Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS KADAR KAFEIN DALAM DAUN TEH DENGAN HIGH PERFORMANCE

LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC)


1
Eko Fahrul Umam
2
Bilal Mubarak Ahmad, 3Falah Azizah Elmaria, 4Diaz Ayu Widyasari, 5Firda Apriyani, 6Nahla
Qurrotu’ain, 7Pratiwi Nur Kinasih, 8Risma Ramjani, 9Siti Fikroh Masyruroh.
*
Kelompok 2 Praktikum Kimia Analisis Instrumen
Program Studi Kimia, FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta 15412
ABSTRAK
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun mete, biji
kola, biji coklat, dan daun teh. Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu
retensi komponen dalam sampel dengan waktu retensi standar. Waktu retensi yang ditunjukkan
oleh kromatogram teh poci adalah 3,401 menit sedangkan waktu retensi pada hasil kromatogram
standar kafein adalah 3,538 menit dengan luas area masing-masing untuk standar kafein dan teh
poci berturut-turut adalah 871274,06 dan 2320888,17. Kadar kafein dalam 1 mL sampel teh
poci menandung 0,133189 ppm kafein.
Kata kunci : High Performance Liquid Chromatography, Kafein, Teh Poci
I. PENDAHULUAN
Teh merupakan salah satu minuman yang paling popular di dunia, dan posisinya berada pada
urutan kedua setelah air. Teh merupakan functional food mengingat khasiat dan potensi yang
terkandung di dalam teh dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan merupakan sumber zat gizi.
Para peneliti di bidang kesehatan dapat membuktikan bahwa daun teh dapat memberikan daya
kekebalan tubuh untuk melawan berbagai penyakit serta memperpanjang usia.
Zat aktif yang membuat teh menjadi bernilai oleh manusia adalah kafein. Kafein adalah
alkaloid, suatu khas dari senyawa yang terjadi di alam yang mengandung nitrogen dan
mempunyai sifat basa amina organik.
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam daun teh. Kafein memiliki
efek farmakologis yang bermanfaat secara klinis, seperti menstimulasi susunan saraf pusat,
relaksasi otot polos, dan stimulasi jantung. Berdasarkan efek farmakologis tersebut seringkali
kafein ditambahkan dalam jumlah tertentu kedalam minuman. Secara ilmiah, efek langsung dari
kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya
seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa
gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia), dan denyut jantung tak beraturan (tachycardia).
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dipilih sebagai metode analisis kadar
kafein dalam teh karena metode ini telah diketahui merupakan suatu teknik analisis yang cepat,
dapat memisahkan campuran menjadi komponen-komponen tunggalnya dengan spesifisitas dan
ketelitian yang tinggi. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prinsip dasar analisa sampel
dengan alat KCKT dan menentukan kadar kafein dari suatu sampel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kafein

Gambar 1. Struktur Kimia Kafein (Wanyika et al, 2010)


Kafein merupakan alkaloid putih dengan rumus senyawa kimia C8H10N4O2, dan rumus
bangun 1,3,7-trimethylxanthine. Kafein mempunyai kemiripan struktur kimia dengan 3
senyawa alkaloid yaitu xanthin, theophylline, dan theobromine (Buysse D.J Reynolds, 1989).
Kafein memiliki kelarutan 1:60 dengan air, 1:1 dengan air panas, 1:130 dengan etanol, 1:7
dengan kloroform. Sedikit larut dalam eter namun mudah larut dalam larutan asam encer. Dalam
larutan asam encer, kafein memberikan serapan absorbsi maksimum pada 273 nm (𝐴11 = 504)
(Clarke, 1989).
Pemerintah telah menetapkan standar kafein pada minuman berenergi yaitu SNI No 01-6684-
2002 tentang minuman berenergi. Tujuan dari SNI tersebut adalah untuk melindungi konsumen
dari efek negatif kafein yang berlebih. Namun disisi lain, konsentrasi kafein yang telah
ditentukan tersebut tidak memberikan efek stamina yang instan bagi konsumen, sehingga
dimungkinkan ada produsen yang meningkatkan kadar kafeinnya untuk menghasilkan efek yang
cepat bagi pengkonsumsinya.
2.2 High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan HPLC (High
Performance Liquid Chromatography) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun
1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis
dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain: farmasi,
bioteknologi, polimer, dan industri-industri makanan. Kegunaan umum KCKT adalah untuk
pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis; analisis ketidak
murnian (impurities); analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non-volatil);
pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit, dalam jumlah banyak, dan dalam skala
proses industri. KCKT merupakan metode yang dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif
maupun kuantitatif.Penggunaan kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah yang
dihadapi membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional
seperti jenis kolom, fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel (Gandjar dan Rohman, 2007).
Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat terlarut terpisah oleh perbedaan
kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan
solute-solut ini diatur oleh distribusi dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi
cair membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti
jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom,
dan ukuran sampel (Gandjar & Rohman, 2007).
III.METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2018 di laboratorium lingkungan, Pusat
Laboratorium Terpadu (PLT) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.2 Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian kali ini adalah High Performance Liquid
Chromatpgraphy (HPLC), vial, labu ukur, dan tisu.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian kali ini adalah larutan standar kafein, sampel daun teh,
dan aquades.
3.4 Prosedur Penelitian
Pada penelitian kali ini dilakukan pengukuran kadar kafein dalam daun teh menggunakan
instrumen HPLC. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Pembuatan standar kafein
Dibuat larutan baku kafein, dengan cara melarutkan 50 mg kafein dengan 35 mL metanol
lalu kocok hingga larut. Kemudian dilakukan aerasi terhadap larutan 1 dengan ultrasonic bath
selama 15 menit. Diencerkan dengan metanol 30% kemudian disaring (Stock A). Lalu dipipet
larutan standar A sebanyak 10 mL ke dalam labu ukur dan diencerkan dengan metanol
sampai tera. Lalu dipipet 5 mL larutan standar B diencerkan juga dengan metanol sampai
tera. Diambil masing-masing standar 1 mL dimasukkan ke dalam vial dan diinjeksikan
sebanyak 10 µL ke dalam kolom HPLC. Ditentukan fase gerak yakni 70% metanol : 28% air
dan 2% asetonitril serta laju alir 1 mL/menit dan panjang gelombang detector 254 nm.
Ditentukan luas area yang didapat dan dibuat kurca kalibrasinya.
b. Proses Injeksi Sampel
Diambil 5 mL larutan sampel, dan dimasukkan ke dalam labu ukur, diencerkan dengan
metanol sampai batas tera. Lalu, di aerasikan selama 15 menit. Kemudian dipipet 1 mL
larutan sampel, dimasukkan ke dalam vial dan dilakukan pemisahan dengan parameter yang
sama seperti standar. Dan ditentukan kadar kafein di dalam sampel.

IV. Hasil dan Pembahasan


Percobaan kali ini mengenai penetapan kadar kafein dilakukan dengan analisis kualitatif dan
kuantitatif kafein dalam sampel daun teh. Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan
waktu retensi komponen dalam sampel dengan waktu retensi standar. Berikut ini adalah tabel
data waktu retensi dan luas area standar kafein dan beberapa sampel produk minuman dalam
kemasan.
Tabel 1. Waktu Retensi dan Luas Area Standar Kafein dan Sampel
Sampel Waktu retensi Luas area Area
Standar kafein 3,538 871274,05 84,95%
Teh poci 3,401 2320888,17 87,07%

Dari tabel waktu retensi dan luas area standar kafein dan sampel diatas, jika dibandingkan
dengan hasil kromatogram standar kafein, sampel teh poci memiliki kemiripan yaitu terletak
pada waktu retensinya yang berdekatan dengan waktu retensi standar kafein.
Gambar 2. Kromatogram Kafein Sampel Teh
Waktu retensi yang ditunjukkan oleh kromatogram teh poci adalah 3,401 menit sedangkan
waktu retensi pada hasil kromatogram standar kafein adalah 3,538 menit. Selisih ini dapat
diabaikan karena jumlahnya yang sangat kecil sehingga masih dapat dikatakan bahwa peak yang
timbul pada hasil pemisahan komponen teh poci adalah senyawa kafein.

Gambar 3. Kromatogram Standar Kafein 50 ppm


Pada analisis kuantitatif, dilakukan Metoda Normalisasi Internal. Diasumsikan bahwa lebar
atau tinggi puncak (Peak) sebanding dengan kadar atau konsentrasi suatu zat. Dalam metoda
yang paling sederhana diukur lebar atau tinggi puncak. Kadar kafein dalam teh poci ini bisa
dianalisa dengan rumus :

Dari data di atas didapatkan hasil bahwa kadar kafein dalam 1 mL sampel daun teh menandung
0,133189 mg kafein.
V. PENUTUP
Simpulan
Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami di dalam makanan contohnya daun teh.
Waktu retensi yang ditunjukkan oleh kromatogram teh poci adalah 3,401 menit sedangkan
waktu retensi pada hasil kromatogram standar kafein adalah 3,538 menit dengan luas area
masing-masing untuk standar kafein dan teh berturut-turut adalah 871274,06 dan 2320888,17.
Kadar kafein dalam 1 mL sampel teh poci menandung 0,133189 mg kafein.

DAFTAR PUSTAKA
Atomssa, Tadelech dan Gholap, A.V. 2011. Characterization Of Caffeine And Determination
Of Caffeine In Tea Leaves Using UV-Visible Spectrometer. African Journal of Pure and
Applied Chemistry Vol. 5(1): 1-8
Buysse D.J, Reynolds C.F, Monk T.H, Berman S.R, Kupfer D.J. 1989. The Pittsburgh Sleep
Quality Index: A New Instrument For Psychiatric Practice And Research. Psychiatry
Research 28(2):193–213.
Clarke, R.J. & R. Macrae. 1989. Coffee Chmestry. Vol. I, II. Elsevier Applied Science. London
and New York.
DepKes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hal. 419, 425.
Hermanto, Sindhu. 2007. Kafein Senyawa Bermanfaat atau Beracunkah. Chem-Is-Try.Org
Situs Kimia Indonesia.
Wanyika HN, Gatebe EG, Gitu LM, Ngumba EK, Maritim CW. 2010. Determination of caffeine
content of tea and instant coffee brands found in the Kenyan market. African Journal of Food
Science Vol. 4(6), pp. 353 – 358

Anda mungkin juga menyukai