Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN…/NY…


DENGAN GASTRITIS DIRUANG CAMELIA RSUD BEKASI
(Tanggal 17 s.d 22 Desember 2018)

Isi laporan pendahuluan:

1. Definsi

Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu
gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung.
Gastritis adalah segala radang mukosa lambung. Gastritis merupakan suatu
keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronis, difus atau local.
Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga diartikan
sebagai suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan
secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari
beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama
dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter
pylori. Peradangan ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding lambung
sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.

Klasifikasi Gastritis

1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan
mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis
besar yaitu :
a. Gastritis eksogen akut, biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar,
seperti bahan kimia. Misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid,
mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung).
b. Gastritis endogen akut, adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan
badan.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama, dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory. Gastritis kronik

1
dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis
kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan
atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi
gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada
proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi
Helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

2. Etiologi

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai


berikut :
A. Gastritis Akut Penyebabnya adalah stres psikologi, obat analgetik, anti inflamasi
terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi
mukosa lambung), makanan, bahan kimia misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein
lada, steroid dan digitalis.
B. Gastritis Kronik Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui,
biasanya disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung Helicobacter
pylori. Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada
peminum alkohol, dan merokok.

2
3. Patoflow

3
4. Manifestasi Klinis

A. Gastritis Akut
1. Anoreksia
2. Mual
3. Muntah
4. Nyeri epigastrum
5. Perdarahan saluran cerna pada hematemasis melena, tanda lebih lanjut yaitu
anemia.

B. Gastritis Kronik
Pada tipe A, biasanya asimtomatik, klien tidak mempunyai keluhan. Namun pada
gastritis tipe B, pasien biasanya mengeluh :
1. Nyeri ulu hati
2. Anorexia
3. Nausea
4. Anemia

5. Komplikasi

1. Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematimesis dan melena yang
dapat berakhir sebagai syok hemoragie.
2. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12

6. Pengkajian

Tanggal Pengkajian:
Tanggal Masuk:
Ruang/Kelas:
Nomer Register:
Diagnosa Medis:

A. Identitas Klien: Nama, Usia, Jenis kelamin, Status Perkawinan, Agama, Suku
Bangsa, Bahasa Yang Digunakan, Alamat, Pekerjaan dan Pendidikan
B. Riwayat Keperawatan:
1) Riwayat Kesehatan Sekarang: keluhan utama, kronologis keluhan
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu: riwayat penyakit sebelumnya, riwayat alergi,
riwayat pemakaian obat.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
4) Penyakit yang pernah diderita keluarga yang menjadi faktor resiko
5) Riwayat Psikososial dan Spritual: orang terdekat, interaksi dalam keluarga,
dampak penyakit, masalah yang mempengaruhi, mekanisme koping terhadap
stress
6) Persepsi klien terhadap penyakitnya

4
7) Sistem nilai kepercayaan
8) Kondisi lingkungan rumah

C. Pengkajian Fisik
a) Pemeriksaan fisik umum: BB,TB, Keadaan umum
b) Sistem penglihatan
c) Sistem pendengaran
d) Sistem wicara
e) Sistem pernafasan
f) Sistem kardiovaskuler
g) Sistem hematologi
h) Sistem syaraf pusat
i) Sistem pencernaan
j) Sistem endoktrin
k) Sistem urogenital
l) Sistem integument
m) Sistem musculoskeletal

7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosa lebih lanjut


A. Nilai haemoglobin dan hematokrit untuk menentukan adanya anemia akibat
perdarahan.
B. Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis kronik
yang berat.
C. Pemeriksaan rontgen dengan sinar X barium untuk melihat kelainan mukosa
lambung.
D. Endoskopi dengan menggunakan gastrocopy untuk melihat kelainan mukosa
lambung.
E. Pemeriksaan asam lambung untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan asam
lambung
F. Pemeriksaan darah untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri
pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa
anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
G. Pemeriksaan feses tes ini untuk memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori
dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
H. Analisa lambung tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik
penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung
nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung
puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa

5
perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-
Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang
selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata)

Penatalaksaan Medis.

1. Gastritis Akut
A. Intruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
B. Bila pasien mampu makan melalui mulut, anjurkan diet mengandung gizi.
C. Bila gejala menetap, cairan perlu diberi secara parenteral.
D. Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran
gastrofestinal.
E. Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
F. Untuk menetralisir alkhali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
G. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau
perforasi.
H. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang
encer atau cuka yang di encerkan.
I. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi polirus.

2. Gastritis Kronik
A. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan
sedikit tapi lebih sering.
B. Mengurangi stress
C. H.pylori diatasi dengan antibiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan gram
bismuth (pepto-bismol).

8. Diagnosa Keperawatan, Kriteria Hasil, Intervensi

A. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan
output cair yang berlebih (mual dan muntah).
Tujuan; Kebutuhan cairan terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Tanda vital dalam batas normal, turgor kulit baik, membran mukosa lembab,
produksi urine output seimbang, muntah darah dan berak darah berhenti.
Rencana Tindakan :
a. Catat karakteristik muntah dan/ atau drainase.
Rasional : Membantu dalam membedakan distress gaster. Darah merah
cerah menandakan adanya atau perdarahan arterial akut, mungkin karena

6
ulkus gaster; darah merah gelap mungkin darah lama (tertahan dalam usus)
atau perdarahan vena dari varises.
b. Awasi tanda vital; bandingkan dengan hasil normal klien/sebelumnya. Uku
TD dengan posisi duduk, berbaring, berdiri bila mungkin .
Rasional : Hipotensi postural menunjukkan penurunan volume sirkulasi.
c. Catat respons fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, misalnya
perubahan mental, kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat,
takipnea, peningkatan suhu.
Rasional : Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya
perdarahan atau tidak adekuatnya penggantian cairan.
d. Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan perubahan berat
badan.
Ukur kehilangan darah/ cairan melalui muntah dan defekasi.
Rasional : Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
e. Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan pada saat
defekasi. Jadwalkan aktivitas untuk memberikan periode istirahat tanpa
gangguan. Hilangkan rangsangan berbahaya.
Rasional : Aktivitas/ muntah meningkatkan tekanan intra-abdominal dan
dapat mencetuskan perdarahan lanjut.
f. Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida.
Rasional : Mencegah refluks gaster dan aspirasi antasida dimana dapat
menyebabkan komplikasi paru serius.
g. Kolaborasi pemberian cairan/darah sesuai indikasi.
Rasional : Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan
lamanya perdarahan (akut/kronis).
h. Berikan obat antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : Mungkin digunakan bila infeksi penyebab gastritis kronis.
i. Awasi pemeriksaan laboratorium; misalnya Hb/ Ht
Rasional: Alat untuk menentukan kebutuhan penggantian darah dan
mengawasi keefektifan terapi.

7
B. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.
Tujuan: Nyeri terkontrol.
Kriteria Hasil: Klien menyatakan nyerinya hilang dan tampak rileks, TTV
stabil,TD=140/90 mmHg, N=80x/i, RR= 20x/i, T= 36-37oC, skala nyeri 0-1.
Rencana Tindakan:
a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).
Rasional: Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan
gejala nyeri klien sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi
perdarahan dan terjadinya komplikasi.
b. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Rasional : Membantu dalam membuat diagnose dan kebutuhan terapi.
c. Anjurkan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk klien.
Rasional : Makanan mempunyai efek penetralisir, juga mencegah distensi dan
haluaran gastrin.
d. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
Rasional : Makanan khusus yang menyebabkan distress bermacam-macam
antara individu.
e. Bantu latihan rentang gerak aktif/ aktif.
Rasional: Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri/
ketidaknyamanan.
f. Kolaborasi pemberian obat analgesik sesuai indikasi.
Rasional : Mengobati nyeri yang muncul.

C. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mualb


dan anoreksia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
Klien tidak mual lagi, klien menghabiskan porsi makanan, peningkatan HB,
peningkatan BB mencapai berat badan ideal, conjungtiva tidak eremis.
Rencana tindakan :
a. Kaji status nutrisi dan factor-faktor penyebab kurangnya intake nutrisi.

8
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari keadaan
pasien. Dan perubahan yang terjadi.
b. Anjurkan klien makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : mencegah perangsangan yang mendadak pada lambung
c. Hindari makanan yang keras dan merangsang peningkatan asam lambung
seperti pedas, asam, kopi, alcohol dan lain-lain.
Rasional : untuk menghindari kerja lambung yang berat dan meminimalkan
Iritasi pada lambung.
d. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : untuk mengetahui perkembangan berat badan.
e. Kolaborasi dalam pemberian obat penurun sekresi lambung
Rasional : untuk mencegah mual, dan muntah.

D. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian,


nyeri.
Tujuan :Ansietas berkurang / hilang.
Kriteria Hasil : Menunjukkan rasa rileks serta melaporkan rasa ansietas hilang
atau berkurang.
Rencana Tindakan :
a. Awasi respon fisiologis, misalnya takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala dan
sensasi kesemutan.
Rasional : Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi
dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik/ status syok.
b. Catat petunjuk perilaku seperti gelisah, kurang kontak mata dan perilaku
melawan.
Rasional : Indikator derajat takut yang dialami klien.
c. Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan balik
Rasional : Membantu klien menerima perasaan dan memberikan kesempatan
untuk memperjelas konsep.
d. Berikan lingkungan tenang untuk istirahat
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan keterampilan koping.

9
e. Dorong orang terdekat tinggal dengan klien. Berespons terhadap tanda
panggilan dengan cepat. Gunakan sentuhan dan kontak mata dengan tepat.
Rasional : Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan
menjadi seorang diri.

9. Evaluasi
A. Hasil yang diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi sehingga tidak terjadi lagi
masalah Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
B. Hasil yang diharapkannyeri terkontrol, sehingga tidak terjadi lagi masalah Nyeri
berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.
C. Hasil yang diharapkankebutuhan nutrisi terpenuhi, sehingga tidak terjadi lagi
masalah Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan anoreksia
D. Hasil yang diharapkanansietas berkurang, sehingga tidak terjadi lagi masalah
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian,
nyeri.

10. Sumber Pustaka

Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta :EGC.

Wilkinson, Nancy R. 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,


Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta: ECG

Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson.2006. Patofisologi edisi 6,vol.2. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta : EGC.

10

Anda mungkin juga menyukai