Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bencana Alam


Istilah “bencana” biasanya mengacu pada kejadian alami, misalnya angin ribut
atau gempa bumi. Bahaya bencana alam menimbulkan kerentanan yang terjadi pada
kelemahan suatu populasi atau sistem, misalnya rumah sakit, sistem penyediaan air atau
aspek infrastruktur. Probabilitas terpengaruhinya suatu sistem atau populasi tertentu
oleh suatu bahaya disebut sebagai resiko. Dengan demikian resiko merupakan
gabungan antara kerentanan dan bahaya.1
Setiap bencana memliki ciri khas masing-masing. Bencana juga memberikan
pengaruh dalam tingkat kerentanan yang berbeda pada daerah dengan kondisi sosial,
kesehatan dan ekonomi tertentu ternyata masih ada kesamaan diantara bencana-
bencana tersebut. Jika diperhatikan dengan seksama, faktor-faktor umum itu dapat
digunakan untuk menjadikan pengelolaan bantuan kemanusiaan bidang kesehatan dan
sumber daya yang optimal.1
Menurut Pan American Health Organization (PAHO, 2006), penetapan satu
titik fokus untuk mengkoordinasikan upaya kesehatan terkait bencana akan memastikan
pemanfaatan optimal sumber daya kesehatan yang tersedia. Koordinator bencana
kesehatan bertanggung jawab atas pembentukan program-program kesiapsiagaan,
mitigasi dan pencegahan bencana dalam sektor kesehatan. Koordinasi semua
komponen, baik umum maupun swasta mewajibkan dibentuknya suatu dewan
penasehat mandiri. Dewan ini beranggotakan ahli-ahli sektor kesehatan (epidemiologi,
kesehatan lingkungan, administrasi rumah sakit) dan perwakilan dari badan pemerintah
yang menyediakan layanan kesehatan, Palang Merah, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), juga perwakilan dari komunitas internasional yang terlibat dalam kegiatan
kesehatan.2
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai salah satu anggota
Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana merupakan penanggungjawab dalam
penanganan kesehatan akibat bencana dibantu oleh unit teknis kesehatan yang ada di
lingkup Provinsi dan Kabupaten Kota. Pelaksanaan tugas penanganan kesehatan akibat
bencana di lingkungan Dinas Kesehatan dikoordinasi oleh unit yang ditunjuk oleh
Kepala Dinas Kesehatan dengan surat keputusan.3
Berdasarkan tahap penanggulangan bencana dapat dibagi atas 3 (tiga) tahap,
yaitu: (Depkes, 2002b) Tahap Pertama adalah Tanggap Darurat, yang membahas
masalah kesehatan akibat kedaruratan dan bencana serta dipengaruhi oleh informasi
awal adanya kedaruratan bencana dan kegiatan penyelamatan (rescue), triase,
penanggulangan gawat darurat (life saving), evakuasi dan rujukan korban ke sarana
yang memadai. Kegiatan ini dilanjutkan dengan upaya mencegah timbulnya wabah
penyakit menular melalui kegiatan penyediaan air bersih, sanitasi darurat, imunisasi
campak di lokasi pengungsian, penyediaan makanan yang memadai, pengendalian
vektor dan upaya kesehatan reproduksi. Pada kejadian kedaruratan kompleks dan
gangguan kamtibmas telah dilaksanakan kerjasama dengan pihak kesehatan Polri dan
TNI berupa Tim Kesehatan Gabungan untuk menanggulangi masalah kesehatan dengan
dukungan Lembaga Swadaya Mayarakat (LSM) dan organisasi non pemerintah yang
lain bersama mitra internasional (WHO, UNICEF, UN-OCHA dan lain-lain). Tahap
kedua adalah Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan, pada tahap ini masih belum
ditangani secara optimal akibat minimnya acuan dan pedoman untuk mendukung
kegiatan dan belum adanya komitmen prioritas untuk mendukung upaya mengurangi
dampak kedaruratan dan bencana secara terpadu. Dan yang terakhir Tahap ketiga
adalah Tahap Rehabilitasi dan Rekonstruksi, yang dilaksanakan oleh departemen,
instansi, lembaga yang terkait serta didukung oleh masyarakat dan mitra Internasional
. Rehabilitasi sektor kesehatan meliputi upaya perbaikan gizi masyarakat, sanitasi dan
kesehatan lingkungan serta pemulihan aspek psikososial, stress post trauma dengan
bantuan berbagai pihak. Rekonstruksi fisik, rekonsiliasi dan resolusi konflik serta
pemberdayaan masyarakat korban bencana dan pengungsi ditangani secara lintas
program dan lintas departemen serta mendapat dukungan mitra Internasional.1
Musibah bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuifaksi di Propinsi
Sulawesi Tengah tanggal 28 September 2018 telah menimbulkan banyak korban luka-
luka dan jiwa. Korban meninggal mencapai 1.649 orang (Depkes, 2018). Bencana alam
ini telah ditetapkan sebagai bencana nasional. Selain menimbulkan korban jiwa, juga
menyebabkan banyak bangunan roboh dan rusak termasuk bangunan pelayanan
kesehatan dasar seperti puskesmas, puskesmas pembantu (Pustu), polindes serta
posyandu.
2.2 Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2.2.1 Pengertisn perilaku
Perilaku merupakan perbuatan / tindakan dan perkataan seseorang yang
sifatnya dapat diamati, di gambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang
yang melakukannya.4 Menurut Maryunani (2013),
2.2.2 Pengertian Hidup Bersih dan Sehat
Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala
aktivitas hidup sehari-hari. Untuk bisa hidup sehat, kita harus mempunyai
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakatnya.5 (DepKes, 2006)
2.2.3 Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan,
bina suasana dan pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian masyarakat
dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan
masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara hidup sehat sehat
dengan menjaga kesehatan, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Terdapat lima (5) tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu:
1) PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan PHBS serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
2) PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh
peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif

dalam mewujudkan lingkungan sehat. 9


3) PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja,
pemilik dan pengelola usaha/ kantor, agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat
kerja sehat.
4) PHBS di tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat
pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan
mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam
mewujudkan tempat-tempat umum sehat.
5) PHBS diinstitusi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien,
masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan Institusi
Kesehatan Sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi
kesehatan.
2.2.4 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar mengetahui, mau dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat.4
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tatanan rumah tangga meliputi:4
1. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan atas
kesadaran dan permintaan si Ibu di tolong oleh tenaga kesehatan
(dokter, bidan, dan para medis lainnya) di rumah atau di sarana
kesehatan. Sertiap persalinan harus di tolong oleh tenaga kesehatan,
karena tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam
membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebi
terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera di
tolong atau di rujuk ke puskesmas atau rumah sakit.
Persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan menggunakan
peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah
terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
2. Memberi bayi asi ekslusif
Bayi di beri ASI eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya di
beri ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman
lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan
gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi
tumbuh dan berkembang dengan baik. Air susu ibu pertama berupa
cairan bening berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk
bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.
3. Menimbang Bayi dan Balita
Menimbang bayi dan balita adalah menimbang bayi / balita
setiap bulan dan mencatat berat badan bayi / balita dalam Kartu
Menuju Sehat (KMS). Penimbangan bayi dan balita di maksudkan
untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan balita
di lakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun di
Posyandu.
4. Menggunakan Air Bersih
Air bersih secara fisik dapat di bedakan melalui indra, antara lain
dapat dilihat, dirasa, dicium, dan di raba seperti air tidak berwarna
harus bening/jernih, air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu,
lumpur, sampah, busa dan kotoran, air tidak berasa, tidak berasa
asin, tidak berasa asam tidak payau dan tidak pahit harus bebas dari
bahan kimia beracun, air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk
atau belerang, menggunakan air bersih dapat terhindar dari
gangguan penyakit diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan,
penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan, setiap anggota
keluarga dapat terpelihara kebersihan dirinya. Jarak letak sumber air
dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit 10
meter. Air bersih harus dimasak apabila hendak di minum meski
terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit. Kuman
penyakit dalam air mati pada suhu 100 C (saat mendidih).5
Cara menjaga kebersihan sumber air bersih yaitu: dengan jarak
letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah
paling sedikit 10 meter, sumber mata air harus di lindungi dari
pencemaran, sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air
harus di jaga bangunannya tidak rusak seperti lantai sumur tidak
boleh retak, bibir sumur harus plester dan sumur sebaiknya di beri
penutup, harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada bercak-bercak
kotoran, tidak berlumut pada lantai/lantai dinding sumur.
Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih dan di diletakan di
lantai.
5. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun
Mencuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih
dan sabun. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh
kuman, karena tanpa sabun, maka kotoran dan kuman masih
tertinggal di tangan.
waktu harus mencuci tangan: setiap kali tangan kotor (setelah;
memegang uang, memegang binatang, berkebun), setelah buang air
bersih, setelah menceboki bayi atau anak, sebelum makan dan
menyuapi makan, sebelum memegang makanan, sebelum menyusui.
Manfaat mencuci tangan: membunuh kuman penyakit yang ada
di tangan, Mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera
disentri, tipus, kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran
Pernapasan Akut, Flu Burung atau savere acute respiratory
syndrome. Cara mencuci tangan yang benar: cuci tangan dengan air
bersih yang mengalir dan memakai sabun, bersihkan telapak
pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan, setelah itu
keringkan dengan lap bersih
6. Menggunakan Jamban Sehat
Jamban merupakan suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau
tempat duduk dengan leher angsa (cemplung) yang di lengkapi
dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.
Adapun Syarat –syarat jamban yang sehat yaitu:
1) Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air
minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter)
2) Tidak berbau, kotoran tidak dapat di jamah oleh serangga dan
tikus
3) Tidak mencemari tanah sekitarnya
4) Mudah dibersihkan dan aman digunakan
5) Di lengkapi dinding dan atap pelindung
6) Penerangan dan ventilasi yang cukup
7) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
8) Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
7. Memberantas Jentik Di Rumah Sekali Seminggu
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan
pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
Pemberantasan jentik bermaksud untuk membebaskan rumah dari
jentik-jentik yang dapat mengganggu kesehatan. Pemeriksaan Jentik
dilakukan secara Berkala (PJB). Pemeriksaan jentik berkala adalah
pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-
tempat penampungan air) yang ada didalam rumah seperti bak
mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan diluar rumah seperti
talang air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon, pagar
bambu, yang dilakukan secara teratur sekali dalam seminggu.
8. Makan Buah dan Sayur Setiap Hari
Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting, karena
mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan
pemeliharaan tubuh dan mengandung serat yang tinggi. Terutama
sayuran yang berwarna hijau tua, kuning, dan oranye seperti bayam,
kangkung, daun katuk, wortel, selada hijau atau daun singkong.
Semua buah bagus untuk dimakan, terutama yang berwarna merah,
kuning seperti mangga, pepaya, jeruk, jambu biji, atau apel lebih
banyak mengandung vitamin dan mineral serta seratnya. Setiap
anggota rumah tangga sebaiknya mengkonsumsi minimal 3 porsi
buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.
9. Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas
hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.
Aktivitas dilakukan secara bertahap hingga mencapai 30 menit,
jika belum terbiasa dapa dimulai dengan beberapa menit setiap hari
dan di tingkatkan secara bertahap. Lakukan aktivitas fisik sebelum
makan atau 2 jam sesudah makan. Awali aktivitas fisik dengan
pemanasan dan perengangan. Lakukan gerakan ringan dan perlahan
di tingkatkan sampai sedang. Jika sudah terbiasa melakukan
aktivitas tersebut, lakukan secara rutin paling sedikit 30 menit setiap
hari.
10. Tidak Merokok Di Dalam Rumah
Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok. Rokok ibarat
pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang di hisap akan di
keluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya yang
paling berbahaya adalah Nikotin, Tar, Carbon Monoksida. Nikotin
menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah. Tar
menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker. Gas karbon
monoksida menyebabkan berkurangnya kemampuan darah
membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati.

2.2.5 Manfaat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)


Keluarga yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat maka
setiap rumah tangga akan meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit.
Rumah tangga yang sehat dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota
keluarga. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya
yang sebelumnya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya
investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan
kesejahteraan anggota rumah tangga. Salah satu indikator menilai keberhasilan
pemerintah daerah kabupaten/kota dibidang kesehatan adalah pelaksanaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).6
2.3 Kerangka Teori

Perilaku Hidup
Bencana Alam Bersih dan Sehat
(PHBS)

PHBS
PHBS Rumah PHBS PHBS Sarana PHBS
Tempat
Tangga Sekolah Kesehatan Sekolah
Umum

Anda mungkin juga menyukai