A. DEFINISI
Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan
(konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi
(Monika, 2009). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008).
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya adalah
280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Saifudin, 2006).
Kehamilan post date atau kehamilan lewat waktu ialah kehamilan yang
umurnya lebih dari 42 minggu (Hanifa, 2002). Kehamilan lewat waktu atau post date
adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih dihitung
dari hari pertama haid terakhir menurut Naegele dengan siklus rata – rata 28 hari.(
Sarwono, 2008).
Kehamilan postdate adalah suatu kehamilan yang berlangsung melebihi 40
minggu ditambah satu atau lebih hari (setiap waktu yang melebihi tanggal perkiraan
lahir). Kehamilan postdate adalah suatu kehamilan yang berakhir antara 40 dan 42
minggu (Julie, et.al, 2010).
B. ETIOLOGI
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab
terjadinya kehamilan post term belum jelas. Beberpa teori yang diajukan pada
umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan post term sebagai akibat gangguan
terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut:
1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan
kejadian perubahan endoktrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler
pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin. Sehingga
menduga bahwa terjadinya kehamilan karena masih berlangsungnya pengaruh
progesteron.
2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan post term
member kesan bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peran penting dalam
menimbulkan persalinan dan pelepasan dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang
pada usia kehamilan lanjut.
3. Teori Kortisol/ ACTH janin
Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen selanjutnya berpengaruh pada
meningkatnya produksi prostaglandin. Kadar kortisol rendah merupakan tidak
timbulnya HIS.
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari fleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak terjadi tekanan pada
fleksus ini seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek, dan bagian bawah maasih
tinggi diduga sebagai penyebab kehamilan posterm.
5. Heriditer
Morgen (1999) seperti dikutip dalam Cuningham, menyatakan bahwa bilamana
seorang ibu mengalami kehamilan post term saat melahirkan anak perempuan,
maka besar kemungkinan anak permpuannya akan mengalami kehamilan pos term,
(Sarwono,2008)
6. Kurangnya air ketuban
7. Insufisiensi plasenta
C. PATOFISIOLOGI
Pada kehamilan terbentuk sirkulasi uteroplasental yang terdiri dari unit ibu
(uterus) dan janin (janin dan plasenta). Plasenta terbentuk lengkap pada usia kehamilan
16-20 minggu. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan
menurun terutama setelah usia kehamilan 42 minggu, hal tersebut terbukti dengan
penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. Menjelang cukup bulan, fungsi plasenta
relative lambat. Volume cairan ketuban berkurang setelah kehamilan 38 minggu dan
jumlah air ketuban yang berkurang menyebabkan perubahan amnormal pada jantung
janin. Akibatnya dari proses penuaan plasenta, maka pemasukan makanan dan oksigen
akan menurun. Penurunan sirkulasi uteroplasental dapat menyebabkan kegagalan
plasenta untuk mendapatkan oksigen dan nutrisi. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan
janin terhambat. Beberapa risiko perinatal postdate yang dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas adalah lahir mati, gawat janin, aspirasi mekonium, hipotermi
dan hipoglikemi.
Bila keadaan diatas tidak terjadi atau dengan kata lain tidak terjadi peristiwa
insufisiensi plasenta maka janin posterm dapat tumbuh terus dengan tubuh janin
menjadi besar (makrosomia) dan dapat selanjutnya menyebabkan distosia bahu.
Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu dan kemudian
mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan
estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan
peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali. Permasalahan kehamilan lewat
waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2
akibat tidak timbul his sehingga pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di
samping adanya spasme arteri spiralis menyebabkan janin resiko asfiksia sampai
kematian dalam rahim. Makin menurun sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat disebut dismatur,
sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan tindakan operasi persalinan,
terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban berkurang dan makin kental
menyebabkan perubahan abnormal jantung janin.
Kehamilan lewat waktu yang disebabkan karena factor hormonal, kurangnya
produksi oksitosin akan menghambat kontraksi otot uterus secara alami dan adekuat,
sehingga mengurangi respon serviks untuk menipis dan membuka. Akibatnya
kehamilan bertahan lebih lama dan tidak ada kecenderungan untuk persalinan
pervaginam (Varney, 2007).
D. TANDA DAN GEJALA
1. Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan janin yang jarang, yaitu
secara subyektif kurang dari 7 kali per 30 menit atau secara obyektif dengan KTG
kurang dari 10 kali per 30 menit.
2. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi 3 stadium
(Sarwono, 2008), yaitu :
Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas.
Stadium II
Tanda seperti pada stadium I yang disertai pewarnaan mekonium (kehijauan)
pada kulit.
Stadium III
Tanda seperti pada stadium I yang disertai dengan pewarnaan kekuningan pada
kuku, kulit dan tali pusat.
Tanda bayi postterm menurut Manuaba (1998) antara lain :
o Berat badan lebih dari bayi matur ( > 4000 gram)
o Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
o Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
o Verniks kaseosa di bidan kurang
o Kuku-kuku panjang
o Rambut kepala agak tebal
o Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan- pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
postterm antara lain :
Menghitung usia kehamilan dengan menggunakan HPHT (jika HPHT diketahui
secara pasti oleh ibu).
Pemeriksaan antenatal yang teratur dapat digunakan untuk mengikuti tinggi fundus
uteri dan naiknya, mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu
diagnosis untuk ibu yang tidak mengetahui pasti HPHT atau ibu yang belum sempat
mendapatkan menstruasi setelah melahirkan anak sebelumnya tapi sudah hamil
anak selanjutnya.
Pemeriksaan berat badan janin secara rutin untuk memantau kapan berat badab
janin menjadi berkurang, begitu pula lingkaran perut ibu dan jumlah air ketuban
apakah berkurang.
Pemeriksaan rontgenologik, dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian
distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter bipariental 9,8 cm atau
lebih. Kekurangan pemeriksaan ini adalah kemungkinan pengaruh tidak baik sinar
rongten terhadap janin.
USG untuk mengetahui ukuran diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air
ketuban. Dengan pemeriksaan ini diameter biparental kepala janin dapat diukur
dengan teliti tanpa bahaya.
Pemeriksaan sitologik air ketuban dilakukan dengan mengambil air ketuban secara
amniosentesis, baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan
bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai
lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan sulfat biru nil
maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga.
Amnioskopi untuk melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya
karena dikeruhi mekonium.
Kardiotografi untuk mengawasi dan membaca DJJ, karena insufiensi plasenta.
Uji Oksitosin (stress test) dilakukan dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi
janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini
menunjukkan mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
Pemeriksaan kadar estriol dalam urin
Pemeriksaan sitologik liquoramni dengan amniostopi dan pemeriksaan pH nya jika
didapat hasil dibawah 7.20 dianggap sebagai tanda gawat janin.
F. PENATALAKSANAAN
1. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah monitoring
janin sebaik-baiknya.
2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat
3. Kehamilan lewat waktu memerlukan pertolongan, induksi persalinan atau
persalinan anjuran. Persalinan induksi tidak banyak menimbulkan penyulit bayi,
asalkan dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang cukup.
Dalam pertolongan persalinan lewat waktu, pengawasan saat persalinan induksi
sangat penting karena setiap saat dapat terancam gawat janin, yang memerlukan
pertolongan segera.
Persalinan anjuran/induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode :
Persalinan anjuran dengan infuse pituitrin (sintosinon) 5 unit dalam 500 cc
glukosa 5 %, banyak dipergunakan
Teknik induksi dengan infuse glukosa lebih sederhana, dan mulai dengan 8
tts/mnt, dengan maksimal 40 tts/mnt. Kenaikan tetesan setiap 15 menit
sebanyak 4-8 tts sampai kontraksi optimal tercapai.
Bila dengan 30 tts kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan tersebut
dipertahankan sampai terjadi persalinan. Apabila terjadi kegagalan, ulangi
persalinan anjuran dengan selang waktu 24-48 jam.
Amniotomi
Memecah ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat
persalinan. Setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4-6 jam dengan
harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung.
Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat diikuti induksi
persalinan dengan infuse glukosa yang mengandung 5 IU oksitosin.
Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin
Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama dirnagsang oleh
prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infuse
intravena (Nalator) dan pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria)
Prostaglandin sangat efektif untuk pematangan serviks selama induksi
persalinan.
Pantau denyut nadi, tekanan darah, kontraksi ibu hamil, dan periksa DJJ.
Kaji ulang indikasi
Prostaglandin E2 (PGE2) bentuk pesarium 3 mg/gel 2-3 mg ditempatkan
pada forniks posterior vagina dan dapat diulangi 6 jam kemudian (jika his
tidak timbul)
Hentikan pemberian prostaglandin dan mualilah infuse oksitosin, jika :
Ketuban pecah, pematangan serviks telah tercapai, proses persalinan telah
berlangsung, pemakaian prostaglandin telah 24 jam.
Pemberian misoprostol
Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks hanya pad kasus-
kasus tertentu misalnya,
- Pre-eklamsi berat/eklamsi dan serviks belum matang sedangkan
seksio sesarea belum dapat segera dilakukan atau bayi terlalu
premature untuk bisa hidup.
- Kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu belum inpartu dan
terdapat tanda-tanda gangguan pembekuan darah.
Tempatkan tablet misoprostol 25 mcg di forniks posterior vagina dan jika
his tidak timbul dapat diulangi setelah 6 jam.
Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberiaan 25 mcg, naikkan dosis
sampai 50 mcg tiap 6 jam
Jangan lebih dari 50 mcg setiap kali pakai dan jangan lebih dari 4
dosis/200 mcg.
Misoprostol mempunyai resiko meningkatkan kejadian rupture uteri. Oleh
karena itu, hanya dikerjakan di pelayanan kesehatan yang lengkap (ada
fasilitas operasi)
Jangan berikan oksitosin dalam 8 jam sesudah pemberian misoprostol.
Kateter Foley
Kateter foley merupakan alternative lain disamping pemberian
prostaglandin untuk mematangkan serviks dan induksi persalinan
Jangan lakukan kateter foley jika ada riwayat perdarhan, ketuban pecah,
pertumbuhan janin terlambat, atau infeksi vaginal.
Kaji ulang indikasi
Pasang speculum DTT di vagina
Masukkan kateter Foley pelan-pelan melalui serviks dengan
menggunakan forseps DTT. Pastikan ujung kateter telah melewati ostium
uteri internum
Gembungkan balon kateter dan letakkan di vagina
Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul kontraksi uterus atau sampai
12 jam.
Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkan kateter, kemudian
lanjutkan dengan infuse oksitosin.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal : tanggal dilakukan pengkajian
Jam : waktu dilakukan pengkajian
Tempat : tempat dilakukan pengkajian
No. Register : nomor urut yang ada di tempat pengkajian.
1. Data Subyektif
Biodata, meliputi ama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,
alamat, biodata suami
Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui masalah yang dihadapi ibu yang dapat
mempengaruhi jalannya persalinan, membuat intervensi.
Riwayat haid,
Untuk mengetahui HPHT dan TP, meliputi umur menarche, siklus, jumlah
darah serta adakah gangguan waktu haid, misalnya: dismenorhe, siklus yang
tidak teratur.
Riwayat pernikahan
Untuk mengetahui riwayat pernikahan
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Perlu dikaji untuk mengetahui kehamilan yang keberapa dan bagaimana dengan
persalinan yang lalu, ditolong siapa, jenis persalinannya, tempat persalinan,
bagaimana keadaan setelah persalin, bagaimana keadaan bayi dan KB apa yang
digunakan setelah persalinan yang lalu.
Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui berapa kali ANC selama hamil ini dan apa saja yang
diperoleh dari ANC.
Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit kroinis atau penyakit menular
misalnya DM, hipertensi yang dapat berpengaruh pada kehamilannya.
Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit yang sedang diderita saat ini.
Riwayat psikososial dan budaya
Riwayat spiritual
Pola kebiasaan sehari-hari
- Pola nutrisi
- Untuk mengetahui apakah nutrisi sudah terpenuhi apa belum ada pantangan
apa tidak.
- Pola eliminasi
Untuk mengetahui ibu berapa kali BAB dan BAK
- Pola istirahat
Untuk mengetahui waktu istirahat ibu dalam 24 jam
- Pola aktivitas
Aktivitas yang dilakukan apa saja, aktivitasnya berpengaruh atau tidak
terhadap kehamilannya
- Pola kebersihan (personal Hygiene)
Mengetahui tingkat kebersihan klien dengan dikaji berapa kali mandi, ganti
baju dan ganti celana dalam berapa kali sehari.
- Pola hubungan seksual
Untuk mengetahui hubungan seksual yang dilakukan saat hamil dapat
berpengaruh apa tidak pada kehamilannya.
2. Data Objektif
Pemeriksaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien secara umum
K/U : Baik/cukup/lemah
Kesadaran : Composmentis
TTV :
TD : Normal 110/70 mmHg-120/80 mmHg
Kenaikan systole batasnya 15 mmHg
Kenaikan diastole batasnya 30 mmHg
Nadi : Normal 70-90 mmHg
RR : Normal 16-24 x/menit
Suhu : Normal 36 oC-37 oC
BB : Pertambahan BB lebih dari ½ kg perminggu diwaspadai
kemungkinan PE, hingga akhir kehamilan pertambahan BB
normal 9-10 kg.
TB : Kurang dari 145 waspadai CPD
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Rambut : warna, bersih/tidak, rontok/tidak, lurus/ikal/keriting
Kepala : tampak ada luka/tidak, tampak ada benjolan/tidak
Muka : pucat/tidak, bengkak/tidak, adakah cloasma gravidarum,
ekspresi wajah
Mata : simetris/tidak, konjungtiva ka/ki pucat/tidak, sclera ka/ki
kuning/tidak
Hidung : adakah pernafasan cuping hidung, adakah pengeluaran
scret/tidak, adakah pembesaran polip
Mulut : bibir pucat/tidak, kering/lembab, stomatitis/tidak, caries/tidak
Leher : apakah ada pembesaran kelenjar tyiroid
Dada : adakah retraksi dinding dada, payudara simetris/tidak,
bersih/kotor, tegang/lembek putting susu menonjol/mendatar/tenggelam,
ada benjolan atau tidak, hiperpigmentasi aerola/tidak,
Perut : adanya pembesaran perut sesuai kehamilan, ada strie/tidak, ada
bekas operasi/tidak
Genetalia : bersih/tidak, adakah jaringan parut pada perineum, oedem/tidak
Anus : adakah hemoroid
Ekstremitas : simetris/tidak, oedema/tidak
Auskultasi
DJJ : berapa kali per menit, menentukan kesejahteraan janin
Frekuensi : teratur/tidak/bagaimana kekuatannya
Pemeriksaan penunjang
USG untuk mengetahui kondisi janin
Pemeriksaan khusus
VT untuk mengetahui kemajuan persalinan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
2. Risiko infeksi dengan faktor risiko pertahanan tubuh primer tidak adekuat
(integritas kulit di perinium tidak utuh)
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis),
kerusakan jaringan
Tujuan : Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak
mengalami nyeri
Kriteria hasil:
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah
Tanda vital dalam rentang normal
Tidak mengalami gangguan tidur
Intervensi