Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor.

1 Periode: Maret-Agustus 2015


 
  ANALISIS KESTABILAN LERENG DI PIT PAJAJARAN
  PT. TAMBANG TONDANO NUSAJAYA
  SULAWESI UTARA
 
  Arin Chandra Kusuma, Bagus Wiyono, Sudaryanto
  Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta,
  Jl. SWK 104 (Lingkar Utara), Yogyakarta 55283 Indonesia
 ABSTRAK
 
PT. Tambang Tondano Nusajaya merupakan perusahaan tambang emas di Kabupaten Minahasa Utara dan
 Kotamadya Bitung, Provinsi Sulawesi Utara. Kegiatan penambangan dilakukan dengan membuat lereng berjenjang.
 Pembuatan lereng di perusahaan tersebut tidak didasarkan pada kajian geoteknik, sehingga geometri lereng dibuat
 sama setiap pit tanpa memperhatikan perbedaan karakteristik massa batuan. Perlakuan yang sama terhadap geometri
 lereng dengan mengabaikan karakteristik massa batuan pembentuknya mempunyai tingkat keyakinan terhadap
kestabilan
  lereng yang rendah.
 Penelitian dilakukan untuk mengklasifikasikan massa batuan dengan sistem rock mass rating (RMR) dan geological
strenght
  index (GSI). Penelitian ini dilakukan pada dua domain batuan, yaitu massa batuan andesit di lereng barat
(SLP 1) dan massa batuan andesit di lereng timur (SLP 2).
 
 
Nilai RMR yang didapatkan dari pembobotan lima parameter RMR pada masing-masing lokasi adalah SLP 1 = 55
dan SLP 2 = 73. Nilai GSI merupakan RMR-5 (Hoek and Brown, 2002), sehingga didapatkan nilai GSI pada
 
masing-masing lokasi penelitan adalah SLP 1= 50 dan SLP 2 = 68. Untuk mendapatkan nilai kohesi (c) dan sudut
 gesek dalam (ϕ) pada massa batuan di lokasi penelitian digunakan pendekatan kriteria keruntuhan Hoek & Brown
 (2002). Nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam (ϕ) secara berurutan pada masing lokasi penelitian adalah SLP 1 = 98
 
KPa, 51o dan SLP 2 = 406 KPa, 62o.
 Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa lereng desain dengan tinggi 15 m dan kemiringan lereng 60o dalam
 
keadaan stabil baik di SLP 1 maupun SLP 2. Kemiringan dapat dioptimumkan sampai 70o. Lereng aktual SLP 1
dengan
  tinggi 15 m dan kemiringan lereng 66o dalam keadaan stabil. Begitu pula lereng aktual SLP 2 dengan tinggi
15 m dan kemiringan lereng 69o juga dalam keadaan stabil. Lebar lereng yang diterapkan yaitu sebesar 5 m tidak
 memenuhi untuk menangkap batu jatuh. Untuk lereng dengan tinggi 15 m dan kemiringan lereng 60o lebar
 minimum 5,4 m dan untuk lereng dengan tinggi 15 m dan kemiringan lereng 70o lebar minimum sebesar 5,6 m.
 Lereng keseluruhan di SLP 1 dan SLP 2 dalam keadaan stabil. Kegiatan untuk menunjang kestabilan lereng pada
 
daerah penelitian adalah dengan pemantauan lereng, seperti pemasangan crack meter dan scaling.
 Kata Kunci: RMR, GSI, SLP 1, SLP 2, Geometri Lereng.
 
1. PENDAHULUAN 15 m, lebar 5 m, dan kemiringan 60º. Masalah yang
Sistem penambangan bijih yang diterapkan adalah terjadi pada perancangan lereng di PT. TTN adalah
sistem tambang terbuka dengan metode open pit. PT. minimnya informasi karakterisasi massa batuan di
TTN telah membuka empat buah pit yaitu Pit Araren, lokasi penelitian, dan keadaan sudut kemiringan
Pit Pajajaran, Pit Blambangan dan Pit Kopra. Pit lereng aktual pada dinding barat dan timur Pit
Araren saat ini dalam kondisi tidak aktif. Pajajaran yang lebih besar dari yang dirancang.
Dalam merancang suatu lereng tambang terdapat dua Untuk mengatasi dan menghindari terjadinya longsor
hal yang saling bertentangan. Di satu sisi biaya dapat pada lereng bagian barat dan timur di Pit Pajajaran
dikurangi dengan membuat lereng yang tinggi, PT. TTN, perlu dikaji kembali kekuatan massa
sehingga mengurangi material yang digali. Di sisi batuan pada lereng. sehingga perlu diadakannya
yang lain, hilangnya nyawa manusia dan kerusakan kajian khusus untuk penelitian geoteknik berdasarkan
alat dapat terjadi karena lereng yang tinggi dan tidak karakterisasi massa batuan.
aman pada kemiringan tertentu. (Hoek& Bray, 1981). Hasildarikajianinidiharapkandapatmemberikansolusit
Kemantapan lereng tambang dalam suatu pekerjaan erhadapbeberapamasalah yang
yang melibatkan kegiatan penggalian maupun dihadapiberkaitandenganmasalahgeoteknikdalamkegi
penimbunan merupakan masalah yang penting, atanpenambangan bijih emas di PT. TTN.
karena menyangkut masalah keselamatan pekerja
(manusia), peralatan, dan bangunan di sekitar lereng Masalah yang ada pada PT. TTN adalah minimnya
tersebut. Lereng yang tidak mantap dapat data pendahulu untuk analisis kemantapan lereng.
mengganggu kelancaran produksiPT. TTN Geometri lereng dibuat sama pada setiap pit.
Minimnya data pendahulu akan karakteristik massa
menerapkan geometri lereng tunggal di Pit Pajajaran
batuan pada perancangan geometri lereng dapat
dengan dimensi tinggi

5  
 
Analisis Kestabilan Lereng di Pit Pajajaran … Arin Chandra Kusuma
 
menyebabkan ada beberapa lereng yang longsor dan Dari hasil perhitungan dan pembobotan tiap-tiap
mungkin lereng yang saat ini stabil dapat parameter RMR, didapatkan bobot RMR total untuk
dioptimalkan lagi. setiap lokasi penelitian yang dapat dilihat pada Tabel
2.
PT. TTN memiliki lokasi kegiatan penambangan
Tabel 2. KlasifikasiMasa Batuan Setiap Lokasi
bijih emas terletak di Propinsi Sulawesi Utara, di
Penelitan Bedasarkan RMR
dalam wilayah administrasi Kecamatan Likupang
Lokasi Penelitian
Timur, Kabupaten Minahasa Utara dan Kecamatan Parameter
SLP 1 SLP 2
Ranowulu, Kotamadya Bitung pada1030’6” – Nilai
1039”15” Lintang Utara dan 124052’36” – Kuat Tekan 25 - 50 50 - 100
(Mpa)
Batuan Utuh
125008’28” Bujur Timur. Bobot 4 7
Rock Qualiy Nilai (%) 98,27 % 98,96 %
2. ANALISIS Desitination(RQD
) Bobot 20 20
Pembobotan Parameter Rock Mass Rating
Nilai (m) 0,5033 0,662
Rock mass rating (RMR) merupakan salah satu Jarak Kekar
Bobot 10 15
metode yang digunakan untuk mengklasifikasikan Kemenerusa
massa batuan di setiap lokasi penelitian. Pada tahap n 3-10 m, Kemenerusa
Kekasaran
ini hasil pengukuran di lapangan terhadap parameter- permukaan
lebar bukaan n 3-10 m,
parameter RMR seperti kuat tekan batuan utuh, rock 5-32 mm, lebar bukaan
, spasi, dan
Kondisi Kekar slightly 5-35 mm,
quality designation (RQD), spasi bidang diskontinu, tingkat
rough, dan rough, dan
kondisi bidang diskontinu, dan kondisi umum air pelapukan
moderately fresh.
tanah pada bidang diskontinu diberikan bobot sesuai weathered.
dengan klasifikasi massa batuan rock mass rating Bobot 11 16
Kondisi
system (Bieniawski, 1989). Penentuan nilai kuat umum
Lembab Kering
Air Tanah
tekan batuan utuh berdasarkan ISRM 1981 karena Bobot 10 15
PT. TTN tidak pernah melakukan pengeboran coring Bobot 55 73
secara utuh, sehingga tidak memiliki data kuat tekan RMR Kelas III II
batuan utuh. Deskripsi Fair Rock Good Rock

Kondisi bidang dikontinu didapatkan dari hasil Perhitungan GSI


pengamatan di lokasi penelitian (Tabel 1.). Parameter Berdasarkan pada persamaan Bieniawski (1989) yaitu
bidang diskontinu yang diamati adalah kemenerusan nilai GSI = nilai RMR – 5, nilai GSI dapat ditentukan
bidang diskontinu (persistence), kekasaran bidang dengan pendekatan nilai RMR suatu massa batuan.
diskontinu (roughness), lebar bukaan/celah Hasil perhitungan GSI pada setiap lokasi penelitian
(aperture), tebal pemisah/pengisi celah (width dapat dilihat pada Tabel3.
filled/gouge) serta pelapukan (weathered).
Tabel 3.Hasil Perhitungan Nilai GSI menurut
Tabel 1.Hasil Pengamatan Kondisi Bidang Bieniawski (1989)
Diskontinu Bieniawski (1989)
Bobot Lokasi
Lokasi Parameter Ket Nilai RMR Nilai GSI
RMR
SLP 1 1. Kemenerusan
3-10 meter 2 SLP 1 55 50
(persistence)
2. Lebar bukaan
(aperture)
5-32 mm 0 SLP 2 73 68
3. Kekasaran
slightly rough 3
(roughness) Penentuan Nilai Kohesi (c) dan Sudut Gesek
4. Pengisi celah Keras 5-32
(gouge) mm
3 Dalam (ϕ)
5. Pelapukan moderately Untuk menganalisis kestabilan lereng di daerah PT.
3
(weathering) weathered TTN, didasarkan pada kriteria keruntuhan
Bobot Total 11 Hoek&Brown. Adapun parameter untuk
SLP 2 1. Kemenerusan
3-10 meter 2
mendapatkan nilai kohesi dan sudut gesek dalam
(persistence) yaitu nilai GSI, mi, Kuat Tekan Uniaksial, dan nilai
2. Lebar bukaan
(aperture)
5-35 mm 0 faktor ketergangguan (D) untuk masing-masing
3. Kekasaran lokasi (Tabel 4.).
rough 5
(roughness)
4. Pengisi celah Keras 5-35
3
(gouge) mm
5. Pelapukan
fresh 6
(weathering)
Bobot Total 16

6  
 
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015
 

Tabel 4.Nilai Kuat Tekan, GSI, mi, dan D


σc GSI Sudut
Kohesi
Hoek & Gesek
Lokasi mi D (c)
(MPa) Brown, Dalam (ϕ)
(KPa)
2002 (°)

SLP 1 25 50 25 1 98 51

SLP 2 50 68 25 1 406 62

Penentuan Bobot Isi Batuan


Nilai bobot isi batuan didapatkan dari perbandingan
massa batuan dengan volumenya. Volume batuan
didapatkan dengan mencelupkan conto batuan ke Gambar 1.Orientasi Lereng dan Bidang Diskontinu di
dalam gelas ukur, kemudian dihitung pertambahan SLP 1
volume air sesudah conto batuan dicelupkan. Hasil Pada lereng SLP 1 terdapat dua bidang diskontinu
perhitungan bobot isi batuan di SLP 1 adalah sebesar yang saling berpotongan, yaitu famili bidang
23,2 kN/m3 dan bobot isi batuan di SLP 2 adalah diskontinu A dengan dip/dip direction yaitu 680/ N
sebesar 24,5 kN/m3. 1040 E dan famili bidang diskontinu B dengan
Orientasi Lereng dan Bidang Diskontinu dip/dip direction yaitu 740/ N 3510 E. Salah satu
a). Orientasi Lereng bidang diskontinu memiliki kemiringan yang lebih
Dari pengukuran di lapangan didapatkan orientasi landai dari kemiringan bidang diskontinu lainnya.
lereng seperti yang terdapat pada Tabel5. Kemiringan lereng (ψ f ) sebesar 660, sudut gesek
Tabel 5. Arah, Kemiringan, dan Tinggi (H) Lereng dalam (𝝓) sebesar 510 dan sudut kemiringan garis
pada Penelitian perpotongan antara dua bidang diskontinu ( ψ p)
Arah
Lokasi
Lereng
Kemiringan Lereng Tinggi sebesar 580, maka pada lereng SLP 1 berpotensi
1. SLP 1 N 640 E 66 0
15 m terjadi longsor baji (ψ f>ψ p>𝝓).
2. SLP 2 N 2540 E 690 15 m

b). Orientasi Bidang Diskontinu


Hasil pengukuran orientasi kekar di lokasi dinding
barat (SLP 1) dan dinding timur(SLP 2) dapat
ditentukan arah umum dari masing-masing famili
bidang diskontinu dengan bantuan software Dips
(lihat Tabel 6. dan Tabel 7.). Gambar dari masing-
masing orientasi lereng dan bidang diskontinu dapat
dilihat pada Gambar.2. untuk SLP 1 dan Gambar 3.
untuk SLP 2.
Tabel 6.Arah Umum Bidang Diskontinu di SLP 1
Famili Arah Kemiringan
Gambar 2.Orientasi Lereng dan Bidang Diskontinu di
A N 1040 E 680
SLP 2
B N 3510 E 740
Pada lereng SLP 2 terdapat dua bidang diskontinu
Tabel 7.Arah Umum Bidang Diskontinu di SLP 2 yang saling berpotongan, yaitu famili bidang
Famili Arah Kemiringan diskontinu A dengan dip/dip direction yaitu 760/ N
A N 1080 E 760 1080 E dan famili bidang diskontinu B dengan
dip/dip direction yaitu 790/ N 2710 E. Salah satu
0
B N 271 E 790
C N 1770 E 770 bidang diskontinu memiliki kemiringan yang lebih
kecil dari kemiringan bidang diskontinu lainnya.
Kemiringan lereng (ψ f ) sebesar 690, sudut gesek
dalam (𝜙) sebesar 620 dan sudut kemiringan garis
perpotongan antara dua bidang diskontinu ( ψ p)
sebesar 340. Sudut kemiringan lereng lebih besar dari
sudut kemiringan garis perpotongan dua bidang
diskontinu ( ψ f > ψ p). Maka berpotensi terjadi
longsor berbentuk baji.

7  
 
Analisis Kestabilan Lereng di Pit Pajajaran … Arin Chandra Kusuma
 
Analisis Kestabilan Lereng (sedang). Dilihat dari besarnya nilai RQD yaitu
Analisis kestabilan lereng dilakukan terhadap lereng sebesar 98,27 %, maka kualitas batuannya adalah
tunggal dan lereng keseluruhan pada lereng SLP 1 excelent (sangat baik).
dan lereng SLP 2. Berpedoman pada kondisi massa
Kemenerusan bidang diskontinu pada lereng SLP 1,
batuan yang ada, kemudian dilakukan perhitungan
secara umum kemenerusannya 3-10 meter termasuk
nilai faktor keamanan untuk berbagai tinggi dan
ke dalam medium persistence (kemenerusan sedang).
kemiringan (lihat Tabel 8). Dalam analisis ini,
Kebanyakan dari bidang diskontinu terisi oleh
perhitungan nilai faktor keamanan menggunakan
material pengisi yang keras dengan tebal isian 5-32
persamaan Hoek et al, 1971 dengan kondisi lereng
mm.
static dan jenuh. Lereng tunggal dinyatakan aman
apabila nilai faktor keamanan ≥ 1,2. Nilai Pembobotan klasifikasi massa batuan RMR 55
Tabel 8. menunjukkan bahwa batuan pada lereng ini masuk ke
Nilai Faktor Keamanan Lereng Tunggal dalam batuan kelas III yaitu fair rock. Dari
Faktor Keamanan pembobotan tersebut didapatkan nilai GSI sebesar 50
Tinggi (m)

dengan estimasi nilai kohesi dan sudut gesek dalam


Sudut (o)

Lereng SLP Lereng SLP sebesar 98 KPa dan 510.


1 2
b). Karakteristik Massa Batuan Lereng SLP 2
Pada lereng SLP 2, terdapat satu jenis batuan yaitu
10 60 25,98 273,76 batuan andesit. Batuan andesit di lokasi ini dapat
65 10,97 143,08 dikenali dengan ciri-ciri fisik memiliki warna abu-
70 8,47 88,16 abu gelap hingga terang. Dari warna tersebut dapat
12,5 60 19,63 214,65 menandakan tingkat pelapukan yang terjadi pada
65 8,40 112,26 batuan. Tidak terdapat tanda-tanda pelapukan, warna
tidak berubah pada permukaan diskontinu, sehingga
70 6,53 69,24
dapat dikatakan batuan di lokasi ini fresh.
15 60 15,39 175,24
65 6,69 91,72 Berdasarkan ISRM 1981, batuan di lereng SLP 2
70 5,23 56,63 termasuk dalam strong rock yang memiliki estimasi
nilai kuat tekan uniaksial berkisar antara 50-100 MPa
17,5 60 12,36 147,10
dengan ciri-ciri retak dengan beberapa kali pukul
65 5,46 77,05 dengan palu geologi.
70 4,31 47,62
Menurut klasifikasi jarak spasi antar bidang
20 60 10,09 125,98 diskontinu ISRM, dengan jarak spasi antar bidang
65 4,54 66,05 diskontinu rata-rata pada lereng SLP 2 sebesar 0,662
70 3,62 40,86 m masuk kedalam jarak spasi wide (lebar). Dilihat
dari besarnya nilai RQD yaitu sebesar 98,96 %, maka
Untuk lereng keseluruhan dinyatakan aman apabila kualitas batuannya adalah excelent (sangat baik).
nilai faktor keamanan ≥ 1,5. Dari perhitungan didapat
Kemenerusan bidang diskontinu pada lereng SLP 2,
lereng keseluruhan SLP 1 nilai faktor keamanannya
secara umum kemenerusannya 3-10 meter termasuk
1,65. Lereng keseluruhan SLP 2 nilai faktor
ke dalam medium persistence. Kebanyakan dari
keamanan 54,26.
bidang diskontinu terisi oleh material pengisi yang
keras dengan tebal isian 5-35 mm.
3. PEMBAHASAN
Karakteristik Massa Batuan Nilai Pembobotan klasifikasi massa batuan RMR
a). Karakteristik Massa Batuan Lereng SLP 1 73menunjukkan bahwa batuan pada lereng ini masuk
Pada lereng SLP 1, terdapat satu jenis batuan yaitu ke dalam batuan kelas II yaitu good rock. Dari
batuan andesit. Batuan andesit di lokasi ini dapat pembobotan tersebut didapatkan nilai GSI sebesar 68
dikenali dengan ciri-ciri fisik memiliki warna abu- dengan estimasi nilai kohesi dan sudut gesek dalam
abu terang kekuningan. Pada lokasi ini, pelapukan sebesar 406 KPa dan 620.
yang terjadi masuk ke dalam moderately weathered.
Potensi Longsor
Berdasarkan ISRM 1981, batuan di lereng SLP 1 Orientasi lereng dan bidang diskontinu yang
termasuk medium strong rock yang memiliki estimasi didapatkan dari pengukuran di lapangan
nilai kuat tekan uniaksial berkisar antara 25-50 MPa mempengaruhi potensi longsor yang ada. Pada lokasi
dengan ciri-ciri retak sekali pukulan menggunakan penelitian, baik pada lereng SLP 1 dan lereng SLP 2,
palu geologi. keduanya berpotensi terjadi longsor baji. Arah
longsor searah dengan arah perpotongan kedua
Menurut klasifikasi jarak spasi antar bidang
bidang diskontinu. Pada lereng SLP 1 longsor baji
diskontinu ISRM, dengan jarak spasi antar bidang
mengarah ke N 048oE. Sedangkan pada lereng SLP 2
diskontinu rata-rata pada lereng SLP 1 sebesar
longsor baji mengarah ke N 189oE (lihat Gambar 3.).
0,5033 m masuk kedalam jarak spasi moderate

8  
 
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015
 

15 15
m m

a) Geometri Lereng b) Geometri


Aktual SLP 1 Lereng Aktual
SLP 2
Gambar 5.Geometri Lereng Aktual

Gambar 3.Potensi Longsor dan Arah Longsor 16  


15  
14   Lereng  SLP  1  
Analisis Kestabilan Lereng 13  
12  
Dalam analisis ini lereng diasumsikan dalam kondisi 11   FK  Aman  
10  
static dan jenuh. Pengaruh peledakan terhadap 9  

Faktor Keamanan
kestabilan lereng diabaikan karena di tempat 8  
7  
penelitian belum pernah dilakukan pengukuran 6  
5  
getaran tanah akibat peledakan. Kondisi jenuh dipilih 4  
3  
karena kondisi lereng jenuh merupakan kondisi 2  
pesimis yang mungkin terjadi. Fa1  
kt 0  
a) Analisis Lereng Tunggal or 60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70  
Sudut Kemiringan Lereng Tunggal (...0)
Analisis kestabilan lereng dilakukan terhadap lereng Ke
tunggal, untuk lereng desain dan lereng aktual. a Gambar 6.Grafik Hubungan Antara Sudut
Lereng didesain dengan ketinggian jenjang 15 m, Kemiringan
m Lereng Tunggal pada SLP 1 terhadap
anNilai FK untuk Tinggi Lereng Tunggal 15 m.
lebar 5 m, kemiringan lereng 60° (Gambar 5.).
an
Lereng dinyatakan aman apabila nilai faktor
keamanannya ≥ 1,2. Lereng desain berada dalam 200  
keadaan aman dengan faktor keamanan 15,39 untuk Lereng  SLP  2  
lereng SLP 1 dan 185,02 untuk lereng SLP 2. 150  
FK  Aman  
100  

50  

0  
60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   0
Sudut Kemiringan Lereng Tunggal (... )

Gambar 7.Grafik Hubungan Antara Sudut


Kemiringan Lereng Tunggal pada SLP 2 terhadap
Gambar 4.Geometri Lereng Desain Nilai FK untuk Tinggi Lereng Tunggal 15 m.
Lereng desain 15 m dapat dioptimumkan
kemiringannya. Lereng dengan tinggi 15 m dan Mengacu kepada grafik yang dikemukakan oleh
kemiringan lereng 70o dapat diterapkan. Nilai faktor Ritchie, 1963, dengan kondisi lereng desain, tinggi
keamanan geometri lereng tersebut untuk lereng SLP sebesar 15 m dan kemiringan lereng tunggal 60°,
1 sebesar 5,23 dan untuk lereng SLP 2 sebesar 56,63. besarnya lebar lereng minimum yang memenuhi
untuk menangkap batu jatuh yaitu 5,4 m. Untuk
Kondisi lereng aktual SLP 1 dan SLP 2 sudut kondisi tinggi lereng 15 m dan kemiringan lereng
kemiringannya tidak sesuai dengan desain. Sudut tunggal 70o lebar lereng minimum yang memenuhi
kemiringan pada lereng aktual SLP 1 yaitu 66o dan yaitu 5,6 m (Lampiran H). Lebar lereng yang saat ini
pada lereng aktual SLP 2 yaitu 69o (Gambar 5). diterapkan sebesar 5 m tidaklah memenuhi.
Untuk tinggi lereng aktual sama dengan desain yaitu
sebesar 15 m. Kondisi lereng aktual SLP 1 dan SLP 2 Lereng dengan tinggi 20 m dan kemiringan lereng
berada dalam kondisi aman seperti yang terlihat pada tunggal 70o masih dalam kondisi aman, baik pada
Gambar 6. dan Gambar 7. lereng SLP 1 maupun SLP 2. Nilai faktor
keamanannya untuk lereng SLP 1 sebesar 3,62 dan
untuk lereng SLP 2 sebesar 40,86. Lereng dengan
tinggi 20 m tidak diusulkan karena berdasarkan pada
kemampuan operasional peralatan penambangan

9  
 
Analisis Kestabilan Lereng di Pit Pajajaran … Arin Chandra Kusuma
 
(jangkauan alat gali muat), untuk tinggi lereng 20 m Hal yang dipantau adalah adanya batu-batu
tidak memenuhi. menggantung pada permukaan lereng serta
kemungkinan terdapatnya crack pada lereng. Pada
b). Analisis Lereng Keseluruhan
crack yang terbentuk perlu dilakukan pengukuran
Analisis lereng keseluruhan dilakukan berdasarkan
terhadap lebar crack untuk mengetahui perpindahan
lereng keseluruhan yang sudah ada dilapangan. Pada
yang terjadi. Pengukuran tersebut dapat dilakukan
lereng keseluruhan SLP 1 tersusun atas 3 lereng
dengan memasangkan crackmeter pada crack yang
tunggal dan untuk lereng keseluruhan SLP 2 tersusun
terbentuk. Percepatan perpindahan dapat diketahui
atas 2 lereng tunggal (Gambar 8). Karakteristik
sehingga dapat meminimumkan resiko yang terjadi
massa batuan pembentuk lereng keseluruhan sama
terhadap kegiatan operasi yang berjalan.
dengan karakteristik massa batuan lereng tunggal.
b). Scaling
Scaling adalah tindakan untuk menghilangkan batu-
batu menggantung pada permukaan lereng
menggunakan peralatan seperti tongkat untuk
menjatuhkan batuan yang berpotensi jatuh. Scaling
yang dapat diterapkan pada lokasi penelitian ialah
dengan menggunakan alat berat yaitu
excavator.Excavator meratakan permukaan lereng
pada lereng yang baru terbentuk sehingga batu-batu
yang menggantung dapat dihilangkan.
a). Geometri Lereng b). Geometri Lereng
Keseluruhan Keseluruhan
SLP 1 SLP 2
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan,
Gambar 8.Geometri Lereng Keseluruhan maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
a. Massa batuan andesit di lereng SLP 1 termasuk
Lereng keseluruhan dinyatakan aman apabila nilai medium strong rock yang memiliki estimasi
faktor keamanannya ≥ 1,5. Lereng keseluruhan SLP 1 nilai kuat tekan uniaksial berkisar antara 25-50
berada pada kondisi aman dengan nilai faktor MPa dan masuk ke dalam batuan kelas III yaitu
keamanannya 1,65. Begitu juga lereng keseluruhan fair rockdengan nilai RMR 55. Nilai kohesi dan
SLP 2, berada pada kondisi aman dengan nilai faktor sudut gesek dalam pada massa batuan andesit di
keamanan 54,26. lereng SLP 1 sebesar 98 KPa dan 510.
Tindakan Penunjang Kestabilan Lereng b. Massa batuan andesit pada lereng SLP 1
Kegiatan penggalian pada massa batuan dapat termasuk dalam strong rock yang memiliki
mengganggu kestabilannya. Pada lereng material estimasi nilai kuat tekan uniaksial berkisar
kompak, khususnya pada lereng batuan beku yang antara 50-100 MPa dan masuk ke dalam batuan
harus diperhatikan adalah terjadinya batu jatuh. Batu kelas II yaitu good rock dengan nilai RMR 73.
yang menggantung pada permukaan lereng dapat Nilai kohesi dan sudut gesek dalam pada massa
jatuh sewaktu-waktu yang dapat mengancam batuan andesit di lereng SLP 2 sebesar 406 KPa
keselamatan pekerja (manusia) dan peralatan yang dan 620.
digunakan. Untuk itu perlu dilakukan tindakan- c. Pada kedua lokasi, baik lereng SLP 1 dan lerng
tindakan penunjang kestabilan lereng. SLP 2 berpotensi terjadi longsor baji. Pada
lereng SLP 1 longsor baji mengarah ke N
a). Pemantauan Lereng 048oE. Sedangkan pada lereng SLP 2 longsor
Salah satu dari berbagai macam tindakan penunjang baji mengarah ke N 189oE.
kestabilan lereng yaitu pemantauan lereng. d. Lereng tunggal pada SLP 1 dan SLP 2, baik
Pemantauan dilakukan dengan pengamatan secara lereng desain maupun lereng aktual dalam
visual. Walaupun sederhana, tindakan pemantauan kondisi aman.
dengan pengamatan secara visual sangat penting e. Lebar lereng yang diterapkan sebesar 5 m tidak
dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui memenuhi. Lebar lereng minimum yang
berbagai potensi ketidak-stabilan secara dini. memenuhi untuk tinggi 15 meter dan
Pengamatan secara visual dapat memberikan kemiringan 60o adalah 5,4 m. Sedangkan untuk
gambaran umum untuk mendeteksi terjadinya tinggi 15 m dan kemiringan 70o, lebar lereng
ketidak-stabilan. minimum yang memenuhi adalah sebesar 5,6 m.
Pengamatan secara visual dapat dilakukan oleh mine f. Lereng keseluruhan pada SLP 1 dan SLP 2,
geotechnical engineer dan anggotanya. Pengamatan dalam kondisi aman.
dilakukan secara rutin dan didokumentasikan 5. DAFTAR PUSTAKA
sehingga berbagai potensi bahaya dapat diketahui Amalia, Yasmina, 2013, “Penerapan Metode Kriteria
secara dini dan dapat dilakukan tindakan Runtuh Hoek & Brown dalam Menentukan
penanggulangan selanjutnya.

10  
 
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015
 
Faktor Keamanan pada Analisis Kestabilan Kliche, Charles A., 1999, “Rock Slope Stabilty”,
Lereng di PT. Kaltim Batu Manunggal Sociaty for Mining, Metallurgy and
Kalimantan Timur”, Skripsi, Program Studi Exploration, inc., USA.
Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mining Department, 2012, “Laporan Perkembangan
Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta. Kegiatan Penambangan”, PT. Tambang
Bieniawski Z. T., 1989, “Engineering Rock Mass Tondano Nusajaya, Minahasa Utara, Sulawesi
Clasifications”, John Wiley & Sons, Inc., Utara.
New York, U.S.A. Priest, S.D. Hudson, J.A, 1976, "Discontinuity
Brown E.T., 1981, “Rock Characterization Testing Spacings In Rock". International Journal of
and Monitoring”, ISRM Suggested Methods, Rock Mechanics and Mining Sciences &
Royal School of Mines, London. Geomechanics.
Hoek, E. and Brown, 1980, “Underground Wyllie, Duncan C. and Mah, C. W. 2004, “Rock
Excavation In Rock”, The Institution of Slope Engineering Civil and Mining 4th
Mining and Metallurgy, London. Edition”, Spon Press, 270 Madison Avenue,
Hoek, E. Torres, C. and Corkum, B., 2002, “Hoek- New York, USA.
Brown Failure criterion - 2002 edition”,  
Vancouver, Canada.

11  
 

Anda mungkin juga menyukai