Anda di halaman 1dari 7

Hasil Belajar Mandiri Skenario B blok 13

Nama : Saphira Nada Khalishah


Kelas : Gamma 2017

Gagal Jantung Kongestif

Congestive Heart Failure (CHF) atau sering dikenal dengan gagal jantung merupakan
keadaan dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah untuk mencukupi
kebutuhan nutrien dan oksigen sel – sel tubuh secara adekuat sehingga mengakibatkan
peregangan ruang jantung (dilatasi) yang berfungsi untuk menampung darah lebih banyak
untuk dipompakan keseluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal
(Udjianti, 2010). Gejala khas pasien gagal jantung, yaitu : sesak nafas saat beristirahat atau
beraktivitas, kelelahan, dan edema tungkai, sedangkan tanda khas gagal jantung adalah
takikardia, takipnea, suara nafas ronki, efusi pleura, peningkatan vena jugularis, edema
perifer dan hepatomegali (PERKI, 2015).

Anatomi Jantung
Jantung terdiri dari tiga lapisan yaitu epicardium, miokardium dan endokardium.
Jantung normal yang dibungkus oleh perikardium terletak pada mediastinummedialis dan
sebagian ditutup oleh paru. Bagian depan dibatasin oleh sternumdan iga 3, 4, dan 5. hampir
dua pertiga bagian jantung terletak di sebelah kiri garismedian sternum. Jantung terletak di
atas diagfragma miring kedepan kiri danapeks kordis nerada paling depan dalam rongga
dada. Apek dapat di raba padasela iga 4 – 5 dekat garis medio- klavikule kiri. Batas kranial
dibentuk oleh aortadesendens, arteri pulmonal dan vena kava superior. Ukuran atrium
kanan dan berat jantung tergantung pada usia, jenis kelamin, tinggi badan, lemak
epikardium dan nutrisi seseorang.

1. Orientasi Cor
Bentuk dan orientasi cor seperti piramida terbalik yang berdiri di atas satu
sisinya. Berada di dalam cavitas thoracis, apex piramida ini menghadap ke depan,
bawah, dan ke kiri, sedangkan basisnya berada di arah kebalikan apex dan menghadap
ke posterior. Sisi-sisi piramida terdiri dari:
 facies diaphragmatica (inferior) yang merupakan tempat piramida bersandar,
 facies sternocostalis (anterior) yang menghadap ke anterior,
 facies pulmonalis kanan, dan
 facies pulmonalis kiri.
2. Facies posterior (basis) dan apex
Basis cordis adalah berbentuk persegi empat dan menghadap posterior. Terdiri dari:
 Atrium sinistrum.
 Sebagian kecil atrium dextrum, dan
 Bagian proximal venae besar (venae cava superior dan inferior dan venae
pulmonales).

Karena venae besar memasuki basis cordis, dengan venae pulmonares


memasuki sisi dextra dan sinistra atrium sinistrum dan venae cava superior dan inferior
pada ujung atas dan bawah atrium dextrum, basis cordis terfiksasi di posterior pada
dinding pericardium, berhadapan dengan corpus vertebrae TV-TVIII (TVI-TIX saat
posisi berdiri). Esophagus terletak tepat di posterior basis cordis.

Dari basis cordis, cor berproyeksi ke depan, bawah, dan ke kiri, berakhir di apex
cordis. Apex cordis terbentuk dari bagian inferolateral ventriculus sinister dan berada
di posterior dari spatium intercostale 5 kiri, 8-9 cm dari linea mediosternalis. Facies
anterior menghadap ke anterior dan terutama terdiri atas ventriculus dexter, sebagian
atrium dextrum di sebelah kanan dan sebagian ventriculus sinister di sebelah kiri.

Cor pada posisi anatomis berada di atas facies diaphragmatica, yang terdiri dari
ventriculus sinister dan sebagian kecil ventriculus dexter yang terpisah oleh Sulcus
interventricularis posterior. Facies ini menghadap ke inferior, di atas diaphragma,
terpisah dari basis cordis oleh sinus coronarius, dan membentang dari basis sampai apex
cordis.

Facies pulmonalis sinistra menghadap pulmo sinister, lebar dan cembung,


terdiri dari ventriculus sinister dan sebagian atrium sinistrum. Facies pulmonalis dextra
menghadap pulmo dexter, lebar dan cembung, terdiri dari atrium dextrum.

3. Lapisan Jantung
- Endokardium, lapisan jantung yang paling dalam melapisi katup dan jantung
bagian dalam.
- Miokardium, lapisan jantung tengah dan miokardium ini memiliki lapisan
otot yang paling tebal karena sebagai sel otot pada saat berkontraksi.
- Perikardium terbagi atas.
Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan
perikardium, di mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3 lapisan (lihat
gb.3) yaitu :
a. Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung yang
melindungi jantung ketika jantung mengalami overdistention. Lapisan
fibrosa bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung dengan bagian
dinding dalam sternum rongga thorax, disamping itu lapisan fibrosa ini
termasuk penghubung antara jaringan, khususnya pembuluh darah besar
yang menghubungkan dengan lapisan ini (exp: vena cava, aorta,
pulmonal arteri dan vena pulmonal).
b. Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa
c. Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan lapisan
luar dari otot jantung atau epikardium.
Diantara lapisan pericardium parietal dan lapisan perikardium visceral
terdapat ruang atau space yang berisi pelumas atau cairan serosa atau yang
disebut dengan cairan perikardium.Cairan perikardium berfungsi untuk
melindungi dari gesekan-gesekan yang berlebihan saat jantung berdenyut
atau berkontraksi. Banyaknya cairan perikardium ini antara 15 – 50 ml, dan
tidak boleh kurang atau lebih karena akan mempengaruhi fungsi kerja
jantung.
Pemeriksaan Fisik
Physical Exam :
General Consideration :
Conscious, compos mentis, Orthopneu, BP 140/90 mmHg, PR 109x/min, reguler, RR 32 x/min,
height 160 cm, body weight 59 kg.
Specific Consideration :
JVP (5+2)cmH2O, HR 109/min regular, murmur (-), S3 gallop (+), basal rales (+), wheezing
(-), liver palpable 2 cm below the costal arch : ankle edema(+).

No. Hasil Pemeriksaan Fisik Nilai Normal Interpretasi


1. General examination:
- Compos mentis Compos mentis Normal
- Orthopnoe (-) Abnormal
- height 160 cm, 18,5-22,9 23,04 (Obesitas)
weight 59 kg
- BP 140/90 mmHg 120/80 mmHg Hipertensi
- HR 109 bpm 60-100 bpm Tachicardi
- PR: 109 bpm, 60-100 bpm Tachicardi
- regular normal
- RR: 32 x/m 12-20 x/m Tinggi
- JVP <5+1> <5-2> cmH20 Abnormal
cmH2O

3. Thorax:
(-) Normal
- Wheezing (-)
- Basal rales (+) (-) Abnormal
- Murmur (-) (-) Normal
- S3 gallop (+) Abnormal

4. Abdomen:
liver is palpable 2 fingers (-) Abnormal
below the costal arch (Hepatomegaly)
5. Extremities:
ankle edema (-) Abnormal
Orthopnea, yaitu dyspnea yang terjadi pada saat pasien berbaring. Orthopnea
disebabkan oleh perpindahan cairan dari sirkulasi splanchnic dan ekstremitas bawah menuju
ke sirkulasi sentral ketika pasien berbaring. Peningkatan cairan di sirkulasi sentral akan
meningkatkan tekanan kapiler paru dan akhirnya kongesti bertambah parah. Keluhan
orthopnea dapat berkurang bila pasien duduk (Lindenfeld & Albert, 2010)
Stroke volume yang tidak mencukupi menyebabkan terjadinya penurunan tekanan
dinding arteri. Penurunan ini dideteksi oleh baroreseptor yang selanjutnya memicu saraf
simpatis untuk meningkatkan tekanan arteri dengan melakukan vasokontriksi. Vasokontriksi
ini kemudian memicu system RAA. Angiotensin II yang dihasilkan menyebabkan
vasokontriksi juga dan sekaligus mengaktifkan aldosteron sehingga terjadi retensi cairan di
ginjal. Peristiwa inilah yang menyebabkan BP yang terukur adalah 180/110 mmHg.
Pada kasus ini, pasien mengalami hipertensi dan tidak terkontrol sehingga hipertensi sudah
sampai stage 3.
o HR = 109x/menit, PR = 109x/min regular, tidak terdapat pulsus defisit
o RR = (Takipnea) 32x/min
Makna dari meningkatnya RR, pasien mengalami sesak nafas
(Takipnea) yang disebabkan karena adanya cairan/eksudat yang
memenuhi rongga perikardium dan paru-paru sehingga terjadi gangguan
pertukaran O2 dan menyebabkan jaringan kekurangan O2 yang harus
dikompensasi dengan peningkatan respiratory rate.
Hal ini juga disebabkan oleh gagal jantung yang dialami sehingga
berkurangnya cardiac output dan berkurangnya aliran darah ke jaringan
dan jaringan kekurangan O2.
o Pre obese: BMI = 23,04
BMI (kg/m2) Klasifikasi
< 18,5 Berat Badan Kurang
18,5-24,9 Normal
25-29,9 Berat Badan Lebih
30-34,9 Obesitas Tingkat I
35-39,9 Obesitas Tingkat II
>39,9 Obesitas Tingkat III
< 18,5 Berat Badan Kurang

Tujuan pengukuran JVP adalah untuk melihat adanya distensi vena jugularis dan
memperkirakan tekanan vena sentral (CVP). Distensi vena-vena dileher dapat
memperlihatkan adanya perubahan volume dan tekanan di dalam atrium kanan. Vena
jugularis merupakan salah satu vena yang terdapat di area leher. Di leher terdapat 2 buah
vena jugular yaitu vena jugular interna dan vena jugular eksterna. Vena jugular interna
terletak lebih dalam dibelakang otot sternokleidomastoideus sehingga sering tidak tampak
dari permukaan kulit. Padahal tekanan vena sentral (CVP) lebih reliabel melalui vena jugular
interna daripada vena jugular eksterna. Sedangkan vena jugular eksterna dapat lebih mudah
melebar/membesar saatmenahan nafas, dan menengokan leher.
JVP normal adalah 5 +/- 2 cm H2O di atas sendi manubriosternal (angulus sternalis),
saat pasien berbaring setengah tidur terlentang (300-450), di mana ujung atas kolom vena
sistemik berada di bawah atau hanya terlihat sedikit di atas angulus sternalis.

Protodiastolic Gallop (S3 Gallop)


Bunyi jantung ketiga, yang dikenal sebagai S3 gallop, adalah getaran yang bernada
rendah yang terjadi pada awal diastol. bunyi jantung ketiga tersebut terdengar lemah dan
bergemuruh pd awal 1/3 bagian tengah diastol. Bunyi ini timbul karena adanya ketegangan
korda tendinae dan mengembangnya ventrikel pada fase pengisian.
Kecepatan pengisian ventrikel dan besarnya amplitudo dari getaran dinding ventrikel
mempengaruhi bunyi yang terdengar. Bunyi jantung ketiga sisi kiri dapat didengar pada
apeks jantung dgn posisi pasien berbaring miring ke kiri. Sebaliknya bunyi jantung ketiga sisi
kanan dapat didengar pada batas bawah sternal kiri. S3 gallop (protodiastolic gallop) telah
lama digunakan secara klinis sebagai indikator disfungsi sistolik ventrikel kiri.
Gallop dihasilkan dari penurunan pemenuhan ventrikel dan mengakibatkan rendahnya
fraksi ejeksi. S3 merupakan kunci untuk mengetahui gagal jantung kongestive.

Basal Rales
Jika tekanan hidrostatik anyaman kapiler paru-paru meningkat melebihi tekanan
onkotik pembuluh darah maka akan terjadi transudasi cairan ke dalam interstisial. Apabila
kecepatannya melebihi kecepatan drainase limfatik maka akan timbul edema interstisial. Bila
terjadi peningkatan tekanan lebih lanjut, cairan akan merembes ke alveoli sehingga
menimbulkan edema paru.
Seperti klarifikasi “ronchi basah” yaitu bunyi yang terdengar bila terdapat cairan di
dalam bronkus atau alveoli. Ronchi terdengar di basal medial paru karena cairan terakumulasi
di bagian bawah paru karena pengaruh gaya gravitasi.

Hepatomegali
Pada keadaan gagal jantung akut karena ventrikel kanan tidak bisaberkontraksi
dengan optimal, terjadi bendungan di atrium kanan dan vena kavasuperior dan inferior.
Dalam keadaan ini gejala edema perifer, hepatomegali,splenomegali belum sempat terjadi,
tetapi yang mencolok adalah tekanan darahakan menurun dengan cepat sebab darah balik
berkurang.

Pada gagal jantung kanan yangkronis, ventrikel kanan pada saatsistol tidak mampu
memompakandarah keluar, sehingga seperti padagagal jantung kiri pada saatberikutnya
tekanan akhir diastolventrikel kanan akan meninggi.Dengan demikian maka tekanan diatrium
kanan juga akan meninggi danhal ini akan diikuti bendungan darahdi vena kava superior,
vena kavainferior serta seluruh sistem vena.Hal ini secara klinis dapat dilihat dengan adanya
bendungan di vena hepatica,sehingga menimbulkan hepatomegali.

Bagaimana patofisiologi terjadinya mudah lelah pada kasus?

Anda mungkin juga menyukai