Anda di halaman 1dari 14

A.

Latar Belakang
Kabupaten Aceh Utara adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Aceh,
Indonesia. Ibukota kabupaten ini dipindahkan dari Lhokseumawe ke Lhoksukon,
menyusul dijadikannya Lhokseumawe sebagai kota otonom.
Kabupaten ini tergolong sebagai kawasan industri terbesar di provinsi ini dan juga
tergolong industri terbesar di luar pulau Jawa, khususnya dengan dibukanya industri
pengolahan gas alam cair PT. Arun LNG di Lhokseumawe pada tahun 1974. Di
daerah wilayah ini juga terdapat pabrik-pabrik besar lainnya: Pabrik Kertas Kraft
Aceh, pabrik Pupuk AAF (Aceh Asean Fertilizer) dan pabrik Pupuk Iskandar Muda
(PIM).
Dalam sektor pertanian, daerah ini mempunyai unggulan reputasi sendiri sebagai
penghasil beras yang sangat penting. maka secara keseluruhan Kabupaten Aceh Utara
merupakan daerah Tingkat II yang paling potensial di provinsi dan pendapatan per
kapita di atas paras Rp. 1,4 juta tanpa migas atau Rp. 6 juta dengan migas. Aceh
Utara memiliki banyak perumahan pemukiman, yaitu: perumahan Arun, Perumahan
Pim, Perumahan Asean, Perumahan Palda, dan banyak perumahan lainnya.
Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
menyangkut kelayakan dan taraf kesejahteraan hidup masyarakat. Rumah bukan
hanya berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, lebih dari itu rumah juga
mempunyai fungsi strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga,
persesuaian budaya dan peningkatan kualitas generasi mendatang serta
pengejawantahan jati diri. Dengan demikian pengembangan perumahan dan
pemukiman tidak dilandasi hanya untuk pembangunan fisik saja melainkan harus
dikaitkan dengan dimensi social, ekonomi dan budaya yang mendukung kehidupan
masyarakat secara berkelanjutan. Secara umum kota sebagai pusat permukiman
mempunyai peran penting dalam memberi pelayanan di berbagai bidang kehidupan
bagi penduduknya dan daerah sekitarnya. Kota adalah suatu wilayah geografis tempat
bermukim sejumlah penduduk dengan tingkat kepadatan yang relatif tinggi
dibandingkan dengan perdesaan, dengan kegiatan utamanya di sektor nonpertanian.
B. Landasan Teori
Pengertian perumahan dan pemukiman
1. Pengertian Perumahan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Pemukiman. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
lingkungan. Perumahan merupakan salah satu bentuk sarana hunian yang memiliki
kaitan yang sangat erat dengan masyarakatnya. Hal ini berarti perumahan di suatu
lokasi sedikit banyak mencerminkan karakteristik masyarakat yang tinggal di
perumahan tersebut, (Abrams, 1664 : 7)
Perumahan dapat diartikan sebagai suatu cerminan dari diri pribadi manusia, baik
secara perorangan maupun dalam suatu kesatuan dan kebersamaan dengan
lingkungan alamnya dan dapat juga mencerminkan taraf hidup, kesejahteraan,
kepribadian, dan peradaban manusia penghuninya, masyarakat ataupun suatu bangsa.
(Yudhohusodo, 1991 : 1)
Sedangkan perumahan karyawan merupakan tempat tinggal berkonsep rumah
deret yang dibangun perusahaan tertentu diperuntukkan bagi karyawan yang bekerja
di perusahaan tersebut untuk dimanfaatkan bagi kendaraan bis karyawan untuk
menjemput dan menurunkan penumpang (karyawan) yang seluruhnya bekerja dalam
satu kantor. (Musthofa, Basri, 2008 : 64)

Unsur-Unsur Perumahan
1. Lingkungan alami: lahan permukiman dan tanah.
2. Kegiatan sosial: manusia (individu), rumahtangga,komunitas
(siskamling, dll).
3. Bangunan-bangunan rumah tinggal.
4. Sarana dasar fisik dan pelayanan sosial-ekonomi:
a. Warung & toko kebutuhan sehari-hari.
b. Taman bermain, masjid, dll.
5. Sistem jaringan prasarana dasar fisik;
a. Jaringan jalan.
b. Saluran Drainase.
c. Sanitasi.
d. Air bersih.
e. Listrik, komunikasi

Persyaratan Dasar Perumahan

Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan


Perumahan di Perkotaan lokasi lingkungan perumahan harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:

A. Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen
perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat, dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi
tersebut bukan merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan
pertanian, hutan produksi, daerah buangan limbah pabrik, daerah bebas
bangunan pada area Bandara, daerah dibawah jaringan listrik tegangan
tinggi;
2. Kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi
tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang
batas, pencemaran air permukaan dan air tanah dalam;
3. Kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian (aksesibilitas),
kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau tidak
langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana lingkungan
tersedia);
4. Kriteria keindahan/ keserasian/ keteraturan (kompatibilitas), dicapai dengan
penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang
ada, misalnya tidak meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/
setu/ sungai/ kali dan sebagainya;
5. Kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan
pertumbuhan fisik/ pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan
kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana;
6. Kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak
pencapaian ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna
lingkungan terhadap penempatan sarana dan prasarana-utilitas lingkungan;
dan
7. Kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan
keterkaitan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama
aspek kontekstual terhadap lingkungan tradisional/ lokal setempat.
8. Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status
kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan
ekologis.

Keterpaduan antara tatanan kegiatan dan alam di sekelilingnya, dengan


mempertimbangkan jenis, masa tumbuh dan usia yang dicapai, serta pengaruhnya
terhadap lingkungan, bagi tumbuhan yang ada dan mungkin tumbuh di kawasan yang
dimaksud.

2. Pengertian Permukiman
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik
yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan mendukung prikehidupan dan
penghidupan. Perumahan dan permukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita
pisahkan dan berkaitan erat dengan aktifitas ekonomi, industrialisasi dan
pembangunan daerah
Permukiman adalah perumahan dengan segala isi dan kegiatan yang ada di
dalamnya. Berarti permukiman memiliki arti lebih luas daripada perumahan yang
hanya merupakan wadah fisiknya saja, sedangkan permukiman merupakan perpaduan
antara wadah (alam, lindungan, dan jaringan) dan isinya (manusia yang hidup
bermasyarakat dan berbudaya di dalamnya).(Kuswartojo, 1997 : 21) Permukiman
merupakan bentuk tatanan kehidupan yang di dalamnya mengandung unsur fisik
dalam arti permukiman merupakan wadah aktifitas tempat bertemunya komunitas
untuk berinteraksi sosial dengan masyarakat. (Niracanti, Galuh Aji, 2001 : 51)
Sedangkan pengertian perumahan dan permukiman menurut Guritno
Mangkusoebroto (1993 : 5) adalah tempat atau daerah dimana penduduk bertempat
tinggal atau hidup bersama dimana mereka membangun sekelompok rumah atau
tempat kediaman yang layak huni dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan.

Persyaratan Dasar Permukiman

Suatu bentuk permukiman yang ideal di kota merupakan pertanyaan yang


menghendaki jawaban yang bersifat komprehensif, sebab perumahan dan
permukiman menyangkut kehidupan manusia termasuk kebutuhan manusia yang
terdiri dari berbagai aspek. Sehingga dapat dirumuskan secara sederhana tentang
ketentuan yang baik untuk suatu permukiman yaitu harus memenuhi sebagai berikut:

1. Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain


seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pada pencemaran
udara atau pencemaran lingkungan lainnya.
2. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan
pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain-lain.
3. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat
dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang lebat
sekalipun.
4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang
siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah.
5. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/ tinja yang dapat dibuat dengan sistem
individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik
komunal.
6. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur
agar lingkungan permukiman tetap nyaman.
7. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak,
lapangan atau taman, tempat beribadat, pendidikan dan kesehatan sesuai
dengan skala besarnya permukiman itu.
8. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.

Studi Kasus

Perumahan PT. Pupuk Iskandar Muda

PT Pupuk Iskandar Muda, anak perusahaan PT Pusri (persero), merupakan


tetangga dekat Kilang LNG Arun. Sama-sama di kawasan pantai Selat Malaka, jarak
keduanya hanya sekitar 5 kilometer. Pabrik pupuk urea dan amonia ini mulai
dibangun pada 1982, dan mulai beroperasi pada 1985, di Zona Industri Lhoksemauwe
(ZILS), yang berada di Desa Krueng Geukeuh, Kecamatan Dewantara, Kabupaten
Aceh Utara. Kebutuhan gas PIM dipasok langsung oleh Kilang LNG Arun.
Sebagai pabrik Urea ke-11 di Indonesia, PT PIM memiliki dua instalasi pabrik yang
memproduksi urea jenis prill (butiran) dan granule (tablet). Kapasitas produksi pupuk
ureanya mencapai 570.000 ton/tahun. Sedangkan produksi amoniaknya sebanyak
386.000 ton/tahun. Pabrik ini mendaya gunakan air Sungai Peusangan yang lewat di
sampingnya. PT Pupuk Iskandar Muda mengklaim pabriknya sebagai 'pabrik pupuk
skala besar pertama yang dibangun oleh putra-putri bangsa melalui kontraktor
nasional PT Rekayasa Industri'.

Kawasan pabrik PT. Pupuk Iskandar Muda

Kawasan perumahan yang sangat dekat dengan pabrik hanya 200 meter jarak
antara perumahan dengan pabrik.
Pola perumahan kawasan PT. Pupuk Iskandar Muda mengikuti pola bentuk jalan

Ini merupakan salah satu rumah di perumahan PT. Pupuk Iskandar Muda yang
masih ada penghuni. Kondisi rumah masih bagus tetapi warnanya sudah memudar.
Hanya sebagian rumah yang masih ada penghuninya.
Pada perumahan ini sangat banyak bangunan yang sudah terbengkalai dan
tidak ada di renovasi kembali.

Jalan pada kawasan perumahan masih sangat bagus dan bersih, sehingga
sangat nyaman bagi pengguna atau yang melintasinya.
Sarana tempat ibadah di komplek perumahan PT. Pupuk Iskandar Muda yang
masih sangat bagus dapat bermanfaat bagi karyawan dan juga masyarakat di
sekitarnya.

Permukiman Gampong Pusong Lama

Gambar kondisi dan dusun-dusun yang ada di Gampong Pusong Lama


Gampong Pusong Lama merupakan bagian dari Kecamatan Banda Sakti kota
Lhokseumawe terletak pada posisi Lintang Utara 5.10.11,71’ dan Lintang Timur
97.8.48,52’. Gampong Pusong Lama terdiri dari 5 dusun yaitu : Dusun Darussalam,
Dusun pancasila, Dusun Rawa Jaya, Dusun Nelayan, dan Dusun Pasi denga luas
gampong lebih kurang 20 Ha.

Batas Wilayah Gampong :


Sebelah Barat : Gampong Keude Aceh
Sebelah Timur : Selat Malaka ( Laut )
Sebelah Selatan : Waduk (Resevoir)
Sebelah Utara : Gampong Kota Lhokseumawe

Pola sebaran perumahan di Gampong Pusong Lama mengikuti pola Radial. Pola
Radial perumahan di Gampong Pusong Lama mengikut 2 wilayah yaitu wilayah
pantai/kuala terdiri dari 3 dusun( Pasi, Nelayan, Rawa Jaya ) dan wilayah darat terdiri
dari 2 dusun ( Darussalam, Pancasila ). Perumahan di Gampong Pusong Lama ada
yang mengikut sepanjang alur pantai yang juga bisa dikatakan bahwa permukiman
mengikuti seperti pulau kecil atau rawa/kuala yang bersampingan dengan Waduk.
Dimana perumahan diwilayah pantai banyak nelayan memanfaatkan lahan tersebut
sebagai mata pencaharian sebagai nelayan sedangkan di wilayah darat sebagian
menjadi pusat perdagangan, pendidikan dan lain-lain.

Jumlah Rumah di Gampong Pusong Lama sebanyak 798 Bangunan yang tersebar
di 5 dusun, tingkat kepadatan hunian mencapai 38 Unit/Ha.
Pasar buah Mesjid
Kondisi Fisik Bangunan
Pemanfaatan Lahan di Gampong Pusong Lama didominasi Permukiman yang
luas lahan kurang lebih sekitar 90% atau seluas 14 Ha, dari luas keseluruhan
gampong Pusong Lama sebesar 21 Ha. Kemudian lahan lain yang tergunakan untuk
tempat penurunan ikan (TPI) dan Waduk (resevior), serta lahan lain yang
tergunakan. Permukiman Gampong Pusong Lama mayoritas bangunannya semi
permanen maka masih banyak bangunan rumah permukiman yang tidak layak dan
tidak teratur seperti Kondisi bangun tidak Layak

Dinding kayu yang berlubang

Dinding rumah yang bisa masuk air bila cuaca hujan

Penumpukan sampah disamping rumah sudah membusuk dan berbau tak sedap

Kondisi bangun tidak teratur

Bangunan rumah yang lebih tinggi dari dari badan jalan

Atap rumah yang terlalu rendah kurang 1,8 meter dari badan jalan

Bangunan rumah yang memakan bahkan menutupi badan jalan.

Permukiman Pusong Lama


PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

TUGAS I

Disusun
Oleh :
MISWARI
160160092

Dosen Pengampu :
EFFAN FAHRIAL, ST.,MT

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2019

Anda mungkin juga menyukai