Anda di halaman 1dari 2

Anak muda adalah garda terdepan perubahan bangsa kita, anak mudalah yang nanti

menjadi tumpuan bangsa ini, apabila anak muda menghendaki ingin biru, hijau, atau
merah itu terserah kehendak golongan muda. Begitulah kiranya sebuah kutipan
wawancara seorang wartawan asing bersama sang maestro sastra Indonesia Pramoedya
Ananta Toer. Anak muda atau yang selanjutnya akan penulis sebut sebagai golongan
muda adalah kader segar bagi pertumbuh kembangan bangsa ini. Tidak hanya di bidang
ekonomi lewat para sarjana ekonom cum claudenya, dan juga bukan hanya saja di bidang
teknologi maupun sainsnya pula lewat para inisiasi-inisiasi teknologi muda. Golongan
muda kita harus mulai peka terhadap pertumbuhan dunia politik bangsa ini. Dalam
sebuah gagasan yang disampaikan oleh Aristoteles lewat istilah Human Politica, oleh
sang filsuf beranggapan bahwa politik adalah suatu sistem yang membuat manusia saling
berinteraksi dalam menghasilkan kebijakan-kebijakan yang mengikat bagi kelompok
masyarakat tersebut. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa politik tidak bisa lepas
dari kehidupan manusia.
Golongan muda adalah masa depan kita semua, gerak-gerik golongan muda adalah
seideal-idealnya masa depan bangsa ini. Apabila kita melihat lagi kebelakang, pergerakan
nasionaldi Indonesia disulut melalui sebuah Manifesto Politik pada tahun 1925 yang di
kumandangkan oleh himpunan Pemuda Indonesia yang notabane di isi oleh para pemuda
seperti Moh. Hatta, dan Sastromulyono. Begitu pula gerakan tahun 1997-1998 atau yang
biasa disebut sebagai gerakan reformasi yang di tunggangi oleh aliansi-aliansi
mahasiswa. Seperti kata bapak republik kita Tan Malaka “ Idialisme adalah kemewahan
terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda”, melalui kutipan tersebut dapat kita tangkap
bahwa gagasan-gagasan perubahan selalu muncul dari golongan muda, dan sejarah adalah
saksinya.
Namun kini bukan lagi tahun 1925, bukan lagi 1998. Kini adalah era yang berbeda
dari era-era sebelumnya. Gempuran budaya global yang begitu masif hampir membuat
golongan muda kita menjadi apatis pada masa depan. Golongan muda saat ini telahir di
tengah-tengah hutan digital dan sudah sangat di pastikan golongan muda hanya akan
terpaku dan merasa terpuaskan oleh satu hal yang mereka anggap nyentrik bagi diri
mereka sendiri , ditengah hutan digital yang semakin tumbuh subur dan berkembang
sudah di pastikan informasi juga akan semakin berkembang , dengan berkembanggya hal
itu muncullah informasi-informasi yang keliru, bahkan di hiperbolakan. Ditengah-tengah
hal tersebut akan muncul beberapa konflik politik yang diftvkan dan di perankan oleh
aktor-aktor yang akan memerankan tokoh sebagi korban dan pelaku baik itu sebagai
pelaku yang semisalnya melakukan penistaan agama atau malah sebaliknya, yang
menjadi korban atas disudutkannya dirinya karena telah melakukan penistaan agama,
Sudah di pastikan informasi yang di hiperbolakan akan memunculkan oposisi yang
merasa dirinya sebagai supermen yang akan menjadi penengah atara si biru dan si merah
dan tidak terlupakan, si supermen akan mempromosikan kader yang baru dan
memunculkan gagasan yang tidak menyentuh kepentingan golongan muda dan mungkin
akan berusaha menarik perhatian para golongan muda agar ikut menjadi supermen.
Tetapi sangat di sayangkan karena golongan muda mempunyai dunianya tersendiri
yang sudah pasti akan sulit untuk diusik, terlebih lagi yang mengusik adalah permasalan
politik, mungkin golongan muda hanya akan melihat sekilas dan dilewatkan begitu saja
dan menerima apapun itu keputusan politik dan hanya akan membuat sikap apatis
golongan muda semakin memparasit di pikirannya dan hal itu akan menyebabkan
golongan muda akan selalu menerima apapun itu hasil akhir dari konflik politik yang
sedang membuming dikalangan orang tua, walaupun yang menjadi pemenang si merah, si
biru ataupun si supermen, tetap saja hal itu dianggap bualan belaka bagi golongan muda,
karena golongan muda lebih suka mengikuti arus yang melingkar dari pada harus keluar
dari zona nyamannya

Anda mungkin juga menyukai