Oleh:
Pembimbing:
LEMBARAN PENGESAHAN
Pembimbing
Mengetahui
KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………….42
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………..43
BAB I
PENDAHULUAN
II.1 Pengertian
II.1.1 Asam
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke
zat lain (disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat
yang dapat menerima ion H+ dari zat lain (disebut sebagai akseptor
proton). Suatu asam baru dapat melepaskan proton bila ada basa yang
dapat menerima proton yang dilepaskan. Satu contoh asam adalah
asam hidroklorida (HCLgtgred), yang berionasi dalam air membentuk
ion- ion hidrogen (H+) dan ion klorida (CL-) demikian juga, asam
karbonat (H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion
bikarbonat (HCO3-).
Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan
terutama melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan. Contohnya
adalah HCL. Asam lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan
untuk mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena itu kurang kuat
melepaskan H+. Contohnya H2CO3.
II.1.2 Basa
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai
contoh, ion bikarbonat (HCO3-), adalah suatu basa karena dia dapat
bergabung dengan satu ion hidrogen untuk membentuk asam karbonat
(H2CO3). Demikian juga (HPO4) adalah suatu basa karena dia dapat
menerima satu ion hidrogen untuk membentuk (H2PO4). Protein-
protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa
asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir negatif
siap menerima ion-ion hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah
merah dan protein dalam sel-sel tubuh yang lain merupakan basa-basa
tubuh yang paling penting.
Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan
H+. Oleh karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan.
Contoh yang khas adalah OH-, yang bereaksi dengan H+ untuk
membentuk air ( H2O ). Basa lemah yang khas adalah HCO3- karena
HCO3- berikatan dengan H+ secara jauh lebih lemah daripada OH-.
Kebanyakan asam dan basa dalam cairan ekstraseluler yang
berhubungan dengan pengaturan asam basa normal adalah asam dan
basa lemah.
II.1.3 Keseimbangan Asam dan Basa
Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi
ion hydrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hydrogen
yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan
asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam
lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau
ion OH- yang sangat rendah.
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hydrogen.
Walaupun produksi akan terus menghasilkan ion hydrogen dalam
jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion hydrogen
dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara
7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan
asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat
berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua
sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan
(eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan
alkalosis bila pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan
sebagai komponen asam. CO2 juga merupakan komponen
respiratorik. Nilai normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan
disebut juga sebagai komponen metabolik. Nilai normalnya adalah
24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam
atau berkurangnya jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau
berkurangnya jumlah komponen asam.
c. Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika
keadaannya memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi
stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat
terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika
pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika
pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk
mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun
proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa
hari.
d. Diagnose
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
pH darah dan pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan
fungsi dari paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki
pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit paru-paru
seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang mengalami
gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan
pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.
2. Asidosis Metabolik
a. Pengertian
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang
ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila
peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah
akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH
darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai
usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah
dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya,
ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan
cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi
kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus
menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi
asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
b. Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3
kelompok utama adalah:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi
suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi
asam.Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila
dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah metanol
(alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).Overdosis aspirin
pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui
metabolisme. Tubuh dapat menghasilkan asam yang
berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah
satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes
tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan
menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan
juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat
dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk
membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan
jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis jika
ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini
dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada
penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal ginjal
- Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
- Ketoasidosis diabetikum
- Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
- Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol,
paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
- Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran
pencernaan karena diare, leostomi atau kolostomi.
Penyebab Asidosis Metabolik1
c. Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun
biasanya penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan.
Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat, namun
kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan dengan
memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang
luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami
kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah
dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.
d. Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil
pengukuran pH darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis
di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan sebagai contoh
karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah.
Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar
karbon dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan
pemeriksaan tambahan untuk membantu menentukan
penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya
keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak
terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa
asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau
overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih
secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya.
Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau
keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari
dalam darah.
Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis
atau keracunan yang berat.
Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi
asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan
pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat,
diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi bikarbonat
hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat
membahayakan
3. Alkalosis Respiratorik
a. Pengertian
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah
menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga
menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi
rendah.
b. Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang
menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang
dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling
sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis
respiratorik adalah:
- rasa nyeri
- sirosis hati
- kadar oksigen darah yang rendah
- demam
- overdosis aspirin.
Penyebab Alkalosis Respiratorik1
c. Gejala
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas
dan dapat menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika
keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan
penurunan kesadaran.
d. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar
karbondioksida dalam darah arteri. pH darah juga sering
meningkat.
e. Pengobatan
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah
memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah
kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit
ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda
nyeri. Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan
kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar
karbondioksida setelah penderita menghirup kembali
karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan
nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan
menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan
berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar
karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik,
sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan
serangan alkalosis respiratorik
4. Alkalosis Metabolik
a. Pengertian
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam
keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.
b. Penyebab
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak
asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung
selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam
lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-
kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan
perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada
seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-
bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu , alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan
natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi
kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam
basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
- Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
- Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
- Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau
akibat penggunaan kortikosteroid).
Sodium penicillins
Glucose feeding after
Starvation
c. Gejala
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah
tersinggung), otot berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala
sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi
kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang
berkepanjangan (tetani).
d. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah
dalam keadaan basa.
e. Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan
dan elektrolit (natrium dan kalium). Pada kasus yang berat,
diberikan amonium klorida secara intravena.
Tabel 3 Respon kompensasi normal pada gangguan asam basa 1
Asidosis respiratorik
Akut [HCO3–] Peningkatan PaCO2 sebanyak 1 mEq/L/10
mm Hg
Kronik [HCO3–] Peningkatan PaCO2 sebanyak 4 mEq/L/10
mm Hg
Alkalosis respiratorik
Akut [HCO3–] Penurunan PaCO2 sebanyak 2 mEq/L/10
mm Hg
Kronik [HCO3–] Penurunan PaCO2 sebanyak 4 mEq/L/10
mm Hg
Asidosis metabolik PaCO2 1.2 x Penurunan [HCO3–]
Alkalosis metabolik PaCO2 0.7 x Peningkatan [HCO3–]
Dibawah ini adalah bagan untuk mendiagnosis gangguan asam basa yang
sederhana:1,9
pH
Meningkat Menurun
PaCO2 PaCO2
pH 7.35-7.45
II.5 Penatalaksanaan
1. Asidosis diberikan aterapi intravena dengan natrium bikarbonat
(150mmol/1;1,26 persen w/v) atau natrium laktat (165
mmol/1),penyediaan oksigen
2. Alkalosis diberikan terapi intravena dengan ammonium klorida (165
mmol/1),penyediaan oksigen
Penilaian Sistematik dalam Penilaian gangguan asam basa
1. Awali dengan kecurigaan klinis yang tinggi
a. Teliti riwayat klinis dari perjalanan penyakit yang dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan asam basa. Ini membutuhkan
pengetahuan tentang patogensis dari berbagai gangguan asam
basa. Contohnya, asidosis respiratorik mungkin dapat diperkirakan
timbul pada penderita penyakit paru obstruksi menahun.
b. Perhatikan tanda dan gejala klinis yang mengarah kepada gangguan
asam basa. Banyak tanda dan gejala dari gangguan asam basa tidak
jelas dan non spesifik. Contoh, pernafasan kussmaul pada pasien
diabetes dapat merupakan tanda kompensasi pernafasan terhadap
asidosis metabolik.
c. Periksa hasil pemeriksaan laboratorium untuk elektrolit dan data
lainnya yang mengarah kepada proses penyakit yang berkaitan
dengan gangguan asam basa. Contoh, hipokalemia sering berkaitan
dengan alkalosis metabolik.
2. Menilai variabel-variabel asam basa untuk mengetahui tipe
gangguan.
a. Pertama, periksa PH darah arteri untuk menentukan arah dan
besarnya gangguan asam basa. Jika menurun, pasien mengalami
asidemia dengan dua sebab yang mungkin : asidosis metabolik atau
asidosis respiratorik. Jika meningkat, pasien mengalami alkalemia
dengan dua sebab yang mungkin : alkalosis metabolik atau alkalosis
respiratorik. Ingatlah bahwa kampensasi ginjal dan pernafasan
jarang memulihkan PH kembali normal sehingga jika ditemukan PH
yang normal meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan HCO3
,mungkin ada gangguan campuran ; contohnya seorang pasien
dengan asidosis respiratorik yang bercampur dengan alkalosis
metabolik mungkin akan mempunyai PH yang normal.
b. Perhatikan variabel pernafasan (PaCO2) dan metabolik HCO3, yang
berhubungan dengan PH untuk mencoba mengetahui apakah
gangguan primer bersifat respiratorik, metabolik atau campuran.
- Apakah PaCO2 normal (40 mmHg), meningkat atau menurun ?
- Apakah HCO3 normal (24 mEq/L), meningkat atau menurun ?
- Tambahan : apakah ada kelebihan atau kekurangan basa ?
- Pada gangguan asam basa sederhana, PaCO2 dan HCO3
selalu berubah dalam arah yang sama.
- Penyimpangan dari PaCO2 dan HCO3 dalam darah yang
berlawanan menunjukkan adanya gangguan asam basa
campuran.
- Cobalah untuk menduga campuran primer dengan
menghubungkan hasil pemeriksaan yang ditemukan dengan
keadaan klinis.
3. Perkirakan respon kompensatorik yang bakal terjadi pada gangguan
asam basa primer.
a. Jika respon kompensatorik lebih berat atau ringan dari pada
yang diperkirakan, mungkin ada gangguan asam basa campuran
(normogram asam basa juga dapat digunakan untuk mengetahui
gangguan asan basa campuran)
b. Hitung selisih (gap) anion plasma.
Jika meningkat ( >16 mEq/l ), mungkin sekali terjadi acidosis
metabolik.
c. Bandingkan besarnya penurunan HCO3 plasma dengan
peningkatan selisih anion : seharusnya sama besar.
d. Jika peningkatan < dari selisih anion penurunan HCO3 ,
mungkin komponen dari acidosis metabolik disebabkan oleh
kehilangan HCO3.
Jika peningkatan selisih dari anion jauh lebih besar dari
penurunan HCO3 berarti ada alkalosis metabolik yang
menyertainya.
4. Buat penafsiran tahap akhir.
a. Gangguan asam-basa sederhana
1) Akut (tidak terkompensasi) atau
2) Kronik (sebagian atau sepenuhnya terkompensasi )
b. Gangguan asam-basa campuran
Asidosis metabolik dengan selisih anion normal atau lebar.
a. Penyangga Kimia
b. Kompensasi paru
c. Kompensasi Ginjal
Keterangan:
6.1 adalah nilai pK dari asam karbonat
0.03 adalah koefisien kelarutan dari CO2
Nilai pH adalah variabel dependen dan nilai [HCO3-] serta PCO2
adalah variabel independen. Dengan persamaan ini, nilai pH dapat
dihitung bila [HCO3-] dan PCO2 diketahui. Peningkatan atau penurunan
nilai [HCO3-] menyebabkan terjadi asidosis atau alkalosis metabolik.
Peningkatan atau penurunan nilai PCO2 menyebabkan terjadi asidosis
atau alkalosis respiratorik. pH merupakan logaritma negatif dari
konsentrasi ion hidrogen (H+). Nilai pH menentukan asam basa suatu
larutan. Dari persamaan diatas bisa dilihat bahwa nilai pH atau [H +]
-
hanya tergantung pada ion bikarbonat (HCO3 ). Selain itu persamaan
Henderson-Hasselbalch hanya mendeskripsikan reaksi hidrasi CO2
pada kondisi PCO2 40mmHg (normal), sehingga jika PCO2 di luar
normal, persamaan tersebut menjadi tidak relevan. Namun
permasalahan utamanya adalah persamaan tersebut tidak dapat
-
menemukan penyangga lain di dalam plasma selain HCO3 .1,3
2. Variabel dependen
Variabel dependen dipengaruhi oleh perubahan variabel independen,
namun sebaliknya variabel independen tidak dipengaruhi oleh
perubahan variabel dependen. Variabel ini terdiri dari ion-ion lemah
seperti H+, HCO3-, OH-. Variabel ini dipengaruhi oleh variabel
independen, variabel dependen hanya berubah dalam merespons
perubahan-perubahan satu atau lebih variabel independen, sehingga
untuk menjelaskan variasi [H+] atau pH hanya dibutuhkan pertimbangan
dari variabel independen.5
KESIMPULAN