Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan istilah lain untuk bayi
prematur hingga tahun 1961. Istilah ini mulai diubah dikarenakan tidak
seluruh bayi dengan berat badan lahir rendah lahir secara prematur.
(Manuabaet al, 2007)
World Health Organization (WHO) mengubah istilah baby
Prematur (premature baby) menjadi berat bayi lahir rendah (low birth
weight) dan sekaligus mengubah kriteria BBLR yang sebelumnya ≤ 2500
gram menjadi < 2500 gram. (Putra, 2012)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu
hamil yang menderita energi kronis dan mempunyai status gizi buruk.
BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga
dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkambangan anak, serta berpengaruh
pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan
masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di
Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, maka kematian bayi di Indonesia
tercatat 510 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Ini merupakan
gambaran yang buruk, karena angka kematian bayi masih tergolong tinggi
bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab kematian
bayi terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR),
sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu
sekitar 459.200-900.000 bayi. (Depkes RI 2005)
Penelitian Saraswati dan Sumarno (1998) menunjukkan bahwa ibu
hamil dengan kadar Hb di atas 10 g/dl mempunyai risiko 2.25 kali lebih
tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu hamil

1
dengan kadar Hb di atas 10 g/dl, dimana ibu hamil yang menderita anemia
berat mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR 4.2 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu yang tidak menderita anemia berat.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian BBLR?
2. Apa saja penyebab terjadinya BBLR?
3. Apa saja karakteristik pada BBLR?
4. Apa saja masalah-masalah yang terjadi pada BBLR?
5. Bagaimana pencegahan agar tidak terjadinya BBLR?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLR?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat memahami apa yang dimaksud BBLR dan dapat
mencegahnya
2. Tujuan Khusus
a. Dapat menjelaskan pengertian BBLR
b. Dapat menjelaskan penyebab terjadinya BBLR
c. Dapat menyebutkan karakteristik pada BBLR
d. Dapat menyebutkan masalah-masala pada BBLR
e. Dapat menjelaskan pencegahan pada BBLR
f. Dapat menyebutkan apa saja penatalaksanaan pada BBLR

2
BAB II

Lampiran Materi

Rancangan pembelajaran dengan sasaran pada ibu hamil yang beresiko


mengalami bayi berat lahir rendah (BBLR).

A. Pengkajian
Seorang Mahasiswa perawat dari Poltekkes Kemenkes Jakarta 1
melakukan pengkajian terhadap seseorang ibu hamil yang beresiko
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) di daerah cilandak, Jakarta
selatan. Di bawah ini disajikan sebagian data hasil pengkajian yang di
dapatkannya. Hasil pengkajian itu mendukung adanya masalah tentang
perilaku.
1. Pengkajian Faktor Predisposisi
a. Riwayat Keperawatan
Ny. R berumur 21 tahun yang sejak SMP sudah
mengalami tekanan darah rendah, tinggi badan 156 cm
dan berat badan 50 kg. Sejak SMP Ny. R cepat lelah,
sering pingsan dan telah di diagnosa oleh dokter
mengalami penyakit anemia, tetapi sewaktu kecil Ny. R
tidak pernah mempunyai penyakit anemia.
b. Keadaan Fisik
Berat badan Ny. R 50 kg dan ia mengatakan berat badan
sebelumnya hamil adalah 50 kg. tinggi badan 156 cm.
Tanda-tanda vitalnya adalah tekanan darah 90/70 mmHg,
nadi 65 x/menit, suhu tubuh 36˚C dan pernafasan 20
x/menit.
c. Kesiapan Belajar
Keluarga Ny.R meminta tolong kepada mahasiswa
perawat untuk memberikan penyuluhan kepada Ny.R.
dikarenakan ini adalah kehamilan pertamanya, selain itu

3
melihat kondisi Ny. R yang berat badanya sangat kecil
yaitu 70 kg dan mempunyai riwayat anemia.
d. Motivasi Belajar
Ny. R sangat kuat motivasinya untuk mempelajari hal-hal
yang berkaitan dengan kesehatan bayi yang ia kandung.
e. Kemampuan membaca
Ny. R mempunyai kemampuan membaca dan menulis
dengan baik. Ketika diberikan sebuah bacaan berupa
leaflet tentang pencegahan berat bayi lahir rendah (BBLR)
pada ibu hamil dan diminta untuk membacanya, Ny.R
dapat menjelaskan kembali inti dari isi leaflet tersebut.
2. Pengkajian faktor Pemungkin
Selama 1 minggu ke depan, di puskesmas sekitar rumah
Ny. R akan diadakan penyuluhan tentang pencegahan BBLR pada
ibu hamil yang akan dijelaskan oleh perawat dari Alumni
Poltekkes Kemenkes Jakarta 1, tetapi untuk ibu-ibu yang tidak
hamil juga bisa datang untuk melihat penyuluhan tersebut.
3. Pengkajian faktor Penguat
Ny. R memiliki salah satu faktor penyebab BBLR. Tinggi
badan Ny. R 156 cm, Berat badan 68 kg dan mempunyai penyakit
Anemia.

B. Diagnosa Keperawatan
Beradasarkan pengkajian ditemuakan, perawat merumuskan diagnosa
keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan tersebut sebagai berikut :
1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

C. Perencanaan Tindakan Keperawatan


Tindakan keperawatan yang ditetapkan untuk menyelesaikan diagnosa
keperawatan tersebut adalah bertambahnya pengetahuan kesehatan dalam
mencegahan BBLR pada Ny. R dan keluarganya. Sebelum melaksanakan
tindakan ini maka harus dibuat dahulu Satuan Acara Pembelajaran (SAP).

4
Berikut ini adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan oleh perawat
masing-masing diagnosa keperawatan.

Rancangan Pembelajaran Individual

Diagnosa Keperawatan: Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang


terpapar informasi dibuktikan dengan kekeliruan persepsi klien

A. Tujuan Umum
Sasaran Mampu memahami tentang penanganan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) dengan baik dan benar.

B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan sasaran dapat :
1. Mengetahui pengertian BBLR
2. Mengetahui penyebab- penyebab BBLR
3. Mengetahui Karakteristik BBLR
4. Mengetahui Masalah-masalah yang terjadi pada BBLR
5. Mengetahui cara pencegahan terjadinya BBLR
6. Mengetahui penatalaksanaan BBLR yang benar

C. Pokok Materi
1. Pengertian BBLR
2. Penyebab BBLR
3. Karakteristik BBLR
4. Masalah-masalah yang terjadi pada BBLR
5. Pencegahan terjadinya BBLR
6. Penatalaksanaan BBLR

D. Metode Belajar
1. Metode tanya jawab
Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi diatas

5
2. Metode Ceramah
Metode ini dipergunakan untuk mencapai tujuan bertambahnya
pengetahuan

E. Media dan Alat Bantu


1. Leaflet berisi gambar tentang cara pencegahan berat bayi lahir
Rendah
2. Lembar balik

F. Evaluasi Belajar
Evaluasi belajar akan dilakuakan selama proses belajar dan pada akhir dari
proses pendidikan kesehatan. Cara evaluasi akan dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan lisan.
Pertanyaan lisan
a) Apakah pengertian dari BBLR?
b) Bagaimana cara mencegahan pada ibu hamil agar tidak terjadi
BBLR?
c) Bagaimana penatalaksanaan BBLR?

6
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian BBLR

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan
lahir kurang atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Untuk
mendapatkan keseragaman pada kongres European Perinatal Medicine II di
London (1970), telah disusun definisi sebagai berikut:

1. Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
2. Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai
37 minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)
3. Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42
minggu atau lebih (294 hari atau lebih)
World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan
bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan
2500 gram disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir
rendah/BBLR), karena morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya
bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan
(maturitas) bayi tersebut. Definisi WHO tersebut dapat disimpulkan secara
ringkas bahwa bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram.

B. Penyebab Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


1. Faktor lbu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis,
diabetes mellitus, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.

7
b. Umur ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia <20
tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.
Kejadian terendah ialah pada usia antara 26 - 35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial
ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang
kurang baik (khususnya anemia) dan pelaksanaan antenatal yang
kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir
dari perkawinan yang tidak sah.temyata lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
d. Sebab lain (Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat
narkotik).
2. Faktor janin
a. Hidramnion
b. Kehamilan ganda
c. Kelainan kromosom
3. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal dataran tinggi
b. Radiasi
c. Zat-zat racun.
.
C. Karakteristik BBLR
1. Berat Badan < 2500 gram, Panjang Badan < 45 cm , Lingkar Kaki <
33 cm , Lingkar Dada < 30 cm
2. Gerakan kurang aktif,oto masih hipotonis
3. Umur kehamilan < 37 minggu
4. Kepala lebih besar dari badan, rambut tipis dan halus
5. Tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan satura besar
6. Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
7. Jaringan payudara tidak ada dan putting susu kecil

8
8. Pernafasan belum teratur, dan sering mengalami serangan apneu
9. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak
10. Kepala tidak mampu tegak
11. Frekuansi nadi 100-140 kali permenit

D. Masalah-masalah yang terjadi pada BBLR


Masalah-masalah yang muncul pada bayi BBLR adalah sebagai berikut:
1. Suhu Tubuh
a. Pusat pengatur panas badan belum sempurna
b. Luas badan bayi relatifbesar sehingga penguapannya bertambah
c. Otot bayi masih lemah
d. Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan
panas badan
e. Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi
dengan BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak
kehilangan panas badan dan dapat diperhatikan sekitar 30 0C
sampai 370C
2. Pernafasan
a. Pusat pengatur pernafasan belum sempuma
b. Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya
tidak sempurna
c. Otot pernafasan dan tulang iga lemah
d. Dapat disertai penyakit-penyakit: penyakit hialin membran,
mudah infeksi paru-paru, gagal pernafasan.
3. Alat pencernaan makanan
a. Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan
kurang baik
b. Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna
sehingga pengosongan lambung berkurang.
c. Mudah terjadinya regurtasi isi lambung dan dapat menimbulkan
aspirasi pneumonia.
d. Hepar yang belum matang (immatur)

9
e. Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga
mudah terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai keroikterus.
4. Ginjal masih belum matang
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air
masih belum sempurna sehingga mudah terjadi edema.
5. Perdarahan dalam otak
a. Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah peca
b. Sering mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan
terjadi perdarahan dalam otak.
c. Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan dapat
menyebabkan
d. Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga memudahkan
terjadi perdarahan dan nekrosis.

E. Pencegahan Terjadinya BBLR


Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif
adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4
kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan
muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama factor resiko yang
yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih
mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan
perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga
kesehatnnya dan janin yang dikandung dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun
umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar

10
mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan
antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
5. Mengurangi kerja berat yang melelahkan dan istirahat yang cukup
6. Mengatur jarak kehamilan minimal 3 tahun.

F. Penatalaksanaan pada Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu
untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan
lingkungan hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu
lingkungan, pemberian makanan, dan bila perlu pemberian oksigen,
mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi
(Winkjosastro, 2006).
1. Mempertahankan Suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita
hipotermia bila berada di lingkungan dingin. Bila bayi dirawat di
dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan
kurang dari 2 kg adalah 35°C dan untuk bayi berat badan 2-2,5 kg
34°C agar ia dapat mempertahankan suhu tubu sekitar 37°C suhu
inkubator dapat diturukan 1°C perminggu untuk bayi dengan berat
badan kurang dari 2 kg secara berangsur-angsur ia dapat diletakan
didalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27°C-29°C.
Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan
membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitar
atau dengan memasang lampu petromaks didekatkan pada tempat
tidur bayi. Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini
penting untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum,
tingkah laku, pernapasan dan kejang (Winkjosastro, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Setelah lahir
adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, dan juga
sangat rentan terjadinya hiportermi, karena tipisnya cadangan
lemak dibawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengaturan
panas di otak, untuk itu BBLR harus selalu dijaga kehangatanya.

11
Cara paling efektif mempertahakan suhu tubuh normal adalah
sering memeluk dan mengendong bayi.
Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau atau
perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekat ibu atau orang lain
dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu. Cara lain, bayi
jangan segera dimandikan sebelum enam jam BBLR (Kosim,
2007).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mudah dan cepat
mengalami hipotermi, kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bayi relativ lebih luas dibandingkan dengan berat
badan, kurangnya jaringan lemak, dan kekurangan lemak coklat
(brown fat) ( Koswara, 2009).
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas dan
menjadi hipotermi, karena pusat pengaturan panas belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relativ
luas oleh karena itu bayi prematur harus dirawat di dalam indikator
sehingga badanya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam
indikator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg adalah 35 °C
dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 °C. Bila
indikator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya diletakan botol yang berisi air panas, sehingga panas
badanya dapat dipertahankan. (Muhammad, 2008).
2. Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi
bayi dan erat kaitannya dengan daya dan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan agar bayi tidak menderita hipoglikemia
dan hiperbilirubinemia. Pada umunya bayi dengan berat lahir 2500
gram atau lebih dapat mengisap air susu ibu dan bayi dengan berat
kurang 1500 gram bayi diberi minum melalui sonde. Sesudah 5
hari bayi lahir dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap cukup
baik maka pemberian air susu ibu diteruskan (Winkjosastro, 2006).
3. Makanan Bayi

12
Pada bayi prematur refleks isap, telan dan batuk belum
sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim
pencernaan terutama lipase masih kurang di samping itu kebutuhan
protein 3-5 gr perhari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat
badan bertambah sebaik-baiknya. Pemberian minum dimulai pada
waktu bayi berumur tiga jam agar bayi tidak menderita
hipoglikemia dan hiperbilirubinemia pada umumnya bayi dengan
berat badan lahir 2000 gram agar lebih dapat mengisap air susu ibu
dan bayi dengan berat kurang 1500 gram diberi minum melalui
sonde. Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya, bila daya
isap cukup baik maka pemberian air susu diteruskan
(Winkjosastro, 2006).
4. Mencegah Infeksi
Bayi berat lahir rendah mudah sekali terkena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuaan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibodi belum sempurna, oleh karena itu, upaya
preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga
tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR), dengan demikan
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik (Manuaba, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sangat rentan akan
infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk
mencuci tangan sebelum memegang bayi (Sarwono, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sangat rentan akan
infeksi, ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap
infeksi berkurang, relatif belum sanggup membantu antibodi dan
daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan ( Koswara 2009).

13
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya
pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami
gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga
membutahkan biaya perawatan yang tinggi.
Pencegahan BBLR dapat dilakukan dengan pemeriksaan kehamilan
secara berkala minimal 4 kali, penyuluhan kesehatan tentang perkembangan
janin dalam rahim, dukungan ekonomi, istirahat yang cukup dan mengatur
jarak kehamilan.

B. Saran
1. Meningkatakan informasi dan pengetahuan tentang bayi baru lahir
dengan BBLR.
2. Memberikan penyuluhan ke masyarakat yang lebih meluas hingga
ke pelosok-pelosok
3. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.

14

Anda mungkin juga menyukai