Anda di halaman 1dari 2

Metode kekuatan pereduksi (Shivaprasad, 2005; Miladi and Damak, 2008).

Prinsip dari metode ini adalah peningkatan serapan dari reaksi pencampuran berbagai

konsentrasi dari ekstrak yang diuji dengan penambahan dapar natrium fosfat dan kalium

ferisianida. Peningkatan serapan menunjukkan peningkatan aktivitas antioksidan. Pada metode ini

senyawa membentuk kompleks berwarna dengan kalium ferisianida, trikloroasetat dan besi (III)

klorida, yang ditambahkan setelah sentrifugasi dilakukan kemudian diukur pada panjang

gelombang 700 nm. Peningkatan serapan dari reaksi menunjukkan penurunan kekuatan dari

sampel.

Metode fosfomolibdenum (Shivaprasad, 2005; Prieto, Pineda dan Aguilar, 1999).

Kapasitas antioksidan total dengan pengujian metode fosfomolibdenum didasarkan pada

reduksi dari Mo (VI) menjadi Mo (V) oleh sampel analit dan selanjutnya pembentukan kompleks

warna hijau dari fosfat molibdenum (V) yang mengandung antioksidan pada pH asam.

Fosfomolibdenum adalah metode kuantitatif untuk aktivitas antioksidan total yang dinyatakan

sebagai jumlah yang setara asam askorbat.

Metode ABTS (garam 2,2-azinobis (3-etilbenzotiazolin-6-sulfonikasid) diamonium (Re et

al,1999).

Garam diamonium ABTS (2,2-azinobis (3-etilbenzotiazolin-6sulfonikasid) dengan prinsip

pengujian dekolorisasi radikal kation merupakan metode spektrofotometri yang banyak digunakan

untuk pengujian aktivitas radikal pada berbagai zat. Percobaan untuk skrining analisis dilakukan

menggunakan uji dekolorisasi ABTS yang ditingkatkan, dapat digunakan untuk senyawa hidrofilik

maupun lipofilik. ABTS dihasilkan dengan mengoksidasi larutan kation ABTS●+ dengan kalium
persulfat. Sejumlah 3 mL larutan kation ABTS dicampur dengan 30 µL larutan ekstrak metanol

dimasukkan dalam mikrokuvet 1 cm, penurunan absorbansi diukur pada 734 nm selama 6 menit.

Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali.

Metode CUPRAC (Apak et al, 2005).

Prinsip dari uji CUPRAC (Cupric Reducing Antioxidant Capacity) adalah pembentukan

kelat oleh bis (neukuproin) besi (II) menggunakan pereaksi redoks kromogenik pada pH 7.

Absorbansi dari pembentukan kelat Cu (I) merupakan hasil reaksi redoks dengan mereduksi

polifenol yang diukur pada panjang gelombang 450 nm. Untuk spektrum Cu (I) Ne diperoleh

dengan mereaksikan asam askorbat berbagai konsentrasi dengan reagen CUPRAC. Kondisi reaksi

seperti konsentrasi reagen, pH, dan waktu oksidasi pada suhu kamar dan peningkatan suhu pada

percobaan dapat berasal dari sumber lain. Kelebihan dari metode CUPRAC adalah pereaksi yang

digunakan cukup cepat bekerja, selekif, lebih stabil, mudah didapatkan dan mudah untuk

diaplikasikan.

Anda mungkin juga menyukai