OLEH
KELOMPOK 4.II.B :
1. FARA AZIZAH
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah Penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penyusun
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada
balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF
memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare.
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar
jika digabung.Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita
mendapatkan penanganan serius.
Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira
460 balita setiap harinya akibat diare.Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang
tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5
tahun.Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua
memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai
penularan tersebut.Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu
diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi
mematikan di saluran pencernaan.Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat
yang hinggap di makanan.
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460
balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia,
diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta
nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak
1,6 – 2 kali per tahun.
1.2.7 Sebutkan upaya pertolongan pertama yang perlu segera dilakukan terhadap
penyakit diare ?
1.2.9 Komplikasi
1.4.2 Sebagai salah satu sumber literatur dalam perkembangan dibidang profesi
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anak
A. Pengertian Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga
remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain mengingat
latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan
perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses perkembangan anak
memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah
semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik yang sama akan tetapi mempunyai
perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan kognitif juga
mengalami perkembangan yang tidak sama. Adakalanya anak dengan perkembangan
kognitif yang cepat dan juga adakalanya perkembangan kognitif yang lambat.Hal
tersebut juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep diri ini
sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna dan akan
mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan usia pada anak. Demikian juga
pola koping yang dimiliki anak hamper sama dengan konsep diri yang dimiliki anak.
Bahwa pola koping pada anak juga sudah terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat
pada saat bayi anak menangis.Salah satu pola koping yang 6 Universitas Sumatera Utara
dimiliki anak adalah menangis seperti bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan
keinginannya, dan lain sebagainya. Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami
perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi perilaku social pada anak
sudah dapat dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak
dengan menunjukkan keceriaan. Hal tersebut sudah mulai menunjukkan terbentuknya
perilaku social yang seiring dengan perkembangan usia. Perubahan perilaku social juga
dapat berubah sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau
bermain dengan kelompoknya yaitu anak-anak (Azis, 2005).
2.2 Konsep Dasar Penyakit
2.2.1 Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasii
encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan
terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang
air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai
darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau
usus.
Jenis-jenis Diare
A. Diare Akut
Merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotaviru yang ditandai
dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya
biasanya (3kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari.Diare
Rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai
penyebab diare akut pada anak-anak.
B. Diare Bermasalah
Merupakan yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi laktosa, alergi
protein susu sapi. Penularan secara fecal-oral, kontak dari orang ke orang atau kontak
orang dengan alat rumah tangga.Diarae ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian
pada hari kedua atau ketiga baru muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit
perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan
terasa lemah.
C. Diare Persisten
Merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare persisten
adalah keruskan mukosa usus. Penyebab diare persisten sama dengan diare akut.
2.3 Etiologi
Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia,
T. hominis) dan jamur (C. albicans).
Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu
dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu.
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
Muntah
Badan lesu atau lemah
Panas
Tidak nafsu makan
Darah dan lendir dalam kotoran
pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang
masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan
merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Ketiga faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik, sehingga terjadi peningkatan peristaktik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang kemudian menyebabkan diare.
2.8 Penatalaksanaan
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam
mengatasi pasien diare.Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau
oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan.Pemberian ini
segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri
di rumah.Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah
gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara
intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata
lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang
enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya,
kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan
lain-lain.Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi
masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah
yang fatal.
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia,
Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik
yang diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan
antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan
untuk menentukan penyebab pasti.Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan
suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut
kalau kondisi sudah membaik.
2.9 Komplikasi
Menurut Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia,
disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia),
hiponatremia, dan shock hipovolemik.
2.10 Pencegahan
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang
bersih dan sehat.
pada pengkajian ini dapat diidentifikasi tanda dan gejala. (frekuensi bab (buang air
besar) pada bayi lebih dari 3x/hari dan pada neonatus lebih dari 4x/hari, bentuk cair
pada buang air besarnya kadang-kadang disertai lendir dan darah, nafsu makan
menurun, warnanya lama kelamaan kehijauan karena bercampur empedu, empedu,
muntah,rasa, malaise,adanya lecet pada daerah sekitar anus.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan
2. Kekurangan nutrisi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa I : kekurangan volume cairan
Intervensi :
4.beriakn terapi iv
Intervensi :