1. Temperatur
.
Gambar 1. Skema Perbandingan Temperatur
Jelas terlihat bahwa satu satuan derajat (satuan perbedaan temperatur) adalah tidak sama untuk Kelvin-
Celcius dengan Rankine-Fahrenheit, atau dengan kata lain bisa di buat :
(1)
(2)
dan (3)
dari penjelasan tersebut, maka dapat diperoleh relasi antara Rankine dengan Fahrenheit dan relasi antara
Celcius dengan Kelvin seperti berikut ini.
(4)
(5)
2. Tekanan
P=Fn/A (6)
Untuk gas dan cairan, istilah tekanan sering digunakan, tetapi untuk zat padat,
lebih sering digunakan istilah tegangan. Tekanan pada tiap titik dalam fluida yang diam besarnya sama ke
segala arah dan tekanan didefinisikan sebagai komponen gaya yang tegak lurus pada suatu bidang per satuan
luas. Tekanan P pada suatu titik di dalam fluida yang berada dalam kesetimbangan besarnya sama ke segala
arah, akan tetapi untuk zat cair yang pekat dan dalam keadaan bergerak, variasi tekanan terhadap kedudukan
bidang datumnya merupakan suatu hal yang penting dan perlu pembahasan khusus di luar thermodinamika.
Dalam thermodinamika klasik, umumnya diperhatikan tekanan fluida dalam keadaan setimbang.
Dalam berbagai penggunaan, umumnya digunakan istilah tekanan absolut, yaitu tekanan yang dimiliki oleh
sistem pada batas sistem. Istilah absolut digunakan untuk membedakannya dari tekanan relatif (pressure
gauge), karena dalam praktek, pengukur tekanan dan pegukur kevakuman menyatakan perbedaan antara
tekanan absolut dan tekanan atmosfer. Untuk memperoleh tekanan absolut, maka tekanan atmosfer harus
ditambahkan pada pembacaan tekanan relatif, jadi :
Persamaan (7) ini digunakan untuk tekanan di atas tekanan atmosfer. Untuk tekanan di bawah tekanan
atmosfer, maka tekanan relatif menjadi negatif, dan umumnya disebut tekanan vakum sebesar harga tekanan
relatif tersebut. Jadi tekanan relatif sebesar –10 atm disebut vakum sebesar 10 atm. Hubungan antara tekanan
absolut, tekanan relatif, tekanan atmosfer, dan vakum dinyatakan secara grafis dalam Gambar 3 berikut ini
Gambar 3. Skema Perbandingan Tekanan
Di dalam mempelajari thermodinamika akan selalu megacu kepada hukum-hukum dasar thermodinamika
yang ada. Ada tiga hukum yang sangat penting, yaitu hukum thermodinamika pertama, kedua dan ketiga.
Ketiga hukum ini bersama-sama dengan hukum thermodinamika ke nol membentuk suatu dasar yang
membangun pengetahuan thermodinamika. Hukum-hukum ini bukanlah dalil (teorema) dalam pengertian
dapat dibuktikan, tetapi sebenarnya adalah postulat yang berdasarkan kenyataan eksperimental. Seperti
halnya hukum thermodinamika pertama, suatu eksperimental telah dilakukan Joule (1840-1878) sebagai
suatu perwujudan dan pembuktian dari hukum pertama tersebut. Dalam buku thermodinamika bagian
pertama ini hanya dibahas hukum pertama dan kedua saja.
Hukum I Thermodinamika menerangkan tentang prinsip konservasi energi yang menyatakan bahwa, energi
tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, namun demikian energi tersebut dapat diubah dari satu bentuk ke
bentuk yang lain menjadi kerja misalnya. Dari konsep ini, dapat dikatakan bahwa energi dapat diubah
menjadi kerja dan juga kerja dapat diubah menjadi energi. Dalam kaitan dengan Thermodinamika salah satu
bentuk dari energi yang dimaksud adalah Panas (Heat), dan kerja (Work).
Ditinjau suatu sistem tertutup, persamaan energi di peroleh dari penyusunan Neraca Energi untuk sistem
tertutup tersebut, yaitu seperti berikut :
(8)
(9)
Perubahan Energi total dinyatakan sebagai jumlah dari perubahan energi dalam , energi
potensial , dan energi kinetik pada suatu sistem, maka persamaan (9) dapat ditulis dalam bentuk :
(10)
Keterangan :
kebanyakan sistem tertutup adalah stasioner sehingga perubahan energi kinetik dan potensial dapat
diabaikan, persamaan (10) menjadi :
(11)
Telah menjadi suatu kesepakatan umum, bahwa tanda “ + “ dan “ – “ dari nilai Q dan W adalah seperti berikut
ini.
Menurut Hukum thermodinamika pertama, energi dalam dari sistem akan berubah bila sistem akan
berubah bila sistem tersebut menerima kerja atau melepaskan panas. Dari gambar diatas dapat dikatakan
bahwa bila piston ditekan dengan tekanan tertentu secara konstan, maka volume cairan akan berubah sampai
suatu saat sistem tersebut diberikan sejumlah kalor (panas) sehingga cairan tersebut kembali mengekspansi
sampai ke keadaan semula. Akhirnya satu siklus proses tadi dapat dikatakan reversibel pada tekanan tetap
dan volume tetap. Dalam bentuk formulasi matematisnya dapat dinyatakan sebagai berikut.
Untuk Gambar 5 tersebut, Gaya (F) = P x A, dimana A adalah luas penampang lintang piston yang bekerja pada
cairan, dengan demikian kerja (W) dapat ditulis sebagai :
(13)
Atau (14)
Untuk perubahan volume yang sangat kecil (dV), maka persamaan (14) dapat ditulis sebagai :
dW = P dV (15)
(16)
Contoh (1):
Sebuah tangki berisi air panas yang akan didinginkan dengan cara mengaduk-aduk air panas tersebut dengan
pengaduk. Mula-mula energi dalam dari fluida adalah 800 kJ. Selama proses pendinginan, fluida kehilangan
panas sebesar 500 kJ, dan pengaduk melakukan kerja terhadap fluida sebesar 100 kJ.Tentukan nilai energi
dalam akhir.
Penyelesaian :
Analisis :
Terlihat bahwa tidak ada massa yang berpindah, sehingga sistem yang dimaksud adalah sistem tertutup atau
non flow system. Tidak ada pergerakan sistem dan sistem dianggap stasioner, sehingga DEp dan DEk sama
dengan nol, maka digunakan persamaan (2-11) :
= U2 – U1
U2 = 400 kJ
2.3.2 Enthalpi
Secara eksplisit, enthalpi didefinisikan dalam bentuk persamaan matematis seperti berikut ;
H = U + PV (17)
keterangan : H = enthalpi
P = tekanan absolut
V = volume
semua variabel yang ada dipersamaan (17) harus mempunyai satuan yang sama. Hasil kali P dengan V
mempunyai satuan energi, demikian juga dengan U. Oleh karena U, P dan V adalah fungsi keadaan (state
functions), bentuk differensial dari persamaan (17) dapat ditulis sebagai :
dH = dU + d(PV) (18)
persamaan (18) ini digunakan apabila adanya suatu perubahan differensial pada suatu sistem. Integrasi
persamaan (18) akan menghasilkan :
(19)
enthalpi sebagai salah satu properti thermodinamika, sangat berguna dalam banyak pemakaian, terutama
pada persoalan-persoalan yang melibatkan proses alir yang seringkali memunculkan suku-suku U dan PV.
Contoh (2) :
Hitunglah dan untuk 1 kg air, apabila aitr tersebut diuapkan pada temperatur konstan 100 oC dan
tekanan konstan 101.325 kPa. Volume spesifik air dalam fasa cair dan volume spesifik air dalam fasa uapnya
masing-masing adalah 0.00104 dan 1.673 m3/kg. Pada proses ini, panas sebesar 2256 kJ diberikan kepada air
sehingga penguapan dapat berlangsung.
Penyelesaian :
Analisis : air sebanyak satu kilogram ditetapkan sebagai sistem. Dimisalkan air tersebut ditempatkan di dalam
sebuah silinder tabung yang bertekanan 101.325 kPa. Begitu panas diberikan, air akan mengekspansi dari
volume mula-mula ke volume akhir, kerja yang diberikan oleh air kepada piston, dihitung menurut persamaan
(2-16), yang hasil integrasinya adalah :
= 1 kg (1.673 m3/kg)
= 1.673 m3.
= 1 kg (0.00104 m3/kg)
= 0.00104 m3.
sedangkan , dihitung dari persamaan (19), dengan catatan bahwa tekanan selama proses berlangsung
adalah tetap, hasilnya adalah :
= +W
Untuk kebanyakan proses dalam industri, analisis terhadap proses alir steady-state sering dijumpai, terutama
pada peristiwa mengalirnya fluida di dalam suatu peralatan. Analisis dan perhitungan yang dilakukan
terhadap peristiwa demikian tetap akan didasari pada hukum thermodinamika pertama dalam bentuk yang
sesuai dengan kebutuhan yang ada. Istilah steady-state dalam hal ini berkaitan dengan berlangsungnya suatu
proses tidak tergantung kepada waktu atau dengan kata lain, tidak terjadi akumulasi massa dan energi dari
suatu sistem yang ditinjau. Sebagai dasar dari perhitungan proses alir ini, disusunlah suatu persamaan
kontinuitas.
Persamaan kontinuitas menggambarkan suatu hubungan tekanan, kecepatan aliran, dan luas penampang
aliran dari titik inlet ke titik outlet tanpa melalui suatu sistem peralatan proses. Berikut ini akan diturunkan
persamaan kontinuitas untuk suatu aliran satu dimensi. Sebagai Illustrasi perhatikan Gambar 7.
Apabila proses mengalirnya fluida di dalam tabung tersebut berlangsung secara steady-state, maka massa
fluida yang mengalir melalui tiap penampang harus sama, dengan kata lain :
(20)
atau (21)
Persamaan (21) dikenal sebagai Persamaan Kontinuitas untuk aliran satu dimensi. Dengan menggunakan
differensial Logaritmik, diperoleh bentuk :
(22)
Persamaan kontinuitas adalah pernyataan matematik dari prinsip kekekalan massa, dan bersama-sama
dengan persamaan energi sebelumnya, sangat membantu penyelesaian soal-soal keteknikan.
Untuk memudahkan dalam mendapatkan bentuk umum dari persamaan energi proses alir,
Pertimbangkan suatu proses alir seperti pada Gambar 8 berikut.
Suatu fluida mengalir melalui peralatan-peralatan seperti tersebut pada gambar, dari titik inlet (“1”) ke titik
outlet (“2”). Pada titik inlet (“1”) kondisi fluida ditandai dengan subskrip 1. Pada titik ini pula fluida berada pada
ketinggian z1 dari bidang datumnya, dengan kecepatan v1, memiliki volume spesifik v1, tekanan P1 dan energi
dalam (U1). Dengan cara yang sama, untuk titik outlet ditandai dengan subskrip 2. Sistem dianalisis dalam
besaran per satuan massa fluida. Perubahan energi per satuan massa untuk sistem tersebut melibatkan
perubahan energi kinetik, potensial dan energi dalamnya seperti pada persamaan (10).
Keterangan :
sehingga secara umum, persamaan energi untuk proses alir steady-state dapat ditulis sebagai :
m(u2 – u1) + 1/2 m(u22 – u12)+ mg(z2 – z1) = Q – W (23)
W pada persamaan (23) menyatakan semua kerja yang dilakukan oleh fluida, dan nila kerja (W) tesebut
merupakan jumlah dari Kerja Poros (Shaft Work, Ws) dan Kerja hasil kali PV dari fluida yang mengalir. Yang
dimaksud dengan kerja poros (Ws) adalah kerja yang yang dilakukan atau diterima oleh fluida yang mengalir
melalui suatu peralatan sehingga dihasilkan suatu kerja mekanik (misalnya dapat memutar suatu poros atau
menggerakan baling-baling pada turbin dan banyak lagi lainnya). Secara matematis dapat dituliskan :
m(u2 – u1) + 1/2 m(u22 – u12)+ mg(z2 – z1) = Q – [Ws + P2V2 – P1V1] (25)
diketahui bahwa, V2 = mv2 dan V1 = mv1, dengan menyusun kembali persamaan (2-23) akan diperoleh :
atau (28)
Untuk kebanyakan pemakaian di dalam thermodinamika, perubahan energi kinetik dan energi potensial
aliran relatif lebih kecil (sering diabaikan) jika dibandingkan dengan energi bentuk lainnya, sehingga
persamaan (28) menjadi :
atau
(29)
dalam hal ini, diketahui bahwa enthapi (h) adalah fungsi keadaan, sehingga ia punyai nilai tertentu pada
kondisi P dan T tertentu pula, untuk itu sering juga nilai enthalpi ini dapat dilihat pada Tabel-tabel data
thermodinamika untuk zat-zat murni tertentu.
Contoh 3 :
Udara pada tekanan 1 bar dan 25 oC memasuki sebuah kompressor dengan kecepatan rendah, tekanan keluar
kompressor adalah 3 bar, untuk selanjutnya melewati sebuah nozel, dimana udara tersebut akan terekspansi
sehingga kecepatannya menjadi 600 m/det dimana udara kembali pada tekanan 1 bar dan 25 oC seperti
semula. Jika pada saat kompressi terjadi adalah 240 kJ per kilogram udara, berapa banyak panas yang
dipindahkankan selama proses kompressi tersebut berlangsung ?
Penyelesaian :
Analisis : oleh karena kondisi udara keluar sama dengan kondisi udara masuk, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perubahan enthalpi dari udara. Selanjut perubahan energi kinetik mula-mula
(pada titik inlet) dapat dianggap kecil sekali. Abaikan juga perubahan energi potensial baik pada titik inlet
maupun titik outletnya, sehingga persamaan (28) menjadi :
Karena m tidak diketahui, maka persamaan (A) dinyatakan dalam bentuk per satuan massa.
sumber : https://herirustamaji.wordpress.com/2012/05/05/konsep-dasar-termodinamika
/
SEJARAH HUKUM TERMODINAMIKA II
Hukum kedua termodinamika dikembangkan oleh insinyur Perancis Sadi Carnot sekitar tahun
1820. Rumus Carnot adalah rumus efisiensi mesin kalor, yaitu mesin yang mengubah kalor menjadi kerja
mekanis. Rumus ini membantu kita mengetahui berapa besar kerja bermanfaat yang bisa kita peroleh dari
mesin itu jika diketahui jumlah kalor yang dipasok.
Mari kita lihat kerja turbin uap, contoh khas mesin kalor, pada pembangkit tenaga listrik. Uap lewat-
panas sekitar 560oC (atau 833 K) digunakan untuk menggerakkan turbin guna menjalankan generator.
Akhirnya, uap dibuang kelingkungan pada suhu 38 oC (atau 311 K). Carnot menunjukkan bahwa efisiensi
maksimum dari mesin ini dan mesin kalor lainnya ialah (T 2-T1)/T2, di mana T2 dan T1 masing-masing adalah
suhu tinggi dan suhu rendah (dalam Kelvin). Karena T 1 tidak mungkin nol dan T2 tidak mungkin tak
terhingga, maka efisiensinya tidak pernah mendekati 100%. (Untuk turbin uap yang baru dibahas di sini,
efisiensi maksimumnya adalah 0,63 atau 0,63%) jadi, kita tidak mungkin memangun mesin kalor yang
dapat mengubah seluruh kalor menjadi kerja mekanis; sebagian kalor pasti ada yang terbuang ke
lingkungan, inilah hakikat “hukum termodinamika kedua”.
Gambar 2. Contoh Pengaplikasian Siklus Carnot pada Mesin 4 tak
Temuan Carnot sangat penting tetapi tidak bisa langsung diterapkan dalam kimia. Landasan
“termodinamika kimia” diletakkan oleh ilmuwan Amerika, Josiah Willard Gibbs (1839-1903). Pada tahun
1876, Gibbs mempublikasikan makalah setebal 323 halaman berjudul “On The Equilirium of
Heterogeneous Substances” (Kesetimbangan Zat-Zat Heterogen), yang membahas prinsip-prinsip dasar
tentang kesetimbangan kimia dan kesetimbangan fasa, memperkenalkan suatu konsep baru yang
dinamakan “energi bebas”, dan menjelaskan hubungan-hubungan yang mengatur perubahan energi dalam
sel elektrokimia.
Sebagai anak laki-laki dari seorang profesor di Yale dan orang pertama yang dianugerahi gelar
Ph.D. dalam bidang sains dari universitas Amerika, Gibbs menghabiskan seluruh waktu profesionalnya
sebagai profesor matematika-fisika di Yale. Meskipun tidak terbantahkan bahwa ia adalah ilmuwan asli
Amerika yang paling cemerlang, Gibbs adalah seorang yang rendah hati dan penyendiri, dan ia tak pernah
mendapat penghargaan sebagaimana yang diterima penerus dan pengagumnya James Maxwell di Eropa.
Bahkan sampai sekarang, hanya sedikit orang di luar kimia dan fisika yang pernah mendengar nama Gibbs.
sumber : http://mtdp.blogspot.com/2015/01/sejarah-hukum-termodinamika-ii.html
KONSEP TEMPERATUR DAN HUKUM KE NOL
TERMODINAMIKA
KONSEP TEMPERATUR DAN HUKUM KE NOL TERMODINAMIKA
Setiap instrumen ukur harus dianggap tidak cukup baik sampai terbukti melalui kalibrasi dan atau
pengujian bahwa instrumen ukur tersebut memang baik. Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan
kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan
terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional maupun internasional untuk
satuan ukuran dan/atau internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.
Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antar nilai yang ditunjukkan
oleh instrumen pengukuran atau sistem pengukuran, atau yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-
nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dengan kondisi tertentu.
Tujuan Kalibrasi
1. Mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang
lebih tinggi/teliti (standar primer nasional dan / internasional), melalui rangkaian perbandingan yang tak
terputus.
2. Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional penunjukan suatu instrument ukur.
Manfaat Kalibrasi
1. Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesefikasinya
2. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada peralatan laboratorium dan
3. Bisa mengetahui perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh alat
ukur.
internasional atau prosedur yg dikembangkan sendiri oleh laboratorium yg sudah teruji (diverifikasi))
(bersertifikat))
4. Lingkungan yg dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol, Gangguan faktor lingkungan luar selalu
2. Nilai Koreksi/Penyimpangan
3. Nilai Ketidakpastian Pengukuran(Besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran, dievaluasi
setelah ada hasil pekerjaan yang diukur & analisis ketidakpastian yang benar dengan memperhitungkan
semua sumber ketidakpastian yang ada di dalam metode perbandingan yang digunakan serta besarnya
kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran)
Sudah merupakan suatu ketentuan bahwa setiap alat ukur proteksi radiasi harus di
kalibrasi secara periodik oleh instansi yang berwenang. Hal ini dilakukan untuk menguji
ketepatan nilai yang ditampilkan alat terhadap nilai sebenarnya. Perbedaan nilai antara yang
ditampilkan dan yang sebenarnya harus dikoreksi dengan suatu parameter yang disebut sebagai
faktor kalibrasi ( Fk ). Dalam melakukan pengukuran, nilai yang ditampilkan alat harus dikalikan
dengan faktor kalibrasinya. Secara ideal, faktor kalibrasi ini bernilai satu, akan tetapi pada
kenyataannya tidak banyak alat ukur yang mempunyai faktor kalibrasi sama dengan satu. Nilai
yang masih dapat 'diterima' berkisar antara 0,8 sampai dengan Faktor Kalibrasi dapat dihitung
dengan persamaan berikut.
Dimana Ds adalah nilai dosis sebenarnya, sedangkan Du adalah nilai yang ditampilkan alat ukur.
Terdapat dua metode untuk melakukan kalibrasi yaitu:
1. Menggunakan sumber radiasi standar
Cara pertama, alat ukur diletakkan pada jarak tertentu, misalnya 1 m, dari sumber standar yang
telah diketahui jenis nuklida maupun aktivitasnya. Dosis paparan yang mengenai survaimeter
(Ds) ditentukan berdasarkan perhitungan. Cara kedua, alat ukur yang akan dikalibrasi dan alat
ukur standar diletakkan pada jarak yang sama dari suatu sumber, sehingga dosis radiasi yang
mengenai dua alat ukur tersebut sama. Nilai dosis radiasi yang ditampilkan oleh alat ukur standar
dianggap sebagai dosis sebenarnya ( Ds ).
Tanggapan atau respon suatu alat ukur terhadap dosis radiasi ternyata berbeda untuk energi
radiasi yang berbeda. Setiap alat ukur seharusnya dikalibrasi dengan sumber yang mempunyai
tingkat energi yang 'sama' dengan tingkat energi radiasi yang digunakan di lapangan. Perbedaan
respon tersebut sangat “significant” pada rentang energi di bawah 200 keV seperti terlihat pada
Gambar IV.5 berikut. Pada rentang energi di atas 500 keV, perbedaan responnya sudah tidak
terlalu besar.
Suatu percobaan untuk menghitung volume semprot yang dibutuhkan untuk menyemprot suatu areal tertentu.
5. Isi knap sack dengan air bersih, pompa sampai 8x agar tekanan menjadi ¹atm. Semprotkan ¹menit dan air
ditampung. Misal : c ltr/mnt
Perhitungan:
Luas areal yang disemprot/menit : kecepatan jalan x lebar semprot : bxc m2/mnt.
Kalibrasi dalam pH meter
Instrumen pHmeter adalah peralatan laboratorium yang digunakan untuk menentukan pH atau tingkat
keasaman dari suatu sistem larutan. (Beran, 1996). Tingkat keasaman dari suatu zat, ditentukan
berdasarkan keberadaan jumlah ion hidrogen dalam larutan.
1. Teknik satu titik, yaitu pada sekitar pH yang akan diukur, yakni kalibrasi dengan buffer standar pH 4,01
untuk sistem asam, buffer standar pH 7,00 untuk sistem netral, dan buffer standar pH 10,01 untuk sistem
basa.
2. Teknik dua titik (diutamakan)Apabila sistem bersifat asam, maka digunakan 2 buffer standar berupa pH
4,01 dan 7,00 Apabila sistem bersifat basa, digunakan 2 buffer standar berupa pH 7,00 dan 10,01.
3. Teknik multi titik Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan 3 buffer standar. Untuk sistem dengan pH <
2,00 atau > 12,00, sering terjadi ketidaknormalan elektroda, kelemahan ini dipengaruhi oleh jenis alat
yang digunakan. Untuk pengukuran yang dilakukan dalam waktu yang lama, maka diperlukan proses
kalibrasi secara periodik selang 1,5 – 2 jam. Hal ini untuk menjaga kestabilan dari alat pHmeter yang
digunakan, sehingga tetap dapat diperoleh hasil pengukuran yang bagus. Untuk keperluan kalibrasi ini
dapat menggunakan buffer pH yang ada di pasaran, skala yang biasa digunakan adalah: pH = 4,01 merah;
pH = 7,00 hijau; pH = 10,00 biru.
Praktikum kali ini mengenai konsep temperatur dan hukum termodinamika ke-nol. Pada
praktikum kali ini praktikan melakukan dua pengamatan yaitu perubahan fase dan kalibrasi. Pengamatan
dilakukan oleh lima kelompok, diperoleh hasil yang berbeda-beda dari massa es yang sama (135 gram)
dan peralan yang sama. Hal tersebut dikarenakan, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil
dari praktikum. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil praktikum diantaranya adalah angin
(kondisi lingkungan), besar kecilnya sumbu bunsen, keakuratan alat ukur (termometer), ketelitian
praktikan dalam pencatatan data. Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi hasil data praktikum, misalnya
saja ketika sedang ada angin maka sumbu bunsen dapat tertiup angin hal ini dapat mempengaruhi besar
kecilnya nyala api. Besar kecilnya nyala api sangat berpengaruh dengan perubahan fase yang sedang kita
amati, semakin besar nyala sumbu bunsen semakin cepat fase berubah.
Hukum termodinamika ke-nol berbunyi sebagai berikut “Ketika dua sistem dalam keadaan
setimbang dengan sisitem ke tiga, maka ketiganya dapat saling setimbang satu sama lain”. Untuk lebih
memahami tentang isi hukum termodinamika ke -nol, maka bunyi hukum ini dapat ditulis ulang dengan
kata-kata yang lebih sederhana yaitu Jika benda A mempunyai temperatur yang sama dengan benda B
dan benda B mempunyai temperatur yang sama dengan benda C maka temperatur benda A akan sama
dengan temperatur benda C atau disebut ketiga benda (benda A, B dan C) berada dalam kondisi
kesetimbangan termal.
Fase adalah kuantitas zat yang mempunyai struktur fisiska dan komposisi kimia yang seragam.
Struktur fisika dikatakan seragam apabila zat terdiri dari gas saja, cair saja atu padat saja. Komposisi kimia
dikatakan seragam apabila suatu zat hanya terdiri dari suatu bahan kimia yang dapat berbentuk padat,
cair atau gas atau campuran dari dua atau tiga bentuk itu. Zat murni mempunyai komposisi kimia yang
seragam dan tidak berubah. Zat murni dapat berbeda dalam beberapa fase:
2. Fase cair
3. Fae uap
Zat murni kebanyakan mengandung lebih dari satu fase, tetapi komposisi kimianya sama untuk
semua fase. Cairan air, campuran dari cairan air dan uap air atau campuran es dan cairan air adalah zat
murni karena setiap fase mempunyai komposisi kimia yang sama yaitu H2O.
Perubahan fase zat H2O merupakan salah satu bentuk penyesuaian H2O dengan suhu dari benda lain yang
berkontak langsung dengan H2O tersebut untuk menciptakan kesetimbangan energi kalor.
Kalor dapat berpindah dari satu benda ke benda yang lainnya. Kalor berpindah dari benda yang
memiliki kalor lebih besar ke benda yang memiliki kalor lebih kecil. Kalor juga didefinisikan sebagai fluida
yang tidak kelihatan. Karena sebagai fluida, maka kalor dapat mengalir. Hal yang menyebabkan kalor
mengalir adalah beda temperatur benda. Kalor mengalir dari benda atau reservoir yang memiliki
temperatur yang lebih tinggi ke benda atau reservoir yang memiliki temperatur lebih rendah.
1. Beda suhu, beda suhu akan sangat berpengaruh pada besar kecilnya kalor.
4. Konduktivitas termal zat, merupakan kemampuan zat menghantarkn kalor, makin besar nilai
k, makin cepat perpindahan kalor.