1
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………………..……..1-6
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan Agama Kristen merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan gereja
dan umat Tuhan. Dalam konteks Indonesia, pendidikan agama Kristen mempunyai peran yang
penting, hal ini dikarenakan kita sebagai murid Kristus dalam kehidupan sehari-harinya harus
siswi yang lain. Pendidikan Agama Kristen bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan semata,
tetapi lebih dari itu pendidikan agama Kristen merupakan sarana untuk menanamkan nilai-nilai
Peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari bagaimana para pendidik (guru)
mengajar secara profesional Karena dengan mencapai profesionalitas maka seorang guru akan
meningkatkan kualitas pendidikan agama Kristen. Sering yang menjadi kendala adalah guru
yang mengajar mata pelajaran pendidikan agama Kristen bukanlah guru yang kompeten di
bidangnya. Hal ini sudah sering terjadi dalam dunia pendidikan khususnya pendididkan agama
Kristen, sering yang mengajar mata pelajaran agama adalah guru mata pelajaran lain atau
1
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT. remaja Rosdakarya)4.
3
pendeta yang tidak profesional untuk mengajar pendidikan agama Kristen dikarenakan tidak
khususnya dalam bidang olahraga dan seni, dan istilah “pemain bayaran’ dan ada pula
“pemain amatiran”. 2
Profesionalitas adalah kemampuan untuk merancang dan melakukan segela sesuatu secara
profesional dalam bidang yang digelutinya. Berbicara tentang guru pendidikan agama Kristen
Profesionalitas berarti: kemampuan untuk bekerja secara profesional dalam bidang pendidikan
agama Kristen, merancang pendidikan agama Kristen secara menarik dalam proses belajar
mengajar. Jadi menurut penulis apabila berbicara mengenai guru dalam pendidikan agama
Kristen, , maka guru mempunyai arti sebagai pengajar, penyampai pengetahuan, mendidik,
Yesus adalah Anak Allah yang menjalankan misi-Nya di dunia dengan cara mengajar
para murid dan umat-Nya untuk mengenal siapa sesungguhnya Allah itu. Ia mengajar orang
untuk bergaul dengan Allah dan mencapai pertumbuhan iman dan dengan sendirinya
2
Kho Yunus, Diktat Profesi Keguruan,Hal 2.
4
Menurut Warren W. Wiarsbe, berpendapat bahwa guru yang profesional harus“Ikutilah
Teladan para Pemimpin, maju mundurnya suatu lembaga bergantung pada kepemimpinan, baik
Jadi seorang guru yang professional, harus tetap berpondasi dengan Firman Tuhan
Dimana seorang guru yang professional membawa peserta didik dalam pengenalan akan
Kristus dan memiliki karakter seperti Yesus Kristus sebaga Guru Agung.
c. Karakter
Seorang guru pendidikan agama Kristen selalu mengacu kepada sosok Yesus
psikologis, untuk guru pendidikan agama Kristen ditambah dengan komitmen iman
dalam pelayanan. Dalam Alkitab perjanjian Lama, yaitu :Amsal 1:7 berbicara tentang:,
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat
dan didikan”.
3
Warren W. Wiersbe, Setia Di Dalam Kristus, Hal 43
5
Artinya orang yang taat dan takut akan Tuhan adalah awal dari permulaan
pengetahuan, tetapi dapat dilihat orang yang pintar tanpak takut akan Tuhan akan
menjadi orang yang sombong dan tidak dapat bersyukur dan di katakana sama seperti
orang bodoh.
d. Integritas
Integritas adalah kosistensi antara perkataan dan perbuatan yang menjadi teladan
bagi peserta didik. Seorang guru harus menunjukkan bahwa hidupnya menjadi
teladan dan sebagai contoh bagi peserta didik. Kesamaan antara kata dan
perbuatan dalam hidup seorang guru khususnya guru pendidikan agama Kristen
sendirinya menjadi contoh dan teladan bagi peserta didik untuk mengalami perubahan
Guru yang profesional adalah guru yang mampu membawa peserta didik
4
Nanang Fattah, Analisis Kebijakan Pendidikan, Hal 39.
6
tentang profesionalisme. Oleh karena itu guru yang professional betul-betul
memahami apa yang akan di terapkan dalam mengajar. Mampu mengatasi setiap
masalah yang akan dihadapi untuk mewujudkan proses pembelajaran agar terencana
BAB II
KOMPETENSI STANDAR KOMPETENSI GURU PAK
setelah penulis melihat diktat Kho Yunus, mengenai kompetensi standar kompetensi guru
PAK, penulis mengambil tiga standar kompetensi guru pendidikan agama Kristen meliputi:
5
Ibid, Hal 8-9.
7
Dari ketiga kompetensi tersebut, penulis dapat beranggapan bahwa, pentingnya
peningkatan kemampuan guru yang professional atau guru sebagai jabatan professional. Dalam
hal ini penulis dapat meyakinkan setiap orang khususnya pada setiap guru bahwa pekerjaanya
merupakan pekerjaan professional dan merupakan upaya pertama yang harus dilakukan dalam
rangka pencapaian standar proses pendidikan sesuai dengan harapan. Mengapa demikian? Sebab
dapat diketahui bahwa banyak orang termasuk guru sendiri yang meragukan bahwa guru
merupakan jabatan professional. Karna dapat dilihat semua orang bisa jadi guru, asal paham
materi pelajaran yang akan diajarkannya. Hanya sebagai proses penyampaian materi
pembelajaran, pendapat semacam itu ada benarnya. Dalam hal ini konsep beranggapan juga
bahwa konsep mengajar yang demikian, tuntuntannya sangat sederhana,yaitu asal paham
informasi yang akan diajarkannya kepada siswa, maka ia akan dapat menjadi guru. Tetapi,
mengajar tidak sesedrhana itu bukan? Mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan materi
pelajaran, akan tetapi suatu proses mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Oleh sebab itu, penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam proses mengajar
terdapat kegiatan membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai dengan tugas-tugas
perkembangannya, melatih keterampulan baik keterampilan motorik sehingga siswa dapat dan
berani hidup di masyarakat yang cepat berubah dan penuh persaingan, memotivasi siswa agar
mereka dapat memecahkan berbagai persoalan hidup dalam masyarakat yang penuh tantangan
dan rintangan, membentuk siswa yang memiliki kemampuan inovatif dan kreatif, dan lain
strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf
8
perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan sebagai sumber dan media
Untuk menjadi seorang guru yang professional dalam suatu bidang atau mata
pelajaran, maka seorang guru perlu memiliki pesyaratan untuk memastikan bahwa
seorang guru tersebut sudah layak untuk mengajar. Beberapa pesyaratan itu adalah:
oleh karena itu penulis beranggapan bahwa guru pendidikan Agama Kristen yang
prtofesional tidak hanya dituntut menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode
wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, tetapi juga harus memiliki pemahaman
yang mendalam tentang hakikat manusia, dan budaya kinerja guru, serta loyalitasnya
kreatif dan dinamis, bergairah, dialogis, sehingga menyenangkan bagi peserta didik
maupun guru.
6
E. Mulyasa, standar Kompetensi dan sertifikasi guru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)18.
9
b. Memiliki Kualitas pendidikan
guru merupakan salah satu dari unsur dalam peningkatan kualitas pendidikan.
Pendidikan yang tepat harus terus diusahakann agar seorang guru memiliki
Karna dapat dilihat dari Dalam bukunya Abdul Majid, yang berjudul perencanaan
pembelajaran menjelaskan bahwa: Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI pasal 42 disebutkan bahwa pendidikan
harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar yang dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi.
Dengan
demikian untuk menjadi guru Pendidikan Agama Kristen kualifikasi minimal
DII/DIII PAK untuk TK, S1 untuk SD-SMA/SMK, dan S2 program S2 program studi
PAK untuk menjadi dosen PAK pada PTU dan S2 Dosen pada Perguruan Tinggi
Agama/Teologia Kristen. Dengan memiliki kualifikasi pendidikan yang memadai,
maka diharapkan memiliki kewenangan untuk melaksanakan tugasnya sebagai guru
PAK.7
Dalam hal ini penulis beranggapan bahwa guru harus memiliki standar dimana
dapat berfunsi sebagai alat untuk menjamin bahwa program-program pendidikan suatu
profesi dapat memberikan kualifikasi kemampuan yang harus dipenuhi oleh calon
Memiliki kompetensi untuk mengajar sudah menjadi sesuatu yang mutlak bagi
seoran guru. Seorang guru yang professional memiliki kompetensi mengajar yang
7
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Hal 5.
10
profesi yang menuntut berbagai keahlian di bidang pendidikan atau keguruan.
tentang belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap yang
tepat tentang lingkungan PBM dan mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.
disampaikan oleh guru adalah seperangkat kompetensi yang diharapkan dari peserta
didik berupa konsep dan pengalaman rohani, serta perubahan sikap dan perilaku
pendidikan agama Kristen harus memiliki pengalaman rohani. Dalam 2 Timotiud pasal
mengalami pertobatan dari pada Tuhan Yesus, sehingga lewat pengalamanya dapat
mengajarkan atau mendidik Timotius kejalan yang benar dan mengajarkan sesuai
dengan kebenaran Firman Tuhan, sehingga Timotius adalah pemuda yang luar biasa
yang berbeda dengan anak muda lainnya. Sebab Rasul paulus menerapkan teladan
e. Memiliki teladan
adalah sangat penting dan dibutuhkan. Dua aspek untuk menanamkan keteladanan
yaitu urgensi keteladanan yang meliputi seorang guru akan menjadi teladan bagi
peserta didiknya, peserta didik akan menjadi sama dengan gurunya. Serta aspek yang
kedua yaitu implikasi keteladanan bagi pendidikan agama Kristen yang meliputi untuk
11
menghasilkan keteladan bagi peserta didik, maka seorang guru harus hidup dalam
menghasilkan transformasi.
BAB III
FAKTOR-FAKTOR PENINGKATAN KUALITAS
Dalam dunia pendidikan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
a. Lingkungan sekolah
sekolah suatu aktifitas belajar mengajar bisa berjalan dengan baik. Dimana dalam
sekolah terdapat guru,siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini dalam
lingkungan sekolah tentunya faktor sarana dan prasarana sangatlah penting. Sarana
segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses
dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantuguru dalam
12
sarana dan prasaran. Pertama, kelengkapan saranba dan prasarana dapat
menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar. Mengajar dapat dilihat dari dua
dimensi, yaitu sebagai proses penyampaian materi pelajaran dan sebagai proses
pengaturan lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Jika mengajar
dipandang sebagai proses penyampaian materi, maka dibutuhkan sarana
pembelajaran berupa alat dan bahan yang dapat menyalurkan pesan secara efektif
dan efisien, sedangkan manakala mengajar dipandang sebagai proses mengatur
lingkungan agar siswa dapat belajar, maka dibutuhkan sarana yang berkaitan
dengan berbagai sumber belajara yang dapat mendorong siswa untuk belajar.
Dengan demikian, ketersediaan sarana yang lengkap memungkinkan guru
memiliki berbagai pilihan yang dapat digunakan untuk melaksanakan fungsi
mengajarnya, dengan demikian, ketersediaan ini dapat meningkatkan gairah
mengajar mereka. Kedua, kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan
berbagai pilihan pada siswa untuk belajarsiswa yang bertipe auditif akan lebbih
mudah belajar melalui pendengaran, sedangkan tipe siswa yang visual akan lebih
mudah belajar melalui penglihatan. Kelengkapan sarana dan prasarana akan
memudahkan siswa memudahkan siswa menentukan pilihan dalam belajar.8
disamping alat pelayanan, sekolah Kristen berfungsi pula sebagai alat kesaksian
setempat. Supaya proses pembelajaran bisa berjalan sesuai dengan tujuan yang
sudah di rencanakan.
b. Guru
mengajar. Guru adalah segala-galanya artinya banyak segi dari kedudukan dan
peranan guru dalam tugas mengajar. Guru yang berkualitas akan menentukan
8
H. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Hal 55.
13
peningkatan mutu pendidikan yang berkualitas juga. Khususnya untuk pendidikan
peran yang sangat penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia pendidikan
dasar, tak mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti televise, radio,
computer dan lain sebagainya. Sebab, siswa adalah organism yang sedang
c. Siswa
Pendidikan agama Kristen tidak lepas dari peserta didik (siswa). Siswa
adalah melakukan aktivitas dan kegiatan dikelas yang ditempatkan sebagai objek
dan karena area perkembangan ilmu pengetahuan dan kesadaran manusia, maka
siswa bergerak kemudian menduduki fungsi sebagai subjek. Artinya siswa bukan
barang atau objek yang hanya dikenai akan tetapi juga merupakan objek yang
memiliki potensi dan pilihan untuk bergerak. Siswa adalah organisme yang unik
9
H. Cece Wijaya, Sarana Pengembangan Mutu Sumber daya manusia, Hal 17.
14
dan berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak
adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama
perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu,
disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak. Dalam hal ini juga
penulis beranggapan aspek latar belakang dari pada siswa dapat dilihat dari jenis
kelamin, tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dari
keluarga yang bagaimana siswa berasal, dan lain-lain, sedangkan dilihat dari sifat
yang memiliki kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokan pada siswa
tinggi biasannya ditunjukan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian,
dan keseriusan dalam mengikuti pelajaran, dan lain-lain. Sebaliknya, siswa yang
yang berbeda pula baik dalam penempatan atau mengelompokan siswa maupun
dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar. Demikan juga halnya
15
Peningkatan kualitas pendidikan agama Kristen didasarkan pada
beberapa hal mendasar yaitu: kerohanian, minat belajar, sikap dan tindakan, serta
hubungan dengan sesama. Dalam hal ini penting sekali dalam pendidikan agama
di mana siswa itu berada. Dengan itu, pasti peningkatan akan kualitas akan muncul
e. kerohanian
Berbicara tentang pendidikan agama Kristen, maka tidak akan lepas dari
didik dalam perjumpaan dengan tradisi kristiani dan wahyu Allah guna memahami,
Peningkatan kualitas kerohanian tidak lepas dari bagaimana peran aktif seorang
16
pertumbuhan kerohaniannya. Pengajaran agama Kristen diharapkan supaya
siswa mengasihi sesamanya oleh karena Tuhan telah mengasihi mereka sendiri.
f. Pengetahuan
Dalam hal ini penulis beranggapan sebagai guru tentuhnya harus memiliki
panggilan sebagai guru. Karena dengan itu guru punya kesadaran akan bagaimana
melainkan tetap bergairah untuk mengikuti setiap materi yang akan disampaikan
oleh guru tersebut. Oleh karena itu guru penting memiliki strategi-strategi dalam
g. Karakter
Karakter yang baik akan menghasilkan sikap dan tindakan yang baik. Sering
terjadinya tauran antar pelajar, siswa yang terjerat dalam narkoba dan obat-obat
Melihat dari hal ini maka karakter sangat mempengaruhi peningkatan kualitas
pergaulannya.
17
BAB IV
MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI GURU
salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam
proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh
sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, tidak
dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru itu
fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak
jarang telah di posisikan mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi. Mereka di
tuntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus mampu mentransformasikan nilai-
nilai ilmu pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik.
Bahkan tidak jarang, para guru dianggap sebagai orang kedua, setelah orang tua
pula dalam khasanah bahasa Indonesia, dikenal adanya sebuah peribahasa yang
guru akan menjadi panutan bagi anak didiknya. Sebuah posisi yang mulia dan
Saat ini setidak-tidaknya ada empat hal yang berkaitan dengan permasalahan yang
18
pertama, masalah kualitas/mutu guru, kedua, jumlah guru yang dirasakan masih
data tahun 2002/2003, dari 1,2juta guru SD kita saat ini, hanya 8,3%nya yang
kualitas anak didik yang dihasilkan.Belum lagi masalah, dimana seorang guru
sering mengajar lebih dari satu mata pelajaran yang tidak jarang, bukan
dikaitkan dengan jumlah anak didik yang ada. Oleh sebab itu, jumlah murid
per kelas dengan jumlah guru yag tersedia saat ini, dirasakan masih kurang
proporsional, sehingga tidak jarang satu raung kelas sering di isi lebih dari 30
anak didik. Sebuah angka yang jauh dari ideal untuk sebuah proses belajar dan
mengajar yang di anggap efektif. Idealnya, setiap kelas diisi tidak lebih dari
15-20 anak didik untuk menjamin kualitas proses belajar mengajar yang
maksimal.
19
masing sering kita dengar adanya kekurangan guru dalam suatu wilayah, baik
Sudah bukan menjadi rahasia umum, bahwa tingkat kesejahteraan guru-guru kita sangat
memprihatinkan. Penghasilan para guru, dipandang masih jauh dari mencukupi, apalagi bagi
mereka yang masih berstatus sebagai guru bantu atau guru honorer. Kondisi seperti ini, telah
merangsang sebagian para guru untuk mencari penghasilan tambahan, diluar dari tugas pokok
mereka sebagai pengajar, termasuk berbisnis dilingkungan sekolah dimana mereka mengajar
tenaga pendidik. Peningkatan kesejahteaan guru yang wajar, dapat meningkatkan profesinalisme
guru, termasuk dapat mencegah para guru melakukan praktek bisnis di sekolah.
Adapun dari semua penjelasan yang penulis paparka dan mencoba mencari dari berbagai
informasi tentang masalah-masalah yang dihadapi guru . dalam hal ini sebagai gugu Kristen yang
professional tidak boleh ketinggalan zaman, melainkan dapat mengikuti dan semakin luar biasa
tujuan utama sekolah Kristen dan tujuan pelengkap yang membedakan dengan sekolah bukan Kristen. Contoh:
mencerdaskan bangsa dan mendidik angkatan/ generasi masa depan bangsa. Hal diatas bukan tujuan utama sekolah
Kristen, karena sekolah lain-lain pun mempunyai tujuan itu.
Membantu pemerintah dalam pengadaan fasilitas belajar/persekolahan. Contoh ini juga bukan tujuan utama sekolah
Kristen, karena tujuan ini bersifat temporer. Member pendidikan yang bersifat Kristiani. Kalimat tersebut bukan
tujuan utama, karena bukan tugas utama sekolah Kristen tetapi tugas orang tua dan juga gereja. Menolong anak-anak
mengenal Yesus Kristus, menolong anak bertumbuh dalam pengenalan akan Yesus dan mengabarkan Injil kepada
anak-anak. Tujuan tersebut bukan tujuan utama gereja dan orangtua, meskipun dalam sekolah Kristen juga
diperhatikan. Menyediakan wadah untuk pertumbuhan yang singkron/serasi antara perkembangan skolastik
intelektual dan perkembangan iman Kristen pada diri anak.10
10
Weinata Sairin, Identitas Dan Ciri khas Pendidikan Kristen di Indonesia Antara konseptual dan Operasional, Hal
112.
20
Itulah tujuan utama sekolah Kristen dan sekaligus cirri khas sekolah Kristen, yaitu
menyediakan wadah terhadap proses yang serasi antara perkembangan Intelektuak dan
perkembangan iman. Itulah tugas utama sekolah Kristen, karena tugas tersebut tidak bisa
dilakukan oleh orang tua maupun gereja. Tugas utama orangtua, gereja, dan sekolah Kristen
adalah menolong anak berkembang. Namun, tiap lembaga tersebut mempunyai porsi dan titik
pusat/tugas utama terhadap perkembangan anak sendiri-sendiri. Dalam hal ini penulis
beranggapan orang tua berperan menolong anak, mengembangankan aspek fisik, kepribadian,
moral, iman, kognitif, dan intelektual, gereja juga berperan menolong anak mengembangkan
aspek pertumbuhan iman, kepribadian, dan moral dan sekolah Kristen menolong anak
mengembangkan aspek intelektual; kepribadian, moral, fisik, dan iman. Jadi, penulis mengambil
kesimpulan bahwa, tugas utama sekolah Kristen adalah menolong perkembangan anak supaya
terjadi perkembangan yang serasi antara perkembangan intelektual tersebut, bersama-sama atau
21
KESIMPULAN
Profesionalitas guru PAK dalam dunia pendidikan agama Kristen perlu disesuaikan
dengan perkembangan zaman dan tuntutan pembangunan dalam era globalisasi yang semakin
maju, supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Pendidikan agama menunjang
pengembangan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Perlu ada kesinambungan
antara nilai-nilai agama yang ditanamkan di dalam keluarga dan di sekolah serta nilai-nilai di
dalam masyarakat. Guru agama perlu juga memahami dasar-dasar psikologi perkembangan dan
pendidikan anak serta tahap-tahap perkembangan agama pada anak ia mampu menerapkan
model-model BM yang meliputi branah kognitif, afektif, dan psikomotor. Lektur yang digunakan
dalam pendidikan agama perlu ditinjau ulang dan di perbaharui sesuai dengan transformasi
pendidikan. Dan kegiatan ekstrakurikuler dalam bidang agama di laksanakan sebagai pelengkap
dan pengayaan kegiatan kurikuler sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa serta bermakna
22
DAFTAR PERPUSTAKAAN
23