Anda di halaman 1dari 3

BENTUK KONTRAK MENURUT PERPRES 16 TAHUN

2018

Bentuk kontrak Barang Konstruksi Jasa lainnya Konsultansi

Bukti pembelian/pembayaran ≤ 10 juta — ≤ 10 juta —

Kuitansi ≤ 50 juta — ≤ 50 juta —

Surat Perintah Kerja (SPK) > 50 juta s.d 200 juta ≤ 200 juta > 50 juta s.d 200 juta ≤ 100 juta

Surat perjanjian > 200 juta > 200 juta > 200 juta > 100 juta

Surat pesanan e-purchasing/pembelian melalui toko daring —

Bentuk Kontrak

1. Bukti pembelian/pembayaran adalah dokumen yang digunakan sebagai pernyataan


taguihan yang harus dibayar oleh PPK untuk Pengadaan Barang atau Jasa Lainnya
dengan nilai ≤ 10 juta. Contoh: bukti pembelian/pembayaran antara lain
faktur/bon/invois, setruk, dan nota kontan

2. Kuitansi merupakan dokumen yang dijadikan sebagai tanda bukti transaksi


pembayaran yang ditandatangani oleh penerima uang/Penyedia dengan berbagai
ketentuan pembayaran untuk Pengadaan Barang atau Jasa Lainnya dengan nilai ≤
50 juta. Artinya untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya ≤ 10 juta dapat
menggunakan bukti pembelian atau kuitansi tapi tidak menggunakan SPK. Untuk >
10 juta s/d 50 juta hanya dapat menggunakan kuitansi.

3. Surat Perintah Kerja (SPK) merupakan perjanjian sederhana secara tertulis antara
kedua belah pihak tentang suatu perbuatan yang memiliki akibat hukum untuk
memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban. SPK digunakan untuk Pengadaan
Jasa Konsultansi dengan nilai ≤ 100 juta, Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan
nilai > 50 juta s.d 200 juta, dan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai ≤ 200
juta. Perubahan drastis terjadi pada pekerjaan konstruksi yang tidak lagi dapat
memenuhi penggunaan bukti pembelian atau kuitansi, hanya SPK. Tentu ini akan
menjadi kendala tersendiri untuk pekerjaan konstruksi yang bersifat sangat
sederhana dengan nilai 0 s/d 50 juta wajib menggunakan SPK.

4. Surat Perjanjian merupakan pernyataan secara tertulis antara kedua belah pihak
tentang suatu perbuatan yang memiliki akibat hukum untuk memperoleh hak dan
melaksanakan kewajiban. Surat Perjanjian digunakan untuk Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai > 200 juta dan untuk
Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai > 100 juta

5. Surat pesanan digunakan untuk pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui E-


purchasing atau pembelian melalui toko daring. Untuk pengadaan barang/jasa
tertentu yang membutuhkan pengaturan Kontrak yang lebih rinci atau
diperlukan/dipersyaratkan secara administratif dalam proses pembayaran maka
Surat Pesanan dapat ditindaklanjuti dengan Surat Perintah Kerja atau Surat
Perjanjian.

PEJABAT PENGADAAN
Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas
melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan/atau E-purchasing.

Siapa yang menetapkan Pejabat pengadaan?

pada Ayat 1 Pasal 8 Perlem No.15 tahun 2018 yaitu PA/KPA pada Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah

syarat untuk ditetapkan sebagai Pejabat Pengadaan sebagai berikut:

a. merupakan Pengelola Pengadaan Barang/Jasa atau Aparatur Sipil Negara/TNI/Polri/personel


lainnya yang memiliki Sertifikat Kompetensi okupasi Pejabat Pengadaan;

b. memiliki integritas dan disiplin; dan

c. menandatangani Pakta Integritas.

Pengangkatan dan pemberhentian Pejabat Pengadaan tidak terikat tahun anggaran dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan. jadi, jika membuat SK Pejabat Pengadaan tidak perlu
ditulis Tahun Anggaran

Pejabat Pengadaan tidak boleh merangkap sebagai:

a. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) atau Bendahara; atau

b. PjPHP untuk paket Pengadaan Barang/Jasa yang sama.

Tugas Pejabat Pengadaan :


a. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan Langsung;

b. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung Barang/Pekerjaan


Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak Rp. 200 juta;

c. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung untuk pengadaan Jasa


Konsultansi yang bernilai paling banyak Rp. 100 juta; dan

d. melaksanakan E-Purchasing yang bernilai paling banyak Rp. 200 juta.

Pasal 88 Perpres No.16 Tahun 2018

a. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan WAJIB dijabat oleh Pengelola Pengadaan


Barang/Jasasebagaimana paling lambat 31 Desember 2020;

b. PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan yang dijabat oleh Aparatur Sipil


Negara/TNI/Polri WAJIB memiliki sertifikat kompetensi di bidang Pengadaan Barang/Jasa paling
lambat 31 Desember 2023;

c. PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan yang dijabat oleh personel lain WAJIB memiliki
sertifikat kompetensi di bidang Pengadaan Barang/Jasa paling lambat 31 Desember 2023;

d. PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan WAJIB memiliki Sertifikat Keahlian Tingkat Dasar di


bidang Pengadaan Barang/Jasa sepanjang belum memiliki sertifikat kompetensi di bidang
Pengadaan Barang/Jasa sampai dengan 31 Desember 2023.

Anda mungkin juga menyukai