Anda di halaman 1dari 5

1 BAB I: PENGANTAR

Kebutuhan manusia akan transportasi saat ini sudah berubah dari yang awalnya termasuk
kategori kebutuhan sekunder, atau bahkan tersier, menjadi kebutuhan primer, terutama masyarakat
yang hidup di perkotaan. Hal ini seiring dengan perkembangan mobilisasi peradaban manusia saat
ini yang semakin hari keperluan untuk berpindah tempat dalam waktu yang singkat menjadi suatu
kebiasaan, dikarenakan faktor ekonomi, bisnis, bekerja, belajar, dan lain-lain. Dengan kebutuhan
seperti itu, tentunya teknologi transportasi di darat, air/laut, dan udara menjadi sebuah alat/ fasilitas
yang sangat penting untuk menunjang aktivitas manusia saat ini. Di awali dengan sistem
transportasi darat guna menunjang kebutuhan yang fleksibel. Lalu muncul transportasi air/ laut
yang dalam perjalanan sejarahnya berkontribusi penting dalam eksplorasi dan penjelajahan benua/
pulau baru di dunia. Dan yang terakhir transportasi udara yang diklaim memilki sistem teknologi
transportasi yang paling kompleks dan sulit, seperti pesawat terbang dan roket.

Gambar 1: Kereta (transportasi darat), kapal layar (transportasi air/laut), dan pesawat terbang (transportasi
udara)

Sedemikian penting sistem transportasi bagi manusia, sehingga industri dan penelitian di
sektor ini terus dilakukan untuk mencapai sebuah sistem transportasi yang lebih baik, efisien, dan
aman. Termasuk dalam hal yang berkaitan dengan lingkungan, saat ini lingkungan menjadi
perhatian tersendiri hampir di seluruh negara. Transportasi berbahan bakar fosil menjadi salah satu
penyumbang terbesar gas emisi rumah kaca di atmosfer. Gas rumah kaca dipercaya sebagai
penyebab pemanasan global yang mengakibatkan berbagai fenomena alam seperti suhu bumi yang
meningkat, cuaca yang tak menentu, mencairnya es di kedua kutub, dan peningkatan bencana
alam. Oleh karena itu, materi pada diktat ini akan membahas tentang sistem transportasi yang
menggunakan listrik sebagai sumber energi penggeraknya. Dikarenakan teknologi yang
mendukung sistem transportasi listrik saat ini sebagian besar baru mencakup transportasi darat
seperti mobil, bus, dan kereta, maka pembahasan hanya akan terfokus pada transportasi darat,
khususnya mobil.

Gambar 2: Perbandingan gas emisi yang dihasilkan oleh setiap sektor 1

Pada gambar 2 kita dapat melihat bagaimana kontribusi transportasi terhadap gas rumah kaca
dibandingkan dengan sektor lainnya. Transportasi termasuk dalam empat sektor penyumbang
terbesar gas emisi rumah kaca dengan prosentase 14%. Angka ini didapat dari semua transportasi

1
https://www.epa.gov/ghgemissions/global-greenhouse-gas-emissions-data
yang berbahan bakar fosil dan data berdasarkan dari laporan IPPC tahun 2014. Secara kronologis,
kontribusi transportasi terhadap emisi gas rumah kaca sejak tahun 1960 hingga sekarang
cenderung pada angka yang sama, antara 13-14%2.
Puncaknya terjadi pada tahun 1999 dimana prosentase-nya sempat menyentuh angka 15.4%.
Namun, selepas tahun 2000, angka ini terus mengalami penurunan hingga tahun 2011 kembali
pada kisaran 19%. Seiring dengan bertambahnya kendaraan berbahan fosil, kesadaran manusia
untuk terus berinovasi dalam hal teknologi transportasi juga meningkat. Termasuk dalam hal
efisiensi bahan bakar. Kendaraan yang diproduksi saat ini, memilki efisiensi bahan bakar yang
jauh lebih baik dari kendaraan yang diproduksi tempo dulu. Sangat kontras dengan sektor lain
seperti pembangkit listrik, dimana teknologi yang digunakan cenderung stagnan dan tidak berubah.
Dikarenakan inovasi yang terus berkembang itulah, sektor transportasi diharapkan mampu
mengurangi gas emisi karbon seminimal mungkin.

Gambar 3: Prosentase gas emisi karbon dari proses pembakaran energi fosil di Indonesia3

Tingkat konsumsi bahan bakar pada suatu negara dipengaruhi dengan kondisi ekonomi dan
politik negara tersebut. Tidak terkecuali dengan Indonesia. Pada gambar 3, kita bisa melihat pada

2
http://data.worldbank.org/indicator/EN.CO2.TRAN.ZS?end=2014&start=1960&view=chart&year_low_desc=true
3

http://data.worldbank.org/indicator/EN.CO2.TRAN.ZS?end=2014&locations=ID&start=1960&view=chart&year_lo
w_desc=true
tahun 1998 dan 1999 terjadi penurunan yang sangat tajam, hal ini dikarenakan dengan krisis
moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998. Lalu pada tahun 2005, juga terjadi penurunan
yang tajam. Ketika itu terjadi dua kali kenaikan harga BBM hingga membuat inflasi harganya
menjadi hampir dua kali lipat. Kenaikan pada Maret 2005 (Rp 2.400/liter) dan Oktober 2005 (Rp
4.500/liter). Selepas tahun 2006, prosentase kembali naik dikarenakan kondisi perekonomian
Indonesia yang terus meningkat hingga tahun 2013. Terjadi penurunan kembali pada tahun 2014
yang disebabkan oleh dua hal, turunnya pertumbuhan ekonomi dan kebijakan baru dari presiden
Joko Widodo mengenai pengahupusan subsidi BBM yang menyebabkan harga jual BBM di
Indonesia naik dan mengikuti harga pasaran dunia.
1.1 Transportasi Listrik
Konsep dari sistem transportasi listrik adalah dengan menggunakan satu atau beberaoa motor
listrik sebagai tenaga penggerak. Sejatinya sistem transportasi listrik telah ada sejak awal abad 19,
namun saat itu kalah populer dengan kendaraan berbahan bakar fosil. Harga yang mahal, kecepatan
yang rendah dan jarak tempuh yang pendek pada kendaraan listrik di awal kemunculannya kalah
bersaing dengan kendaraan berbahan bakar fosil, sehingga sistem transportasi listrik saat itu tidak
mampu mengimbangi transportasi berbahan bakar fosil pada sektor domestik. Tingginya biaya
investasi, membuat transportasi listrik hanya dapat dilakukan pada sistem transportasi berskala
besar seperti tram, kereta, dan bus.
Namun, sejak kesadaran global terhadap gas emisi rumah kaca di awal tahun 1990-an dengan
dibentuknya UNFCCC4 atau konvensi kerangka kerja perubahan iklim PBB dan didukung oleh
hampir seluruh anggota PBB, penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi pada semua
sektor mulai dipertimbangkan untuk diganti dengan alternatif energi lainnya, terutama sektor
pembangkit listrik dan transportasi. Tujuan dari konvensi ini adalah untuk mengurangi dampak
lingkungan dan gas emisi dari aktivitas energi fosil di setiap negara, terutama negara-negara
industri maju sebagai penyumbang gas emisi rumah kaca terbesar. Dengan adanya kebijakan dari
PBB ini, teknologi transportasi listrik kembali mendapatkan angin segar untuk bersaing dengan
moda transportasi lainnya.
Toyota pada tahun 1997 mengeluarkan sedan hibrida (perpaduan bensin/solar-listrik) bernama
Toyota Prius. Sedan ini menjadi salah satu mobil listrik paling populer hingga di awal tahun 2010.

4
http://unfccc.int/kyoto_protocol/items/2830.php
Saat ini, sudah banyak perusahaan mobil yang memproduksi mobil listrik (hibrida atau full-listrik)
seperti Nissan Leaf, Volkswagen e-Up, Toyota Mirai, Kia Soul, Hyundai Ioniq, BMW i3, Renault
Zoe, dan Tesla.

Gambar 4: Toyota Prius

Gambar 5: Atas kiri (searah jarum jam); Hyundai Ioniq, BMW i3, Tesla model-S, dan Nissan Leaf

Anda mungkin juga menyukai