Anda di halaman 1dari 9

TUGAS STATISTIK 1

Materi Pertemuan VIII

Kelompok 5 :
Sesi 11
1. Agatha Dilla Maralisa 201466072
2. Asri 201466029
3. Ayu Apriliatna 201466044
4. Orisa Elfath 201466075
5. Treatment M. Kabanga 201466176

FAKULTAS FISIOTERAPI
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2016
Hukum Probabilitas, Permutasi, Kombinasi
Pendahuluan

Semua kejadian di alam selalu dikatakan ada ketidakpastian. Bahkan di dalam


pengertian statistik pun terdapat anggapan bahwa adanya statistik adalah karena adanya
ketidakpastian, dengan statistik dapat diambil kesimpulan. Kejadian alam secara statistik
selalu dikatakan mempunyai peluang untuk terjadi atau tidak terjadi. Oleh karena itu,
keputusan di dalam statistik merupakan peluang (probabilitas) yang diyakini benar dan
juga memberikan peluang untuk tidak benar (salah). 1

A. Pengertian Probabilitas

Probabilitas adalah suatu ukuran tentang kemungkinan suatu peristiwa (event) akan terjadi
di masa mendatang. Probabilitas dinyatakan antara 0 sampai 1 atau dalam persentase.

Ada tiga hal penting dalam rangka membicarakan probabilitas, yaitu percobaan
(experiment), hasil (outcome), dan peristiwa (event). Percobaan adalah aktivitas yang
menghasilkan suatu peristiwa. Contoh : Kegiatan melempar uang akan menimbulkan
peristiwa muncul gambar atau angka, kegiatan jual beli saham akan menimbulkan
peristiwa membeli atau menjual, dll. Hasil adalah seluruh kemungkinan peristiwa yang
akan terjadi akibat adanya suatu percobaan atau kegiatan. Peristiwa adalah kumpulan dari
satu atau lebih hasil yang terjadi pada sebuah percobaan atau kegiatan.

B. Pendekatan Probabilitas

Untuk menentukan tingkat probabilitas ada tiga pendekatan yaitu pendekatan klasik,
pendekatan relatif, dan pendekatan subjektif.

1. Pendekatan Klasik
Pendekatan klasik mengasumsikan bahwa sebuah peristiwa mempunyai
kesempatan untuk terjadi yang sama besar (equally likely). Probabilitas suatu
peristiwa kemudian dinyatakan sebagai rasio antara jumlah kemungkinan hasil
dengan total kemungkinan hasil (rasio peristiwa terhadap hasil).
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 (𝑝𝑒𝑟𝑖𝑠𝑡𝑖𝑤𝑎)
Probabilitas suatu peristiwa = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙

2. Pendekatan Relatif
Besar probabilitas suatu peristiwa tidak dianggap sama, tetapi tergantung pada
berapa banyak suatu peristiwa terjadi dari keseluruhan percobaan atau kegiatan
yang dilakukan.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑠𝑡𝑖𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖
Probabilitas Kejadian relatif = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛/𝑘𝑒𝑔𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛

1
Sutanto Priyo Hastono, Statistik Kesehatan, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, Hlm. 39
3. Pendekatan Subjektif
Pendekatan subjektif adalah menentukan besarnya probabilitas suatu peristiwa
didasarkan pada penilaian pribadi dan dinyatakan dalam derajat kepercayaan.

C. Konsep Dasar dan Hukum Probabilitas

Probabilitas kejadian dilambangkan dengan P, apabila kejadian jual saham dinyatakan


dengan huruf A, maka probabilitas jual saham dinyatakan dengan P(A). Sebaliknya jika
kejadian beli saham adalah B, maka probabilitas beli saham adalah P(B).

Dalam mempelajari hukum dasar probabilitas berturut-turut akan dibahas hukum


penjumlahan dan hukum perkalian.

1. Hukum Penjumlahan
Hukum penjumlahan menghendaki peristiwa yang saling lepas (mutually
exclusive) yaitu apabila suatu peristiwa terjadi , maka peristiwa lain tidak tidak
dapat terjadi pada saat bersamaan. Apabila kejadian menjual saham P(A), maka
kejadian membeli saham P(B) tidak terjadi pada waktu bersamaan.
Jika kejadian A dan B saling lepas, hukum penjumlahan menyatakan bahwa
probabilitas suatu kejadian atau probabilitas kejadian lain terjadi sama dengan
penjumlahan probabilitas masing-masing kejadian. Hukum tersebut dinyatakan
sebagai berikut :
P(A atau B) = P(A) + P(B)

Contoh :

Berikut adalah kegiatan perdagangan di BEI untuk tiga perusahaan perbankan


dengan jumlah total sebanyak 200 transaksi.

Jenis Transaksi Volume Transaksi


Jual saham 120
Beli saham 80
Jumlah total transaksi 200

Dari tabel di atas diketahui bahwa :


Probabilitas Jual = P(A) = 120/200 = 0,60
Probabilitas Beli = P(B) = 80/200 = 0,40
Di mana:
P(A atau B): Peluang terjadinya A atau B
P(A) : Peluang terjadinya A
P(B) : Peluang terjadinya B
Sehingga probabilitas A atau B,
P(A atau B) = P(A) + P(B) = 0,6 + 0,4 = 0,1

a. Peristiwa/Kejadian Bersama
Kejadian seperti jual atau beli saja tanpa tahu apa yang dijual dan dibeli, atau
kejadian hanya jenis banknya saja BCA, BLP, atau BNI tanpa tau kegiatannya
jarang sekali terjadi. Kegiatan jual saham pastilah diketahui saham apa yang dijual
atau beli saham, saham apa yang di beli. Jadi, kegiatannya sebenarnya terdiri atas
dua jenis yaitu (a) kegiatan jual saham dan (b) sahamnya adalah saham BCA. Oleh
sebab itu, ada kejadian bersama (joint event) seperti kejadian jual saham P(A)
dan sahamnya BCA P(D) atau kejadian beli P(B) dan sahamnya BCA P(D).
Probabilitas kejadian bersama dilambangkan P(AD) untuk kejadian jual saham
BCA dan P(BD) untuk kejadian beli saham BCA.
Untuk penjumlahan probabilitas dengan adanya unsur kegiatan bersama, maka
penjumlahan dirumuskan kembali menjadi sebagai berikut:

P(A atau D) = P(A) + P(D) – P(AD)

b. Kejadian saling lepas (Mutually Exclusive)


Kejadian saling lepas terjadi apabila hanya satu dari dua atau lebih peristiwa yag
dapat terjadi. Untuk peristiwa saling lepas, kejadian bersama dalam suatu
percobaan atau kejadian tidak ada. Diagram venn untuk kejadian saling lepas
adalah sebagai berikut:

A B

Diagram venn menunjukan bahwa peristiwa A (jual saham ) dan B (beli saham)
saling lepas. Tidak ada bagian A yang menjadi bagian B. Peristiwa atau kejadian
bersama untuk peristiwa saling lepas dinyatakan:

P(AB) =

Oleh sebab itu, untuk peristiwa yang saling lepas, probabilitas kejadian A atau B
yang dinyatakan P(A atau B):
P(A atau B) = P(A) + P(B) – P(AB)
Karena P(AB) = 0; maka
P(A atau B) = P(A) + P(B) – 0
Sehingga P(A atau B) dinyatakan sebagai berikut:
P(A atau B) = P(A) + P(B)

Contoh : Cobalah hitung berapa probabilitas kejadian jual saham dan beli saham
(P(AB)) dan probabilitas kejadian untuk saham BCA, BLP, dan BNI (P(DEF)).

Kegiatan Perusahaan Jumlah


BCA (D) BLP (E) BNI (E)
Jual (A) 30 50 40 120
Beli (B) 40 30 10 80
Jumlah 70 80 50 200
Penyelesaian :

Probabilitas kejadian A dan B (P(AB)) = 0; karena kejadian A dan B saling lepas.


Pada saat dan waktu yang bersamaan aktivitas yang bisa dilakukan hanya satu,
kalau tidak jual saham berarti beli saham atau sebaliknya. Oleh sebab itu, hukum
penjumlahan untuk peristiwa saling lepas adalah:

P(A atau B) = P(A) + P(B) – P(AB)


= 0,6 + 0,4 – 0
=1
Probabilitas tiga saham yaitu BCA, BLP, dan BNI (P(DEF)) = 0; karena kejadian
untuk BCA, BLP, dan BNI saling lepas. Pada saat bersamaan tidak mungkin orang
dapat melakukan menjual saham tiga sekaligus. Oleh sebab itu hukum penjualan
untuk peristiwa saling lepas adalah:
P(D atau E atau F) = P(D) + P(E) + P(F) – P(DEF)
= 0,35 + 0,40 + 0,25 – 0
=1
Berapa probabilitas P( D atau E) ?
P(D atau E) = P(D) + P(E) – P(DE)
= 0,35 + 0,40 – 0
= 0,752

2. Hukum Perkalian
Dalam hukum perkalian terdapat dua kondisi yang harus diperhtikan apakah kedua
peristiwa tersebut saling bebas atau bersyarat. Dengan adanya peristiwa bebas dan
peristiwa bersyarat, maka perhitungan probabilitas untuk peristiwa itu adalah
hukum perkalian. Hukum perkalian sebenarnya untuk mengetahui probabilitas
peristiwa joint (intersect= irisan) antara dua peristiwa.
a. Peristiwa Bebas (Independent)
Dua peristiwa dikatakan bebas/independent apabila kejadian atau
ketidakjadian suatu peristiwa tidak memengaruhi peristiwa lain. Ini perlu
dibedakan dengan mutualy exclusive, pada independent kejadian tidak akan
memengaruhi kejadian lainnya, sedangkan pada mutually exclusive, dua
kejadian tidak dapat muncul bersamaan.
Sebagai contoh, sebuah koin dilambungkan dua kali, maka peluang
keluarnya H pada lemparan pertama dan pada pelemparan kedua saling bebas.

P(A ∩ B) = P(A) x P(B)

Contoh :

2
Suharyadi Purwanto, Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Salemba Empat, 2015, Hlm 230
Sebuah dadu dilambungkan dua kali, peluang keluarnya mata 5 untuk kedua
kalinya adalah:
P(5 ∩ 5) = 1/6 x 1/6 = 1/36
Sebuah dadu dan sebuah koin dilambungkan bersama-sama, peluang keluarnya
hasil lambungan berupa sisi H pada koin dan sisi 3 pada dadu adalah:
1 1
P(H) = 2 P(3) = 1/6 P(H ∩ 3) = 2 x 1/6 = 1/12

b. Peristiwa Tidak Bebas (Conditional Probability = Peristiwa bersyarat)


Dua peristiwa dikatakan bersyarat apabila kejadian atau ketidakjadian suatu
peristiwa akan berpengaruh terhadap peristiwa lainnya. Misalnya, dua buah
kartu ditarik dari set kartu bridge dan terikan kedua tanpa memasukkan
kembali kartu pertama. Maka, probabilitas kartu kedua sudah tergantung pada
kartu pertama yang ditarik.
Simbol untuk peristiwa bersyarat adalah P (𝐵|𝐴)... Probabilitas B pada kondisi
A
Probabilitas bersyarat tidak terdapat pada peristiwa
P(A) = P (𝐴|𝐵)
P(B) = P (𝐵|𝐴)

P(A ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴) 𝑥 P(𝐵|𝐴)


Contoh :

Dua kartu ditarik dari satu set kartu bridge, peluang untuk yang tertarik
keduanya kartu as adalah sbb:
Peluang as I adalah 4/52 P(As I) = 4/52
Peluang as II dengan syarat as I sudah tertarik adalah 3/51
P(𝑎𝑠 𝐼𝐼|𝑎𝑠 𝐼) = 3/51
P(as I ∩ as II) = P (as I) x P (𝑎𝑠 𝐼𝐼|𝑎𝑠 𝐼)
4/52 x 3/51 = 1/221

Joint Probabilitas dan Marginal Probabilitas


Dalam keadaan sehari-hari dua variabel yang elemennya joint (kejadian joint,
patungan, irisan, interaksi) biasa disusun di dalam tabel yang disebut tabel
kontingensi (tabel silang). Pada keadaan seperti ini akan terdapat probabilitas joint
dan probabilitas marginal.

Tabel 2.1 Jumlah Pengunjung Puskesmas “PQR” menurut Jenis Kelamin dan Umur
Kelamin Wanita Laki-laki Jumlah
Umur
< 30 tahun 60 50 110
> 30 tahun 80 10 90
Jumlah 140 60 200

Probabilitas pengunjung wanita adalah 140/200 = 0,7 (probabilitas marginal)


Probabilitas pengunjung berumur < 30 tahun adalah 110/200 = 0,55 (probabilitas
marginal)
Probabilitas seorang pengunjung wanita berumur < 30 tahun adalah 60/200 (joint
probabilitas = interaksi).

Nilai-nilai dar joint probabilitas dan marginal probabilitas setelah dihitung


berdasarkan pengamatan pada tabel 2.1 dapat dilihat pada tabel 2.2 dan tabel 2.3.
 Joint probabilitas tabel 2.2 adalah nilai-nilai yang terdapat di dalam sel tabel
seperti 0,3; 0,25; 0,4; dan 0,05. Nilai 0,3 menggambarkan probabilitas
terdapatnya wanita yang berumur di bawah 30 tahun. Nilai 0,25 menunjukkan
probabilitas terdapatnya pria yang berumur di bawah 30 tahun. Nilai 0,4
merupakan probabilitas terdapatnya wanita yang berumur di atas 30 tahun. Nilai
0,05 menunjukkan probabilitas terdapatnya pria yang berumur di atas 30 tahun.

Tabel 2.2 Jumlah Pengunjung Puskesmas “PQR” menurut Jenis Kelamin dan Umur
Kelamin Wanita Laki-laki Jumlah
Umur
< 30 tahun 0,3 0,25
> 30 tahun 0,4 0,05
Jumlah
 Marginal probabilitas tabel 2.3 adalah nilai-nilai yang terdapat pada jumlah per
kolom dan baris seperti 0,7; 0,3; 0,55; dan 0,45. Nilai 0,7 menggambarkan
probabilitas pengunjung wanita. Nilai 0,3 menunjukkan probabilitas pengunjung
pria. Nilai 0,55 merupakan probabilitas pengunjung berumur di bawah 30 tahun.
Nilai nilai 0,45 menunjukkan probabilitas pengunjung berumur di atas 30 tahun.

Tabel 2.2 Jumlah Pengunjung Puskesmas “PQR” menurut Jenis Kelamin dan Umur
Kelamin Wanita Laki-laki Jumlah
Umur
< 30 tahun 0,3 0,25
> 30 tahun 0,4 0,05
Jumlah

Probabilitas Bersyarat bukan Probabilitas Joint


Peluang seorang pengunjung adalah wanita dengan syarat berumur < 30 tahun adalah
P (𝑊|𝐵𝑒𝑟𝑢𝑚𝑢𝑟 < 30 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛) ....... Ingat rumus probabilitas bersyarat.
P(A ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴) 𝑥 P(𝐵|𝐴) P (𝐵|𝐴) = P(A ∩ 𝐵)/𝑃(𝐴)

P(𝑊|𝐵𝑒𝑟𝑢𝑚𝑢𝑟 < 30 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛) = (60/200) / (140/200) = 60/140

Permutasi dan Kombinas


Dalam menghitung probabilitas dari beberapa kejadian , pertama kita harus
mengetahui berapa kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut. Contohnya terdapat pada
diagram pohono di bawah ini. Pada pelemparan 2 kali 2 mata uang, berapa kemungkinan
kombinasi dari kedua mata uang tersebut? H = head T = tail. Pada diagram pohon di
bawah ini, kemungkinan kombinasi dua mata uang tersebut adalah yang muncul empat
macam: HH, HT, TH, TT.

Diagram Pohon

H T

H T H T

HH HT TH TT

DALIL I: (Kaidah umum pergandaan)


Kalau suatu step dari suatu eksperimen menghasilkan outcome k hasil yang berbeda
dan step ke-2 menghasilkan m hasil yang berbeda, maka kedua langkah eksperimen
akan menghasilkan k x m hasil.
Contoh:
 Suatu koin dilambungkan 2 kali, maka hasilnya adalah 2x2 (ruang sampel)
 Sebuah dadu dilambungkan 3 kali, maka hasil ruang sampelnya 6x6x6
DALIL II: Permutasi

Urutan dipentingkan
𝑛!
𝑛𝑃𝑟=
(𝑛 − 𝑟)!

P = Jumlah permutasi
n = Banyak objek
r = Jumlah anggota pasangan
! = Faktorial (3! = 3x2x1), 0! = 1, 1! = 1
Contoh:
Ada tiga cara yang efektf untuk pengobatan pasien Ca (kanker) yakni bedah (B), radiasi
(penyinaran = P), dan kemoterapi (obat = O). Ada berapa carakah dapat diobati seseorang
yang menderita Ca kalau kepada masing-masing pasien hanya dua macam terapi yang bisa
diberikan.
Penyelesian:
Untuk pengobatan ini urutan diperlukan karena seseorang yang mendapat terapi bedah dan
penyinaran (B, P), akan berbeda dengan yang mendapat penyinaran lebih dahulu baru
dibedah (P, B).
3! 3𝑥2𝑥1
3P2= = =6
(3−2)! 1
Jadi, jumlah cara yang dapat dilaksanakan adalah: (BP, BO, PB, PO, OB, OP)

DALIL III Kombinasi

Urutan tidak dipentingkan

𝑛!
𝑛𝐶𝑟=
𝑟! (𝑛 − 𝑟)!

C = Jumlah kombinasi (yang urutannya tidak penting)


n = Banyaknya objek
r = Jumlah anggota pasangan
Contoh:
Tiga orang pasien digigit ular dan dibawa ke puskesmas. Di puskesmas hanya tersedia 2 dosis
antiracun ular. Berapa kemungkinan pasangan yang akan diberikan 2 dosis tersebut (pasiennya
A,B,C) ?
Penyelesaian:
2 orang yang berpasangan di sini, misalnya A dan B sama saja dengan B dan A. Jadi, di sini
urutannya tidak ada artinya. Maka dalam hal ini pasangan yang terjadi adalah:

3! 3𝑥2𝑥1
3C2= = =3
2! (3−2)! 2𝑥1𝑥1
Mereka adalah: (AB, AC, BC)3

3
Sutanto Priyo Hastono, Op.Cit, Hlm. 50

Anda mungkin juga menyukai