Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH LENGKAP ASAL-USUL KEHIDUPAN

METODE BELAJAR PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN YANG EFEKTIF DAN
EFFISIEN

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Kewarganegaraan.

Nama Anggota Kelompok:


Ilham Rdihonif (1810912043)
M Iman Dermawan Aka (1810912053)

KELAS HKU120 TM B
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Padang
2018

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………….1

Daftar Isi…………………………………………………………………………..2

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………….3

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………6

C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………..6

BAB II: PEMBAHASAN

A. Pembelajaran yang efektif dan efisien…………………………………….7

B. Metode belajar Pendidikan Kewarganegaraan yang

efektif…………………………………………………………………… 10

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………16

B. Saran……………………………………………………………………...16

Daftar Pustaka……………………………………………………………………17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Belajar pada umumnya merupakan suatu upaya yang untuk menguasai

atau mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Yang mana pengetahuan tersebut

diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang dikenal dengan

pengajar. Dalam belajar, pengetahuan tersebut dikumpulkan sedikit demi sedikit

hingga akhirnya menjadi banyak. Orang yang banyak pengetahuannya

diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara orang yang sedikit

pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar dan orang yang

tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar.

Tujuan pembelajaran bukan hanya penguasaan materi pelajaran, akan

tetapi proses untuk mengubah tingkah laku mahasiswa sesuai dengan tujuan yang

akan dicapai. Pencapaian tujuan pembelajaran merupakan output dari sistem yang

berjalan. Dalam sebuah sistem tentu ada input-proses-output. Pembelajaran berada

pada posisi tengah yaitu pada proses. Keberlangsungan proses sangat dipengaruhi

oleh input yang masukan. Sehingga output sesuai dengan apa yang diharapkan.

Proses akan berjalan lancar apabila didukung dengan pengetahuan dan komponen-

komponen yang memadai.1

Namun, banyak pengajar yang dalam melaksanakan proser belajar

mengajarnya tidak bisa mencapai tujuan/kompetensi yang ditentukan.

Penyebabnya ialah pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik

1
Wina, sanjaya. Kurikulum dan Pembelajaran. 2010. Jakarta: Kencana prenada Media Group,
hlm 215

3
mahasiswa. Karakteristik mahasiswa merupakan salah satu faktor penyebab

efektif dan tidaknya pembelajaran.

Dalam pembelajaran kita mengenal istilah pendekatan pembelajaran,

strategi pembelajaran dan metode pembelajaran. Ketiga istilah itulah yang

menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini, karena itu merupakan komponen

yang sangat mendukung untuk memahami karakteristik mahasiswa demi

tercapainya tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika

pendidik paham dan mengetahui pendekatan pembelajaran yang berlanjut

terhadap pemahaman strategi pembelajaran dan memahami metode pembelajaran.

Ketiga komponen ini merupakan satu kesatuan yang akan mendukung

terhadap pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dan karakteristik

siswa.2

Begitu juga saat belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn),dibutuhkan

pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran yang

efektif sehingga mahasiswa mampu mencapai kompetensi yang telah ditargetkan.

M. Sobri Sutikno menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara

menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses

pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. Peran pendidik

sangat penting pada proses pembelajaran.3

Kebanyakan mahasiswa hanya menerima ilmu yang diberikan oleh

pengajar,hal ini membuat mahasiswa hanya berperan pasif. Jika mahasiswa

mengali lebih dalam ilmu yang telah diberikan pengajar, maka mahasiswa sudah

2
Ibid
3
M. Sobri, Sutikno. Belajar dan pemebelajaran . 2009. Bandung: Prospect., hlm 88

4
aktif dalam proses belajar. Namun merubah paradigma mahasiswa menjadi lebih

berpartisipasi dalam melalukan proses pembelajaran seperti ini sangatlah sulit

disebabkan di Indonesia proses pembelajaran masih bersifat Teacher Centered

Learning (TCL). Proses belajar mengajar yang dilakukan hanya satu arah dimana

guru lebih aktif dalam mengajar daripada peserta mahasiswa. Mahasiswa hanya

mendengarkan penjelasan yang pengajar sampaikan dengan ceramah. Model

pembelajaran inilah yang dianggap kurang mengeksplorasi wawasan,

pengetahuan mahasiswa dan kurang memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk

mengemukakan pendapatnya. 4

Dari masalah itulah yang membuat paradigma baru terbentuk yang mana

tadinya proses belajar mengajar berpusat pada pengajar (Teacher Centered

Learning) kini menjadi pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (Student

Centered Learning), yang diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk terlibat

secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap, dan perilaku. Dalam proses

pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa, maka mahasiswa memperoleh

kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga

mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam dan pada akhirnya dapat

meningkatkan mutu kualitas mahasiswa.

Melalui sistem pembelajaran Student Centered Learning mahasiswa harus

berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu

menganalisis dan dapat memecahkan masalah-masalahnya sendiri. Peran pengajar

dalam pembelajaran berpusat pada mahasiswa yaitu sebagai fasilitator. Metode

Student Centered Learning kini dianggap lebih sesuai dengan kondisi masa kini,

4
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. 1997. Bandung: Rineka Cipta

5
yang menekankan pada minat, kebutuhan, dan kemampuan individu. Model

pembelajaran ini dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang

dibutuhkan masyarakat. Serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi

terhadap perubahan dan perkembangan zaman.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana melakukan pembelajaran yang efektif dan efisien?

2. Bagaimana metode belajar Pendidikan Kewarganegaraan yang efektif?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pembelajaran yang efektif dan efisien.

2. Mengetahui metode belajar Pendidikan Kewarganegaraan yang efektif

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembelajaran yang efektif dan efisien

Proses pembelajaran, tentu tidak akan terlepas dari belajar dan mengajar.

Belajar dilakukan oleh peserta didik beserta guru dan mengajar dilakukan oleh

guru atau pengajar. Menurut beberapa ahli sebagai berikut:

Menurut Romiszowski (1981:4) dalam Winataputra

pembelajaran/instruction adalahsebagai proses pembelajaran yakni proses belajar

sesuai dengan rancangan. Unsur kesengajaan dari pihak di luar individu yang

melakukan proses belajar merupakan ciri utama dari konsep instruction. Proses

pengajaran ini berpusat pada tujuan atau goal directed teaching process yang

dalam banyak hal dapat direncanakan sebelumnya (pre-planned). Karena sifat

dari proses tersebut, maka proses belajar yang terjadi adalah proses perubahan

perilaku dalam konteks pengalaman yang memang sebagian besar telah

dirancang.5

Menurut Budimansyah pembelajaran adalah sebagai perubahan dalam

kemampuan, sikap, atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat

pengalaman atau pelatihan. Perubahan kemampuan yang hanya berlangsung


5
Udin S. Winataputra, dkk. Teori Belajar dan Pembelajaran. 2007. Jakarta: Universitas
Terbuka, hlm 2

7
sekejab dan kemudian kembali ke perilaku semula menunjukkan belum terjadi

peristiwa pembelajaran, walaupun mungkin terjadi pengajaran. Tugas seorang

pengajar adalah membuat agar proses pembelajaran pada mahasiswa berlangsung

secara efektif, selain fokus pada pola fikir mahasiswa. Sedangkan efektif adalah

pengerjaan sesuatu yang benar. Jadi belajar dan mengajar yang efektif adalah

proses perubahan dan bimbingan perubahan secara benar. 6

1. Belajar Efektif

Belajar yang efektif dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan

kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin

dicapai. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu

memperhatikan beberapa hal berikut:

a). Kondisi Internal

Yang dimaksud dengan kondisi internal yaitu kondisi (situasi) yang ada di

dalam diri mahasiswa itu sendiri misalnya kesehatannya, keamanannya,

ketentramannya, motivasinya, dan lain halnya, yang terdiri dari aspek

fisiologis(kondisi umum jasmani), aspek psikologis diantaranya; intelegensi

mahasiswa, sikap mahasiswa, bakat mahasiswa, minat mahasiswa, dan motivasi

mahasiswa.

b). Kondisi Eksternal

Yang dimaksud dengan kondisi eksternal adalah yang ada diluar diri

pribadi manusia. Lingkungan sosial diantaranya: para guru, para tenaga

6
Budimansyah, D. Modal Pembelajaran dan Penilaian. 2002. Bandung: Remaja Rosda Karya,
hlm 1

8
kependidikan dan teman-teman sekelasnya; lingkungan non sosial diantaranya:

gedung sekolah, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar siswa.

c). Strategi belajar yang efektif dapat tercapai apabila dapat menggunakan

strategi yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil yang

semaksimal mungkin.7

Pendekatannya dapat digunakan pendekatan bigs, yaitu :

a. pendekatan tinggi: speculative dan achieving

b. pendekatan sedang : analitical dan deep

c.pendekatan rendah : repreduktive dan surface 8

Setelah ketiga aspek tadi terpenuhi, maka dilanjutkan dengan efesiensi

dalam belajar. Efisiensi dalam belajar yaitu prestasi belajar didapatkan dengan

cara yang benar dengan usaha yang hemat dan minim.

2. Mengajar Efektif

Mengajar merupakan hal yang sulit dilakukan karena masing-masing mahasiswa

memiliki karakter yang bervariasi sehingga tidak akan ada cara monoton untuk

mengajar yang efektif untuk semua hal. Namun setidaknya seorang pengajar harus

memahami dan menguasai beragam perspektif dan strategi dalam menghadapi

mahasiswanya. Hal yang mesti dikuasai oleh seorang pengajar yaitu:

a) Penguasaan materi dan memiliki wawasan yang luas

Pengajar yang efektif menguasai materi pelajaran dan berwawasan atau

keterampilan mengajar yang baik. Memahami strategi pengajaran yang baik dan

didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran dan manajemen

7
Slameto, Op.cit., 87.
8
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. 2008. Bandung:PT Remaja Rosdakarya, hlm 136

9
kelas. Mereka tahu bagaimana memotivasi, berkomuikasi, dan berhubungan

secara efektif dengan murid-muridnya dengan berbagai karakter dan beragam

latar belakang kultural. Sengaja pembahasan mengenai belajar yang efektif

didahulukan karena untuk mengajar yang efektif terlebih dahulu harus mengetahui

belajar yang efektif.

b) Dapat menjadi panutan

Menjadi pengajar yang efektif juga membutuhkan kepribadian yang dapat

dijadikan panutan oleh peserta didiknya. Aspek ini mencakup sikap yang baik dan

perhatian kepada murid mampu memotivasi, berkomitmen, dan ikhlas dalam

menjalankan tugasnya.

B. Metode belajar Pendidikan Kewarganegaraan yang efektif

Secara umum metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu. Secara

khusus, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau pola yang

khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai

teknik dan sumberdaya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada

diri peserta didik. 9

Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan

pengajar, sehingga dalam menjalankan fungsinya, metode merupakan alat

untuk mencapai tujuan pembelajaran.10

Jadi, Metode pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan guru untuk

mencapai tujuan pembelajaran

9
Gintings, Abdurarakhman. Belajar dan Pemebelajaran .2008. Bandung: Humaniora, hlm 42
10
Siregar, eveline dan hartin. Teori Belajaran dan Pembelajaran. 2010. Bogor: Ghalia Indonesia,
hlm 80

10
Pada masa sekarang kebanyakan pengajar di Indonesia menganut sistem

TCL(Teacher Certer Learning) yang mana peserta didiknya menjadi pasif

disebabkan pengajar sebagai pusat. Proses belajar mengajar yang dilakukan hanya

satu arah dimana dosen lebih aktif dalam mengajar daripada peserta mahasiswa.

Mahasiswa hanya mendengarkan penjelasan yang pengajar sampaikan dengan

ceramah. Model pembelajaran inilah yang dianggap kurang mengeksplorasi

wawasan, pengetahuan mahasiswa dan kurang memberi kesempatan bagi

mahasiswa untuk mengemukakan pendapatnya.

Inilah yang mendorong sistem belajar SCL ( Student Center Learning)

yang mana proses belajar mengajar dipusatkan kepada mahasiswa. Sistem ini

membuat mahasiswa harus lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan dosen

bertugas sebagai fasilisator dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Rogers (1983),

SCL merupakan hasil dari transisi perpindahan kekuatan dalam proses

pembelajaran, dari kekuatan pendidik sebagai pakar mejadi kekuatan peserta didik

sebagai pembelajar. Perubahan ini terjadi setelah banyak harapan untuk

memodifikasi atmosfer pembelajaran yang menyebabkan peserta didik menjadi

pasif, bosan, dan resisten.

Ada 9 metode pembelajaran menurut sistem belajar SCL (Student Center

Learning):

1. Small Group Discussion

Diskusi merupakan salah satu elemen belajar secara aktif dan merupakan

bagian dari banyak model pembelajaran SCL yang lain. Di dalam kelas, kita dapat

meminta para mahasiswa untuk membuat kelompok kecil (misalnya 5 – 10 orang)

11
untuk mendikusikan bahan yang dapat diberikan oleh pengajar ataupun bahan

yang diperoleh sendiri oleh anggota kelompok tersebut.11

2. Simulation

Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan

sesungguhnya ke dalam kelas. Misalnya simulasi sebagai seorang manajer atau

pemimpin, mahasiswa diminta untuk membuat perusahaan fiktif, kemudian di

minta untuk berperan sebagai manajer atau pemimpin dalam perusahaan tersebut.

Simulasi ini dapat berbentuk permainan peran (role playing). Permainan-

permainan simulasi dan lain-lain.12

3. Discovery Learning (DL)

Discovery Learning adalah metode belajar yang difokuskan pada

pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang

dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk membangun pengetahuan dengan cara

belajar mandiri.

Metode ini dapat dilakukan misalnya dengan memberikan tugas kepada

mahasiswa untuk memperoleh bahan ajar dari sumber-sumber yang dapat

diperoleh melalui internet atau melalui buku, koran, majalah, dan lain

sebagainya.13

4. Self Directed Learning (SDL)

Self Directed Learning adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif

individu mahasiswa sendiri. Mahasiswa sendiri yang merencanakan,

11
Mooza alkaz, “Student Center Learning”, diakses dari http://mooza-
alkaz.blogspot.com/2014/03/student-centre-learning.html, pada tanggal 20 Februari 2019 pukul
22.27
12
Ibid.
13
Ibid.

12
melaksanakan, dan menilai sendiri terhadap pengalaman belajar yang telah

dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan.14

5. Contextual Instruction (CI)

Contextual Instruction adalah konsep belajar yang membantu dosen

mengaitkan isi mata kuliah dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan

memotivasi mahasiswa untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan

aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat, pelaku kerja

professional atau manajerial, entrepreneur, maupun investor15

6. Project-based Learning (PjBL)

Project-based Learning adalah metode belajar yang sistematis, yang

melibatkan mahasiswa dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan melalui proses

pencarian/penggalian (inquiry) yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan

yang otentik dan kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat

hati-hati.16

7. Collaborative Learning (CbL)

Collabortaive learning pada dasarnya merupakan pembelajaran yang

berdasarkan pengalaman peserta didik sebelumnya (prior knowledge) dan

dilakukan secara berkelompok. Sharing gagasan dan pengetahuan untuk

meningatkan kualitas pembelajaran bersama merupakan hakekat collaborative

learning. Mutu pembelajaran terletak pada interaksi yang maksimal

antarpeserta didik di dalam kelompoknya. Interakasi tersebut diwujudkan

dengan cara bertukar pikiran, berdebat, atau berdiskusi sehingga memperluas

wawasan/wacana peserta didik.


14
Ibid.
15
Ibid.
16
Ibid.

13
Collabortaive learning dilakukan dalam kelompok, seperti halnya pada

pembelajaran kooperatif dan kompetitif, tetapi tidak diarahkan untuk

berkompetisi dan tidak diarahkan hanya pada satu kesepakatan tertentu.17

8. Cooperative Learning (CL)

Cooperative Learning merupakan metode belajar berkelompok yang

dirancang oleh dosen untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan

suatu tugas. Kelompok ini terdiri dari atas beberapa orang mahasiswa yang

memiliki kemampuan akademik yang beragam.

Cooperative Learning bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan

mengasah kebiasaan belajar aktif pada diri mahasiswa, rasa tanggungjawab

individu dan kelompok mahasiswa, kemampuan dan ketrampilan bekerjasama

antar mahasiswa, dan keterampilan sosial mahasiswa.18

9. Problem-Based Learning

Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu metode pembelajaran di

mana peserta didik sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti

oleh proses pencarian informasi yang bersifat student center. Baik content

maupun proses pembelajaran sangat ditekankan dalam PBL. Pada umumnya PBL

dipahami sebagai suatu strategi instruksional di mana mahasiswa

mengidentifikasi pokok persoalan (issues) yang dimunculkan oleh masalah yang

spesifik. Pokok persoalan tersebut membantu dan mendorong peserta didik untuk

mengembangkan pemahaman tentang berbagai konsep yang mendasari masalah

tadi serta prinsip pengetahuan lainnya yang relevan. Fokus bahasan berupa

masalah (biasanya tertulis) yang meliputi “phenomena that need explanation”.

17
Ibid.
18
Ibid.

14
Kegiatan untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru melalui

pembahasan masalah tadi dikenal sebagai “problem first learning”.19

Manfaat dari Problem-Based Learning peserta didik akan memiliki

kecakapan dan sikap tertentu yang positif, antara lain: kerjasama dalam kelompok,

kerjasama antarpeserta didik di luar diskusi kelompok, memimpin kelompok,

mendengarkan pendapat kawan, mencatat hal-hal yang didiskusikan, menghargai

pendapat / pandangan kawan, bersikap kritis terhadap literatur, belajar secara

mandiri, mampu menggunakan sumber belajar secara efektif, dan keterampilan

presentasi. Secara keseluruhan, kecakapan, dan sikap tadi merupakan modal

utama dalam pembentukan life long learner.

Sifat dari metode Problem-Based Learning:

a. PBL mengakomodasi dan mendorong terjadinya proses pembelajaran

yang kontekstual dan terintegrasi, baik dalam hal kurikulum maupun ranah

kognitif (cipta), psikomotor (karsa), dan attitude (rasa)

b. Sejak awal para peserta didik dikenalkan dengan permasalahan nyata

(kontekstual) yang kelak akan dihadapi pada saat bekerja sebagai tenaga

profesional

c. PBL mendorong perubahan sikap peserta didik ke arah active learning,

selfdirected learning, dan life-long learning

d. Para staf pengajar beralih fungsi, dari posisi sentral ( sebagai sumber

ilmu utama) menjadi fasilitator dan mitra pembelajaran

e. Dengan demikian interaksi kelas dapat terjadi secara optimal

19
Dolmans D, Schmidt H. The advantages of problem-based curricula. 1996. Postgrad Med
72:535-8.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Belajar yang efektif dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan

kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang

ingin dicapai, sehingga mahasiswa lebih mudah dalam memahami materi

yang ia pelajari.

2. Metode Student Centered Learning kini dianggap lebih sesuai dengan

kondisi masa kini yang menekankan pada minat, kebutuhan, dan

kemampuan individu. Model pembelajaran ini dapat mengembangkan

kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan masyarakat, serta

16
wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan

perkembangan zaman.

B. SARAN

Pilihlah cara terbaik dan yang paling pas dengan kondisi Anda saat belajar,

sehingga pelajaran lebih mudah dipahami.

Sebaiknya mahasiswa mau mengikuti pelajaran pendidikan

kewarganegaraan dengan baik , sehingga dapat menjadi smart and good

citizen , dan hasil pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dapat

diterapkan di kehidupan bermasyarakat sehari – hari.

DAFTAR PUSTAKA

Budimansyah, D. Modal Pembelajaran dan Penilaian. 2002. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Dolmans D, Schmidt H. The advantages of problem-based curricula. 1996.

Postgrad Med 72:535-8.

Gintings, Abdurarakhman. Belajar dan Pemebelajaran .2008. Bandung:

Humaniora.

M. Sobri, Sutikno. Belajar dan pemebelajaran . 2009. Bandung: Prospect.

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. 1997. Bandung:

Rineka Cipta

17
Mooza alkaz, “Student Center Learning”, diakses dari http://mooza-

alkaz.blogspot.com/2014/03/student-centre-learning.html, pada tanggal 20

Februari 2019 pukul 22.27

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. 2008. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Siregar, eveline dan hartin. Teori Belajaran dan Pembelajaran. 2010. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Udin S. Winataputra, dkk. Teori Belajar dan Pembelajaran. 2007. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Wina, sanjaya. Kurikulum dan Pemebelajaran. 2010. Jakarta: Kencana prenada

Media Group

18

Anda mungkin juga menyukai