Anda di halaman 1dari 8

Protobiont (2017) Vol.

6 (2) : 29 - 37

Kandungan Pigmen Klorofil, Karotenoid dan


Antosianin Daun Caladium
Hasidah1, Mukarlina1, Diah Wulandari Rousdy1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H. Nawawi, Pontianak
Email: hasidahyusnita@gmail.com
Abstract
Caladium is a family Araceae which has various colors and patterns of leaves. The mechanism of variation
of color and pattern on the leaves is caused by the chlorophyll pigment, carotenoid and anthocyanin. Each
variation in color and pattern of the leaf has a different anatomical structure. This research aims to find out
the differences in the content of the chlorophyll pigment, carotenoid and anthocyanin as well as examine the
anatomical structure of the mesophyll in 6 Caladium plants. This research was conducted from January to
May 2016. Measurement of chlorophyll, carotenoid and anthocyanin was conducted using a
spectrophotometric method while mesophyll tissue anatomy using the method of wet incision preparation.
The results showed that the highest chlorophyll content was found in the leaves of C. schomburgkii by
28.508 mg/l, while the highest carotenoid content was found in C. bicolor 1 by 35.780 µmol/g. The highest
anthocyanin content was found in C. bicolor cultivar Blaze by 0.057 mg/g. The cross section area of the red,
green and white showed a different mesophyll structure. The green area mesophyll tissue differentiates into
palisade and spongy tissue containing chlorophyll, while the red and white mostly showed thet mesophyll
tissue that did not differentiate into palisade and spongy tissue. The mesophyll cells in the red area contain
anthocyanin, and the white area was not pigmented and there was space between the cells among the
palisade tissues and between the upper epidermis and mesophyll tissue.

Keywords : Caladium, chlorophyll, carotenoid, anthocyanin, pigment

PENDAHULUAN komposisi fitokimia pada tumbuhan Caladium


ornamental, C. bicolor dan C. variegatum.
Caladium merupakan anggota famili Araceae Kandungan karotenoid tertinggi terdapat pada
yang memiliki warna dan corak daun yang daun C. bicolor sebesar 9,50 %. Pebrianti et al.
bervariasi. Variasi warna dan corak dalam satu (2015) membandingkan kandungan pigmen
daun dapat dipelajari dengan menganalisis antosianin pada enam varietas daun bayam merah.
kandungan pigmen dan mengamati struktur Kandungan antosianin tertinggi terdapat pada
anatomi daun seperti struktur mesofil. Variasi daun bayam merah varietas Red Leaf yang
warna pada daun disebabkan oleh adanya pigmen berwarna ungu pekat yaitu 6350 ppm. Penelitian
klorofil, karotenoid dan antosianin dalam jaringan kandungan pigmen pada daun Caladium dilihat
daun. Daun yang memiliki warna dan corak yang dari kandungan pigmen dan struktur anatomi
bervariasi memiliki struktur anatomi yang masih jarang dilakukan. Penelitian ini bertujuan
berbeda. untuk mengetahui perbedaan kandungan pigmen
klorofil, karotenoid dan antosianin serta
Daun area hijau memiliki jaringan palisade yang mengetahui struktur mesofil pada enam tumbuhan
terdiri atas dua lapis dan berisi klorofil. Secara Caladium berdasarkan variasi warna dan corak
anatomi, variasi warna seperti bintik-bintik atau daun.
spot putih pada permukaan daun disebabkan oleh
melonggarnya jaringan palisade dan defisiensi BAHAN DAN METODE
klorofil (Rocca et al., 2011). Menurut Sheue et al.
(2012) jaringan mesofil area putih memiliki sel- Waktu dan Tempat Penelitian
sel mesofil yang tidak berpigmen dan terdapat Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan
ruang antar sel di bawah epidermis dan mesofil. Januari hingga Mei 2016 di Laboratorium Biologi
Beberapa penelitian mengenai kandungan pigmen Jurusan Biologi dan Laboratorium Kimia Jurusan
klorofil pada daun pepaya (Carica papaya L.) Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
berpotensi sebagai suplemen makanan (Setiari & Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura
Nurchayati, 2009). Ekanem et al. (2013) meneliti Pontianak.
29
Protobiont (2017) Vol. 6 (2) : 29 - 37

Alat dan Bahan Penelitian sebanyak ±1 gram. Sampel daun tersebut


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemudian diekstraksi dengan larutan HCL 5%
alat-alat gelas, cutter, cuvet, kamera digital dalam akuades. Ekstraksi dilakukan dengan
Samsung DV150F, kantong plastik, kertas label, merendam bahan di dalam botol kaca yang
kertas saring, lemari pendingin, luxmeter, berwarna gelap dengan larutan HCl 5% tersebut
mikroskop Olympus CX21, mortar, neraca (1:10), kemudian campuran disimpan di dalam
analitik, silet, soil tester, spatula, spektrofotometer lemari pendingin bersuhu 40 C selama 24 jam.
UV-Vis Thermo Spectronic Genesis 6, Selanjutnya campuran tersebut disaring dengan
termometer dan vorteks. Bahan yang digunakan kertas saring. Filtrat sebanyak 5 ml hasil ekstraksi
yaitu daun Caladium, akuades, aseton 80%, etanol diencerkan menjadi 10 ml dengan larutan etanol
96%, HCl 5% dan HCl 1,5 N. 96% : HCl 1,5 N (85 : 15) lalu di vorteks. Filtrat
kemudian diukur absorbansinya pada panjang
Prosedur Kerja gelombang 535 nm menggunakan
Pengambilan Sampel spektrofotometer. Total antosianin (mg/g)
Sampel Caladium diambil di sekitar Rasau Jaya, dihitung menggunakan rumus Lees & Francis
Pontianak dan Mempawah. Sampel diambil secara (1972) dalam Markakis (1982):
acak berdasarkan ditemukannya tiap sampel pada
beberapa lokasi. (absorbansi × FP)
Antosianin (mg/g) = × 100
98,2 × w sampel (g)
Identifikasi Sampel
Sampel diidentifikasi dengan cara mengirimkan Pembuatan Preparat Basah Sayatan Daun
foto Caladium ke Kebun Raya Purwodadi LIPI. Caladium
Analisis Kandungan Klorofil Total dan Daun Caladium disayat melintang ± 0,5×0,5 cm
Karotenoid pada setiap area merah, merah muda, putih dan
Kandungan klorofil total dan karotenoid diukur hijau pada 6 (enam) daun Caladium dengan
dengan menggunakan metode spektrofotometri menggunakan pisau silet kemudian diletakkan di
mengikuti prosedur Kurniawan et al. (2010). atas gelas obyek, ditetesi dengan air dan ditutup
Daun Caladium diambil dari tiga individu sebagai dengan cover glass. Selanjutnya diamati di bawah
ulangan. Masing-masing individu dari berbagai mikroskop untuk melihat adanya pigmen dan
variasi diambil 2 helai daun dan digerus dengan struktur mesofil dalam jaringan daun.
mortar lalu ditimbang dengan berat 1 gram. Parameter Pengamatan
Sampel daun tersebut kemudian diekstraksi Parameter yang diamati dalam penelitian ini
dengan 100 ml aseton 80%, diaduk hingga warna adalah kandungan klorofil, karotenoid dan
terlepas dari jaringan. Ekstrak kemudian disaring antosianin serta struktur anatomi masing-masing
menggunakan kertas saring. Filtrat yang didapat variasi warna 6 (enam) daun Caladium. Faktor
ditempatkan dalam cuvet lalu dianalisis lingkungan yang diamati adalah intensitas cahaya
menggunakan spektrofotometer pada panjang (lux), suhu udara (0C) dan pH tanah.
gelombang 480 nm, 645 nm dan 663 nm.
Kandungan klorofil total dan karotenoid dihitung Analisis Data
menggunakan rumus Hendry & Grime (1993) Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis
sebagai berikut: menggunakan ANOVA Satu Jalur (One Way
ANOVA) dan uji Kruskal-Wallis. Apabila hasil
Klorofil total mg/l
yang didapatkan berbeda nyata maka dilanjutkan
= 8,02 × A663 + 20,2 × A645
Karotenoid µmol/g dengan uji lanjut Tukey untuk ANOVA dan uji
(A480 + 0,114 × A663 - 0,638 × A645) × V × 103 lanjut Mann-Whitney untuk Kruskal-Wallis
= dengan taraf kepercayaan 95% (Zar, 1996).
112,5 × W

Analisis Kandungan Antosianin HASIL DAN PEMBAHASAN


Kandungan antosianin diukur dengan Hasil
menggunakan metode spektrofotometri mengikuti Kandungan Klorofil, Karotenoid dan
prosedur Raharja & Dianawati (2001) dalam Antosianin pada Daun Caladium
Kurniasih (2010). Daun Caladium diambil dari
tiga individu sebagai ulangan. Masing-masing Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
individu dari berbagai variasi diambil 2 helai daun perbedaan kandungan pigmen klorofil, karotenoid
dan digerus dengan mortar kemudian ditimbang dan antosianin pada 6 (enam) daun Caladium.
30
Protobiont (2017) Vol. 6 (2) : 29 - 37

Perbedaan kandungan pigmen tersebut disajikan kandungan karotenoid tertinggi terdapat pada C.
lam Tabel 1. bicolor 1 sebesar 35,780 µmol/g. Keduanya
menunjukkan berbeda nyata dengan C. bicolor
Hasil analisis ANOVA dan Kruskal-Wallis kultivar Blaze yang memiliki kandungan klorofil
menunjukkan bahwa 6 (enam) daun Caladium terendah yaitu 6,783 mg/l dan karotenoid terendah
memberikan pengaruh yang berbeda nyata yaitu 9,607 µmol/g. Hasil analisis uji Mann-
terhadap kandungan klorofil (F5,12 = 10,911, p = Whitney menunjukkan bahwa kandungan
0,000; ANOVA), karotenoid (F5,12 = 10,475, p = antosianin tertinggi terdapat pada C. bicolor
0,000; ANOVA) dan antosianin (X2 = 12,101, p = kultivar Blaze sebesar 0,057 mg/g berbeda nyata
0,033; Kruskal-Wallis). Berdasarkan hasil uji dengan C. bicolor kultivar Thai Beauty yang
Tukey, kandungan klorofil tertinggi terdapat pada memiliki kandungan antosianin terendah yaitu
C. schomburgkii sebesar 28,508 mg/l sedangkan 0,002 mg/g (Tabel 1).

Tabel 1. Rerata kandungan klorofil, karotenoid dan antosianin pada 6 (enam) daun Caladium
Rerata Kandungan Pigmen
Jenis Tumbuhan
Klorofil (mg/l)* Karotenoid (µmol/g)* Antosianin (mg/g)**
C. bicolor ‘Blaze’ 6,783 a
9,607 a
0,057b
C. bicolor ‘Candidum’ 21,201 bc
27,887 bcd
0,008a
c cd
C. schomburgkii 28,508 33,568 0,007a
C. bicolor ‘Thai Beauty’ 17,452 bc
21,704 abc
0,002a
C. bicolor 1 27,666c 35,780d 0,007a
C. bicolor ‘Baret’ 14,532ab 17,232ab 0,015a
Keterangan: Angka yang ditandai dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang sama
atau memiliki nilai yang tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%
* : Uji Statistik ANOVA dengan Uji Lanjut Tukey
** : Uji Statistik Kruskal-Wallis dengan Uji Lanjut Mann-Whitney

Struktur Anatomi Daun Caladium Jaringan mesofil pada area merah dan putih
Sayatan melintang 6 (enam) daun Caladium yaitu memperlihatkan struktur sel homogen atau tidak
C. bicolor kultivar Blaze, C. bicolor kultivar berdiferensiasi menjadi jaringan palisade dan
Candidum, C. schomburgkii, C. bicolor kultivar spons tetapi jaringan mesofil area putih pada daun
Thai Beauty, C. bicolor 1 dan C. bicolor kultivar C. schomburgkii berdiferensiasi menjadi jaringan
Baret memiliki susunan jaringan dari luar ke palisade dan spons yang berisi klorofil tidak
dalam yaitu jaringan dermal (epidermis) dan merata (Gambar 3.B). Sel-sel mesofil pada area
jaringan dasar (mesofil). Masing-masing area merah berisi antosianin sedangkan pada area putih
hijau, merah, merah muda dan putih menunjukkan menunjukkan sel-sel yang tidak berpigmen dan
struktur anatomi yang berbeda-beda. Area hijau terdapat ruang antar sel di bawah epidermis.
menunjukkan jaringan mesofil berdiferensiasi Beberapa sel mesofil area putih pada daun C.
menjadi jaringan palisade dan spons yang berisi bicolor kultivar Baret berisi antosianin dan
klorofil. klorofil dan sebagian sel lainnya tidak berpigmen
(Gambar 6.D).

A B ep1

ep2
50 µm

Gambar 1. Daun C. bicolor kultivar Blaze (A) helaian daun utuh dan (B) sayatan melintang area merah. Epidermis atas
(ep1), epidermis bawah (ep2) dan mesofil (m). Scale bars = 50 µm

31
Protobiont (2017) Vol. 6 (2) : 29 - 37

A B rs ep1

ep2
50 µm

C D
ep1 ep1

pa
m m
sp
ep2
ep2
50 µm 50 µm

Gambar 2. Daun C. bicolor kultivar Candidum (A) helaian daun utuh, (B) sayatan melintang area putih, (C) area merah
muda keputihan dan (D) area hijau. Epidermis atas (ep1), epidermis bawah (ep2), mesofil (m), palisade (pa),
spons (sp) dan ruang antar sel (rs). Scale bars = 50 µm

A B rs ep1 C ep1
pa
pa
m m
sp sp

ep2 ep2
50 µm 50 µm

Gambar 3. Daun C. schomburgkii (A) helaian daun utuh, (B) sayatan melintang area putih dan (C) area hijau. Epidermis
atas (ep1), epidermis bawah (ep2), mesofil (m), palisade (pa), spons (sp) dan ruang antar sel (rs). Scale bars =
50 µm

A B C ep1
ep1
pa

m m
sp

ep2 ep2
50 µm 50 µm

Gambar 4. Daun C. bicolor kultivar Thai Beauty (A) helaian daun utuh, (B) sayatan melintang area merah muda dan (C)
area hijau. Epidermis atas (ep1), epidermis bawah (ep2), mesofil (m), palisade (pa) dan spons (sp). Scale
bars = 50 µm

32
Protobiont (2017) Vol. 6 (2) : 29 - 37

A B A B
ep1
ep1

m m

ep2
ep2
50 µm 50 µm

B ep1 D ep1 C ep1 D rs


ep1
pa pa
pa
m m
m m
sp
sp
sp
ep2
ep2 50 µm
ep2 50 µm 50 µm
ep2 50 µm

Gambar 5. Daun C. bicolor 1 (A) helaian daun utuh, Gambar 6. Daun C. bicolor kultivar Baret (A) helaian
(B) sayatan melintang area merah muda, daun utuh, (B) sayatan melintang area
(C) area hijau bercak merah dan (D) area merah, (C) area hijau dan (D) area spot
hijau. Epidermis atas (ep1), epidermis putih. Epidermis atas (ep1), epidermis
bawah (ep2), mesofil (m), palisade (pa) bawah (ep2), mesofil (m), palisade (pa),
dan spons (sp). Scale bars = 50 µm spons (sp) dan ruang antar sel (rs). Scale
bars = 50 µm

Tabel 2. Hasil pengukuran faktor lingkungan lokasi pengambilan Caladium


Parameter Lingkungan
Lokasi Caladium yang diambil
Intensitas Cahaya (lux) Suhu Udara (0C) pH Tanah
Rasau Jaya 1135-1896 28-30 4,6-5 a,b,c
Pontianak 1503-2750 29-32 5,4-5,8 d,e
Mempawah 1257-1970 28-31 5,6-6 f
Keterangan: (a) C. bicolor kultivar Blaze, (b) C. bicolor kultivar Candidum, (c) C. schomburgkii, (d) C. bicolor kultivar
Thai Beauty, (e) C. bicolor 1, (f) C. bicolor kultivar Baret

Pembahasan kandungan pigmen antosianin pada daun C.


Hasil penelitian menunjukkan 6 (enam) daun bicolor kultivar Jackie Suthers.
Caladium yang diuji mengandung pigmen
Pembentukan pigmen dalam tumbuhan dapat
klorofil, karotenoid dan antosianin dengan kadar
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu,
yang berbeda (Tabel 1). Setiap tumbuhan
intensitas cahaya dan pH tanah. Mlodzinska
mengandung berbagai jenis pigmen diantaranya
(2009) dan Juneja et al. (2013) memaparkan
pigmen klorofil, karotenoid dan antosianin.
faktor lingkungan yang mempengaruhi sintesis
Mortensen (2006), Ustin et al. (2009) dan
pigmen dalam tumbuhan diantaranya suhu,
Mlodzinska (2009) menjelaskan jenis-jenis
intensitas cahaya dan pH tanah. Hasil pengukuran
pigmen yang terdapat dalam tumbuhan
suhu, intensitas cahaya dan pH tanah tempat
diantaranya yaitu klorofil, karotenoid dan
tumbuh semua Caladium mendukung untuk
antosianin.
sintesis klorofil, karotenoid dan antosianin (Tabel
2).
Hasil penelitian ini juga didukung dengan
beberapa hasil penelitian sebelumnya yang Sukartini & Syah (2009); Peni et al. (2004);
menunjukkan setiap tumbuhan memiliki pigmen Raharjeng (2015) dan Pariwan (2014)
klorofil, karotenoid dan antosianin. Djukri & menjelaskan bahwa biosintesis pigmen klorofil,
Purwoko (2003) menemukan kandungan klorofil karotenoid dan antosianin dikendalikan oleh
pada daun Colocasia esculenta. Rocca et al. aktivitas beberapa enzim. Aktivitas enzim tersebut
(2011) meneliti kandungan karotenoid pada daun dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu,
Arum italicum. Li et al. (2005) menguji pH tanah, cahaya dan unsur hara. Efek cahaya
33
Protobiont (2017) Vol. 6 (2) : 29 - 37

dapat meningkatkan kerja enzim yang berperan berdiferensiasi menjadi jaringan palisade dan
dalam sintesis klorofil. Klorofilase merupakan spons yang berisi klorofil. Berbeda dengan daun
enzim yang berperan dalam mengkatalisis C. bicolor kultivar Blaze yang memiliki
protoklorofilid a. Perubahan protoklorofilid keseluruhan helaian daun berwarna merah cerah.
menjadi protoklorofilid a pada tumbuhan mutlak
membutuhkan cahaya. Jaringan mesofil C. bicolor kultivar Blaze tidak
berdiferensiasi menjadi jaringan palisade dan
Johnson & An (1991); Albrecht & Sandman
spons. Keseluruhan sel-sel mesofilnya berisi
(1994) memaparkan bahwa cahaya merupakan
antosianin (Gambar 1.B). Rocca et al. (2011) dan
salah satu faktor penting dalam biosintesis
Sheue et al. (2012) menyatakan bahwa pada daun
karotenoid. Enzim yang berperan dalam
yang bercorak, jaringan mesofil area hijau yang
biosintesis karotenoid yaitu fitoen sintase (PSY)
berdiferensiasi menjadi jaringan palisade dan
dan karotenoid hidroksilase (CH). Intensitas
spons memiliki kandungan klorofil yang lebih
cahaya mampu meningkatkan level mRNA
tinggi dibandingkan dengan area putih dan merah
karotenoid hidroksilase (CH) dan fitoen sintase
yang struktur mesofilnya tidak berdiferensiasi
(PSY). Meningkatnya level mRNA enzim-enzim
menjadi jaringan palisade dan spons.
tersebut maka fitoen penyusun karotenoid juga
meningkat. Meningkatnya fitoen dapat
Perbedaan kandungan pigmen klorofil ini juga
meningkatkan kandungan karotenoid pada
dipengaruhi oleh gen tumbuhan karena setiap
tumbuhan (Steinbrenner & Linden, 2001 dalam
tumbuhan memiliki perbedaan dalam
Pariawan, 2014).
mengekspresikan kode genetik yang diterima.
Menurut Salisbury & Ross (1995) senyawa- Kemampuan biosintesis klorofil diduga tidak
senyawa golongan flavonoid dapat mengalami sama antar spesies maupun kultivar. Menurut Ai
peningkatan karena pengaruh cahaya. Tumbuhan & Banyo (2011) pembentukan pigmen dalam
yang terkena cahaya memberikan pengaruh tumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal yaitu
terhadap peningkatan senyawa flavonoid. genetik tumbuhan. Madja (1997) dalam
Meningkatnya senyawa flavonoid tersebut Kurniawan et al. (2010) menyatakan biosintesis
mengindikasikan peningkatan aktivitas enzim klorofil diatur oleh gen-gen yang berbeda di
flavonon-3-hidroksilase (F3H). Aktivitas enzim dalam kromosom.
F3H dapat meningkatkan produksi antosianin di
dalam daun (Vickery & Vickery, 1981 dalam Hasil analisis statistik uji Tukey menunjukkan
Nirwan, 2007). bahwa kandungan karotenoid tertinggi terdapat
pada daun C. bicolor 1 yaitu sebesar 35,780
Berdasarkan hasil analisis statistik uji Tukey µmol/g berbeda signifikan dengan C. bicolor
kandungan klorofil tertinggi terdapat pada C. kultivar Blaze yang memiliki kandungan
schomburgkii sebesar 28,508 mg/l dan berbeda karotenoid terendah yaitu 9,607 µmol/g (Tabel 1).
nyata dengan C. bicolor kultivar Blaze yang Kandungan karotenoid pada C. bicolor 1
memiliki kandungan klorofil terendah yaitu 6,783 tersimpan di dalam jaringan palisade diduga tidak
mg/l (Tabel 1). Perbedaan kandungan klorofil ini hanya dalam bentuk kloroplas tetapi juga sebagai
dapat dikaitkan dengan morfologi daun, struktur kromoplas yang terekspresi sebagai warna merah
anatomi dan genetik tumbuhan. Helaian daun C. sedangkan pada C. bicolor kultivar Blaze warna
schomburgkii berwarna hijau dengan tulang daun merah helaian daunnya diduga banyak berasal dari
putih (Gambar 3.A). Jaringan mesofil pada area antosianin dibandingkan karotenoid.
hijau berdiferensiasi menjadi jaringan palisade
dan spons yang berisi klorofil (Gambar 3.C). Hal ini didukung dengan struktur anatomi dan
Jaringan mesofil area putih juga berdiferensiasi hasil uji antosianin pada daun C. bicolor kultivar
menjadi jaringan palisade dan spons yang berisi Blaze yaitu tidak ditemukan kloroplas di dalam sel
klorofil pada sebagian sel-selnya (Gambar 3.B). mesofil tetapi menunjukkan keseluruhan sel-
selnya berisi antosianin (Gambar 1.B). Hasil uji
Tingginya kandungan klorofil pada daun C. antosianin juga menunjukkan kandungan
schomburgkii dikarenakan tidak hanya area hijau antosianin tertinggi terdapat pada C. bicolor
saja yang jaringan mesofilnya berdiferensiasi kultivar Blaze (Tabel 1). Menurut Mlodzinska
menjadi jaringan palisade dan spons yang berisi (2009) dan Winarno (1986) karotenoid dapat
klorofil (Gambar 3.C) tetapi pada area putih terletak di dalam kloroplas bersama-sama dengan
(Gambar 3.B) jaringan mesofilnya juga klorofil atau terdapat sebagai kromoplas yang
34
Protobiont (2017) Vol. 6 (2) : 29 - 37

berperan mengekspresikan warna merah pada Rendahnya kandungan antosianin pada daun C.
daun. Kandungan karotenoid dalam tumbuhan bicolor kultivar Thai Beauty dibandingkan dengan
juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik C. bicolor kultivar Blaze juga dapat disebabkan
tumbuhan. Menurut Kurniawan et al. (2010), oleh kondisi lingkungan tempat tumbuh masing-
perbedaan genetis setiap tumbuhan akan masing Caladium. Tumbuhan C. bicolor kultivar
mempengaruhi kemampuan dalam mensintesis Blaze tumbuh dengan kondisi pH tanah lebih
karotenoid. asam yaitu 4,6-5 dibandingkan dengan pH tanah
tempat tumbuh C. bicolor kultivar Thai Beauty
Hasil analisis statistik Mann-Whitney
yaitu 5,4-5,8 (Tabel 2). Hal ini yang menyebabkan
menunjukkan bahwa kandungan antosianin
kandungan antosianin C. bicolor kultivar Blaze
tertinggi terdapat pada daun C. bicolor kultivar
lebih tinggi dibandingkan dengan C. bicolor
Blaze yaitu sebesar 0,057 mg/g berbeda nyata
kultivar Thai Beauty. Hasil penelitian ini juga
dengan C. bicolor kultivar Thai Beauty yang
didukung oleh pernyataan Mlodzinska (2009)
memiliki kandungan antosianin terendah yaitu
yaitu antosianin lebih stabil pada kondisi
0,002 mg/g (Tabel 1). Helaian daun C. bicolor
lingkungan yang asam.
kultivar Thai Beauty berwarna hijau dengan
merah muda. Jaringan mesofil area hijau C.
Berdasarkan hasil penelitian pada daun Caladium
bicolor kultivar Thai Beauty berdiferensiasi
uji yang memiliki area putih secara anatomi
menjadi jaringan palisade dan spons yang berisi
ditemukan ruang antar sel diantara jaringan
klorofil (Gambar 4.C). Jaringan mesofil area
palisade yaitu pada daun C. schomburgkii
merah muda berisi antosianin (Gambar 4.B).
(Gambar 3.B) dan terdapat ruang antar sel
Berbeda dengan C. bicolor kultivar Blaze yang
diantara epidermis atas dengan jaringan mesofil
keseluruhan helaian daunnya berwarna merah
pada daun C. bicolor kultivar Candidum dan C.
cerah dan memperlihatkan keseluruhan sel-sel
bicolor kultivar Baret (Gambar 2.B dan Gambar
mesofilnya berisi antosianin (Gambar 1.A dan
6.D). Adanya ruang antar sel tersebut diduga
Gambar 1.B).
menyebabkan cahaya tidak bisa diabsorbsi
Aktivitas pembentukan antosianin pada daun C. sehingga semua spektrum cahaya dipantulkan dan
bicolor kultivar Thai Beauty terhambat oleh mengakibatkan daun berwarna putih. Hara (1957)
sintesis klorofil sehingga kandungan dalam Sheue et al. (2012) memaparkan bahwa
antosianinnya lebih rendah dibandingkan dengan adanya variasi warna corak putih pada daun
C. bicolor kultivar Blaze. Hal ini didukung disebabkan oleh tersebarnya refleksi cahaya dari
dengan hasil uji kandungan klorofil yang ruang antar sel di bawah epidermis. Hasil
menunjukkan kandungan klorofil pada daun C. penelitian ini sesuai dengan Sheue et al. (2012)
bicolor kultivar Thai Beauty lebih tinggi pada daun Begonia yang memiliki variasi warna
dibandingkan dengan C. bicolor kultivar Blaze putih memperlihatkan terdapat ruang antar sel
(Tabel 1). Menurut Sukartini & Syah (2009) diantara epidermis atas dengan jaringan mesofil
aktivitas pembentukan antosianin pada bagian- dan menunjukkan sel-sel yang tidak berpigmen.
bagian tumbuhan dapat terjadi bersama-sama
dengan pembentukan klorofil. Dodd et al. (1998) UCAPAN TERIMAKASIH
menyatakan rendahnya kandungan antosianin
pada bagian tumbuhan dikarenakan terjadinya Ucapan terimakasih kepada Bapak Apriyono
penghambatan aktivitas sintesis antosianin oleh Rahadiantoro, M.Si yang telah membantu
sintesis klorofil. mengidentifikasi tumbuhan Caladium dan pihak
Community Development & Outreaching
Perbedaan kandungan antosianin ini juga dapat Universitas Tanjungpura Pontianak yang telah
disebabkan oleh perbedaan kemampuan dalam mendanai penelitian ini.
mensintesis antosianin tidak sama pada setiap
tumbuhan. Hal ini diduga yang menyebabkan
kandungan antosianin pada C. bicolor kultivar DAFTAR PUSTAKA
Blaze dan C. bicolor kultivar Thai Beauty
berbeda. Mlodzinska (2009) menyatakan bahwa Ai, NS & Banyo, Y, 2011, ‘Konsentrasi Klorofil Daun
kemampuan biosintesis setiap tumbuhan dalam sebagai Indikator Kekurangan Air pada
memproduksi pigmen warna tidak sama sehingga Tanaman’, Jurnal Ilmiah Sains, vol. 11, no. 2,
memengaruhi warna pada organ tumbuhan. hal. 166-173

35
Protobiont (2017) Vol. 6 (2) : 29 - 37

Albrecht, M & Sandmann, G, 1994, ‘Light-Stimulated Nirwan, 2007, Produksi Flavonoid Daun Dewa
Carotenoid Biosynthesis during (Gynura pseudochina (L.) DC) Asal Kultur In
Transformation of Maize Etioplasts is Vitro pada Kondisi Naungan dan Pemupukan,
Regulated by lncreased Activity of Disertasi, Institut Pertanian Bogor, Bogor
lsopentenyl Pyrophosphate lsomerase’, Plant
Pariawan, A, 2014, Pengaruh Intensitas Cahaya
Physiol, vol. 105, hal. 529-534
terhadap Kandungan Karotenoid Chlorella sp.,
Djukri & Purwoko, BS, 2003, ‘Pengaruh Naungan Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya
Paranet terhadap Sifat Toleransi Tanaman
Pebrianti, C, Ainurrasyid, RB & Purnamaningsih, SL,
Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott)’, Ilmu
2015, ‘Uji Kadar Antosianin dan Hasil Enam
Pertanian, vol. 10, no. 2, hal. 17-25
Varietas Tanaman Bayam Merah
Dodd, IC, Critchley, C, Woodall, GS & Stewart, GR, (Alternanthera amoena Voss) pada Musim
1998, ‘Photoinhibition in Differently Coloured Hujan’, Produksi Tanaman, vol. 3, no. 1 hal.
Juvenile Leaves of Syzygium Species’, Journal 27-33
of Experimental Botany, vol. 49, no. 325, hal.
Peni, DK, Solichatun & Anggarwulan, E, 2004,
1437-1445
‘Pertumbuhan, Kadar Klorofil-Karotenoid,
Ekanem, BE, Osuagwu, AN, Aikpopodion, P, Ekspo, Saponin, Aktivitas Nitrat Reduktase Anting-
IA, Agbor RB & Ibiang, YB, 2013, anting (Acalypha indica L.) pada Konsentrasi
‘Hytochemical Composition of Caladium Asam Giberelat (GA3) yang Berbeda’,
Species’, Global Journal of Medicinal Plant Biofarmasi, vol. 2, no. 1, hal. 1-8
Research, vol. 1, no. 1, hal. 132-135
Raharjeng, ARP, 2015, ‘Pengaruh Faktor Abiotik
Hendry, GAF & Grime, JP, 1993, Methods in Terhadap Hubungan Kekerabatan Tanaman
Comparative Plant Ecology, A Laboratory Sansevieria trifasciata L.’, Jurnal Biota, vol.
Manual, London Chapman and Hall 1, no. 1, hal. 33-41
Johnson, EA & An, GH, 1991, ‘Astaxanthin from Rocca, NL, Rascio, N & Pupillo, P, 2011, ‘Variegtaion
Microbial Sources’, Critical Reviews in in Arum italicum Leaves. A Structural-
Biotechnology’, vol. 11, no. 4, hal. 297-326 Functional Study’, Plant Physiology and
Biochemistry, vol. 49, hal. 1392-1398
Juneja, A, Ceballos, RM & Murthy, GS, 2013, ‘Effects
of Environmental Factors and Nutrient Salisbury, FB & Ross CW, 1995, Fisiologi Tumbuhan,
Availability on the Biochemical Composition ITB, Bandung
of Algae for Biofuels Production: A Review’,
Setiari, N & Nurchayati, Y, 2009, ‘Eksplorasi
Energies, vol. 6, hal. 4607-4638
Kandungan Klorofil pada beberapa Sayuran
Kurniasih, D, 2010, Kajian Kandungan Senyawa Hijau sebagai Alternatif Bahan Dasar Food
Karotenoid, Antosianin dan Asam Askorbat Suplement’, Bioma, vol. 11, no. 1, hal. 6-10
pada Sayuran Indigenous Jawa Barat, Skripsi,
Sheue, CR, Pao, SH, Chien, LF, Chesson, P & Peng,
Institut Pertanian Bogor, Bogor
CI, 2012, ‘Natural Foliar Variegation without
Kurniawan, M, Izzati, M & Nurchayati, Y, 2010, Cost? the Case of Begonia’, Annals of
‘Kandungan Klorofil, Karotenoid, dan Botany’, vol.109, hal. 1065-1074
Vitamin C pada Beberapa Spesies Tumbuhan
Sukartini & Syah, MJA, 2009, ‘Potensi Kandungan
Akuatik’, Buletin Anatomi dan Fisiologi, vol.
Antosianin pada Daun Muda Tanaman
XVIII, no. 1, hal. 28-40
Mangga sebagai Kriteria Seleksi Dini Zuriat
Li, SJ, Deng, XM, Mao, HZ & Hong, Y, 2005, Mangga’, J. Hort., vol. 19, no. 1, hal. 23-27
‘Enhanced Anthocyanin Synthesis in Foliage
Ustin, SL, Gitelson, AA, Jacquemoud, S, Schaepman,
Plant Caladium bicolor’, Plant Cell, vol. 23,
M, Asner, GP, Gamon, JA & Tejada, PZ,
hal. 716–720
2009, ‘Retrieval of Foliar Information about
Markakis, P, 1982, Anthocyanins as Food Colors, Plant Pigment Systems from High Resolution
Academic Press, New York Spectroscopy’, Remote Sensing of
Environment, vol. 113, hal. 67–77
Mlodzinska, E, 2009, ‘Survey of Plant Pigments:
Molecularand Environmental Determinants of Winarno, FG, 1986, Kimia Pangan dan Gizi,
Plant Colors’, Acta Biologica Gracoviensia Gramedia, Jakarta
Series Botanica, vol. 51, no. 1, hal. 7-16
Zar, JH, 1996, Biostatistical Analysis, Department of
Mortensen, A, 2006, ‘Carotenoids and Other Pigments Biological Sciences Northern Illinois Prentice
as Natural Colorants’, Pure and Applied Hall, New Jersey
Chemistry, vol. 78, hal. 1477-1491

36

Anda mungkin juga menyukai