Anda di halaman 1dari 1

DRUG RELATED PROBLEM

1. Seorang anak (4 tahun, 19 kg) dirawat di RS dengan keluhan panas, mencret, muntah, dan
batuk. Pasien mendapatkan obat racikan paracetamol 150 mg + fenobarbital 15 mg 3x1,
kotrimoksazol 2x0,5 cth, deksametason 3x0,5cc, dan infus KAEN 3B. DRP yang terjadi:
a) Terapi yang tidak dibutuhkan  penggunaan fenobarbital tidak dibutuhkan, hentikan
penggunaan fenobarbital.
b) Dosis obat terlalu rendah  dosis fenobarbital dan paracetamol terlalu rendah, dosis
paracetamol seharusnya 10-15 mg/kgBB (190-285 mg/hari) dan dosis fenobarbital 8-12
mg/kg/hari (152-228 mg/hari), naikkan dosis obat.
c) Interaksi obat/ ADR  adanya interaksi pada sediaan racikan, fenobarbital dapat
meningkatkan sifat hepatotoksik paracetamol dan dapat mengurangi efek terapi
paracetamol, hentikan penggunaan fenobarbital.
2. Seorang wanita 58 tahun didiagnoasis menderita, hipertensi, hiperlipidemia, penyakit
jantung coroner, edema perifer persisten dan nyeri muskoloskeletal. Riwayat penyakit
atrial fibralasi, anemia, dan asma (multiple emergency room admissions). Pasien
mendapatkan, fluticasone 2puff 2x1, salmeterol 2 puff 2x1, naproxen 375 mg/hari,
furosemide 80 mg/ hari (pagi), diltiazem 180 mg/ hari, digoxin 0,25 mg/hari, potassium
chloride 20μg/hari, dan fluvastatin 20 mg/hari (akan tidur). DRP yang terjadi:
a. Memerlukan terapi tambahan  memerlukan suplemen kalsium/ vitamin D, karena
penggunaan kortikosteroid inhalasi secara terus menerus dapat menyebabkan penurunan
BMD (bone mineral density) dan furosemid dapat menyebabkan hipokalemia.
b. Pemberian terapi yang salah  penggunaan fluvastatin kurang adekuat untuk
menurunkan kadar LDL sebesar 39% (hanya dapat menurunkan sebesar 36%), anjurkan
penggunaan statin yang lebih adekuat.
c. Dosis obat terlalu tinggi  pemberian salmeterol dan fluticasone sebagai terapi untuk
asma eksaserbasi melebihi dosis umum (1 puff 2x1). Anjurkan penggunaan kombinasi
salmeterol dan fluticasone atau turunkan dosis obat.
3. Seorang pasien datang ke RS dengan keluhan adanya bisul, dengan riwayat DM dan
hipertensi. Pasien sudah melakukan operasi dan terapi pasca penganggkatan bisul, namun
diabetes dan hipertensi pasien sekarang menjadi tidak terkontrol karena pasien tidak
meminum obat dengan rutin. DRP yang terjadi:
a. Ketidaktaatan pasien  pasien memiliki riwayat ketidaktaatan minum obat.
Rekomendasi: lakukan konseling tentang kepatuhan minum obat.

Anda mungkin juga menyukai