Bab 3
Bab 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini menyangkut studi kasus yang merupakan rancangan penelitian
yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif misalnya satu klien , keluarga
,kelompok,komunitas atau intitusi. Meskipun jumlah subjek cenderung sedikit namun
jumlah variable yang di teliti sangat luas. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui
semua variable yang berhubungan dengan masalah penelitian.Rancangan data studi kasus
bergantung pada keadaan kasus namun tetap mempertimbangkan factor penelitian
waktu.Riwayat dan pola perilaku sebelumnya biasanya dikaji secara rinci. Keuntungan yang
paling besar dari rancangan ini adalah pengkajian secara rinci meskipun jumlah responden
sedikit, sehingga akan di dapatkan gambaran satu unit subjek secara jelas (Nursalam 2008,
Nursalam 2015).
Desain penelitian yang dilakukan adalah studi kasus untuk mengeksplorasi masalah
asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dengan masalah
keperawtaan resiko infeksi di ruang teratai RSUD Dr.Harjono Ponorogo.
3.2 Batasan Istilah
Balam studi kasus ini adalah asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah (BBLR)
dengan masalah keperawatan resiko infeksi di ruang teratai RSUD Dr.Harjono Ponorogo ,
maka penyusun studi kasus harus menjabarkan tentang kosnep BBLR dengan resiko infeksi
3.3 Partisipan
Partisipan dalam studi kasus ini adalah satu bayi dengan bayi berat lahir rendah
(BBLR) dengan resiko infeksi berhubungan dengan imaturitas imunologik di Ruang Teratai
Dr.Harjono Ponorogo. Kriteria Subjek yaitu
a. Berat badan bayi antara < 2500 gram
b. Usia gestasi < 37 minggu.
c. Bayi BBLR yang belum mengalami infeksi.
d. Keluarga bayi yang kooperatif
e. Bayi yang tanpa komplikasi
55
50
56
11) Melakukan evaluasi keperawatan baik evaluasi jangka panjang maupun jangka
pendek.
b. Metode pengumpulan data
1) Wawancara
Wawancara adalah salah satu instrument yang dapat di gunakan untuk
menggali data secara lisan (Sujarweni, 2014). Dimana peneliti mendapatkan
keterangan atau informasi secra lisan dari seseorang sasaran peneliti (responden)
atau bercakap-cakap berhadpan muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi
data di peroleh secara langsung melalui suatu pertemuan atau percakapan. Gejala-
gejala social yang tidak dapat terlihat untuk diperoleh melalui observasi dapat
digali dari wawancara (Notoatmodjo, 2010).
Wawancara bukanlah sekedar memperoleh angka lisan saja, sebab dengan
wawancara peneliti akan dapat :
a) Memperoleh kesan langsung dari responden
b) Menilai kebenaran yang di nilai oleh responden
c) Membaca air muka (mimik) dari responden
d) Memberikan penjelasan bila pertanyaan tidk dimengerti responden
e) Memancing jawaban bila jawaban macet (Notoatmodjo, 2010)
Dalam pelaksanaan penelitian, wawancara kadang-kadang bukan merupakan
hal yang terpisah khusus, melainkan merupakan pelengkap atau suplemen bagi
metode-metode yang lain. Diharapkan dengan wawancara diperoleh suatu yang
lebih valid seperti keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
keluarga, riwayat penyait dahulu dan lain-lain.Pada metode wawancara ini
penelitian dapat memperoleh informasi dari keluarga bayi. Informasi yang bisa
diperoleh dari keluarga bayi misalnya riwayat penyakit keluarga bayi,riwayat
kehamilan ibu bayi, riwayat persalinan ibu bayi dan riwayat ada tidaknya infeksi
selama kehamilan (Notoatmodjo, 2010).
Pengumpulan data pada kasus bayi yang dapat digunakan sebagai wawancara
adalah wawancara sekunder, diperoleh dari data orang tua/penanggung jawab klien,
seperti identitas (nama bayi, jenis kelamin, identitas orang tua), keluhan utama, dan
58
keadaan ibu yang beresiko tinggi menyebabkan BBLR adalah mempunyai penyakit
hipertensi, toksemia, plasenta previa, abrupsio plasenta, inkompeten servikal,
kehamilan kembar, malnutrisi dan diabetes mellitus, status sosial ekonomi rendah,
dan tiadanya perawatan sebelum kelahiran (prenatal care), riwayat kelahiran
premature atau aborsi, penggunaan obat-obatan, alcohol, rokok dan kafein
(Pantiawati, 2010: 28)
2) Pengamatan (Observasi)
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistemik terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian (Sujarweni, 2014). Dalam penelitian,
pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi
melihat, mendengar dan mencatt sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi
tertentu yang ada hubunganya dengan masalah yang diteliti. Jadi dalam melakukan
observasi bukan hanya mengunjungi, ‘’melihat atau menonton saja’’, tetapi di sertai
kreaktifan jiwa atau perhatian khusus dan melakukan pencatatan-pencatatan. Ahli
lain mengatakan bahwa observasi adalah studi yang di sengaja dan sistematik
tentang fenomental social dan gejala-gejala pshyshis dengan jalan ‘’mengamati dan
mencatat’’ (Notoatmodjo, 2010). Penelitian melakukan observasi pada bayi selama
6 hari dan lama observasi 1 – 2 jam. Hal –hal yang akan diobservasi oleh peneliti
salah satunya yaitu keadaan umum bayi , TTV (khususnya suhu bayi ), tanda-tanda
infeksi , adanya ruam pada kulit bayi dan kebersihan mulut serta lidah pada bayi.
3) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dalam pengkajian keperawatan dipergunakan untuk
memperoleh data objektif dan data subjektif dari klien.pemeriksaan fisik dapat
dilakukan melalui empat teknik yaitu inpeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Inspeksi yaitu pengumpulan data dengan melihat bagian-bagian dari tubuh (fisik)
pasien, palpasi yaitu pengumpulan data dengan meraba dan memegang bagian
tubuh (fisik) pasien, perkusi yaitu pengumpulan data dengan cara mengetuk bagian
tubuh (fisik) pasien dan auskultasi yaitu pengumpulan data dengan mendengarkan
bagian tubuh (fisik) pasien (Suarni & Apriyani, 2017).
59