Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

UPTD PUSKESMAS ULEE KARENG BANDA ACEH


PERIODE 9–21 OKTOBER 2017

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menjalani Kepaniteraan Klinik


di Bagian Family Medicine Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Disusun oleh :
Rahmanizar
1507101030050

Pembimbing:

dr. Suraiya
NIP. 19681021 200212 2 001

BAGIAN FAMILY MEDICINE


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2017
LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


PUSKESMAS ULEE KARENG
PERIODE 9 OKTOBER 2017 – 21 OKTOBER 2017

Disusun Oleh:
Rahmanizar
1507101030050

Diajukan sebagai salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada bagian Family Medicine Fakultas Kedokteran Unsyiah
di UPTD Puskesmas Ulee Kareng Kota Banda Aceh

Disahkan Oleh :
Banda Aceh, Oktober 2017

Kepala Bagian FamilyMedicine


Mengetahui,
FK UNSYIAH
Kepala UPTD Puskesmas Ulee Kareng

dr. Hendra Kurniawan, M.Sc


dr. Suraiya
NIP.19820305 200812 1 004
NIP. 19681021 200212 2 001

Kepala Bagian Family Medicine

Rina Suryani Oktari, S.Kep, M.Si


NIP. 19831012 201404 2 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kepaniteraan Klinik
Senior UPTD Puskesmas Ulee Kareng periode 9-21 Oktober 2017. Shalawat dan
salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyah ke zaman Islamiyah juga kepada sahabat dan keluarga beliau.
Kami berterima kasih kepada kepala UPTD Puskesmas Ulee Kareng, dr.
Suraiya beserta seluruh staf yang telah banyak membimbing kami mulai dari
pelaksanaan tugas hingga pembuatan laporan ini, juga kepada teman sejawat
dokter muda yang telah turut memberikan kontribusinya sehingga semua tugas
dapat dilaksanakan dengan baik.
Kami menyadari banyak kekurangan yang ada pada tulisan ini, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dan
perbaikan dimasa yang akan datang.

Banda Aceh, Oktober 2017

Penulis
LAMPIRAN I
PENYULUHAN KESEHATAN
LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN
PERTOLONGAN PERTAMA PADA LUKA BAKAR

I. Latar Belakang
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
terjadi akibat kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan pajanan suhu tinggi dari matahari.1
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering terjadi. Luka bakar
menyebabkan morbiditas yang cukup tinggi dan masih menjadi masalah di dunia.1
Berdasarkan data WHO, terdapat 180.000 kematian akibat luka bakar pertahun
yang terutama terjadi di negara-negara dengan pendapatan rendah dan sedang.2
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi terjadinya luka bakar di
Indonesia adalah 0,7% dari seluruh kejadian cedera dengan prevalensi tertinggi di
provinsi Papua yaitu 2%, sedangkan prevalensi luka bakar di Aceh adalah 0,7%.3
Luka bakar terutama terjadi di rumah dan tempat kerja. Survei komunitas
di Bangladesh dan Ethiopia menunjukkan 80-90% luka bakar terjadi di rumah.
Kejadian luka bakar lebih sering terjadi pada wanita dan anak-anak terutama
akibat kecelakaan di dapur seperti terkena air panas, peralatan memasak, atau
ledakan kompor. Sedangkan pria lebih cenderung mengalami luka bakar akibat
kecelakaan kerja seperti kebakaran di tempat kerja, atau terkena bahan kimia dan
tersengat listrik.2
Kesembuhan luka bakar bergantung pada derajat luka bakar dan
tatalaksana awal yang diberikan. Pemahaman masyarakat tentang luka bakar
masih kurang dan masih banyak praktik penanganan luka bakar yang tidak sesuai
di masayarakat. Karena itu, dibutuhkan edukasi dan pemberian pemahaman yang
tentang luka bakar dan pertolongan pertama yang harus diberikan kepada
masyarakat.

II. Tujuan
1. Menjelaskan secara singkat pengertian luka bakar.
2. Menjelaskan derajat luka bakar.
3. Menjelaskan pertolongan pertama yang harus diberikan pada luka bakar.
4. Menjelaskan hal yang tidak boleh dilakukan pada luka bakar
III. Tempat, Waktu, dan Peserta
Tempat : Puskemas Ulee Kareng
Tanggal : 12 Oktober 2017
Pukul : 08.30 WIB
Peserta : Masyarakat yang sedang berobat ke Puskesmas Ulee Kareng

IV. Metode Penyuluhan


Metode penyuluhan dan promosi kesehatan ”Pertolongan Pertama pada
Luka Bakar” dilakukan dengan cara presentasi dengan pembagian leaflet lalu
dilanjutkan sesi diskusi. Berikut adalah susunan acara promosi kesehatan.

Kegiatan Durasi
Pembukaan 2 menit
Penyampaian Materi 10 menit
Diskusi dan Tanya Jawab 10 menit
Penutup 2 menit

V. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Luka Bakar
Luka bakar adalah kerusakan kulit yang terjadi akibat kontak dengan
sumber panas secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab luka bakar
antara lain terbakar api langsung, terkena air panas atau benda panas, pajanan
suhu tinggi dari matahari, tersengat listrik, maupun terkena bahan kimia.1

2. Derajat Luka Bakar


Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya
pajanan suhu tinggi. Berdasarkan kedalamannya, luka bakar dibagi menjadi tiga,
yaitu:1
 Luka bakar derajat 1
Luka bakar derajat satu hanya mengenai lapisan epidermis dan biasanya
sembuh dalam 5-7 hari. Luka tampak berwarna kemerahan dengan
keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat.
 Luka bakar derajat 2
Luka bakar mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel
sehat yang tersisa. Luka dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Gejala yang
timbul adalah rasa nyeri dan adanya bula berisi cairan.
 Luka bakar derajat 3
Luka bakar meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis atau
organ yang lebih dalam. Untuk Kulit tampak pucat abu-abu atau hitam,
permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang sehat, tidak ada bula
dan tidak terasa nyeri.

3. Pertolongan Pertama pada Luka Bakar


 Pastikan keselamatan diri sebelum memberikan pertolongan pertama pada
korban (matikan alat listrik, memakai sarung tangan untuk menghindari
bahan kimia). Jauhkan diri/korban dari sumber panas.4
 Padamkan api pada tubuh dengan cara stop, drop, and roll (berhenti dan
jangan berlari, jatuhkan diri, dan berguling di tanah dengan melindungi
kepala dan wajah), menggunakan air, atau dengan menyelimuti dan
menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada
api yang menyala.1,4
 Hentikan proses meluas dan mendalamnya luka bakar dengan melepaskan
pakaian, perhiasan, dan benda-benda lain pada tubuh.4
 Segera cari bantuan medis pada luka bakar dengan keadaan sebagai
berikut:5,6
 bila ada kemungkinan gangguan jalan nafas: penderita sesak,
adanya jelaga pada mulut atau hidung
 luka bakar akibat listrik atau zat kimia
 luka bakar derajat 3
 luas luka bakar lebih dari 3 inci (7,5 cm) atau lebih luas dari
telapak tangan penderita
 luka bakar yang mengenai wajah, leher, atau alat kelamin
 luka bakar berwarna putih disertai adanya penurunan sensasi
 Pada luka bakar minor (derajat 1-2 dan selain keadaan tersebut di atas),
lakukan pertolongan pertama sebagai berikut:4, 5
 Aliri area luka bakar dengan air dingin (2-15 oC) selama 10-20
menit. Hal ini harus dilakukan sesegera mungkin setelah
mengalami luka bakar (< 3 jam pertama) untuk mendinginkan luka
dan meringankan kerusakan luka. Pada luka bakar akibat zat kimia,
bersihkan zat kimia dengan mengirigasi luka dengan air dalam
jumlah yang banyak. Jangan menggunakan es atau air es.
 Cari bantuan medis untuk mendapatkan penanganan lanjutan yang
tepat.

4. Hal yang tidak boleh dilakukan pada luka bakar:4, 6


 Jangan menggoleskan pasta gigi, minyak, kumkum (pasta yang dibuat dari
tumeric), atau kapas pada area luka bakar.
 Jangan menggunakan es atau air es.
 Jangan mengalirkan air dingin pada luka bakar derajat 3 atau luka bakar
luas.
 Jangan pecahkan bula/gelembung air dengan jarum atau pin
 Hindari penggunaan obat-obat topikal tau material lain sampai pasien
mendapatkan penanganan medis yang tepat.

V. Diskusi dan Tanya Jawab


1. Mengapa tidak boleh mengoleskan pasta gigi pada luka bakar?
Penggunaan pasta gigi untuk luka bakar sangat tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan keadaan tersebut semakin parah. Pasta gigi penyebabkan
terhalangnya bagian kulit yang terbakar dengan udara luar, sehingga tidak
terjadi pelepasan udara di bawah kulit dengan udara di luar. Akibat hal
tersebut, suhu di bawah kulit tetap panas, dan proses perlukaan akibat panas
yang tidak keluar akan terus-menerus berlangsung, dan pada akhirnya cedera
luka bakar akan semakin meluas dan berat. Selain itu Kandungan mentol,
pemutih, perasa, dan zat-zat kimia lainnya pada pasta gigi dapat menyebabkan
terjadinya peradangan. Selain itu, kontaminasi bahan-bahan seperti pasta gigi,
minyak dll pada luka bakar juga dapat meningkatkan risiko infeksi.
2. Obat apa yang boleh digunakan pada luka bakar? Bolehkah menggunakan
bioplasenton? Bolehkah menggunakan madu?
Penggunaan obat-obatan pada luka bakar sebaiknya dikonsultasikan dengan
dokter terlebih dahulu. Penggunaan salep pelembab seperti salep aloe vera
diperbolehkan untuk luka bakar derajat 1 setelah luka dialiri dengan air dingin.
Salep bioplasenton (berisi neomisin sulfate dan ekstrak plasenta) boleh
digunakan pada luka bakar derajat 1 dan 2. Namun sebaiknya hindari
mengaplikasikan obat-obat topikal hingga mendapat penanganan medis yang
tepat untuk menghindari risiko terjadinya infeksi pada luka terutama bila tidak
dapat menentukan derajat luka bakar, sebab pada luka bakar yang berat harus
mendapatkan penanganan dari tenaga medis yang tepat. Madu dapat digunakan
untuk membantu penyembuhan luka, namun sebaiknya digunakan setelah
mendapat penanganan dari tenaga medis.
3. Berapa lama luka bakar sembuh?
Waktu penyembuhan luka bakar tergantung dari derajat keparahannya. Luka
bakar derajat 1 biasanya sembuh dalam 5-7 hari. Luka bakar derajat 2 membaik
dalam 2-3 minggu, namun mungkin akan meninggalkan parut. Luka bakar
derajat 3 harus mendapatkan perawatan medis dan memerlukan pembersihan
dan pengangkatan jaringan luka.

VII. Penutup
Penyuluhan telah dilakukan kepada pengunjung di Puskesmas Ulee Kareng
Peserta penyuluhan cukup baik dalam mendengarkan materi dan cukup aktif
dalam diskusi. Harapan yang ingin dicapai dengan adanya penyuluhan ini adalah
agar peserta dapat memahami dengan baik tentang luka bakar dan pertolongan
pertama yang harus diberikan.
VII. Dokumentasi Kegiatan Penyuluhan
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R. Luka Bakar. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-


de Jong. Ed.3. Jakarta: EGC. 2010. Hal: 103-110.
2. World Health Organization. Burns.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs365/en/ . Diakses pada 10
Oktober 2017.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar 2013. Hal: 101-102
4. World Health Organization. Lowering the Burdens of Burn Through Care:
First Aid and Prehospital Care. In: Burn Prevention: Success Stories, Lessons
Learned. 2011. Page: 52-53.
5. Cuttle L, Kimble RM. First Aid Treatment of Burn Injuries. Wound Practice
and Research. 2010; 18 (1): 6-13.
6. Mayo Clinic. Burns: First Aid. https://www.mayoclinic.org/first-aid/first-aid-
burns/basics/art-20056649 Diakses pada 10 Oktober 2017.
LAMPIRAN

Leaflet Pertolongan Pertama pada Luka Bakar

Banda Aceh, Oktober 2017

Disetujui oleh:

Kepala UPTD Puskesmas Ulee Kareng

dr. Suraiya
NIP. 19681021 200212 2 001
LAMPIRAN II
KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH
(HOME VISIT)
BERKAS PASIEN

Nama Fasilitas Pelayanan : Puskesmas Ulee Kareng


Pasien Ke : 1 dalam keluarga

DATA ADMINISTRASI
Tanggal : 11 Oktober 2017, diisi oleh:
Nama : Rahmanizar
NIM : 1507101030050

Pasien
Nama Tn. H
Umur 46 tahun
Alamat Ulee Kareng
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan SMA
Pekerjaan Wiraswasta
Status Perkawinan Menikah
Kedatangan yang ke Pertama
Pengobatan sebelunya Sudah ada
Alergi obat Tidak ada
Sistem pembayaran Jaminan Kesehatan

DATA PELAYANAN

ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Batuk

B. Keluhanlain/tambahan
Lemas
C. Riwayat perjalanan penyakit sekarang
Pasien dengan keluhan batuk yang sudah dialami sejak ± 6 bulan. Batuk
dirasakan setiap hari baik pagi, siang, atau malam hari. Batuk berdahak
berwarna putih kekuningan dan kental. Pasien juga mengeluhkan lemas yang
dialami sejak ± 6 bulan yang lau. Keluhan batuk berdarah tidak ada. Keluhan
berkeringat di malam hari tidak ada. Tiga bulan yang lalu pasien mengalami
penurunan berat badan hingga 8 kg, namun saat ini berat badannya sudah naik
kembali. Pasien sempat dirawat di rumah sakit 3 bulan yang lalu karena batuk
dan lemas. Pasien didiagnosis dengan TB paru dan mendapat terapi OAT 8
bulan, saat ini ia sudah meminum OAT selama 3 bulan. Pasien minum obat
teratur. Keluhan mual dan muntah tidak dialami oleh pasien. Keluhan kebas-
kebas dan nyeri sendi tidak dialami oleh pasien. Pasien mengaku saat ini
kondisinya sudah membaik, keluhan batuknya sudah berkurang namun ia
masih mengeluhkan lemas.

D. Riwayat penyakit dahulu


Pasien sebelumnya pernah didiagnosis TB paru pada tahun 2012, mendapat
terapi OAT 6 bulan, minum obat teratur hingga selesai dan dinyatakan
sembuh. Pasien juga menderita DM sejak ± 5 tahun, namun pasien tidak
minum obat teratur dan tidak rutin kontrol gula darah. Pasien terakhir periksa
gula darah pada bulan Agustus, saat itu kadar gula darahnya sekitar 270
mg/dl. Pasien mendapat terapi DM metformin dan glimepirid, namun pasien
tidak minum obat teratur karena merasa lemas dan semakin lemas bila
setelah minum obat DM.

E. Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan batuk seperti pasien.
Ibu pasien menderita DM, dan kakak kandung pasien meninggal karena DM.

F. Riwayat Penggunaan Obat


Pasien sudah mengkonsumsi OAT selama 3 bulan dan diharuskan konsumsi
OAT selama 8 bulan. Sebelumnya pasien pernah mengkonsumsi OAT selama
6 bulan pada tahun 2012. Pasien mendapat terapi metformin dan glimepirid
untuk penyakit DM yang dideritanya, namun tidak diminum teratur.

G. Riwayat Kebiasaan Sosial


Riwayat kontak dengan penderita TB disangkal. Menurut pasien tidak ada
orang di sekitarnya yang menderita penyakit yang sama sepertinya. Pasien
sebelumnya memiliki kebiasaan merokok sejak SMP, dalam sehari ia
menghabiskan hingga 5 bungkus rokok. Namun pasien sudah berhenti
merokok sejak 3 bulan yang lalu. Menurut keterangan istrinya, pasien juga
sering meminum minuman keras namun sejak 3 bulan ini sudah tidak lagi.

H. Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi


Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi oleh pasien adalah usia, jenis
kelamin, dan riwayat penyakit dalam keluarga.

I. Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi


Kebiasaan merokok dan minum minuman keras.

J. Deskripsi Rumah dan Lingkungan Sekitarnya


Rumah pasien beralamat di Ulee Kareng, Banda Aceh yang berjarak ± 250
meter dari Puskesmas Ulee Kareng. Lingkungan di sekitar rumah pasien
cukup bersih dengan jalan yang beraspal. Jarak rumah yang satu dengan
rumah yang lainnya di lingkungan pasien sangat rapat.
Keadaan rumah pasien tampak tidak terlalu bersih baik dari luar dan bagian
dalam dari rumah. Rumah pasien cukup luas, terdiri dari sebuah teras kecil, 1
ruang tamu, 1 ruang keluarga yang difungsikan juga sebagai ruang makan, 2
kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Ventilasi dan pencahayaan rumah
kurang baik. Rumah pasien memiliki 2 jendela, 1 di ruang tamu dan 1 di
dapur, namun cahaya yang masuk tidak cukup karena jarah antar rumah yang
sangat rapat. Dinding rumah pasien berupa dinding batu bata, tidak dicat
maupun diplester, lantai rumah pasien berupa lantai semen, atap rumah pasien
menggunakan seng. Langit-langit rumah pasien tidak terlalu tinggi namun
juga tidak terlalu rendah. Dapur rumah pasien terlihat berantakan. Pasien
memasak dengan menggunakan kompor gas.
Kamar mandi digabung dengan tempat MCK. Terdapat 1 buah WC dan 1
buah bak yang terbuat dari semen tetapi tidak difungsikan untuk menampung
air. Terdapat 1 buah keran air, 1 ember untuk menampung air, dan 1 ember
cuci. Keadaan kamar mandi tampak berantakan. Tampak sejumlah pakaian
yang dijemur di kamar mandi.

PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum, tanda-tanda vital dan status gizi
Keadaaan umum : compos mentis
Tekanan Darah : 120/70mmHg
Frek. Nadi : 84x/I
Frek.Nafas : 19x/i
Suhu : afebris
Berat Badan : 76 kg
Tinggi Badan : 175 cm
IMT : 24,81 kg/m2
Status Gizi : baik

B. Status generalis
 Mata : pupil isokor, konjungtiva hiperemis (-), sklera ikterik (-)
 THT : dbn
 Toraks anterior
Inspeksi : bentuk normochest, gerak dinding dada simetris
Palpasi : stem fremitus normal
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Toraks posterior
Inspeksi : bentuk normochest, gerak dinding dada simetris
Palpasi : stem fremitus normal
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
 Jantung : BJ I> BJ, bising jantung (-)
 Abdomen : dbn
 Punggung : dbn
 Ekstremitas : dbn
 Status neurologis : dbn

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto thorax PA 18/7/2017: tampak fibroinfiltrat di paru kanan dan kiri,
tampak penebalan pleura. Kesan TB paru dan penebalan pleura.

KUNJUNGAN KEDUA
A. Subjektif : Keluhan batuk berdahak sudah berkurang

B. Keadaan umum, tanda-tanda vital dan status gizi


Keadaaan umum : compos mentis
Tekanan darah :120/70mmHg
Frek. Nadi : 82x/i
Frek.Nafas : 18x/i
Suhu : afebris
Berat Badan : 76 kg
Tinggi Badan : 175 cm
IMT : 24,81 kg/m2
Status Gizi : baik

C. Status generalis
 Mata : isokor, konjungtiva hiperemis (-), sclera ikterik (-)
 THT : dbn
 Toraks anterior
Inspeksi : bentuk normochest, gerak dinding dada simetris
Palpasi : stem fremitus normal
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Toraks posterior
Inspeksi : bentuk normochest, gerak dinding dada simetris
Palpasi : stem fremitus normal
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
 Jantung : dbn
 Abdomen : dbn
 Ekstremitas : dbn
 Status neurologis : dbn

D. Hal yang telah dicapai:


- Pasien minum obat teratur
- Pasien makan teratur
- Pasien sudah berhenti merokok dan minum alkohol

PEMERIKSAAN HOLISTIK

Aspek personal
Pasien merupakan seorang kepala keluarga dengan 1 istri dan 2 orang
anak. Pasien merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Pasien saat ini
berusia 46 tahun.

Aspek klinik
Pasien dengan keluhan batuk berdahak dan lemas. Pasien mengharapkan
agar batuk berdahak dan lemasnya berkurang. Pada pemeriksaan didapatkan TD:
120/70. Pasien didiagnosis dengan TB paru kasus kambuh dan DM tipe 2.

Aspek risiko internal


Pasien mengaku memiliki kebiasaan merokok sehari 5 bungkus, namun
sudah berhenti 3 bulan yang lalu. Menurut keterang istrinya pasien juga sering
minum minuman keras.

Aspek psikososial dan keluarga


Pasien menyadari bahwa kebiasannya merokok dan minum minuman
keras berdampak buruk pada penyakitnya serta berisiko terhadap penyakit-
penyakit lain yang mungkin terjadi ke depannya, karenanya pasien sudah berhenti
merokok dan minum minuman keras sejak 3 bulan yang lalu. Pasien menyadari ia
harus minum OAT secara teratur dan tidak boleh putus obat, karenanya ia selalu
minum OAT sesuai anjuran dan didukung oleh istrinya yang selalu mengingatkan
jadwal minum obat pasien. Pasien tidak minum obat DM secara teratur karena
merasa lemas.

Derajat fungsional
Derajat fungsional dua (2), dimana pasien sedikit kesulitan melakukan
aktivitas.

RENCANA PENATALAKSANAAN PASIEN


1. Health promotion
Untuk mendukung tatalaksana pada pasien ini maka dilakukan pendekatan
melalui promosi. Pendekatan ini dilakukan dengan memberikan gambaran
penyakit, penyebab, efek serta komplikasi yang terjadi dari penyakitnya ini.
Pasien diedukasi untuk minum obat teratur dan dilakukan juga edukasi
kepada keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien. Dilakukan juga
edukasi untuk menjaga kebersihan rumah, menghindari udara lembab di
dalam rumah, tidak menjemur pakaian di dalam rumah, dan membiarkan
udara dan cahaya masuk melalui jendela dan pintu rumah.
2. Specific protection
Proteksi yang dapat dilakukan pada pasien ini adalah dengan menghindari
faktor risiko sehingga kemungkinan terjadinya kekambuhan penyakit menjadi
lebih kecil. Pasien diedukasi untuk mengenakan masker saat berinteraksi
dengan anggota keluarga atau saat keluar rumah untuk menghindari penularan
penyakitnya ke orang lain.
3. Early diagnosis and prompt treatment
Pasien didiagnosis dengan TB paru kasus kambuh. Pasien diterapi dengan
OAT kategori 2 dan dianjurkan untuk evaluasi rutin tiap bulan dan dianjurkan
juga untuk pemeriksaan uji resistensi. Pasien juga didiagnosis dengan DM
tipe 2. Pasien diterapi dengan metformin dan glimepirid. Pasien dianjurkan
untuk makan teratur dan minum obat teratur. Pasien juga dianjurkan untuk
kontrol rutin kadar gula darah.
4. Disabillity limitation
Untuk mencegah terjadinya kecatatan dan komplikasi, anjurkan pasien untuk
minum OAT teratur. Pasien juga diedukasi untuk evakuasi rutin tiap bulan ke
puskesmas. Pasien juga dianjurkan makan teratur, dan memakai alas kaki
serta menjaga kebersihan kaki dan memperhatikan ada luka atau tidak untuk
mencegah terjadinya ulkus diabetik.
5. Rehabilitasi
Pada pasien ini belum perlu dilakukan rehabilitasi.

GENOGRAM

Pasien

Keterangan :

: Laki-laki meninggal

: Perempuan meninggal

: Laki-lakihidup

: Perempuanhidup

: Diabetes Mellitus
DOKUMENTASI

Gambar 1. Saat memeriksa pasien

Gambar 2. Teras rumah pasien


Gambar 3. Kondisi dalam rumah pasien
Gambar 4. Kamar mandi pasien

Banda Aceh, Oktober 2017

Disetujui oleh,

Kepala UPTD Puskesmas Ulee Kareng

dr. Suraiya
NIP. 19681021 200212 2 001

Anda mungkin juga menyukai