NIM : 4143121022
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat serta perlindungan-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pengaruh Kecerdasaan Emosional terhadap Motivasi Belajar
Siswa” tepat pada waktunya.
Penulis juga berterima kasih kepada Dr.Anita Yus, M.Pd selaku Dosen
mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan tugas membuat
makalah ini. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
b. Fase selanjutnya
Perkembangan emosi pada masa pertumbuhan anak semakin lama semakin
halus dalam mengekspresikannya sampai masa remaja. Peralihan ekspresi emosi
yang tadinya kasar, karena terpengaruh latihan dan kontrol berangsur-angsur
tingkah laku emosionalnya berubah. Selama anak bertambah kekuatan fisik dan
pengertiannya, ia akan merespons dengan cara yang berbeda-beda terhadap segala
sesuatunya karena sudah terlebiih dahulu dipertimbangkannya.
c. Perkembangan akhir
Pada akhirnya dia akan mencapai kemampuan untuk menyesuaikan
tingkah lakunya sehubungan dengan apa yang terjadi pada dirinya. Semakin
dewasa, ia akan semakin dapat mengungkapkan dengan jelas emosinya, karena
emosinya menjadi semakin mudah diklasifikasikan seperti rasa takut, marah,muak
dan benci juga apresiasinya terhadap nilai, keinginan, cita-cita minat dan
reaksinya terhadap orang.
2.3 Faktor- fakot yang mempengaruhi kecerdasaan emosional
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi individu
menurut Goleman (2009:267-282), yaitu:
a. Lingkungan keluarga. Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama
dalam mempelajari emosi. Peran serta orang tua sangat dibutuhkan karena orang
tua adalah subyek pertama yang perilakunya diidentifikasi, diinternalisasi yang
pada akhirnya akan menjadi bagian dari kepribadian anak. Kecerdasan emosi ini
dapat diajarkan pada saat anak masih bayi dengan contoh-contoh ekspresi.
Kehidupan emosi yang dipupuk dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak
di kemudian hari, sebagai contoh: melatih kebiasaan hidup disiplin dan
sebagainya. Hal ini akan menjadikan anak menjadi lebih mudah untuk menangani
dan menenangkan diri dalam menghadapi permasalahan, sehingga anak-anak
dapat berkonsentrasi dengan baik dan tidak memiliki banyak masalah tingkah laku
seperti tingkah laku kasar dan negatif.
b. Lingkungan non keluarga. Dalam hal ini adalah lingkungan masyarakat
dan lingkungan penduduk. Kecerdasan emosi ini berkembang sejalan dengan
perkembangan fisik dan mental anak. Pembelajaran ini biasanya ditunjukkan
dalam aktivitas bermain anak seperti bermain peran. Anak berperan sebagai
individu di luar dirinya dengan emosi yang menyertainya sehingga anak akan
mulai belajar mengerti keadaan orang lain. Pengembangan kecerdasan emosi
dapat ditingkatkan melalui berbagai macam bentuk pelatihan diantaranya adalah
pelatihan asertivitas, empati dan masih banyak lagi bentuk pelatihan yang lainnya.
Untuk menentukan tingkat motivasi belajar siswa dapat dilihat dari aspek
motivasi belajarnya. Menurut Sardiman (2004) menerangkan bahwa motivasi
yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai
berikut:
Ada pun untuk membangun konsep motivasi untuk belajar apabila keenam
elemen dapat datang bersama-sama. Pertama untuk meningkatkan motivasi
belajar makan sumber motivasi yang digunakan berupa faktor-faktor personal
seperti kebutuhan, minat, rasa ingin tahu dan kegembiraan. Kedua tipe tujuan
yang ditetapkan yaitu kepuasan pribadi bila memenuhi tantangan dan mengalami
peningkatan, kecenderungan untuk memilih tujuan yang tingkat kesulitannya
sedang atau menantang. Ketiga tipe keterlibatannya peduli dengan menguasai
tugasnya. Keempat adanya motivasi prestasi. Kelima adanya kemungkinan
atribusi yang berupa kesuksesan dan kegagalan diarrusikan pada usaha yang dapat
dikontrol. Keenam keyakinan terhadap kemampuan dimana kitaharus memiliki
pandangan inkremental yang meyakinin bahwa kemampuan dapat ditingkatkan
melalui kerja keras dan pengetahuan serta keterampilan tambahan.
Keenam elemen tersebut merupakan salah satu cara untuk membangun
konsep motivasi untuk belajar.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
sangat mengharapakan kritik dan saran dari pembaca terkhusus ibu Dr.Anita
Yus, M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah psikologi pendidikan untuk
perbaikan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah C.M, Elias H, Mahyuddin R dan Uli J. 2004. Emotional Intelligence and
Academic Achievement Among Malaysian Secondary Students. Pakistan Journal
of Psychological Research.
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spiritual, ESQ: Emotional Spiritual Quotient berdasarkan 6 Rukun Iman dan
5 Rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Persada.
Djaali, H. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Goleman, D. 2000. Emotional Intelligence (terjemahan). Jakata : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sari, Riang.2015. Pengaruh Emosional Dan Lingkungan Belajar Terhadap Hail
Belajar Akuntansi Siswa. Jurnal “Tata Arta” UNS.