Professionalization
Suatu strategi khusus untuk mempertahankan status profesi dan sikap
professional yang berbanding lurusdengan kepuasan kerja (satisfaction/satisfactory
achievement). Sikap professional berciri antara lain dedikasidan loyalitas tinggi,
mandiri, bersemangat, gembira dalam pengabdian profesi.Contoh sederhana
tentang hal ini adalah perkembangan komputerisasi
patiens medication records (PMRs),terbukti meningkatkan status profesi karena
farmasis menguasai salah satu sumber informasi pelayanankesehatan. Hasil analisis
masalah yang terekam merupakan monitoring pola resep yang ada, dan
penggunaaninformasi dapat:Mengetahui kesalahan resepMenghindarkan interaksi
obat dan adverse drug reaction
, kontra-indikasi, reaksi alergi dan idio-sinkrasi, penggunaan obat yang salah (mis-
use) dan penyalahgunaan obat (ab-use), serta efek samping
yang berlebihan.Memantau kemajuan kesehatan pasien.Memantau rasionalitas
pelayanan kesehatan yang diterima pasienDari otoritas dan kemampuan mengelola
informasi obat, farmasis dapat bertugas sebagai penyuluhantara lain tentang
penyakit tertentu, pola hidup sehat, kesehatan lingkungan, gizi dan nutrisi, serta
konsultasiterapi. Hal itu menunjukkan bahwa inovasi dan perkembangan lewat
Professionalization dapat segeradilaksanakan dan menimbulkan harapan baru bagi
pengabdian profesi.Ketiga,
Efisiensi dan Efektivitas
Care-giver
: farmasis mengelola pelayanan perhatian dan perlindungan (bagi
yangmembutuhkan), baik di bidang klinik, analisis, teknologi, dan peraturan
perundang-undangan. Hal itumenunjukkan bahwa farmasis harus berinteraksi
dengan baik pada individu maupun masyarakat.Kedua,
Decision-maker
: sumber-sumber daya, misal: personil, obat, reagen, peralatan, prosedur,dan
praktek kerja, harus digunakan secara tepat guna, efektif dan efisien (manfaat dan
biaya). Hal ini harusmenjadi dasar pemikiran dan pelaksanaan profesi kefarmasian.
Untuk mencapai tujuan tersebutdipersyaratkan kemampuan untuk evaluasi, sintesis
(theori Bloom) dan membuat keputusan tentang jaluryang tepat untuk
bertindak.Ketiga,
Communicator
:
farmasis berada pada posisi ideal antara dokter dan pasien, oleh karena itu,farmasis
harus dikenal dan percaya diri saat berinteraksi dengan profesi kesehatan lain dan
publik. Salah satumodalnya adalah kemampuan berkomunikasi, baik verbal, non-
verbal, pendengar yang baik, maupun tatatulis.Keempat,
Leader
:
saat farmasis bekerja dalam kelompok multidisiplin pelayanan kesehatan,
padakondisi dokter tidak ada, maka kepemimpinan berada pada farmasis dalam
rangka mencapai kesejahteraanmasyarakat secara keseluruhan. Kepemimpinan
termasuk bersimpati dan ikut merasakan penderitaan pasiensebagaimana
kemampuan untuk memutuskan sesuatu, komunikasi dan pengobatan yang
efektif.Kelima,
Manager
:
farmasis harus mengelola secara efektif sumber-sumber daya (manusia,
alam,keuangan) dan informasi, baik sendirian maupun dalam kelompok pelayanan
kesehatan. Lebih jauh,informasi dan teknologinya yang terkait akan menjadi
tantangan buat farmasis pada tanggung jawabnya yang besar atas informasi
bersama (
sharing information
) tentang obat-obatan dan produk yang lain.Keenam,
Life-long Learner
: tidak akan mungkin seseorang dapat meniti karir (dan sukses) sebagaifarmasis
hanya lewat belajar di perguruan tinggi. Konsep, prinsip, dan komitmen belajar
seumur penghidupan perlu diperkenalkan sejak awal mengikuti pendidikan tinggi
farmasi dan terus ditanamkansepanjang pengabdian profesi. Farmasis harus belajar
(terus) bagaimana cara belajar yang baik.Ketujuh,
Teacher
: farmasis bertanggung jawab atas pendidikan dan pelatihan generasi
farmasisselanjutnya. Partisipasi sebagai guru tidak hanya penyampaian
pengetahuan, tetapi juga memberi kesempatanuntuk menemukan hal baru dan
peningkatan ketrampilan.Telah digambarkan di muka, personifikasi farmasis,
gambaran sebagai bangunan, dan gambaransebagai pohon ilmu, selanjutnya
disampaikan gambarannya sebagai kipas. Jeruji/kerangka kipas berjumlah 4 buah,
merupakan gambaran kapasitas
complex bioavailability, parenteral solution. Monitoring
, dan
clinicalapplication
yang senantiasa bertumpuk rapi (integrated) saat kipas tersimpan. Untuk
memfungsikan danmemperoleh manfaatnya, kipas harus dikembangkan, dengan
demikian akan nampak layarnya yangmerupakan profil inovasi dan perkembangan:
interdisciplinarity, professionalization,
dan education andcommunication, dipersatukan oleh benang pengikat: efficiency
and cost effectiveness
. Pembukaan kipas
PENUTUP
Res
., vol. 15, No. 1, 8-10.Setyowati, S.S., 1999, Profil Peresepan untuk Lanjut Usia
(Geriatri) di Lingkup Pasien ASKES Rawat JalanRS Dr. Sardjito Yogyakarta, Juli-
Desember 1998,
Skripsi
, Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta, 25 -62.Thomas, D.K., 1999, Pola Pengobatan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas pada Pasien RawatInap di Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 1997,
Skripsi
, Fakultas Farmasi USD,Yogyakarta, 30 - 67.Ulisis, M.T., 2000, Dasar-dasar
Pertimbangan Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Fakultas Tehnik, dan
FakultasFarmasi USD dalam Pemilihan dan Penggunaan Produk Obat Jerawat,
Skripsi
, Fakultas FarmasiUSD, Yogyakarta, 28 - 73.Wertheimer, A.I., Smith, M.C., (ED),
1989,
Pharmacy Practice: Social and Behavioral Aspects
,3
rd
cd.,Williams-Wilkins, Batlimore, 23
–
125, 417 - 441.Yasinta, U., 2000, Pola Penggunaan Obat Antidiabetika Oral untuk
Penderita Diabetes Mellitus Usia Lanjutdi Istalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta, Januari-Juni 1997,
Skripsi
, FakultasFarmasi USD, Yogyakarta, 26 - 47.Yovita, B.R., 1999, Profil Peresepan
Obat Antihipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti RapihYogyakarta,
tahun 1998,
Skripsi
, Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta, 37 - 80.
8 Bintang Farmasis :
1. Leader
Seorang farmasis harus punya jiwa kepemimpinan yang kuat, baik memimpin diri
sendiri, atau orang lain dan tanggung jawab dalam semua hal yang menyangkut
kesejahteraan
pasien dan masyarakat.
2. Decision Maker
Seorang farmasis harus berpondasikan kecocokan, kemanjuran, aman dan harga
yang efektif serta memainkan peran dalam penyusunan kebijaksanaan obat-obatan.
3. Communicator
Seorang farmasis harus bisa menjelaskan informasi kesehatan dan obat-obatan pada
masyarakat serta berpengetahuan dan percaya diri ketika berinteraksi dengan tenaga
kesehatan.
5. Teacher
Seorang farmasis tidak hanya membagi ilmu pengetahuan pada yang lainnya, tapi
juga memberi peluang pada praktisi lainnya untuk memperoleh pengetahuan dan
menyesuaikan keterampilan yang telah dimilikinya.
6. Care Giver
Seorang farmasis mampu menjelaskan gaya hidup sehat, simptom penyakit serta
pelayanannya harus dengan mutu yang tinggi.
7. Manager
Seorang farmasis harus bisa mengelola dan mengatur segala sumber daya (SDM,
fisik dan keuangan) dan informasi secara efektif serta tanggung jawab yang lebih
besar untuk bertukar informasi tentang obat dan produk yang berhubungan dengan
obat serta kualitasnya.
8. Researcher
Seorang farmasis harus bisa menggunakan sesuatu berdasarkan bukti (ilmiah,
praktek farmasi, sistem kesehatan) yang efektif dalam memberikan nasehat pada
pengguna obat secara rasional dalam tim-tim pelayanan kesehatan.