Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN ANAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DIARE”

DOSEN PEMBIMBING : Ns. ZULHARMASWITA, Sp. Kep. Anak

OLEH

KELOMPOK 4.II.B :

1. FARA AZIZAH

2. SENTOT EKO HADIYATMO

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PRODI D-III KEPERAWATAN SOLOK

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah Penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah kami dapat membuat makalah asuhan keperawatan pada pasien


anak dengan penyakit diare.

Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Namun,


Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penyusun pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Penyusun

Kelompok 4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang
masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang
banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita).
Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan
harus dimengerti.Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang
bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare.
Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai
pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu
secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja
diare akan membahayakan anak.

Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada
balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF
memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare.

Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar
jika digabung.Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita
mendapatkan penanganan serius.

Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira
460 balita setiap harinya akibat diare.Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang
tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5
tahun.Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua
memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare.

Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan.Perubahan iklim,


kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan
faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly ,
Feces, dan Finger.

Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai
penularan tersebut.Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu
diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi
mematikan di saluran pencernaan.Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat
yang hinggap di makanan.
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460
balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia,
diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta
nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak
1,6 – 2 kali per tahun.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Sebutkan jenis-jenis diare.

1.2.2 Apa sajakah penyebab diare ?

1.2.3 Bagaiman patofisiologi terjadinya diare ?

1.2.4 Sebutkan tanda dan gejala diare ?

1.2.5 Apa akibat dari penyakit diare ?

1.2.6 Bagaiman cara pencegahan terhadap penyakit diare ?

1.2.7 Sebutkan upaya pertolongan pertama yang perlu segera dilakukan terhadap

penyakit diare ?

1.2.8 Tata cara pelaksanaan

1.2.9 Komplikasi

1.2.10 Cara pencegahan

1.3 Tujuan Umum dan Khusus


1.3.1 Tujuan umum

Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mendapatkan gambaran epidemiologi,


distribusi, frekuensi, determinan, isu dan program penanganan penyakit diare.

1.3.2 Tujuan khusus

Mampu memberikan keperawatan yang tepat untuk pasien.

Agar dapat mengetahui penyebab diare.

Agar dapat mengetahui gejala diare.

Agar dapat mengetahui cara penanggulangan diare.

Agar dapat mengetahui cara pencegahan diare.


1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat mengetahui dan mempelajari lebih rinci tentang penyakit diare dan

mampu menerapkan teori – teori yang di dapat di dalam instisusi pendidikan.

1.4.2 Sebagai salah satu sumber literatur dalam perkembangan dibidang profesi

keperawatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak

A. Pengertian Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga
remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain mengingat
latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan
perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses perkembangan anak
memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah
semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik yang sama akan tetapi mempunyai
perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan kognitif juga
mengalami perkembangan yang tidak sama. Adakalanya anak dengan perkembangan
kognitif yang cepat dan juga adakalanya perkembangan kognitif yang lambat.Hal
tersebut juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep diri ini
sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna dan akan
mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan usia pada anak. Demikian juga
pola koping yang dimiliki anak hamper sama dengan konsep diri yang dimiliki anak.
Bahwa pola koping pada anak juga sudah terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat
pada saat bayi anak menangis.Salah satu pola koping yang 6 Universitas Sumatera Utara
dimiliki anak adalah menangis seperti bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan
keinginannya, dan lain sebagainya. Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami
perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi perilaku social pada anak
sudah dapat dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak
dengan menunjukkan keceriaan. Hal tersebut sudah mulai menunjukkan terbentuknya
perilaku social yang seiring dengan perkembangan usia. Perubahan perilaku social juga
dapat berubah sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau
bermain dengan kelompoknya yaitu anak-anak (Azis, 2005).
2.2 Konsep Dasar Penyakit

2.2.1 Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasii
encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.

Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan
terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.

Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang
air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai
darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau
usus.

Jenis-jenis Diare

A. Diare Akut

Merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotaviru yang ditandai
dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya
biasanya (3kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari.Diare
Rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai
penyebab diare akut pada anak-anak.

B. Diare Bermasalah

Merupakan yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi laktosa, alergi
protein susu sapi. Penularan secara fecal-oral, kontak dari orang ke orang atau kontak
orang dengan alat rumah tangga.Diarae ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian
pada hari kedua atau ketiga baru muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit
perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan
terasa lemah.

C. Diare Persisten

Merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare persisten
adalah keruskan mukosa usus. Penyebab diare persisten sama dengan diare akut.
2.3 Etiologi
 Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia,
T. hominis) dan jamur (C. albicans).
 Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
 Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu
dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
 Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu.
 Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

2.4 Tanda dan Gejala


Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4kali atau lebih dalam sehari, yang
kadang disertai:

 Muntah
 Badan lesu atau lemah
 Panas
 Tidak nafsu makan
 Darah dan lendir dalam kotoran

2.5 Manifestasi klinis


Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut.Akibat paling fatal dari diare
yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat
dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan
merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak
lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala
ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam


karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam
(pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah
menurun sampai tidak terukur.Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan
kadang-kadang sianosis.Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat
timbul aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai


timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit
nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
2.6 Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor di
antaranya,

pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang
masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan
merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.

Kedua faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang


mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah
diare.

Ketiga faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik, sehingga terjadi peningkatan peristaktik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang kemudian menyebabkan diare.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


a. Pemeriksaan tinja.
b. b.Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup, bila memungkinkan.
c. c.Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
d. d.Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau
e. parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

2.8 Penatalaksanaan
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam
mengatasi pasien diare.Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau
oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan.Pemberian ini
segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri
di rumah.Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah
gejala dehidrasi nampak.

Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara
intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata
lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang
enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya,
kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan
lain-lain.Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi
masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah
yang fatal.

Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain


ORS.Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab
diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).

Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia,
Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik
yang diberikan dapat membasmi kuman.

Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan
antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan
untuk menentukan penyebab pasti.Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan
suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut
kalau kondisi sudah membaik.

2.9 Komplikasi
Menurut Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia,
disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia),
hiponatremia, dan shock hipovolemik.

2.10 Pencegahan
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang
bersih dan sehat.

a) Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.


b) Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
c) Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di
lingkungan tempat tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak
berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
d) Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
e) Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
f) Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat.
Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah
g) Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air
bersih dan jamban/WC yang memadai.
h) Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak
antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya
10meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa
menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi,
dan sebagainya.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

pada pengkajian ini dapat diidentifikasi tanda dan gejala. (frekuensi bab (buang air
besar) pada bayi lebih dari 3x/hari dan pada neonatus lebih dari 4x/hari, bentuk cair
pada buang air besarnya kadang-kadang disertai lendir dan darah, nafsu makan
menurun, warnanya lama kelamaan kehijauan karena bercampur empedu, empedu,
muntah,rasa, malaise,adanya lecet pada daerah sekitar anus.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan
2. Kekurangan nutrisi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa I : kekurangan volume cairan

NOC : keseimbangan cairan

Indikator : -060101 tekanan darah

-060202 denyut nadi radial

-060107 keseimbagan intake dan output dalam 24 jam

-060116 turgor kulit

-060117 kelembaban membran mukosa

NIC : manajemen cairan

Definisi : meningkatkan keseimbangan cairan dan pencegahan


komplikasi yang dihasilkan dari tingkat cairan tidak normal atau tidak
diinginkan.

Intervensi :

1.jaga intake / asupan yang akurat dan catat output pasien

2.monitor status hidrasi (misalnya membran mukosa lemah, denyut nadi


adekuat, tekanan darah)
3.monitor tanda-tanda vital pasien

4.beriakn terapi iv

5.berikan cairan dengan tepat

6.tingkatkan asupan oral (misalnya, memberikan sedotan, menawarkan


cairan diantara waktu makan, dll yang sesuai

7.distribusikan asupan cairan selama 24 jam

2.Diagnosa II : kekurangan nutrisi

NOC : status nutrisi bayi

Indikator : -102001 : intake nutrisi

-102002 : intake makanan lewat mulut

-102003 : intake cairan lewat mulut

-102012 : intake kalori

-102022 : intake cairan intravena

NIC : manjemen nutrisi

Definisi : menyediakan dan meningkatkan intake nutrisi yang seimbang

Intervensi :

1. Idntifikasi (adanya) alergi atau intoleransi makanan yang


dimilki pasien
2. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
untuk memenuhi persyaratan gizi
3. Pastikan makanan disajikan dengan cara yang menarik dan
pada suhu yang cocok untuk konsumsi secara optimal
4. Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien
sementara (pasien) berada diruah sakit atau fasilitas perawatan
yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai