Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Bioetika

Perkembangan yang begitu pesat di bidang biologi dan ilmu kedokteran membuat etika
kedokteran tidak mampu lagi menampung keseluruhan permasalahan yang berkaitan dengan
kehidupan. Etika kedokteran berbicara tentang bidang medis dan profesi kedokteran saja,
terutama hubungan dokter dengan pasien, keluarga, masyarakat, dan teman sejawat. Oleh karena
itu, sejak tiga dekade terakhir ini telah dikembangkan bioetika atau yang disebut jugadengan
etika biomedis.

Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang


ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan masalah-
masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya masalah pada
masa yang akan datang.

Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-norma atau
nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan
oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro,
masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum
bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia,
transplantasi organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik, membahas pula masalah
kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien,
moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan sebagainya. Bioetika
memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan pada manusia dan hewan
percobaan.
. Prinsip-prinsip Dasar Bioetika
Prinsip-prinsip dasar etika adalah suatu aksioma yang mempermudah penalaran etik. Prinsip-
prinsip itu harus dibersamakan dengan prinsip-prinsip lainnya atau yang disebut spesifik. Tetapi
pada beberapa kasus, kerana kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk
digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Keadaan terakhir disebut dengan Prima
Facie. Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat,
menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar moral
yang sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika, antara lain:

 Beneficence
 Non-malficence
 Justice
 Autonomy
1. Beneficence
Dalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia, dokter
tersebut juga harus mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam keadaan kesehatan. Dalam
suatu prinsip ini dikatakan bahwa perlunya perlakuan yang terbaik bagi pasien. Beneficence
membawa arti menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien mengambil langkah
positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk. Ciri-ciri prinsip ini, yaitu;

 Mengutamakan Alturisme
 Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan
seorang dokter
 Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu
keburukannya
 Menjamin kehidupan baik-minimal manusia
 Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan
 Meenerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang lain
inginkan
 Memberi suatu resep
2. Non-malficence

Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan perbuatan yang
memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien sendiri.
Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Non-malficence mempunyai
ciri-ciri:
 Menolong pasien emergensi
 Mengobati pasien yang luka
 Tidak membunuh pasien
 Tidak memandang pasien sebagai objek
 Melindungi pasien dari serangan
 Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter
 Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
 Tidak melakukan White Collar Crime
3. Justice

Keadilan (Justice) adalah suatu prinsip dimana seorang dokter memperlakukan sama rata dan
adil terhadap untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi,
pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan, dan
kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Justice mempunyai
ciri-ciri :

 Memberlakukan segala sesuatu secara universal


 Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
 Menghargai hak sehat pasien
 Menghargai hak hukum pasien
4. Autonomy

Dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat manusia. Setiap individu harus
diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri. Dalam hal ini
pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri. Autonomy
bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi
dirinya sendiri. Autonomy mempunyai ciri-ciri:

 Menghargai hak menentukan nasib sendiri


 Berterus terang menghargai privasi
 Menjaga rahasia pasien
 Melaksanakan Informed Consent
Kode etik kedokteran Gigi Indonesia
(SK MENTERI KESEHATAN RI NO. 128/MENKES/SK/III/1981)
1. Adalah menjadi kewajiban semua dokter gigi yang menjalankan praktek di Indonesia untuk
mentaati dan mengamalkan petunjuk-petunjuk yang tertera dalam kode etik kedokteran gigi
Indonesia.
2. Seorang dokter gigi berkewajiban untuk bekerja dengan penuh pengabdian bagi kepentingan
pelayanan kepada masyarakat bagi kemajuan ilmu kedokteran gigi dan bagi martabat profesi
kedokteran gigi.
3. Sebagai manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila dokter gigi berkewajiban menjunjung tinggi
norma hidup yang luhur, dalam kehidupan pribadinya dan dalam menjalankan pekerjaannya.
4. Dalam menjalankan pekerjaannya, seorang dokter gigi janganlah melakukan perbuatan-
perbuatan yang bertentangan dengan etik, misalnya :
· Melakukan perbuatan-perbutan yang bersifat memuji diri sendiri, baik yang menyangkut
kepandaiannya, peralatannya, maupun cara pengobatannya
· Melakukan usaha-usaha untuk menarik perhatian umum, melalui cara yang tidak wajar, supaya
praktek lebih dikenal orang
· Menjual obat di tempat praktek, bukan dengan maksud memberikan pertolongan pertama
· Melakukan tindakan kedokteran gigi tanpa indikasi bahwa tindakan itu perlu dilakukan hanya
dengan maksud mendapatkan keuntungan belaka dari tindakan itu
· Meminta uang jasa atau menetapkan tarif pengobatan yang tidak wajar yang melampaui batas-
batas yang tidak lazim
· Mempergunakan gelar yang tidak menjadi haknya
· Melakukan atau mencoba melakukan tindakan-tindakan yang bersifat asusila terhadap
penderita di kamar prakteknya
5. Seorang dokter gigi hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya
(1,2) Hanafiah, M. J., Amir, Amri. 2009. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan, Edisi 4.Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
(3) Sachrowardi, Qomariyah & Basbeth, Ferryal. 2011. Bioetik: Isu & Dilema. Jakarta Selatan:
Pensil-324
(4) Pantilat, Steve. 2008. Beneficence vs. Nonmaleficence. [Online].
(http://missinglink.ucsf.edu/lm/ethics/Content%20Pages/fast_fact_bene_nonmal.htm, diakses
pada 22 September 2012)
(5-7) Sachrowardi, Qomariyah & Basbeth, Ferryal. 2011. Bioetik: Isu & Dilema. Jakarta Selatan:
Pensil-324
(8) ECC Guidelines. Circulation, opcit.; Hilberman M, Kutner J, Parsons D, Murphy DJ.op. cit.
(9) Shiel, William C., dkk. 2010. Kamus Kedokteran – Webster’s New World. Jakarta Barat:
Indeks.

Anda mungkin juga menyukai