Anda di halaman 1dari 2

ANIEM: Menyetrum Hindia Belanda, Menyalakan Indonesia

Di Kota Yogyakarta, masih tertinggal sisa gardu listrik yang disebut Babon Aniem.
Bahkan, sampai akhir abad 20, menurut Suryadi AP dalam Malioboro: Djokdja Itoe
Loetjoe (2002), banyak priayi Yogya yang menyebut "aniem" untuk listrik dan
"cagak aniem" untuk tiang listrik. Aniem terngiang di kepala banyak orang kota
zaman dulu, khususnya di kota yang sudah dialiri jaringan listrik.

Padahal Aniem adalah akronim untuk nama perusahaan listrik zaman kolonial,
Algemeen Nederlands Indische Electriciteits Maatschappij, yang berdiri sejak
1909. Meski namanya cukup diingat orang, ANIEM bukan perusahaan listrik
pertama di Hindia Belanda. Ia anak perusahaan gas Hindia Belanda, Nederlandsch-
Indische Gasmaatschappij (NIGM), yang berdiri sejak 1864. Sebelum ada listrik,
sumber lampu-lampu kota adalah gas, dan NIGM adalah
salahsatupemasokutamanya.

“Pada 19 November 1859, konsesi pertama oleh menteri jajahan Belanda diberikan
untuk memasang sistem lampu gas umum di Batavia dan sekitarnya,” tulis Rudolf
Mrazek dalam Engineer of Happy Land (2006). Pada 1883, ada 1.270 meteran gas
di Batavia dan 384 meteran gas di Surabaya. Listrik mulai menyala di Batavia pada
1897.

“Kehadiran listrik dianggap menyaingi usaha gas di Hindia Belanda,” catat Negeri
Kaya Gas Bumi (2005).

Menurut Mrazek, perusahaan listrik di Batavia untuk menjawab kebutuhan


masyarakat atas lebih banyak cahaya. Perusahaan penyedianya adalah NIEM alias
Perusahaan Listrik Hindia Belanda.

Menurut Purnawan Basundoro, sejarawan Universitas Airlangga, dalam Dua Kota


Tiga Zaman (2009), jika NIEM untuk Kota Batavia, maka ANIEM untuk memasok
kebutuhan listrik Kota Surabaya. Menurut Basundoro, ANIEM punya relasi dengan
jawatan listrik Jawa Timur (OJEM); Solo (SEM); Banyumas (EMB); Rembang
(EMR); Sumatra (EMS); Bali dan Lombok (EBALOM), serta lainnya.

Pada zaman Jepang, banyak aset negara diambil alih oleh pemerintahan
pendudukan, termasuk perusahaan listrik di Hindia Belanda. Semua listrik di Jawa
pun jadi urusan Djawa Denki Djigjo Kosja.

Setelah Indonesia merdeka, menurut catatan Negeri Kaya Gas Bumi, “Pada 27
Oktober 1945, pemerintah sebenarnya telah menetapkan Perusahaan Listrik dan
Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dengan nama Djawatan Listrik dan
Gas melalui Penetapan Pemerintah No.1/SD/1945.”
Kepala jawatan pertama dipegang oleh Ir. R. Soedoro Mangoenkoesoemo, yang
ditetapkan pada 27 Oktober 1945. Peristiwa inilah yang kelak menjadikan 27
Oktober sebagai Hari Listrik Nasional.

Anda mungkin juga menyukai