i
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
a. Nama : Tn. R
b. Umur : 48 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Pekerjaan : Buruh
e. Alamat : Sukarami, KM-9,Palembang
f. Bangsa : Indonesia
g. Agama : Islam
h. Kunjungan : 7 Februari 2019
i. No. medrek : 1059749
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : nyeri dan kaku pada bahu kanan.
Keluhan tambahan :
Riwayat perjalanan penyakit:
± 4 minggu yang lalu, penderita mengeluh nyeri dan terasa kaku pada bahu
kanan. Nyeri tidak menjalar, nyeri seperti tertusuk-tusuk. Nyeri bertambah bila
tangan digerakkan. Penderita menjadi kesulitan saat beraktivitas, seperti menyetir
mobil, mengangkat barang, menggosok punggung dan menyisir rambut. Nyeri
tidak menghilang walaupun beristirahat. Penderita juga mengeluh sulit tidur
karena nyeri tersebut. Penderita mengeluh nyeri saat menoleh ke kanan. Nyeri
makin memberat pada malam hari. Kesemutan pada bahu disangkal. Penderita
meminum obat pereda nyeri dan berobat ke Poliklinik Rehab Medik RSMH.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat darah tinggi tidak ada,
Riwayat kencing manis tidak ada,
Riwayat trauma pada bahu disangkal,
Riwayat alergi disangkal,
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal.
2
Riwayat penyakit pada keluarga :
Riwayat darah tinggi dan kencing manis tidak ada, alergi disangkal.
Riwayat pekerjaan :
Penderita tinggal bersama istri dan kedua anaknya. Istri seorang ibu rumah
tangga . Kesan ekonomi: menengah ke bawah.
Pernafasan : 22 x/ menit
Suhu : 36,5 oC
VAS : 4/10
Berat Badan : 60 kg
BMI : 24,6
isokor, RC (+/+).
Hidung : Bagian luar tidak ada kelainan, deviasi septum (-), selaput
Telinga : Bentuk normal, sekret (-), liang telinga kanan dan kiri
aurikula (-).
Mulut : Sianosis (-), arcus faring baik, hiperemis (-), uvula di tengah,
Thorax
Pulmo
Inspeksi: statis: kanan dan kiri simetris, dinamis: pergerakan dinding dada
kanan=kiri.
4
Cor
Auskultasi: HR: 84x/ menit, reguler, BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Palpasi: lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-).
Ekstremitas
Ekstremitas superior:
Neurologi :
Abduksi lengan 3 5
Fleksi siku 5 5
Ekstensi siku 5 5
Ekstensi wrist 5 5
5
Abduksi jari tangan 5 5
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
Sensorik
Protopatik Normal
Proprioseptik Normal
6
Ekstensi pergelangan tangan 0-70 0-70 0-70 0-70
Ekstremitas Inferior :
Neurologi :
Kekuatan
Fleksi paha 5 5
Ekstensi paha 5 5
Ekstensi lutut 5 5
Fleksi lutut 5 5
Dorsofleksi pergelangan 5 5
kaki
7
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
Sensorik
Protopatik Normal
Proprioseptik Normal
EVALUASI
8
No Level ICF Kondisi saat ini Sasaran
1 Struktur dan fungsi tubuh Nyeri pada bahu sebelah Mengurangi nyeri pada bahu
kanan
Memperluas gerakan sendi
Keterbatasan gerak sendi bahu kanan
bahu kanan
Kegiatan sehari-hari :
Menyisir rambut, memakai
celana, mengambil benda di
saku belakang celana.
RESUME
Seorang laki-laki berusia 57 tahun datang ke poli rehabilitasi medis RSMH dengan keluhan
nyeri dan kaku pada bahu sebelah kanan yang dirasakanya pada saat menggerakan bahu,
nyeri ini dialaminya sekitar 2 minggu yang lalu. Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan tidak
menjalar. Penderita menjadi kesulitan saat beraktivitas, seperti menyetir mobil, mengangkat
barang, menggosok punggung dan menyisir rambut. Nyeri tidak menghilang walaupun
beristirahat. Penderita juga mengeluh sulit tidur karena nyeri tersebut. Penderita mengeluh
nyeri saat menoleh ke kanan. Nyeri makin memberat pada malam hari. Kesemutan pada bahu
disangkal. Penderita memiliki riwayat penyakit hipertensi, dan diabetes.
Penderita meminum obat pereda nyeri dan berobat ke Poliklinik Rehab Medik RSMH.
9
PROGRAM REHABILITASI MEDIK
Fisioterapi
(3x seminggu)
Terapi dingin :
Stimulasi listrik :
Okupasi terapi
ROM exercise : Melakukan gerakan pada persendian baik aktif maupun pasif
ADL exercise : Melatih untuk menyisir rambut, membawa barang ringan dan
bertambah secara bertahap.
Ortotik prostetik
Terapi wicara
Sosial medik : Memberikan motivasi agar pasien datang terapi secara rutin.
Edukasi : - Kompres panas ±15 menit pada bahu yang sakit, serta
meminum obat nyeri
10
- Tetap menggunakan lengan dalam batas toleransi pasien
- Latihan dirumah sesuai metode codman pendular exercise
dengan beban minimal dan ditambah bertahap, latihan
walking fingers, latihan dengan handuk seperti huruf S
terbalik, kedua lengan memegang handuk kemudian bahu
sehat menarik hingga lengan yang sakit tertarik.
- Hindari posisi lengan yang menetap dalam waktu lama
- Hindari melakukan aktivitas fisik berlebihan seperti
mengangkat benda berat.
TERAPI MEDIKAMENTOSA
PROGNOSA
- Medik : Bonam (Bila pasien secara rutin dan teratur melakukan terapi)
- Fungsional : Bonam (Dengan terapi teratur, aktivitas sehari-hari dapat
dilakukan)
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Frozen shoulder, atau adhesive capsulitis adalah suatu kelainan di mana terjadi
inflamasi pada kapsul sendi bahu, yaitu jaringan ikat disekitar sendi glenohumeral,
sehingga sendi tersebut menjadi kaku dan terjadi keterbatasan gerak dan nyeri yang
kronis.6
12
2.2 Anatomi dan Fisiologi
Sendi pada bahu terdiri dari tiga tulang yaitu tulang klavikula, skapula, dan
humerus. Beberapa sendi pada bahu yaitu glenohumeral, skapulothorakal,
sternoclavicular, akromioclavicular, suprahumeral, costosternal, dan costovertebral.
Terdapat dua sendi yang sangat berperan pada pergerakan bahu yaitu sendi
akromiklavikular dan glenohumeral. Sendi glenohumeral lah yang berbentuk “ball-
and-socket” yang memungkinkan untuk terjadi ROM yang luas. Struktur-struktur
yang membentuk bahu disebut juga sebgai rotator cuff. Tulang-tulang pada bahu
disatukan oleh otot, tendon, dan ligament. Tendon dan ligament membantu
member kekuatan dan stabilitas lebih. Otot-otot yang menjadi bagian dari rotator
cuff adalah m. supraspinatus, m. infraspinatus, m. teres minor, dan m.
subscapularis.2,
Otot-otot pada rotator cuff sangat penting pada pergerakan bahu dan menjaga
stabilitas sendi glenohumeral. Otot ini bermulai dari scapula dan menyambung ke
humerus membuat seperti cuff atau manset pada sendi bahu. Manset ini menjaga
caput humeri di dalam fossa glenoid yang dangkal.Otot-otot pada rotator cuff
menjada “ball” dalam “socket” pada sendi glenohumeral dan memberikan
mobilitas dan kekuatan pada sendi shoulder. Terdapat dua bursa untuk memberi
13
bantalan dan melingungi dari akromion dan memungkinkan gerakan sendi yang
lancar.
Saat terjadi abduksilengan, rotatorcuff memampatkan sendi glenohumeral,
sebuah istilah yang dikenal sebagai kompresi cekung (concavity compression),
untuk memungkinkan otot deltoid yang besar untuk terus mengangkat lengan.
Dengan kata lain, rotator cuff, caput humerus akan naik sampai sebagian keluar
dari fosa glenoid, mengurangi efisiensi dari otot deltoid.7,8
2.3 Epidemiologi
Nyeri pada bahu merupakan penyebab kelainan muskuloskletal tersering
ketiga setelah nyeri punggung bawah dan nyeri leher. Prevalensi dari frozen
shoulder pada populasi umum dilaporkan sekitar 2%, dengan prevalensi 11% pada
penderita diabetes.
Frozen shoulder dapat mengenai kedua bahu, baik secara bersamaan atau
berurutan, pada sebanyak 16% pasien. Frekuensi frozen shoulder bilateral lebih
sering pada pasien dengan diabetes dari pada yang tidak. Pda 14% pasien, saat
frozen shoulder masih terjadi pada suatu bahu, bahu kontralateral juga terpengaruh.
Frozen shoulder kontralateral biasanya terjadi dalam waktu 5 tahun onset penyakit.
Suatu relapse frozen shoulder pada bahu yang sama jarang terjadi.1
2.4 Etiologi
Frozen shoulder dapat terjadi akibat suatu proses idiopatic atau akibat kondisi
yang menyebabkan sendi tidak dapat digunakan. Idiopatic frozen shoulder sering
terjadi pada dekade ke empat atau ke enam.10
Rotator cuff tendinopati, bursitis subacromial akut, patah tulang sekitar collum
dan caput humeri, stroke paralitic adalah factor predisposisi yang sering
menyebabkan terjadinya frozen shoulder. Penyebab tersering adalah rotator cuff
tendinopati dengan sekitan 10% dari pasien degan kelainan ini akan mengalamai
frozen shoulder. Pasien dengan diabetes mellitus dan pasien yang tidak menjalani
fisioterapi juga memiliki resiko tinggi. Penggunaan sling terlalu lama juga dapat
menyebabkan frozen shoulder.
14
Frozen shoulder dapat terjadi setelah imobilisasi yang lama akibat trauma atau
operasi pada sendi tersebut. Biasanya hanya satu bahu yang terkena, akan tetapi
pada sepertiga kasus pergerkannya yang terbatas dapat terjadi pada kedua lengan.
a. Teori hormonal.
b. Teori genetik.
d. Teori postur.
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap
menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis
menyatakan bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap
nyeri yang timbul pada bahu dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini
sering timbul bila sendi tidak digunakan terutama pada pasien yang apatis dan pasif
atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di mana tidak tahan dengan nyeri
yang ringan akan membidai lengannya pada posisi tergantung. Lengan yang imobil
akan menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan bersama-sama dengan
vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein, edema, eksudasi,
dan akhirnya reaksi fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara lapisan
15
bursa subdeltoid, adhesi ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon
subskapularis dan bisep, perlekatan kapsul sendi.7
Penyebab frozen shoulder mungkin melibatkan proses inflamasi. Kapsul yang
berada di sekitar sendi bahu menebal dan berkontraksi. Hal ini membuat ruangan
untuk tulang humerus bergerak lebih kecil, sehingga saat bergerak terjadi nyeri.
Penemuan makroskopik dari patofisiologi dari frozen shoulder adalah fibrosis
yang padat dari ligament dan kapsul glenohumeral. Secara histologik ditemukan
proliferasi aktif fibroblast dan fibroblas tersebut berubah menjadi miofibroblas
sehingga menyebabkan matriks yang padat dari kolagen yang berantakan yang
menyebabkan kontraktur kapsular. Berkurangnya cairan synovial pada sendi bahu
juga berkontribusi terhadap terjadinya frozen shoulder.
Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan thrombine dan
fibrinogen membentuk protein yang disebut fibrin. Protein tersebut menyebabkan
penjedalan dalam darah dan membentuk suatu substansi yang melekat pada sendi.
Perlekatan pada sekitar sendi inilah yang menyebabkan perlekatan satu sama lain
sehingga menghambat full ROM. Kapsulitis adhesiva pada bahu inilah yang
disebut frozen shoulder.
Terdapat pula pendapat yang menyatakan adanya proses perrubahan vaskuler
pada frozen shoulder.5,7
16
Fase kedua ini disebut stiff atau frozen fase. Pada fase ini pergerakan bahu
menjadi sangat terbatas, dan pasien akan menyadari bahwa sangat sulit untuk
melalukan kegiatan sehari-hari, terutama yang memerlukan terjadinya rotasi
interna dan externa serta mengangkat lengan seperti pada saat keramas atau
mengambil sesuatu yang tinggi. Saat in pasien biasanya mempunyai keluahans
spesifik seperti tidak bisa menggaruk punggung, atau memasang BH, atau
mengambil sesuatu dari rak yang tinggi. Fase ini berlangsung selama 3 bulan
hingga 1 tahun.
Fase terakhir adalah fase resolusi atau thawing fase. Pada fase ini pasien mulai
bisa menggerakan kembali sendi bahu. Setelah 1-3 tahun kemampuan untuk
melakukan aktivitas akan membaik, tapi pemulihan sempurna jarang terjadi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hilangnya gerak pada segala arah baik
secara gerak aktif maupun pasif. Pada pemeriksaanfisik, fleksiatau
elevasimungkinkurangdari90derajat, abduksi kurangdari45derajat,
danrotasiinternaldaneksternaldapatberkurang sampai 20derajatatau kurang.
Terdapat pula restriksi pada rotasi eksternal.
Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengeveluasi lingkup gerak
sendi aktif. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula dengan
tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada frozen shoulder pasien
tidak dapat melakukan gerakan ini. Nyeri akan bertambah pada penekanan dari
tendon yang membentuk muskulotendineus rotator cuff. Bila gangguan
berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis,
karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff lainnya.
Pada prinsipnya diagnosa frozen shoulder ditegakan berdasarkan manifestasi
klinis. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologis hanya dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Pemeriksaan laboratorium
kadang dilakukan karena sering pada penderita fronzen shoulder merupakan
penderita diabetes yang tidak diketahui.2,9
a. Pain (freezing)
17
Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak sendi bahu
menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir sampai 10 -36
minggu.
b. Stiffness (frozen)
Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau perlengketan yang
nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang diikuti oleh keterbatasan
gerak skapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.
c. Recovery (thawing)
Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada sinovitis tetapi
terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata. Fase ini berakhir
selama 6-24 bulan atau lebih.
2.8 Diagnosis
1. Anamnesis
Pada penderita didapatkan keluhan nyeri hebat dan atau keterbatasan lingkup
gerak sendi (LGS). Penderita tidak bisa menyisir rambut, memakai baju, menggosok
punggung waktu mandi, atau mengambil sesuatu dari saku belakang. Keluhan lain
pada dasarnya berupa gerakan abduksi-eksternal rotasi, abduksi-internal rotasi,
maupun keluhan keterbatasan gerak lainnya.7
2. Pemeriksaan Fisik
Capsulitis adhesive merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan
aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher lengan atas dan
punggung. Perlu dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif
terbatas, pertama-tama pada gerakan elevasi dan rotasi interna lengan, tetapi
kemudian untuk semua gerakan sendi bahu.
Tes “appley scratch” merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi lingkup
gerak sendi aktif pasien. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula
dengan tangan sisi kontralateral melewati belakang kepala (gambar 1). Pada
Capsulitis adhesive pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat
bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak aktif,
maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan.
18
Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk
muskulotendineus “rotatorcuff”. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu
yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid,
supraspinatus dan otot “rotator cuff” lainnya.7
3. Pemeriksaan Penunjang
2.7 Penatalaksanaan
Medikamentosa
Penatalaksanaan dari frozen shoulder berfokus pada mengembalikan
pergerakan sendi dan mengurangi nyeri pada bahu. Biasanya pengobatan diawali
dengan pemberian NSAID dan pemberian panas pada lokasi nyeri, dilanjutkan
dengan latihan-latihan gerakan. Pada beberpa kasus dilakukan TENS untuk
mengurangi nyeri.
19
Langkahselanjutnyabiasanyamelibatkansatuatauserangkaiansuntikansteroid(sa
mpaienam) seperti Methylprednisolone. Pengobatan ini dapat perlu dilakukan
dalam beberapa bulan. Injeksi biasanya diberikan dengan bantuan radiologis, bisa
dengan fluoroskopi, USG, atau CT. Bantuan radiologis digunakan untuk
memastikan jarum masuk dengan tepat pada sendi bahu. Kortison injeksikan pada
sendi untuk menekan inflamasi yang terjadi pada kondisi ini. Kapsul bahu juga
dapat diregangkan dengan salin normal, kadang hingga terjadi rupture pada kapsul
untuk mengurangi nyeri dan hilangnya gerak karena kontraksi. Tindakan ini
disebut hidrodilatasi, akan tetapi terdapat beberapa penelitian yang meragukan
kegunaan terapi tersebut.Apabila terapi-terapi ini tidak berhasil seorang dokter
dapat merekomendasikan manipulasi dari bahu dibawah anestesi umum untuk
melepaskan perlengketan. Operasi dilakukan pada kasus yang cukup parah dan
sudah lama terjadi. Biasanya operasi yang dilakukan berupa arthroskopi.5,10
a. Terapi dingin 9
Modalitas terapi ini biasanya untuk nyeri yang disebabkan oleh cedera
muskuloskeletal akut. Demikian pula pada nyeri akut Capsulitis adhesivelebih baik
diberikan terapi dingin.
Efek terapi ini diantaranya mengurangi spasme otot dan spastisitas,
mengurangi maupun membebaskan rasa nyeri, mengurangi edema dan aktivitas
enzim destruktif (kolagenase) pada radang sendi. Pemberian terapi dingin pada
peradangan sendi kronis menunjukkan adanya perbaikan klinis dalam hal
pengurangan nyeri.
Adapun cara dan lama pemberian terapi dingin adalah sebagai berikut:
o Kompres dingin
Teknik: masukkan potongan – potongan es kedalam kantongan yang tidak
tembus air lalu kompreskan pada bagian yang dimaksud. Lama: 20 menit, dapat
diulang dengan jarak waktu 10 menit.
o Masase es
20
Teknik: dengan menggosokkan es secara langsung atau es yang telah
dibungkus. Lama: 5-7 menit. Frekuensi dapat berulang kali dengan jarak waktu
10 menit.
b. Terapi panas3,9
Efek terapi dari pemberian panas lokal, baik dangkal maupun dalam, terjadi
oleh adanya produksi atau perpindahan panas. Pada umumnya reaksi fisiologis
yang dapat diterima sebagai dasar aplikasi terapi panas adalah bahwa panas akan
meningkatkan viskoelastik jaringan kolagen dan mengurangi kekakuan sendi.
Panas mengurangi rasa nyeri dengan jalan meningkatkan nilai ambang nyeri
serabut-serabut saraf. Efek lain adalah memperbaiki spasme otot, meningkatkan
aliran darah, juga membantu resolusi infiltrat radang, edema, dan efek eksudasi.
Beberapa penulis menganjurkan pemanasan dilakukan bersamaan dengan
peregangan, dimana efek pemanasan meningkatkan sirkulasi yang bermanfaat
sebagai analgesik. Terapi panas dangkal menghasilkan panas yang tertinggi pada
permukaan tubuh namun penetrasinya kedalam jaringan hanya beberapa milimeter.
Pada terapi panas dalam, panas diproduksi secara konversi dari energi listrik atau
suara ke energi panas didalam jaringan tubuh. Panas yang terjadi masuk kejaringan
tubuh kita yang lebih dalam, tidak hanya sampai jaringan dibawah kulit (subkutan).
Golongan ini yang sering disebut diatermi, terdiri dari:
o Diatermi gelombang pendek (short wave diathermy = SWD)
o Diatermi gelombang mikro (microwave diathermy = MWD)
o Diatermi ultrasound (utrasound diathermy = USD)
Modalitas lain yang digunakan adalah short wave diathermy. Disini digunakan
arus listrik dengan frekuensi tinggi dengan panjang gelombang 11m yang diubah
menjadi panas sewaktu melewati jaringan. Pada umumnya pemanasan ini paling
banyak diserap jaringan dibawah kulit dan otot yang terletak dipermukaan.
Modalitas terapi fisik ini dapat dipergunakan untuk nyeri akut maupun nyeri
kronis, dan sering digunakan untuk meredakan nyeri pada Capsulitis adhesive.
d. Latihan
22
Merupakan bagian yang terpenting dari terapi Capsulitis adhesive. Pada
awalnya latihan gerak dilakukan secara pasif terutama bila rasa nyeri begitu berat.
Setelah nyeri berkurang latihan dapat dimulai dengan aktif dibantu. Rasa nyeri
yang timbul pada waktu sendi digerakkan baik secara pasif maupun aktif
menentukan saat dimulainya latihan gerak. Bila selama latihan pasif timbul rasa
nyeri sebelum akhir pergerakan sendi diduga masih fase akut sehingga latihan
gerakan aktif tidak diperbolehkan. Bila rasa nyeri terdapat pada akhir gerakan yang
terbatas, berarti masa akut sudah berkurang dan latihan secara aktif boleh
dilakukan. Pada latihan gerak yang menimbulkan/ menambah rasa nyeri, maka
latihan harus ditunda karena rasa nyeri yang ditimbulkan akan menurunkan lingkup
gerak sendi. Tetapi bila gerakan pada latihan tidak menambah rasa nyeri maka
kemungkinan besar terapi latihan gerak akan berhasil dengan baik. Latihan gerak
dengan menggunakan alat seperti shoulder wheel , overhead pulleys, finger ladder,
dan tongkat merupakan terapi standar untuk penderita frozen shoulder.9
23
Gambar 3 : overhead pulleys Gambar 4: finger ladder
24
Gambar 5: Latihan Pendulum
Latihan dengan tongkat dapat berupa gerakan fleksi, abduksi, adduksi, dan
rotasi.Gerakan dapat dilakukan dalam posisi berdiri, duduk ataupun berbaring.
Tendon otot biceps dapat mengalami kerusakan secara tersendiri, meskipun berada
bersama-sama otot supraspinatus. Tendinitis ini biasanya merupakian reaksi
terhadap adanya trauma akibat jatuh atau dipukul pada bahu dengan lengan dalam
posisi adduksi serta lengan bawah supinasi.
Pada kasus tendonitis juga dapat terjadi pada orang-orang yang bekerja keras
dengan posisi seperti tersebut di atas dan secara berulang kali. Pemeriksaan fisik
pada penderita tendinitis bisipitalis didapatkan adanya aduksi sendi bahu terbatas,
nyeri tekan pada tendon otot bisep, tes yorgason disamping timbul nyeri juga
didapat penonjolan pada samping medial tuberkuluminus humeri, berarti tendon
26
otot bisep tergelincir dan berada di luar sulcus bisipitalis sehingga terjadi penipisan
tuberkulum.
Bursitis Subacromialis
Pada pemeriksaan fisik dijumpai adanya “Panfull arc sub acromialis” 700-1200,
tes fleksi siku melawan tahanan pada posisi fleksi 900 terjadi rasa nyeri.
27
Pemeriksaan Spesifik
a. Yergason’s Test.
Tes ini dilakukan untuk menentukan apakah tendon otot biceps dapat
mempertahankan kedudukannya di dalam sulkus intertuberkularis atau tidak.
Hasil positif jika ada tenderness di dalam sulcus bicipitalis atau tendon ke luar
dari sulcus, ini merupakan indikasi tendinitisbicipitalis.
28
b. Speed Test
Pemeriksa memberikan tahanan pada shoulder pasien yang berada dalam posisi
fleksi, secara bersamaan pasien melakukan gerakan supinasi lengan bawah dan
ekstensi elbow.
Tes ini positif apabila ada peningkatan tenderness di dalam sulcus bicipitalis
dan ini merupakan indikasi tendinitis bicipitalis.
Tes ini dilakukan untuk mengungkapkan ada tidaknya kerusakan pada otot-otot
serta tendon yang menyusun rotator cuff dari bahu. Pemeriksa mengabduksikan
shoulder pasien sampai 90 dan meminta pasien menurunkan lengannya secara
perlahan-lahan atau timbul nyeri pada saat mencoba melakukan gerakan
tersebut.Hasil tes positif indikasi cidera pada rotator cuff complex.
29
d. Apley Scratch Test
30
e. Painful Arc Test
Tes ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya peradangan pada bursa
shoulder. Pemeriksa meminta pasien melakukan gerakan abduksi atau
mengangkat tangannya ke arah samping. saat mencapai lingkup gerak sendi
antara 70–120˚ pasien akan merasa nyeri, karena pada lingkup ini bursa dalam
keadaan tertekan.Hasil tes positif indikasi bursitis shoulder.
2.10 Komplikasi
Pada kondisi capsulitis adhesive yang berat dan tidak mendapat penanganan yang
tepat dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan problematic yang lebih
berat antara lain kekakuan sendi bahu, kecenderungan terjadinya penurunan
31
kekuatan otot – otot bahu, potensial terjadinya deformitas pada sendi bahu, dan
adanya gangguan AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari).2
2.11 Prognosis
Pasien dengan frozen shoulder bisa sembuh, namun sebagian besar penderita
frozen shoulder kehilangan sebagian fungsi gerak dari sendi bahu.8
2.12 Edukasi
Edukasi yang diberikan pada pasien dengan kondisi frozen shoulder antara
lain : (1) pasien diminta melakukan kompres hangat ± 15 menit pada bahu yang
sakit untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul, (2) pasien dianjurkan agar tetap
menggunakan lengannya dalam batas toleransi pasien untuk menghindari posisi
immobilisasi yang lama yang dapat memperburuk kondisi frozen shoulder, (3)
latihan merambatkan jari lengan yang sakit ke dinding (walking finger), (4)
menghindari posisi menetap yang lama yang dapat memicu rasa nyeri.
32
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien dengan nama Tn.M dengan diagnosa Frozen shoulder akibat capsulitis
adhesiva dextra dengan keluhan utama nyeri pada bahu disertai dengan keterbatasan lingkup
gerak sendi (LGS) pada bahu. Dengan keadaan seperti ini pasien merasa aktivitas
kesehariannya terganggu.
B. Saran
Pada kasus frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva ini dalam pelaksanaannya sangat
dibutuhkan kerjasama antara terapis dengan penderita dengan bekerjasama dengan tim medis
lainnya, agar tercapai hasil pengobatan yang maksimal. Selain itu hal-hal lain yang harus
diperhatikan antara lain:
33
a. Bagi penderita disarankan untuk melakukan terapi secara rutin, serta melakukan latihan-
latihan yang jenis modalitas fisioterapi yang tepat dan efektif buat penderita, selain itu
fisioterapis hendaknya meningkatkan ilmu pengetahuan serta pemahaman terhadap hal-
hal yang berhubungan dengan studi kasus karena tidak menutup kemungkinan adanya
terobosan baru dalam suatu pengobatan yang membutuhkan pemahaman lebih lanjut.
b. Bagi keluarga pasien disarankan agar terus memberikan motivasi kepada pasien agar
mau latihan di rumah dan ikut mengawasi pasien dalam berlatih.
c. Bagi masyarakat disarankan jika tiba-tiba merasakan nyeri hebat pada bahu dan
keterbatasan gerak pada bahu segera memeriksakan diri ke dokter karena ditakutkan
timbulnya masalah baru dan dapat memperlama proses penyembuhan itu sendiri.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka diharapkan nantinya memberikan hasil
yang lebih baik bagi penyembuhan penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Binder Al, Bulgen Dy, Hazleman, Roberts S. 1984. Frozen Shoulder : A Long Term
Prospective Study. Ann Rheum Dis. 43(3): 301-4
2. Carolyn TW. Physical Therapy Frozen Shoulder. 23 September 2015. Available from
: http://www.physicaltherapyjournal.com/content/66/12/1878.full.pdf
3. Harso S. 2010. BST Frozen Shoulder. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta :
Yogyakarta.
4. Keith, Strange. 2010. Passive Range of Motion and Codmans Exercise. American
Academy of Orthopedics Surgeons.
5. Patient Information Guide Frozen ShoulderSyndrome (Adhesive Capsulitis) in
Seacost Orthopedics & Sports Medicine. Available online at :
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&u
act=8&ved=0CCoqfjac
6. Ph Laubhscher. 2009. Frozen Shoulder. SA Orthopedy Journal South Afrika.
Available from : http://shoulder.co.za/content/stoj%20frozen%20shoulder.pdf
7. Priguna, Sidharta. 2003. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek Umum. Fakultas
Kedokteran Indonesia: Jakarta.
8. Setianing, Retno., Kusumawati, K., Siswarni. 2011. Pelatihan Ketrampilan Medis
Pemeriksaan Muskuloskeletal Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medk .
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.
9. Sianturi, Golfried. 2008. Studi Komparatif Injeksi dan Oral Triamnicolone Acetonide
pada sindroma Frozen Shoulder. Semarang.
10. William E, Morgan, DC& Sarah Ptthoff, DC. Managing the Frozen Shoulder.
Available online at : http://drmorgan.info/data/documents/frozen-shoulder-ebook.pdf
diakses tanggal 24 September 2015.
35
36