Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH KECERDASAAN EMOSIONAL

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

Nama : Helen Valentin Sinaga

NIM : 4143121022

Kelas : Fisika Dik C 2014

Prodi : Pendidikan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Medan

2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat serta perlindungan-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pengaruh Kecerdasaan Emosional terhadap Motivasi Belajar
Siswa” tepat pada waktunya.
Penulis juga berterima kasih kepada Dr.Anita Yus, M.Pd selaku Dosen
mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan tugas membuat
makalah ini. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Medan, Mei 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Penghantar ...................................................................................................... i

Daftar Isi ...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Batasan Masalah ..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAAN .......................................................................................3


2.1 Kecerdasaan Emosional ..........................................................................3
2.2 Perkembangan Emosional Selama Pertumbuhan ................................6
2.3 Faktor- fakot yang mempengaruhi kecerdasaan emosional................7
2.4 Motivasi Belajar.......................................................................................9
2.5 Pengaruh kecerdasaan emosional terhadap motivasi belajar siswa ...11

BAB III PENUTUP ..................................................................................................13


3.1 Kesimpulan ..............................................................................................13
3.2 Saran .........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................14


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia sepanjang
hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai bangsa.
Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari masalah masalah yang berkaitan dengan
belajar dan pembelajaran, sebab dalam proses pembelajaran memiliki peran yang
signifikan dalam menentukan hasil pendidikan.
Kecerdasan emosional perlu dikembangkan pada anak sejak usia dini.
Karena inilah yang mendasari keterampilan seseorang dalam berinteraksi di
masyarakat, dan potensi anak dapat berkembang secara optimal. Mengingat begitu
banyaknya tantangan yang akan dihadapi anak dalam kehidupannya kelak, maka
orang tua maupun pendidik perlu memberikan bimbingan dan pengarahan untuk
mencerdaskan kemampuan serta emosinya.
Kemampuan - kemampuan yang berbeda tetapi saling melengkapi dengan
kecerdasan akademik, yaitu kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ.
Banyak orang yang cerdas dalam arti terpelajar, tetapi tidak mempunyai
kecerdasan emosi, ternyata bekerja menjadi awalan orang ber-IQ lebih rendah
tetapi unggul dalam ketrampilan kecerdasan emosi. Dalam hal ini kapasitas otak
beroprasi hanya pada tingkat bertahan hidup. Fenomena itu muncul pada saat
kondisi emosi marah, sedih, ketakutan, dan suasana emosi lain yang membuat kita
tertekan dan terancam. Ketika kita belajar dalam kondisi demikian, maka
kemampuan motivasi belajar menjadi kurang maksimal karena adanya hambatan
emosi.
Melalui makalah ini, penulis ingin menggugah kesadaran kita semua
bahwa pengaruh kecerdasaan emosional dapat mempengaruhi motivasi belajar
siswa. Secara umum tulisan ini mengetengahkan pengaruh perkembangan
kecerdasaan emosioanl terhadap motivasi belajar serta faktor faktor yang
mempengaruhi perkembangan emosional siswa.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi


sebagai berikut:
1. Pengertian kecerdasaan emosional
2. Perkembangan emosi selama pertumbuhan
3. Fakotr-fakor yang mempengaruhi kecerdasaan emosional
4. Pengertian motivasi belajar
5. Pengaruh perkembangan kecerdasaan emosional terhadap motivasi
belajar siswa

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah di atas ternyata begitu
kompleksnya permasalahan yang ada. Maka makalah ini dibatasi hanya
berkaitan dengan pengertian emosi dan emosional, perkembangan
emosional selama pertumbuhan, fakotr-fakor yang mempengaruhi
kecerdasaan emosional, pengertian motivasi belajar dan pengaruh
perkembangan emosional terhadap motivasi belajar siswa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kecerdasaan Emosional


a. Kecerdasaan
W. Stem (Sukardi, 1988:16) mengatakan bahwa kecerdasan merupakan
kemampuan untuk mengetahui problem serta kondisi baru, kemampuan berpikir
abstrak, kemampuan bekerja, kemampuan menguasai tingkah laku instinktif, serta
kemampuan menerima hubungan yang kompleks termasuk apa yang disebut
dengan inteligensi. Sedangkan menurut Binet (Sukardi, 1988:16), kecerdasan
adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk
mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap
kritis terhadap diri sendiri. Kecerdasan merupakan bakat tunggal yang
dipergunakan dalam situasi menyelesaikan masalah apa pun. Seseorang yang
tidak bisa memecahkan masalah atau persoalan semudah-mudahnya juga memiliki
inteligensi hanya tarafnya yang rendah. Oleh karena itu, kecerdasan pada
hakikatnya merupakan suatu kemampuan dasar yang bersifat umum untuk
memperoleh suatu kecakapan yang mengandung berbagai komponen.
b. Emosi
Dalam makna paling harfiah, Oxford English Dictionary (Goleman, 2006:
411) mendefinisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran,
perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”. Emosi
dapat berupa marah, takut, sedih, bahagia, cinta, malu, dan sebagainya yang
merupakan titik tolak bagi nuansa kehidupan emosional kita yang tidak habis-
habisnya. Adapun kelompok emosi dapat dilihat pada uraian sebagai berikut. (1).
Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu,
rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan barangkali paling hebat, tindak
kekerasan dan kebencian patologis. (2). Kesedihan: pedih, sedih, muram,
melankolis, mengasihi diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan kalau menjadi
patologis, depresi berat. (3). Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir,
waswas,perasaan takut sekali, khawatir, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, takut
sekali, kecut; sebagai patologi, fobia dan panik. (4). Kenikmatan: bahagia,
gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi,
takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang
sekali, dan batas ujungnya, mania. (5). Cinta: penerimaan, persahabatan,
kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih. (6).
Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, terpana. Jengkel : hina, jijik, muak, mual,
benci, tidak suka, mau muntah. (7). Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal,
hina, aib, dan hati hancur lebur. Dalam penemuan Paul Ekman dari University of
California di San fransisco yang menyatakan bahwa bangsa-bangsa di seluruh
dunia, termasuk bangsa buta huruf yang tidak tercemar film dan televisimengenali
empat emosi seperti takut, marah, sedih dan senang dengan ekspresi wajah. Di
luar dari lingkaran emosi, terdapat suasana hati yang lebih lama berlangsung
daripada emosi (meskipun tidak selalu berlangsung di puncak amarah sepanjang
hari yang dapat mengakibatkan mudah tersinggung, suasana hati yang mudah
marah). Di luar suasana hati itu terdapat temperamen, dimana kesiapan untuk
memunculkan emosi tertentu atau suasana hati tertentu yang membuat orang
menjadi murung, takut, atau bergembira. Ada juga gangguan emosi seperti depresi
atau kecemasan yang tak kunjung reda, yaitu ketika seseorang merasa terus-
menerus terjebak dalam keadaan menyedihkan. Emosi merupakan suatu kekuatan
penggerak dimana nilainilai dan watak dasar seseorang dalam hidup ini tidak
berakar pada IQ tetapi pada kemampuan emosional.
c. Kecerdasaan Emosional
Cooper dan Sawaf (Agustian, 2001:289) mendefinisikan kecerdasan
emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi
dan pengaruh yang manusiawi. Adapun menurut Goleman (2001:164) kecerdasan
emosional (emotional intelligence) adalah kemampua untuk mengenali perasaan
kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan
kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dalam hubungan
dengan orang lain. Seperti kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi,
empati,keterampilan sosial. Kesadaran diri terdiri dari: kesadaran emosi diri,
penilaian pribadi, dan percaya diri. Pengaturan diri terdiri dari: pengendalian diri,
dapat dipercaya, waspada, dan inovatif. Motivasi terdiri dari: dorongan
berprestasi, komitmen, inisiatif, dan optimis. Empati terdiri dari: memahami orang
lain, pelayanan, mengembangkan orang lain, dan mengatasi keragaman.
Keterampilan sosial terdiri dari: pengaruh, komunikasi, kepemimpinan,
katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, serta kerja tim.
Selanjutnya kecerdasan emosi diadaptasi oleh Daniel Goleman
(Nggermanto, 2001:166) menjadi sebagai berikut. (a) Kesadaran diri mengetahui
apa yang kita rasakan suatu saat dan menggunakannya untuk mengambil
keputusan diri sendiri; memiliki tolok ukur yang realitas atas kemampuan diri dan
kepercayaan diri yang kuat. (b). Pengaturan diri menangani emosi kita sedemikian
sehingga berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas; peka terhadap kata hati
dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran; mampu
pulih kembali dari tekanan emosi. (b). Motivasi menggunakan hasrat kita yang
paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu
kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan
menghadapi kegagalan dan frustasi. (c). Empati merasakan yang dirasakan orang
lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling
percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam- macam orang. (d).
Keterampilan sosial menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan
orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial; berinteraksi
dengan lancar; menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi
dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk
bekerja sama dan bekerja dalam tim.
Kecerdasan emosional bukan didasarkan pada kepintaran seorang anak
melainkan pada suatu yang dahulu disebut “karakter” atau “karakteristik pribadi”.
Penelitian-penelitian mutakhir menemukan bahwa keterampilan sosial dan
emosional lebih penting bagi keberhasilan hidup ketimbang kemampuan
intelektual. Kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual berinteraksi secara
dinamis, baik pada keterampilan kognitif, maupun di dunia nyata. Idealnya,
seseorang dapat memiliki keduanya sebagaimana ditunjukkan oleh beberapa
negarawan di dunia. Kecerdasan emosional mencakup kemampuankemampuan
yang berbeda dan saling melengkapi dengan kemampuan kognitif murni yang
telah lebih dulu dikenal, yaitu kecerdasan akademik intelektual rasional (IQ).
Meskipun IQ tinggi, tetapi EQ rendah, biasanya tidak banyak membantu
dalam semua aspek kehidupan. IQ dan EQ mengungkapkan aktivitas-aktivitas
yang berbeda dalam otak. Adapun pusat-pusat emosi berada di bagian otak lebih
dalam yang secara evolusi berkembang lebih duluan. Kerjakerja otak pada bagian
inilah yang mempengaruhi EQ. Namun demikian aktivitas pusat-pusat emosi
tersebut tetap selaras dengan aktivitas kerja pusat-pusat intelektual. EQ sangat
berperan penting dalam keberhasilan hidup. Jika seseorang membuat kesal orang
lain dengan perilaku kasar, tidak tahu cara membawa dan memposisikan diri, atau
ambruk hanya karena stres sedikit saja, maka orang lain tidak akan betah
bersamanya walau setinggi apapun IQ-nya. EQ biasa disebut “street smart
(pintar)”, atau kemampuan khusus yang disebut “akal sehat”. EQ terkait dengan
kemampuan membaca lingkungan sosial dan menatanya kembali. Juga terkait
dengan kemampuan memahami secara spontan apa yang diinginkan dan
dibutuhkan orang lain, demikian juga kelebihan dan kekurangan kemampuan
membaca mereka, kemampuan untuk menjadi orang yang menyenangkan
sehingga kehadirannya didambakan orang lain. Oleh karena itu, semakin tinggi
EQ seseorang,semakin besar kemungkinan untuk sukses sebagai pekerja, orang
tua, manager, pelajar, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi
(EQ) merupakan karakteristik seseorang sebagai suatu jenis kecerdasan yang amat
perlu ditingkatkan. EQ merupakan penggerak yang dapat menimbulkan aspek-
aspek energi, kekuatan, daya tahan, dan stamina.
2.2 Perkembangan Emosional Selama Pertumbuhan
a. Selama masa awal
Sifat perasaan emosi telah timbul selamamasa bayi, bahkan sebagian ahli
berpendapat bahwa masa bayi di dalam kandungan pun sudah dipengaruhi oleh
emosi. Menurut Bridges, emosi anak akanber kembang melalui pengalaman,
sekalipun masih dangkal dan berubah-ubah. Ketika emosi bayi diungkapkan
dalam bentuk marah dan takut dengan menangis.

b. Fase selanjutnya
Perkembangan emosi pada masa pertumbuhan anak semakin lama semakin
halus dalam mengekspresikannya sampai masa remaja. Peralihan ekspresi emosi
yang tadinya kasar, karena terpengaruh latihan dan kontrol berangsur-angsur
tingkah laku emosionalnya berubah. Selama anak bertambah kekuatan fisik dan
pengertiannya, ia akan merespons dengan cara yang berbeda-beda terhadap segala
sesuatunya karena sudah terlebiih dahulu dipertimbangkannya.
c. Perkembangan akhir
Pada akhirnya dia akan mencapai kemampuan untuk menyesuaikan
tingkah lakunya sehubungan dengan apa yang terjadi pada dirinya. Semakin
dewasa, ia akan semakin dapat mengungkapkan dengan jelas emosinya, karena
emosinya menjadi semakin mudah diklasifikasikan seperti rasa takut, marah,muak
dan benci juga apresiasinya terhadap nilai, keinginan, cita-cita minat dan
reaksinya terhadap orang.
2.3 Faktor- fakot yang mempengaruhi kecerdasaan emosional
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi individu
menurut Goleman (2009:267-282), yaitu:
a. Lingkungan keluarga. Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama
dalam mempelajari emosi. Peran serta orang tua sangat dibutuhkan karena orang
tua adalah subyek pertama yang perilakunya diidentifikasi, diinternalisasi yang
pada akhirnya akan menjadi bagian dari kepribadian anak. Kecerdasan emosi ini
dapat diajarkan pada saat anak masih bayi dengan contoh-contoh ekspresi.
Kehidupan emosi yang dipupuk dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak
di kemudian hari, sebagai contoh: melatih kebiasaan hidup disiplin dan
sebagainya. Hal ini akan menjadikan anak menjadi lebih mudah untuk menangani
dan menenangkan diri dalam menghadapi permasalahan, sehingga anak-anak
dapat berkonsentrasi dengan baik dan tidak memiliki banyak masalah tingkah laku
seperti tingkah laku kasar dan negatif.
b. Lingkungan non keluarga. Dalam hal ini adalah lingkungan masyarakat
dan lingkungan penduduk. Kecerdasan emosi ini berkembang sejalan dengan
perkembangan fisik dan mental anak. Pembelajaran ini biasanya ditunjukkan
dalam aktivitas bermain anak seperti bermain peran. Anak berperan sebagai
individu di luar dirinya dengan emosi yang menyertainya sehingga anak akan
mulai belajar mengerti keadaan orang lain. Pengembangan kecerdasan emosi
dapat ditingkatkan melalui berbagai macam bentuk pelatihan diantaranya adalah
pelatihan asertivitas, empati dan masih banyak lagi bentuk pelatihan yang lainnya.

Menurut Le Dove (Goleman 1997:20-32) bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi kecerdasan emosi antara lain:
a. Fisik. Secara fisik bagian yang paling menentukan atau paling berpengaruh
terhadap kecerdasan emosi seseorang adalah anatomi saraf emosinya. Bagian otak
yang digunakan untuk berfikir yaitu konteks (kadang kadang disebut juga neo
konteks). Sebagai bagian yang berada dibagian otak yang mengurusi emosi yaitu
system limbik, tetapi sesungguhnya antara kedua bagian inilah yang menentukan
kecerdasan emosi seseorang.
1) Konteks. Bagian ini berupa bagian berlipat-lipat kira kira 3 milimeter yang
membungkus hemisfer serebral dalam otak. Konteks berperan penting dalam
memahami sesuatu secara mendalam, menganalisis mengapa mengalami perasaan
tertentu dan selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Konteks khusus
lobus prefrontal, dapat bertindak sebagai saklar peredam yang memberi arti
terhadap situasi emosi sebelum berbuat sesuatu.
2) Sistem limbik. Bagian ini sering disebut sebagai emosi otak yang letaknya jauh
didalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan
emosi dan implus. Sistem limbik meliputi hippocampus, tempat berlangsungnya
proses pembelajaran emosi dan tempat disimpannya emosi. Selain itu ada
amygdala yang dipandang sebagai pusat pengendalian emosi pada otak.
b. Psikis. Kecerdasan emosi selain dipengaruhi oleh kepribadian individu, juga
dapat dipupuk dan diperkuat dalam diri individu. Berdasarkan uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi
kecerdasan emosi seseorang yaitu secara fisik dan psikis. Secara fisik terletak
dibagian otak yaitu konteks dan sistem limbik, secara psikis diantarnya meliputi
lingkungan keluarga dan lingkungan non keluarga.

2.4 Motivasi Belajar


Motivasi belajar adalah keinginan, perhatian, kemauan siswa dalam
belajar. Wloodkowski (2007) menyebutkan bahwa motivasi belajar adalah arah
dan ketahanan perilaku siswa dalam belajar. Pentingnya motivasi belajar bagi
siswa untuk memberikan kesadaran diri tentang kedudukannya pada awal
kegiatan belajar, pada proses dan hasil akhir belajar.
Motivasi belajar sangat penting peranannya bagi siswa dalam usaha
mencapai prestasi belajar yang tinggi. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang
tinggi, cenderung menunjukkan semangat dan kegairahan dalam mengikuti
pembelajaran, mereka biasanya kelihatan lebih menaruh perhatian bersungguh-
sungguh dalam belajar dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, baik
di kelas maupun di luar kelas. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi
akan lebih tekun, bersemangat, lebih tahan dan memiliki ambisi yang lebih tinggi
dalam mencapai prestasi belajar yang lebih baik, dibandingkan dengan siswa
yang kurang atau tidak memiliki motivasi belajar. Mereka yang tidak memiliki
motivasi belajar akan kelihatan kurang atau tidak bergairah dalam belajar maupun
mengikuti pembelajaran di kelas, tidak menaruh perhatian terhadap pelajaran yang
dipelajari dan tidak berpartisipasi aktif dalam belajar.
Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu:
1) Cita-cita atau aspirasi siswa untuk menjadi seseorang akan
memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar.
2) Kemampuan siswa.
3) Kondisi siswa yang meliputi kondisijasmani dan rohani mempengaruhi
motivasi belajar siswa.
4) Kondisi lingkungan siswa seperti keadaan alam, tempat tinggal,
pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan,organisasi intra
sekolah yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa.
5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.
6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa.

Untuk menentukan tingkat motivasi belajar siswa dapat dilihat dari aspek
motivasi belajarnya. Menurut Sardiman (2004) menerangkan bahwa motivasi
yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai
berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang


lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan
c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin
d. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
e. Lebih senang bekerja mandiri
f. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin
g. Dapat mempertahankan pendapat
h. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
i. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

Ada pun untuk membangun konsep motivasi untuk belajar apabila keenam
elemen dapat datang bersama-sama. Pertama untuk meningkatkan motivasi
belajar makan sumber motivasi yang digunakan berupa faktor-faktor personal
seperti kebutuhan, minat, rasa ingin tahu dan kegembiraan. Kedua tipe tujuan
yang ditetapkan yaitu kepuasan pribadi bila memenuhi tantangan dan mengalami
peningkatan, kecenderungan untuk memilih tujuan yang tingkat kesulitannya
sedang atau menantang. Ketiga tipe keterlibatannya peduli dengan menguasai
tugasnya. Keempat adanya motivasi prestasi. Kelima adanya kemungkinan
atribusi yang berupa kesuksesan dan kegagalan diarrusikan pada usaha yang dapat
dikontrol. Keenam keyakinan terhadap kemampuan dimana kitaharus memiliki
pandangan inkremental yang meyakinin bahwa kemampuan dapat ditingkatkan
melalui kerja keras dan pengetahuan serta keterampilan tambahan.
Keenam elemen tersebut merupakan salah satu cara untuk membangun
konsep motivasi untuk belajar.

2.5 Pengaruh kecerdasaan emosional terhadap motivasi belajar


siswa
Di tengah semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan dewasa ini,
merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan mengalami
kegagalan atau ketidakberhasilan. Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa
untuk meraih prestasi belajar agar menjadi yang terbaik seperti mengikuti
bimbingan belajar. Usaha semacam itu positif, namun masih ada faktor lain yang
tidak kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain kecerdasan ataupun
kecakapan intelektual, faktor tersebut adalah kecerdasan emosional. Denga
kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi perasaan
mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-
perasaan orang lain dengan efektif. Individu dengan keterampilan emosional yang
berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan
dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Sedangkan individu yang tidak dapat
menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin
yang merusak kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugasnya
dan memiliki pikiran yang jernih.

Menurut Gottman (2001) individu yang memiliki tingkat kecerdasan


emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan
dirinya dengan cepat, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik
dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain
dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik.
Motivasi belajar adalah dorongan yang ada pada seseorang untuk
melakukan kegiatan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi,
cenderung menunjukkan semangat dan kegairahan dalam mengikuti
pembelajaran, mereka biasanya kelihatan lebih menaruh perhatian bersungguh-
sungguh dalam belajar dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, baik
di kelas maupun di luar kelas. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi
akan lebih tekun, bersemangat, lebih tahan dan memiliki ambisi yang lebih tinggi
dalam mencapai prestasi belajar yang lebih baik, dibandingkan dengan siswa yang
kurang atau tidak memiliki motivasi belajar. Mereka yang tidak memiliki motivasi
belajar akan kelihatan kurang atau tidak bergairah dalam belajar maupun
mengikuti pembelajaran di kelas, tidak menaruh perhatian terhadap pelajaran yang
dipelajari dan tidak berpartisipasi aktif dalam belajar. Kondisi siswa yang kurang
memiliki motivasi belajar sudah tentu tidak mampu menghasilkan prestasi yang
memuaskan.
Abdullah (2004) menyatakan bahwa apabila kecerdasan emosi seseorang
itu baik, maka hasil akademiknya tinggi dan sebaliknya apabila kecerdasan emosi
seseorang itu buruk, maka hasil akademiknya rendah. Hal ini akan berpengaruh
terhadap perilaku siswa, yang berimplikasi terhadap ekspresi sikap dan situasi
didalam kelas yang tidak kondusif dan lemahnya interaksi antar siswa.
Implikasinya itu biasanya menimbulkan motivasi belajar yang rendah, kurang
disiplin, rendahnya kesadaran pribadi, terkadang juga menimbulkan rasa penat,
tidak senang, marah, bosan, cemas, dan kepekaan diri yang kurang.
Jadi pengaruh kecerdasaan emosional itu sangat mempengaruhi motivasi
belajar siswa. Apabila kecerdasaan emosi seorang siswa itu baik maka motivasi
belajar itu akan baik sehingga siswa tersebut akan mendapatkan nilai yang bagus
dan sebaliknya apabila keceradasaan emosionalnya tidak baik maka motivasi
belajar juga tidak baik sehingga nilai siswa tersebut tidak akan bagus.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kecerdasaan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan
merupakan suatu karakteristik seseorang sebagai suatu jenis kecerdasaan
yang ditinggatkan dimana EQ merupakan penggerak yang dapat
menimbulkan aspek-aspek energi, kekuatan, daya tahan, dan stamina.
2. Perkembangan emosi selama pertumbuhan dimulai dari fase selama masa
awal yaitu fase yang timbulnya perasaan emosi selama masa bayi, fase
selanjutnya yaitu fase ini perkembangan emosi pada masa remaja, fase
perkembangan akhir yaitu fase yang akan menyesuaikan tingkah lakunta
sehubungan dengan apa yang terjadi pada dirinya pada umunya ini terjadi
pada tahap dewasa.
3. Fakotr-fakor yang mempengaruhi kecerdasaan emosional bisa dari
lingkungan keluarga, lingkungan non keluarga, psikis dan fisik.
4. Motivasi belajar adalah dorongan yang ada pada seseorang untuk
melakukan kegiatan belajar.
5. Pengaruh perkembangan kecerdasaan emosional terhadap motivasi belajar
belajar siswa. Apabila kecerdasaan emosi seorang siswa itu baik maka
motivasi belajar itu akan baik sehingga siswa tersebut akan mendapatkan
nilai yang bagus dan sebaliknya apabila keceradasaan emosionalnya tidak
baik maka motivasi belajar juga tidak baik sehingga nilai siswa tersebut
tidak akan bagus.

3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
sangat mengharapakan kritik dan saran dari pembaca terkhusus ibu Dr.Anita
Yus, M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah psikologi pendidikan untuk
perbaikan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah C.M, Elias H, Mahyuddin R dan Uli J. 2004. Emotional Intelligence and
Academic Achievement Among Malaysian Secondary Students. Pakistan Journal
of Psychological Research.
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spiritual, ESQ: Emotional Spiritual Quotient berdasarkan 6 Rukun Iman dan
5 Rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Persada.
Djaali, H. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Goleman, D. 2000. Emotional Intelligence (terjemahan). Jakata : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sari, Riang.2015. Pengaruh Emosional Dan Lingkungan Belajar Terhadap Hail
Belajar Akuntansi Siswa. Jurnal “Tata Arta” UNS.

Anda mungkin juga menyukai