Anda di halaman 1dari 2

Drama merupakan salah satu jenis karya sastra seperti hasil karya lainnya, drama juga memiliki unsur-

unsur yang membangunnya. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur tersebut, mari kita bahas satu per
satu dimulai dari unsur teks drama tradisional.

Bacalah dengan cermat naskah drama tradisional berikut :

Batu Menangis

Narator : Dahulu kala, hiduplah seorang janda miskin, Mak Daliyah namanya. Ia tinggal di sebuah
gubuk reyotdi pinggir hutan. Ia bekerja di ladang sempit peninggalan mendiang
suaminya. Sepulang dari berladang, Mak Daliyah mencari kayu bakar di hutan. Kayu-
kayu bakar itu kemudian dijualnya di perkampungan penduduk yang jauh dari tempat
tinggalnya. Mak Daliyah mempunyai seorang anak gadis, Cantika namanya. Sesuai
namanya, wajah Cantika amatlah cantik.
Mak Daliyah : (kelelahan) Cantika, anankku. Ibu lelah sekali. Tolong kamu masak, ya, untuk makan
malam nanti.
Cantika : (sedang bersolek di muka cermin ) Memangny a Mak dari mana? ( menyahut tanpa
menoleh )
Mak Daliyah : Mak dari ladang kemudian ke hutan, mencari kayu bakar, untuk dijual besok.
Cantika : Aduh, Mak. Lihat, anakmu sudah secantik ini, masa disuruh masak? Nanti bau minyak,
tangan jadi kotor. Susah, harus dandan lagi ( masih sibuk bersolek)
Mak Daliyah : (menghela nafas panjang) Memangnya kamu mau ke mana ? Mengapa kamu mau
merias diri? Ah, bukan. Aku bukannya cantik. Tapi aku cantik sekali! ( sambil terus
mengedip-ngedipkan mata di depan cermin )
Mak Daliyah : Mak tahu kamu cantik. Tapi seharusnya kamu tidak boleh bicara begitu. Tidak baik
membangga-banggakan diri seperti itu.
Cantika : Mengapa, Mak?Aku memang cantik. Mengapa aku tidak boleh mengakuinya?
Mak Daliyah : (menghela nafas lagi) Ya sudah. Yang penting kamu masak, ya. Mak lelah sekali dan
butuh istirahat. ( duduk di kursi rotan dengan lemas )
Cantika : Tidak mau! Pokoknya aku tidak mau!
Mak Daliyah : (terdiam) Kalau begitu, biarkan Mak istirahat sebentar, ya. ( ke kamar dan meebahkan diri)
Narator : Keesokan harinya kedua ibu dan anaknya itu pergi ke pasar. Cantika memakai pakaian
terbaik yang dimilikinya. Mak jalan di belakang, sedangkan Cantika jalan di depan.
Pemuda : Wahai, gadis cantik! Apakah wanita yang berbaju lusuh yang berjalan di belakang itu
ibumu?
Cantika : (memandang pemuda) Bu.....bukan! itu pembantuku !
Mak Daliyah : (terkejut dan sangat sedih ) Cantika, anakku! Aku ini ibumu, orang yang melahirkanmu.
Sungguh sangat durhaka jika engkau berani menganggapku sebagai pembantumu!
Sadarlah engkau, wahai anakku.
Cantika : (menggeleng-geleng sambil menutup telinga ) Tidak! Tidak! Malu, aku mengakui engkau
sebagai ibuku. Malu! Lihat....aku gadis cantik seperti ini. Sementara engkau, dengan
pakaianmu yang lusuh seperti itu mau mengakui sebagai ibuku. Pemuda itu pasti akan
lari kalau aku mengakui engkau sebagai ibuku. Pokoknya TIDAK! ( berteriak )
Mak Daliyah : (berlinang air mata, berlutut dan berdoa ) Ya, Tuhan mohon sadarkan anak hamba.
Berilah ia hukuman yang setimpal.
Cantika : (mendadak tidak bisa bergerak ) Aduh, ada apa dengan tubuhku!? ( menatap kedua
tangannya dengan ngeri) kenapa aku tidak bisa bergerak? ( menatap Mak Daliyah penuh
penyesalan dan menangis) Mak, ampuni aku! Ampuni aku! Ampuni kedurhakaan anakmu
ini, Mak. (terus menangis hingga tak lagi bersuara dan tak bergerak )

Narator : Semuanya telah terlambat bagi Cantika. Mak Daliyah hanya terdiam. Akhirnya seluruh
tubuh Cantika berubah menjadi batu. Batu jelmaan Cantika itu terus meneteskan air
seperti air mata penyesalan yang menetes dari matanya. Orang-orang yang mengetahui
adanya air yang terus menetes dari batu itu pun menyebutnya “Batu Menangis “

(Diadaptasi dari cerita rakyat Kalimantan)


Secara mandiri, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut sesuai dengan drama “ Batu Menangis”
1. Siapakah Cantika?
2. Siapakah Mak Daliyah ?
3. Bagaimana karakter Cantika?
4. Bagaimana karakter Mak Daliyah?
5. Mengapa Cantika tidak mau mengakui Mak Daliyah sebagai Ibunya ?
6. Bagaimana sikap Mak Daliyah ketika Cantika tidak mau mengakui ia sebagai ibunya ?

Anda mungkin juga menyukai