. Proses jawaban
Penarikan 1. Belum mampu 2. Salah dalam
Kesimpulan memberikan kesimpulan melakukan
terhadap hasil akhir yang perhitungan
telah diperoleh. Penarikan 1. Tidak dapat
2. Salah dalam memperoleh Kesimpulan memperoleh jawaban
jawaban akhir akhir
2. Belum mampu dalam
Tabel 3. Jenis Kesalahan SFD soal Nomor 2 menentukan
kesimpulan atas
Jenis jawaban akhir dan
Letak Kesalahan
Kesalahan kesimpulannya.
Membaca Salah menuliskan
Masalah informasi 25% sebagai
keuntungan bukan
2. Analisis Kesalahan SFI
sebagai persentase
untung, perseratus dan Tabel 5. Jenis Kesalahan SFI Soal Nomor 1
nilai mangga. Jenis Letak Kesalahan
Transformasi belum dapat menentukan Kesalahan
langkah penyelesaian soal Memahami Masih salah dalam
Keterampilan Salah dalam Masalah menuliskan Rp.7.000
Proses mengoperasikan beberapa yang hanya ditulis Rp.7
bilangan yang terdapat dan Rp.15.000 hanya
dalam penyelesaian soal. ditulis Rp.15
Penarikan Belum mampu dalam Keterampilan 1. Belum menentukan
Kesimpulan menentukan kesimpulan Proses jawaban akhir
atas jawaban akhir yang terhadap pertanyaan
diperoleh dalam soal
2. Salah dalam
Tabel 4. Jenis Kesalahan SFD Soal Nomor 3 melakukan
perhitungan sehingga
Jenis
Letak Kesalahan memperoleh hasil
Kesalahan
yang salah pula.
Membaca Salah dalam membaca
Masalah informasi penting yang
terdapat dalam soal. Tabel 6. Jenis Kesalahan SFI Soal Nomor 2
Memahami 1. Tidak menuliskan Jenis Letak Kesalahan
Masalah apa yang diketahui Kesalahan
dan dituliskan Memahami Salah menyebutkan
2. Salah dalam Masalah makna nilai
menyebutkan makna Rp.250.000,00 sebagai
dari apa yang nilai harga kerugian yang
diketahui seharusnya merupakan
harga penjualan. dilakukan subjek SFD dalam menyelesaikan
Transformasi belum dapat menentukan soal cerita berdasarkan prosedur Newman,
langkah penyelesaian soal yaitu: kesalahan dalam membaca masalah,
Keterampilan 1. Tidak menuliskan kesalahan memahami, kesalahan
Proses jawaban dan salah
transformasi, kesalahan keterampilan proses
dalam
mengoperasikan serta kesalahan penarikan kesimpulan.
beberapa bilangan Penyebab SFD melakukan kesalahan
yang terdapat dalam
membaca masalah adalah masih mengalami
penyelesaian soal.
Penarikan Belum mampu dalam kesulitan dalam menentukan informasi
Kesimpulan menentukan kesimpulan penting dalam soal karena siswa cenderung
atas jawaban akhir terfokus terhadap bilangan saja. Menurut
Bell ( Karnasih, 2015: 40) dalam
Tabel 7. Jenis Kesalahan SFI Soal Nomor 3 penelitiannya menyatakan bahwa anak
Jenis Letak Kesalahan sering melakukan kesalahan dalam
Kesalahan menyelesaikan soal cerita karena mereka
Membaca Belum tepat dalam sering menghindari membaca teks soal
Masalah menuliskan kembali cerita dan mencoba menyelesaikan masalah
informasi penting yang dengan berfokus hanya pada bilangan yang
terdapat dalam soal. ada dalam masalah. Namun, dalam
Memahami Kurang lengkap dalam penelitian ini subjek tidak melakukan
Masalah menyebutkan makna nilai
kesalahan membaca masalah apabila
dari Rp.800.000,00
sebagai nilai Doni permasalahan dalam soal cerita berkaitan
menabung yang lebih dengan apa yang dialami siswa dalam
tepatnya merupakan kehidupan sehari-hari.
modal awal Doni Sedangkan untuk penyebab subjek
menabung di Bank. melakukan kesalahan memahami masalah
Transformasi Tidak dapat menentukan adalah siswa kurang memahami istilah-
penyelesaian soal
istilah dalam langkah penyelesaian soal
Keterampilan Salah dalam melakukan
Proses perhitungan cerita seperti diketahui dan ditanyakan,
Penarikan Belum mampu dalam siswa cenderung terfokus terhadap bilangan
Kesimpulan menentukan kesimpulan yang terdapat dalam soal dan tidak
atas jawaban akhir memahami apa makna dari bilangan
tersebut. Dalam penelitian Sughesti (2016:
Pembahasan 565) penyebab siswa melakukan kesalahan
Adapun deskripsi hasil penelitian telah memahami masalah disebabkan siswa tidak
diuraikan sebagai berikut: mampu memahami apasaja yang diketahui
Jenis Dan Penyebab Kesalahan Subjek dalam soal dengan lengkap begitu juga
SFD dengan yang diketahui karena siswa kurang
Berdasarkan hasil analisis dari memahami apa istilah-istilah tersebut.
penelitian ini, adapun jenis kesalahan yang Sedangkan dalam penelitian Hartini (2008)
Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui Sedangkan untuk tahap penarikan
dan ditanyakan dalam soal karena tidak kesimpulan disebabkan oleh subjek tidak
mengetahui informasi penting yang terbiasa membuat kesimpulan untuk
diperoleh secara lengkap dalam soal. jawaban soal yang diperoleh, lupa dalam
Untuk tahap transformasi subjek juga membuat kesimpulan karena sudah
melakukan kesalahan yang disebabkan oleh menuliskan hasil akhirnya. Dalam hasil
siswa tidak mengetahui langkah lebih lanjut penelitian Wijaya (2018) penyebab
atau rumus penyelesaian yang digunakan kesalahan yang dilakukan siswa pada tahap
untuk menjawab pertanyaan soal serta akibat pengkodean adalah siswa tidak mengerti
kesalahan pada tahap sebelumnya. Dalam bagaimana menuliskan kesimpulan,
penelitian Nursyafa’at (2014) menyatakan dikarenakan guru kurang menekankan pada
bahwa siswa melakukan kesalahan akhir setiap hasil jawaban harus memberi
transformasi karena tidak dapat menyusun kesimpulan.
informasi yang diperoleh kedalam kalimat Jenis Dan Penyebab Kesalahan Subjek
matematika dan belum menguasai langkah- SFI
langkah dalam menjawab soal. Kemudian Berdasarkan hasil analisis dari
dalam penelitian Putri (Wijaya, 2018) penelitian ini, adapun jenis kesalahan yang
menyatakan bahwa kesalahan yang dilakukan subjek SFI dalam menyelesaikan
dilakukan pada tahap transformasi adalah soal cerita berdasarkan prosedur Newman,
membuat pemodelan dan memilih strategi yaitu: kesalahan dalam kesalahan
penyelesaian kesalahan yang diawali dengan memahami, kesalahan transformasi,
penentuan variabel yang kurang tepat kesalahan keterampilan proses serta
sehingga menyebabkan siswa salah dalam kesalahan penarikan kesimpulan.
membuat pemodelan.
Penyebab SFI melakukan kesalahan
Untuk penyebab kesalahan pada tahap
memahami masalah yaitu siswa terbiasa
keterampilan proses adalah siswa masih
tidak menuliskan apa yang diketahui dan
mengalami kesulitan dalam pengoperasian
ditanyakan dalam soal karena menganggap
bilangan apabila bilangannya telah mencapai
akan memakan banyak waktu pengerjaan
ribuan, pada operasi pembagian siswa tidak
soal apabila menuliskannya. Selain itu,
dapat membedakan mana penyebut dan
subjek terbiasa tidak menuliskan symbol
pembilang. Dalam penelitian Hartini
untuk ribuan secara lengkap. Pernyataan ini
(Nursyafa’at: 2014, 183) faktor penyebab
sejalan dengan pendapat Nursyafa’at (2016)
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
yang menyatakan bahwa faktor kesalahan
cerita matematika yaitu kurangnya
yang dilakukan siswa dengan tipe gaya
pemahaman yang kuat akan kompetensi
kognitif field independent dalam
dasar yang diperlukan untuk menyelesaikan
mengerjakan soal cerita adalah terbiasa
soal, kekurangtelitian siswa dalam
dengan tidak melengkapi apa yang diketahui
melakukan perhitungan dan kurangnya
dan ditanyakan, siswa beranggapan bahwa
pemahaman siswa akan materi prasyarat
dengan menggabungkan antara apa yang
yang diperlukan untuk menyelesaikan soal.
ditanyakan dengan kesimpulan dapat
meringkas jawaban dan mempercepat proses keterampilan proses dikarenakan subjek
pengerjaannya. Demikian pula, pada masih mengalami kesulitan dalam
penelitian Hartini (2007) yang menyatakan pengoperasian bilangan bulat apabila
bahwa siswa kurang lengkap menuliskan bilangannya telah mencapai ribuan serta
apa yang diketahui dan tidak menulis apa kurang memahami istilah-istilah matematika
yang ditanyakan dalam soal. Hal ini terjadi seperti substitusi, variabel dan konstanta.
karena siswa menganggap penulisan itu Penyataan ini didukung oleh hasil penelitian
terlalu lama dan lebih memilih untuk Hidayat (2013) mengatakan bahwa siswa
menyingkatnya. melakukan kesalahan keterampilan proses
Pada tahap transformasi SFI juga dikarenakan siswa kurang teliti dalam
masih melakukan kesalahan yang operasi hitung aljabar dan siswa kurang
disebabkan oleh siswa tidak mengetahui memahami beberapa operasi bentuk aljabar.
langkah lebih lanjut atau rumus Kemudian dalam penelitian Suparman
penyelesaian yang digunakan untuk (Nurusafa'at, 2014: 183) kesalahan yang
menjawab soal. Dan juga siswa lupa dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal
penyelesaian yang harus digunakan cerita antara lain kesalahan dalam
walaupun sebelumnya sudah diajarkan oleh menemukan jawaban melalui komputasi
guru. Selain itu, kesalahan pada tahap (perhitungan) yang disebabkan oleh
sebelumnya juga merupakan penyebab kurangnya pemahaman terhadap beberapa
subjek masih melakukan kesalahan prosedur operasi bilangan.
transformasi. Pernyataan ini sejalan dengan Untuk tahap penarikan kesimpulan
penelitian Wulandari (2010) bahwa subjek masih mengalami kesalahan yang
penyebab siswa melakukan kesalahan dalam disebabkan oleh kesalahan dari tahap
transformasi yaitu siswa tidak dapat sebelumnya yaitu keterampilan proses.
mentransfer apa yang diketahui kedalam Subjek tidak mendapatkan jawaban yang
pemodelan matematika. Hal ini disebabkan benar sehingga pada penarikan kesimpulan
karena siswa merasa kesulitan dan tidak subjek juga memperoleh jawaban dan
terbiasa membuat pemodelan matematika kesimpulan yang salah. Selain itu, siswa
pada waktu mengerjakan soal. Sedangkan masih kesulitan dalam menyusun jawaban
menurut Singh (2010) dalam penelitiannya yang diperoleh kedalam bentuk kalimat
salah satu kesalahan yang sering dilakukan matematika. Dalam penelitian Nursyafa’at (
dalam menyelesaikan masalah dalam soal 2014: 180) faktor penyebab kesalahan siswa
cerita terjadi pada tahap transformasi. Hal dalam mengerjakan soal cerita matematika
ini disebabkan oleh, siswa mengalami antara lain karena tidak bisa menyusun
kesulitan dalam memahami kosa kata dan makna atau kata yang dipikirkan kedalam
symbol matematika akibatnya siswa tidak bentuk kalimat matematika, kurang teliti dan
dapat mengubahnya kedalam permodelan lupa. Sedangkan dalam penelitian Budiyono
matematika. (2008) menyatakan bahwa salah satu
Sedangkan penyebab subjek penyebab siswa melakukan kesalahan dalam
melakukan kesalahan pada tahap penarikan kesimpulan adalah serangkaian
kesalahan yang dilakukan akibat dari melakukan aktivitas logis tertentu tetapi
kesalahan yang telah dilakukan pada tahap hanya dalam situasi yang konkrit (nyata).
sebelumnya. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan
Faktor Lainnya dengan suatu masalah secara verbal, yaitu
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia
bahwa terdapat beberapa faktor-faktor lain belum mampu untuk menyelesaikan masalah
yang dapat mempengaruhi gaya kognitif ini dengan baik. Oleh karena itu, siswa
baik pada siswa dengan tipe gaya kognitif Papua lebih banyak melakukan kesalahan
FD maupun FI. Sehingga berdampak pada dalam menyelesaikan soal cerita matematika
kemampuan serta kesalahan yang dilakukan apabila soal tersebut belum pernah dialami
siswa dalam menyelesaikan soal cerita secara langsung oleh siswa dalam kehidupan
matematika, yaitu: sehari-hari.
a. Pengaruh usia terhadap perkembangan b. Kurangnya pengulangan kembali oleh siswa
kognitif serta pemprosesan informasi dalam Papua terhadap pelajaran yang diperoleh di
diri siswa. Untuk usia siswa Papua kelas VII sekolah. Dalam penelitian menurut Mustofa
SMPN Satap 4 Merauke berkisar antara 11- (2014) mengulang pembelajaran sangat
13 tahun. Menurut Piaget (Desmita, 2012) penting dilakukan oleh siswa, Hal ini
untuk anak usia 11 tahun keatas (tahap dilakukan untuk mengingat kembali materi
konkret-operasional) memiliki kemampuan yang telah diajarkan disekolah, menambah
untuk berpikir secara abstrak, menalar pemahaman siswa terhadap pembelajaran
secara logis, dan menarik kesimpulan dari serta menghubungkan materi pelajaran yang
informasi yang tersedia. Sedangkan, untuk sudah diajarkan dengan materi yang akan
siswa Papua masih belum sepenuhnya diajarkan. Melihat dari betapa pentingnya
mencapai tahap perkembangan kognitif pengulangan materi oleh siswa, maka hal ini
tersebut. Hal ini ditandai dengan adanya dapat berpengaruh terhadap pemahaman
masih kesalahan siswa Papua dalam siswa. Oleh karena itu, siswa Papua sering
menyelesaikan soal cerita matematika. mengalami kesulitan dalam memahami
Dimana soal cerita matematika merupakan pembelajaran khususnya pembelajaran
soal yang membutuhkan kemampuan matematika. Sehingga mendorong siswa
analisis berpikir secara abstrak serta menalar melakukan kesalahan dalam menyelesaikan
informasi yang diperoleh dalam masalah dalam pembelajaran matematika,
menyelesaikannya. adapun penyebab siswa dalam penelitian ini masalah yang dimaksud
Papua masih melakukan kesalahan yaitu adalah masalah yang terdapat pada soal
masih berada pada masa peralihan cerita matematika.
berdasarkan perkembangan kognitif yaitu c. Kurangnya motivasi dalam diri siswa
dari tahap pra-operasional menuju ke tahap terhadap dalam pembelajaran matematika.
konkret operasional. Sehingga tahap yang berdasarkan penyebab kesalahan pada hasil
dominan digunakan yaitu tahap pra- penelitian yang diperoleh, siswa Papua
opersional. Menurut Pieget (Desmita, 2012) masih sering melakukan kesalahan dalam
pada tahap ini anak mampu untuk menyelesaikan soal cerita matematika. Hal
ini disebabkan oleh kurangnya motivasi b. Kurangnya pemahaman terhadap istilah-
dalam diri siswa untuk mempelajari istilah dalam penyelesaian soal cerita
matematika. Yang mana menurut hasil matematika seperti yang diketahui dan
penelitian Syamarro, dkk (2015: 105) ditanyakan. Dan juga, tidak terbiasa
motivasi yang rendah terhadap suatu menuliskan apa yang diketahui dan
pembelajaran, salah satunya pembelajaran ditanyakan karena dianggap akan
matematika sangat mempengaruhi kemauan memperlama proses pengerjaan soal.
maupun kemampuan siswa dalam mengikuti
pembelajaran tersebut. c. Siswa tidak mengetahui langkah
Selain itu, ketidakhadiran siswa Papua penyelesaian dalam soal.
di kelas menjadi faktor lain yang d. Kesulitan dalam mengoperasikan
mempengaruhi siswa melakukan banyak beberapa operasi bilangan bulat.
kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita
matematika. Dikarenakan siswa melewatkan e. Siswa tidak terbiasa membuat
materi sebelumnya untuk menyelesaikan kesimpulan atas jawaban yang diperoleh.
masalah pada materi yang diberikan saat ini. Dan juga, Kesalahan dalam memperoleh
PENUTUP jawaban sehingga kesimpulan yang
Simpulan diperoleh juga salah.
Berdasarkan hasil analisis dan
Adapun beberapa faktor-faktor lainnya
pembahasan maka kesimpulan dari
yang mempengaruhi gaya kognitif sehingga
penelitian ini adalah sebagai berikut:
siswa Papua melakukan kesalahan dalam
Siswa Papua dengan gaya kognitif tipe
menyelesaikan soal cerita matematika, yaitu:
FD berdasarkan analisis Newman meliputi:
kesalahan membaca masalah, kesalahan a. Perkembangan kognitif siswa Papua
memahami masalah, kesalahan transformasi, berdasarkan tingkatan usia dalam
kesalahan keterampilan proses, kesalahan memproses informasi.
pengkodean. Sedangkan, untuk tipe FI
melakukan jenis kesalahan meliputi: b. Kurangnya pengulangan terhadap
kesalahan memahami masalah, kesalahan materi atau pelajaran yang diajarkan di
transformasi, kesalahan keterampilan proses, sekolah oleh siswa Papua.
dan kesalahan pengkodean. c. Kurangnya motivasi belajar dalam diri
Penyebab kesalahan yang dilakukan siswa Papua.
Siswa Papua ditinjau dari Gaya Kognitif
berdasarkan prosedur Newman, yaitu: Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil
a. Dalam membaca masalah siswa penelitian, adapun beberapa saran yang
cenderung terfokus pada bilangan saja dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
apabila soal yang diberikan belum pernah
dialami siswa dalam kehidupan sehari- Bagi siswa, hendaknya siswa Papua
hari. lebih sering berlatih dan teliti dalam
menyelesaikan soal cerita matematika.
Selain itu, siswa juga harus banyak berlatih Lembaga Ilmu Pengetahuan
serta memahami cara berhitung suatu Indonesia (P2P-LIPI).
operasi bilangan bulat dengan tepat, baik
Karnasih, I. (2015). Analisis Kesalahan
berupa penjumlahan, pengurangan, Newman pada Soal Cerita Matematis
perkalian dan pembagian. (Newman's Error Analysis in
Bagi guru, agar interaksi antar siswa Mathematical Word Problems).
maupun siswa dan guru lebih terjalin, Jurnal PARADIKMA, 37-51, vol.8
sebaiknya model pembelajaran yang Nomor 1.
digunakan lebih bervariasi. Seperti model
Mustofa, A. (2014). Pengaruh Mengulang
pembelajaran kooperatif dengan tujuan
selain membantu siswa dalam hasil belajar Pembelajaran Siswa terhadap
akademiknya juga membantu Prestasi Belajar Siswa Terhadap
mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Prestasi Belajar di SMPN 6 Kerinci
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan Kanan Kabupaten Siak. Universitas
dapat melakukan penelitian yang berkaitan
Islam Negeri Sultan SYARIF Kasim,
dengan pengaruh budaya terhadap
kemampuan siswa dalam menyelesaikan 11- 27.
permasalahan matematika khususnya dalam
Nurusafa'at, F. A., Sujadi, I., & Riyadi.
bentuk soal cerita.
(2014). Analisis Kesalahan Siswa
DAFTAR PUSTAKA Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Budiyono. (2008). Kesalahan Mengerjakan Pada Materi Volume Prisma Dengan
Soal Cerita dalam Pemelajaran Fong's Shcmatic Model For Error
Matematika. PEDAGOGIA, 1-8. Analysis Ditinjau dari Gaya Kognitif
Siswa . Jurnal Elektronik
Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Pembelajaran Matematika, 174-
Peserta Didik. Bandung: PT 177,2339-1685.
REMAJA ROSDAKARYA.
Pieter, J. (2016). Pembelajaran Ipa Berbasis
Hartini, 2007. Analisiss Kesalahan Siswa Kearifan Lokalsebagai Solusi
Menyelesaikan Soal Cerita pada Pengajaran IPA di Daerah
Pedalaman. ResearchGate (hal. 1-2).
Kompetensi Dasar Menemukan Sifat Jayapura: FKIP Universitas
dan Menghitung Besaran-Besaran Cendrawasih.
Segi Empat Kelas VII Semester II Rokhimah, S. (2015). Analisis Kesalahan
Tahun Pelajaran 2006/2007. Tesis. Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Matematika Materi Aritmatika Sosial
Surakarta: Pendidikan Matematika Kelas VII Berdasarkan Prosedur
UNS Newman. Semarang: FKIP UNNES.
Sianturi, M., Chiang, C. L., & Hurit, A. A.
Juniarto, D. (2016). Keistimewaan Indonesia
(2018). Impact of a Place-Based
dan Stigma Atas Papua". Jakarta:
Education Curriculum on Indigenous Dalam Menyelesaikan Soal-Soal
Teacher and Students. International Cerita Materi Persamaan Linier Dua
Journal of Instruction, 311-328, Variabel Pada Siswa Kelas IX
1308-1470. SMPN 1 Banyubiru. Salatiga: FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana
Singh, P., Rahman, A. A., & Hoon, T. S.
(2010). The Newman Procedure for Wulandari, E. R. (2009, Desember). Analisis
Analyzing Primary Four Pupils Kesalahan dalam Menyelesaikan
Errors on Written Mathematical Soal Cerita Pokok Pembahasan
Tasks: A Malaysian Perspective. Statistika pada Siswa Kelas XI
Procedia Social and Behavioral Semester 1 MAN Karanganom
Sciences 8 (2010) 264–271, 264-271. Klaten tahunAjaran 2009/2010.
Surakrta: FKIP Sebelas Maret
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta : Rineka
Surakarta.
Cipta Wijaya, Y. K. (2018). Kesalahan Siswa
Sugesti, M. M, Muhsetyo, G, Susanto, H. dalam Menyelesaikan Soal Sistem
(2017). Jenis Kesalahan Siswa Persamaan Linear Dua Variabel
Dalam Menyelesaikan Soal Cerita (SPLDV) Berdasarkan Newman's
Berdasarkan Prosedur Newman. Analysis Error (NEA) Ditinjaundari
Research Gate, 564-572 Gaya Kognitif. Universitas
Muhamadiyah Yokyakarta, 1-14.
Surya, P. (2014, Mei Selasa). Prof. Yohanes
Surya PhD "Carikan Saya Anak
Yang Paling Bodoh". (M. Anita,
Pewawancara)
Syamsoro, M. (2015). Pengaruh Motivasi
dan Persepsi Siswa pada Matematika
Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas VIII di
MTs Al-Hidayah Dukupuntang
Kabupaten Cirebon (Pokok Bahasan
Kubus dan Balok). Jurnal EduMa,
105- 111, 2086-3918.
Tandililing, E. (2013). Pengembangan
Pembelajaran Matematika Sekolah
Dengan Pendekatan Etnomatematika
Berbasis Budaya Lokal Sebagai
Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Matematika
Disekolah. 194,978-979-16353-9-4.
Trapsilo, E. B.T. (2016). Analisis Kesalahan
Siswa Menurut Teori Newman

Anda mungkin juga menyukai