Anda di halaman 1dari 16

ASPEK LEGAL

DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Oleh
Febiriani Martha P2.06.24.3.18.011
Fifi Safiroh P2.06.24.3.18.012
Fitri Nuraisyah P2.06.24.3.18.013
Inda Shopia Benita P2.06.24.3.18.014
Intan Pramugita P2.06.24.3.18.015

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA


PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan nasional dilaksanakan pada segala bidang, yang
tidak kalah penting dari bidang lain adalah bidang kesehatan.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomi. (Kementrian Kesehatan, 2009)
Kesehatan adalah hak asasi manusia, hak tersebut haruslah
diwujudkan dalam bentuk memberikan upaya kesehatan kepada seluruh
masyarakat melalui penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu
dan berkualitas. Salah satunya mempunyai patokan atau standar kode etik
profesi, mengembangkan ilmu pengetahuan, mengikuti pelatihan
berkelanjutan, memiliki sertifikasi, registrasi dan lisensi serta membina,
mengawasi dan memantau agar pengabdian sesuai dengan standar
pelayanan atau pun standar pendidikan yang berlaku. (Arimbi, 2014)
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan ibu dan janinnya adalah mendekatkan
pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya. Atas dasar
itulah profesi bidan merupakan profesi yang sangat strategis dalam
konteks pelayanan kesehatan di Indonesia. Bidan merupakan profesi yang
berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, memiliki pertanggung
jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan yang
dilakukannya, sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus
berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability
diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur batas-batas
wewenang profesi yang bersangkutan. (Tajmiati, 2016)
Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya di
suatu institusi mempunyai batas jelas wewenangnya yang telah disetujui
oleh antar profesi dan merupakan daftar wewenang yang sudah tertulis.
(Arimbi, 2014)
Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang
profesional dan akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan.
Pengetahuan dan penerapan etika dalam praktik kebidanan, akan
menjadikan seorang bidan terlindung dari pelanggaran etik ataupun moral
yang sedang berkembang di hadapan publik.
Masalah hukum di dalam kesehatan merupakan ilmu yang saling
berhubungan satu sama lain. Salah satu yang berpengaruh terhadap tenaga
kesehatan yaitu pelanggaran etik ataupun pelanggaran hukum. Bidan perlu
mengetahui aspek hukum yang sebagai acuan dasar dalam memberikan
pelayanan dan sebagai landasan dalam memberikan pelayanan kebidanan.
Tentunya dalam kasus-kasus pelayanan kebidanan tidak lepas dari
hubungan bermasyarakat untuk selalu memperhatikan moral dan etika
berprilaku dalam memberikan pelayanan agar risiko kelalaian dalam
memberikan pelayanan dapat dicegah dengan adanya hukum yang
mengatur kebijakan dalam memberikan pelayanan. Jika tidak diterapkan
maka berlaku hukum pidana atau hukum perdata yang nantinya berupa
tuntutan akan pelayanan yang diberikan, apakah sesuai standar atau tidak.
Pelayanan kebidanan di Praktek Mandiri Bidan (PMB) merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang arahnya untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anak balita didalam keluarga sehingga
terwujud keluarga sehat sejahtera. Oleh karena itu, untuk izin dan
penyelenggaraan praktik bidan perlunya aspek legal dalam pelayanan
kebidanan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, membuat penulis tertarik
untuk membuat makalah dengan judul “Aspek Legal dalam Pelayanan
Kebidanan Di Praktek Mandiri Bidan Nuryanah S.ST di Desa
Sindangkasih Kec. Sindangkasih Kab. Ciamis Tahun 2018”.
B. Rumusan Masalah
1 Apa definisi dari aspek legal dalam pelayanan kebidanan?
2 Apa sajakah aspek-aspek hukum dalam praktek kebidanan?
3 Apa sajakah dasar hukum yang terkait dengan profesi bidan?
4 Apa sajakah pelayanan bidan terkait aspek hukum?
5 Apa otonomi bidan dalam pelayanan ?

C. Tujuan
1 Mengetahui definisi dari aspek legal dalam pelayanan kebidanan.
2 Mengetahui latar belakang sistem legislasi tenaga bidan Indonesia.
3 Mengetahui aspek-aspek hukum dalam praktek kebidanan.
4 Mengetahui apa sajakah pelayanan bidan terkait aspek hukum.
5 Mengetahui otonomi bidan dalam pelayanan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan


Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan
membantu melayani apa yang dibutuhkan oleh seseorang, selanjutnya menurut
kamus besar Bahasa Indonesia, jika dikaitkan dengan masalah kesehatan
diartikan pelayanan yang diterima oleh sesorang dalam hubungannya dengan
pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu.
Menurut Pasal 1 UU Kesehatan No: 36 Th. 2009, dalam Ketentuan
Umum, terdapat pengertian pelayanan kesehatan yang lebih mengarahkan pada
obyek pelayanan. Yaitu pelayanan kesehatan yang ditujukan pada jenis upaya,
meliputi upaya peningkatan (promotif) pencegahan (preventif), pengobatan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).
Pengertian pelayanan kebidananan yang termuat dalam Kepmenkes. RI
Nomor: 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standart profesi bidan, Pelayanan
Kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
Dari beberapa pengertian tentang pelayanan kebidanan diatas maka dapat
disimpulkan pelayanan kebidanan adalah kegiatan membantu memenuhi
kebutuhan seseorang atau pasien, oleh bidan, dalam upaya kesehatan (meliputi
peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan)— yang sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya. Sedangkan kata Legal sendiri berasal dari
kata leggal (bahasa Belanda) yang artinya adalah sah menurut undang-undang.
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan, pengertian
Aspek Hukum Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan Norma hukum yang
telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk itu menjadi sumber hukum yang
paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan membantu memenuhi
kebutuhan seseorang atau pasien/kelompok masyarakat oleh Bidan dalam
upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan.
B. Legislasi Praktik Kebidanan
Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi
(pengaturan kompetensi), registrasi (pengaturan kewenangan), dan lisensi
(pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat
terhadap pelayanan yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut adalah
meliputi :
1. Mempertahankan kualitas pelayanan
2. Memberi kewenangan
3. Menjamin perlindungan hukum
4. Meningkatkan profesionalisme
STR (Surat Tanda Registrasi) adalah bukti Legislasi yang dikeluarkan oleh
Majlis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) atas nama Kementrian Kesehatan
menyatakan bahwa bidan berhak menjalankan pekerjaan kebidanan.
Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia
1. UUD 1945
Amanat dan pesan mendasar dari UUD 1945 adalah upaya pembangunan
nasional yaitu pembangunan disegala bidang guna kepentingan,
keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia
secara terarah, terpadu dan berkesinambungan.
2. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga negara indonesia
melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.
3. Bidan erat hubungannya dengan penyiapan SDM sepanjang siklus
kehidupan wanita.
Karena pelayanan bidan meliputi kesehatan wanita selama kurun
kesehatan reproduksi wanita, Sejak remaja, masa calon pengantin, masa
hamil, masa persalinan, masa nifas, periode interval, masa klimakterium
dan menopouse serta memantau tumbuh kembang balita serta anak pra
sekolah.
4. Visi Pembangunan Kesehatan Indonesia sehat 2010 adalah derajat
kesehatan yang optimal dengan strategi: paradigma sehat, profesionalisme,
JPKM, dan desentralisasi.

C. Aspek-aspek hukum Praktek Kebidanan


Bidan merupakan profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa
manusia, memiliki pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability)
atas semua tindakan yang dilakukannya, sehingga semua tindakan yang
dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence
based. Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur
batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan.
Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait
dengan pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut:
1. Permenkes No. 28 Tahun 2017 Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
2. Permenkes No. 1464/MENKES/ X/2010 Tentang Registrasi dan Praktik
Bidan
3. PP No 36 tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
4. Kepmenkes Republik Indonesia 1144/Menkes/Per/VIII/2010 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kemenkes
5. UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
6. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007 Tentang
Standar Profesi Bidan
7. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
8. UU Tentang Aborsi, Adopsi, Bayi Tabung, dan Transplantasi
9. KUHAP, dan KUHP, 1981
10. Permenkes No. 585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan
Medis.
11. UU yang terkait dengan Hak Reproduksi dan Keluarga Berencana
12. UU No 10/1992 Tentang Pengembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera
13. UU No. 23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan di
Dalam Rumah Tangga m. Undang-Undang Tentang Otonomi daerah

Pada Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996:


1. Tenaga kesehatan sarjana yaitu dokter, dokter gigi, apoteker, sarjana lain
dalam bidang kesehatan.
2. Tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah misalo asisten
apoteker, perawat, bidan.

D. Pelayanan bidan yang terkait dengan aspek hukum


1. Tindakan kesehatan Administrasi meliputi: pendidikan formal, SIB, SIPB
Inform consent.
2. Tindakan kesehatan diagnostik meliputi: jaminan kerahasiaan, mutu
pelayanan.
3. Tindakan kesehatan terapi meliputi : SPK, Standar profesi .

E. Otonomi bidan dalam pelayanan


Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang
penting dan dituntun dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan
dengan keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggungjawaban dan tanggung
gugat (accountability) atas semua tindakan yang dilakukannya. Sehingga
semua tindakan yang ilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan
didasari suatu evidence based. Akuntabiliti diperkuat dengan satu landasan
hukumyang mengatur batas-batas wewang profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan
memiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang
dilandasi kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai
standar profesi dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan
mutunya melalui :
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2. Penelitian dalam kebidanan
3. pengembangan ilmu dan tehknologi dalam kebidanan
4. Akreditasi
5. Sertifikasi
6. Registrasi
7. Uji Kompetensi
8. Lisensi

F. Model Dasar Praktik Kebidanan


1. Sertifikasi (Pengaturan Kompetensi)
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu melalui
kegiatan pendidikan formal maupun non formal. Lembaga pendidikan non
formal misalnya organisasi profesi, rumah sakit, LSM kesehatan yang
akreditasinya ditentukan profesi. Sedangkan sertifikasi dan lembaga non
formal adalah berupa sertifikat yang terakreditasi sesuai standar nasional.
Ada dua bentuk kelulusan, yaitu :
a. Ijazah merupakan dokumentasi penguasaan kompetensi tertentu,
mempunyai kekuatan hukum atau sesuai peraturan perundangan yang
berlaku dan diperoleh dari pendidikan formal.
b. Sertifikat adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu, bisa
diperoleh dari kegiatan pendidikan formal maupun lembaga
pendidikan non formal yang akreditasinya ditentukan oleh profesi
kesehatan.
Tujuan umum sertifikasi adalah sebagai berikut:
a. Melindungi masyarakat pengguna jasa profesi
b. Meningkatkan mutu pelayanan
c. Pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan
Tujuan khusus sertifikasi adalah sebagai berikut:
a. Menyatakan kemampuan pengetahuan, keterampilan dan perilaku
(kompetensi) tenaga profesi.
b. Menetapkan kualifikasi dari lingkup kompetensi.
c. Menyatakan pengetahuan, keterampilan dan perilaku (kompetensi)
pendidikan tambahan tenaga profesi.
d. Menetapkan kualifikasi, tingkat dan lingkup pendidikan tambahan
tenaga profesi.
e. Memenuhi syarat untuk mendapat nomor registrasi.
2. Registrasi (Pengaturan Kewenangan)
Pengertian Menurut Permenkes No 1464/Menkes/X/2010, registrasi
adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap
bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti atau standar
penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental
mampu melaksanakan praktik profesinya.
Tujuan registrasi, sebagai berikut :
a. Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat.
b. Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam
penyelesaian kasus mal praktik.
c. Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik

Syarat Registrasi sebagai berikut :


a. Fotokopi ijasah bidan
b. Fotokopi transkrip nilai akademik
c. Surat keterangan sehat dari dokter
d. Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak2 (dua) lembar.
e. Sertifikat Uji kompetensi.
3. Lisensi (Pengaturan Penyelenggaraan Kewenangan)
Pengertian lisensi adalah proses ministrasi yang dilakukan oleh
pemerintah atau yang berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan
kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi untuk pelayanan mandiri.
Tujuan lisensi :
a. Tujuan umum lisensi adalah melindungi masyarakat dan pelayanan
profesi.
b. Tujuan khusus lisensi adalah:
1) Memberikan kejelasan batas wewenang.
2) Menetapkan sarana dan prasarana.
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SlPB
(Surat Ijin Praktik Bidan). SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
depkes RI kepada tenaga bidan yang menjalankan praktik setelah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Bidan yang menjalankan praktik
harus memiliki SIPB yang yang diperoleh dengan cara mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
setempat dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Fotokopi STR yang masih berlaku
b. Fotokopi ijazah bidan
c. Surat persetujuan atasan
d. Surat keterangan sehat dari dokter
e. Rekomendasi dari organisasi profesi
f. Pas foto.
Menurut Permenkes No. 28 tahun 2017 SIPB berlaku sepanjang STR
belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali.
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelayanan kebidanan adalah kegiatan membantu memenuhi kebutuhan
seseorang atau pasien, oleh bidan, dalam upaya kesehatan (meliputi
peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan)— yang sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya.
Pelayanan kebidanan berhubungan erat dengan etika dan hukum kesehatan
yang telah ditetapkan. Maka dapat disimpulkan bahwa, Aspek Hukum
Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan Norma hukum yang telah disahkan
oleh badan yang ditugasi untuk itu menjadi sumber hukum yang paling utama
dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan membantu memenuhi kebutuhan
seseorang atau pasien/kelompok masyarakat oleh Bidan dalam upaya
peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan melalui
sertifikasi, registerasi, dan lisensi bidan.

B. Saran
Dengan adanya hukum, etika, dan moral yang berlaku dalam memberikan
pelayanan, diharapan agar pelayanan kesehatan terutama bidan dapat menaati
hukum, menerapkan kebijakan yang telah dibuat serta tidak melakukan
tindakan-tindakan yang bertentangan dengan hukum, etika dan moral yang ada
dalam memberikan pelayanan akan menghasilkan pelayanan yang bermutu di
masyarakat.
Daftar Pustaka

http://www.jurnalskripsi.net/makalah-etika-profesi-legislasi-registrasi-dan-lisensi-
dalam-kebidanan/2011/737/
Wahyuningsih, Heni Puji. Etika Profesi Kebidanan. Fitramaya; Yogyakarta. 2008
Marimba, Hanum. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Mitra Cendikia
Press;Yogyakarta.2008
Carol Taylor,Carol Lillies, Priscilla Le Mone, 1997, Fundamental Of Nursing
Care, Third Edition, by Lippicot Philadelpia, New York.
http://dinopawesambon.blogspot.com/2011/07/
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan model dasar praktik kebidanan ?
Jawab : Merupakan langkah yang harus dicapai sebelum seorang bidan
melaksanakan praktik kebidanan.
Sebelum bidan membuka praktik bidan harus melewati prosedur, seperti :
a. Sertifikasi (Pengaturan Kompetensi)
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu
melalui kegiatan pendidikan formal maupun non formal (Pendidikan
berkelanjutan). Lembaga pendidikan non formal misalnya organisasi
profesi, rumah sakit, LSM bidang kesehatan yang akreditasinya ditentukan
oleh profesi. Sedangkan sertifikasi dan lembaga non formal adalah berupa
sertifikat yang terakreditasi sesuai standar nasional. .
b. Registrasi (Pengaturan Kewenangan)
Registrasi adalah sebuah proses di mana seorang tenaga profesi harus
mendaftarkan dirinya pada suatu badan tertentu secara periodik guna
mendapatkan kewenangan dan hak untuk melakukan tindakan
profesionalnya setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan
oleh badan.
Registrasi bidan artinya proses pendaftaran, pendokumentasian dan
pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal
kompetensi inti atau standar penampilan minimal yang ditetapkan,
sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktik profesinya.
c. Lisensi (Pengaturan Penyelenggaraan Kewenangan)
Pengertian lisensi adalah proses ministrasi yang dilakukan oleh
pemerintah atau yang berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan
kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi untuk pelayanan mandiri.

2. Bagaimana prosedur bidan membuka praktik kebidanan ?


Jawab :
1) Bidan lulus : Mengajukan permohonan dan mengirimkan
kelengkapan registrasi kepada KADINKES ,dimana institusi
berada untuk memperoleh SIB paling lambat 1 bulan setelah
menerima ijazah.
2) Kelengkapan registrasi : Menurut KAPNEBKES nomor 900
1. fotokopi ijazah bidan
2. fotokopi transkrib nilai akademi
3. surat keterangan sehat dari dokter
4. pas foto ukuran 4 x 6 cm 2 lembar
3) SIB berlaku 5 tahun dan dapat diperbaruhi dan merupakan dasar
untuk penerbitan SIPB.
4) Kegunaan Registrasi

3. Mengapa bidan erat hubungannya dengan penyiapan sumber daya manusia


sepanjang siklus kehidupan wanita ?
Jawab : Karena pelayanan bidan meliputi kesehatan wanita selama kurun
kesehatan reproduksi wanita, Sejak remaja, masa calon pengantin, masa
hamil, masa persalinan, masa nifas, periode interval, masa klimakterium
dan menopouse serta memantau tumbuh kembang balita serta anak pra
sekolah.

Anda mungkin juga menyukai