Anda di halaman 1dari 11

Senin, 16 Mei 2016

TREND DAN ISSUE DALAM KEPERAWATAN KELUARGA

BAB 4
TREND, ISSUE DAN MANAJEMEN SUMBER DAYA KELUARGA

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu
1. Menjelaskan trend yang terjadi dalam keperawatan keluarga
2. Menjelaskan issue yang berkembang dalam keperawatan keluarga
3. Menganalisis trend dan issu dalam keperawatan keluarga
4. Menjelaskan pengertian manajemen sumber daya keluarga
5. Menjelaskan manajemen sumber daya keluarga

A. Trend dan Issue dalam Keperawatan Keluarga


Trend adalah sesuatu yang sedang booming, aktual, dan sedang hangat diperbincangkan. Sedangkan isu
adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang,
menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat,
kematian, ataupun tentang krisis.
Jadi, trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming, actual, dan sedang hangat
diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup keperawatan keluarga.
Adapun trend dan isu dalam keperawatan keluarga, diantaranya:
1. Global
a. Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola perilaku keluarga.
b. Kemajuan dan pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin global sehingga penyebarannya
semakin meluas.
c. Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi penduduk yang tinggi seperti migrasi
yang besar-besaran yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang berubah.
d. Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan yang ketak serta menumbuhkan
munculnya sekolah-sekolah yang mengutamakan kualitas pendidikan.
e. Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan kesehatan menuntut standar
profesionalitas keperawatan yang tinggi.
f. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum berkembang.
g. Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi kementrian kesehatan sudah menyusun pedoman
pelayanan keperawatan keluarga dan model keperwatan keluarga di rumah yang perlu disosialisasikan.
h. Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.
i. Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.
j. Kerjasama lintas program dan lintas sektor belum memadai.
k. Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi.
2. Pelayanan
a. Sumber daya manusia belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada perawat keluarga.
b. Penghargaan / reward rendah.
c. Bersikap pasif.
d. Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.
e. Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah.
3. Pendidikan
a. Lahan untuk praktik klinik terbatas, namun institusi pendirian pendidikan keperawatan cenderung mudah
b. Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.
c. Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.
d. Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.
e. Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.
4. Profesi
a. Standar kompetensi belum disosialisasikan.
b. Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan.
c. Kompetensi berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.
d. Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.
e. Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.
f. Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik keperawatan.

Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga yang muncul di Indonesia :
a. Sumber daya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global serta belum adanya perawat
keluarga secara khusus di negara kita.
b. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga kesehatan.
c. Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif.
d. Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana pelayanan kesehatan yang memiliki kualitas baik.
e. Pengetahuan dan keterampilan perawat yang masih perlu ditingkatkan.
f. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum berkembang.
g. Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah disusun pedoman pelayanan
keluarga namun belum disosialisaikan secara umum.
h. Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan fasilitas transportasi yang cukup.
i. Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.
j. Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.
k. Lahan praktek yang terbatas, sarana dan prasarana pendidikan juga terbatas.
l. Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.
m. Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang.

Trend dan Isu Nasional :


a. Semakin tingginya tuntutan profesionalitas pelayanan kesehatan.
b. Penerapan desentralisasi yang juga melibatkan bidang kesehatan.
c. Peran serta masyarakat yang semakin tinggi dalam bidang kesehatan.

Munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah kesehatan masyarakat


seperti diberikannya bantuan bagi keluarga miskin serta asuransi kesehatan lainnya bagi
keluarga yang tidak mampu. JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program pemerintah
yang bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh
rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera.

B. Manajemen Sumber Daya keluarga


1. Konsep Dasar Sumber Daya Keluarga
Sumber daya adalah alat atau bahan yang tersedia dan diketahui potensinya untuk memenuhi
keinginan. Terdapat tiga asumsi dasar mempelajari sumber daya keluarga yaitu:
a. Sumber daya keluarga tidak hanya terdapat di dalam keluarga sendiri tetapi juga terdapat diberbagai
lingkungan sekitar keluarga.
b. Kondisi dari sumber daya merupakan elemen dari sistem yang dapat mendorong atau menghambat
pencapaian tujuan keluarga.
c. Perubahan salah satu sumber daya akan berpengaruh pada sumber daya lainnya dalam sistem keluarga.
2. Pengertian Manajemen Sumber Daya Keluarga
Manajemen adalah perencanan, pelaksanaan penggunaan sumber daya keluarga untuk mencapai
keinginan atau tujuan. Manajemen sumber daya keluarga adalah penggunaan sumber daya keluarga dalam
usaha atau proses mencapai suatu tujuan yang dianggap penting oleh keluarga.
3. Faktor yang mempengaruhi manajemen Sumber Daya Keluarga
Terdapat empat faktor yang mempengaruhi manajemen sumber daya keluarga yaitu:
a. Kompleksitas kehidupan keluarga. Kehidupan keluarga yang sangat kompleks memerlukan gaya
manajemen yang berbeda daripada keluarga yang memiliki masalah tidak terlalu kompleks.
b. Stabilitas/ketidakstabilan keluarga. Keluarga yang stabil cenderung dapat melakukan manajemen sumber
daya keluarga dengan lebih baik karena semua anggota keluarga dapat difokuskan untuk melakukan
kegiatan untuk mencapai tujuan.
c. Peran dan Perubahan Keluarga. Manajemen sumber daya keluarga juga dipengaruhi oleh peran masing-
masing anggota keluarga di masyarakat dan juga oleh perubahan dalam keluarga, misalnya adanya keluarga
yang meninggal atau baru lahir.
d. Teknologi. Dengan teknologi yang sudah semakin canggih, keluarga dapat melakukan manajemen sumber
dayanya dengan lebih terarah.
Analisis jurnal tentang :Pemakaian Teknologi Telehealth Dalam Proses Rehabiltasi Pasien Stroke
Di Rumah
Stroke pada saat ini bukan hanya masalah regional tetapi sudah merupakan isu global. di dunia terdapat
80 juta orang menderita stroke, 13 juta merupakan penderita baru setiap tahun. Terdapat sekitar 4.4 juta
penderita stroke meninggal setiap tahun. Di Amerika diperkirakan 700.000 orang setiap tahun dan menjadi
penyebab kematian utama. Sedangkan di Indonesia kejadian stroke setiap tahunya 500.000 orang. Dampak
yang utama dari suatu stroke adalah kehilangan kemandirian yang terjadi pada 30% dari orang-orang yang
selamat. Gaya hidup yang mandiri dan menyenangkan mungkin hilang dari kebanyakan kwalitasnya setelah
suatu stroke dan anggota-anggota keluarga lain akan menemukan diri mereka dalam suatu peran baru
sebagai pemberi-pemberi perawatan.
Untuk membantu pemantauan perkembangan pasein stroke maka dikembangkan teknologi baru
telehealth untuk pasien stroke yang mengalami perawatan di rumah. Videophone memiliki keuntungan
dalam memberikan layanan keperawatan pada pasien yang terisolasi baik karena jarak atau keterbatasan
fisik. Sekitar 80% dari penderita stroke mengandalkan keperawatan untuk rehabilitasi melalui program
rehabilitasi berbasis rumah. Banyak dari keperawatan terutama pasangan hidupnya, yang sudah setengah
baya atau tua. Mempunyai keterampilan yang kurang perawatan kesehatan khusus. Keterbatasan ini dapat
membuat tantangan untuk aspek fisik dan emosional. Keperawatan merasa kesulitan dalam memantau dan
melaporkan kondisi penderita stroke yang sedang menjalani rehabilitasi rumah akibat isolasi sosial
keperawatan juga mengalami kesuliatan dalam memantau jadwal kegiatan rehabilitasi sehari-hari, kondisi
kesehatan fisik, emosional, dan hubungan keluarga kondisi-kondisi diatas.
Beberapa peneliti telah meneliti penggunaan teknologi jarak jauh untuk membantu dalam memenuhi
kebutuhan mereka. Sebagai contoh, intervensi telepon telah berhasil digunakan untuk membantu perawat
keluarga dalam mengembangkan teknik pemecahan masalah. Program lain dengan menggunakan dukungan
kelompok berbasis web dan online untuk menjawab pertanyaan dan memberikan informasi untuk perawatan
penderita stroke.
Perawat mungkin mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan rehabilitasi penderita stroke,
menempatkan mereka pada resiko lebih besar serta berakir pada perawatan jangka panjang. Kunjungan
rumah oleh para profesional kesehatan staf secara intensif, memakan waktu,dan mahal, dengan penggantian
terbatas. keperawatan penderita stroke menyatakan kebutuhan dan keprihatinan dalam lima bidang utama:
informasi, emosi dan perilaku, perawatan fisik, perawatan instrumental dan tanggapan pribadi untuk kasih
sayang. Keperawatan stroke menginginkan informasi lebih lanjut tentang mengenali tanda-tanda peringatan
stroke, menyediakan perawatan stroke dasar, dan mengelola komplikasi yang mungkin timbul.
Perawatan pasien saat ini menimbulkan keprihatinan mengenai perubahan kognitif, kesulitan
komunikasi, dan hilangnya kemerdekaan pada penderita stroke yang dapat memicu perubahan emosi dan
perilaku. Selain berurusan dengan kebutuhan penderita stroke, keperawatan diminta membantu dalam
mempertahankan kebutuhan mereka sendiri fisik, emosi dan sosial. Meskipun beberapa dari kekhawatiran
ini bisa diatasi oleh perawat sebelum pulang dari rumah sakit atau program rehabilitasi, lainnya memerlukan
penilaian dan intervensi kemudian dalam pengaturan rumah.
Namun, kunjungan rumah oleh para profesional kesehatan staf secara intensif, memakan waktu, dan
mahal, dengan penggantian terbatas. Salah satu cara mengurangi biaya perawatan rumah sudah melalui
penggunaan kemajuan teknologi komunikasi seperti Videophone telehealth. Videophone telah digunakan
oleh penyedia perawatan di rumah untuk menilai pasien, memonitor kemajuan mereka, dan menyediakan
pendidikan dan dukungan dilingkungan rumah.
Dalam beberapa penelitian, penggunaan videophone dalam perawatan rumah ditemukan untuk
memberikan kontribusi kepada manajemen-diri orang-orang lansia dengan diabetes, ulkus tekanan, gagal
jantung kongestif (CHF), penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan kronis luka. Bentuk telehealth telah
dikaitkan dengan peningkatan kualitas hidup bagi pasien dan produktivitas bagi perawat, serta pengurangan
biaya keuangan yang terkait dengan jarak tempuh dan perjalanan videophone telah digunakan oleh penyedia
perawatan di rumah untuk menilai pasien, memonitor kemajuan mereka, menyediakan pendidikan dan
dukungan di lingkungan rumah.
Sejumlah penelitian terbatas telah dilaporkan pada penggunaan videophone untuk menyediakan layanan
terutama untuk keperawatan anggota keluarga dengan penyakit kronis mempelajari penggunaan telehealth
untuk perawat anggota keluarga lansia dengan demensia dan berbagai gangguan fisik dan mental. Telehealth
memungkinkan perawat untuk menawarkan intervensi terapeutik, perawat membantu mengelola masalah
perilaku yang disebabkan oleh dementia, mengurangi stres perawat dan depresi, dan memobilisasi sistem
pendukung antara keluarga dan masyarakat. Para peneliti melaporkan videophone interaktif sebagai
transformasi hubungan antara perawat dan keperawatan. Mereka menyatakan telehealth interaksi karena
keperawatan yang menetap di wilayah rumah mereka sendiri, mereka memiliki pilihan jadwal waktu yang
fleksibel.
Kepuasan dengan telehealth juga telah dipelajari. Dalam sebuah studi di Tennessee pedesaan, telehealth
melalui jalur telepon standar yang digunakan untuk memberikan intervensi dan dukungan untuk
keperawatan keluarga dan pasien dengan CHF, PPOK, diabetes, kanker, luka kronis, atau menerima terapi
parenteral atau enteral. Keluarga pasien dengan care giver melaporkan secara umum puas dengan sistem
telehealth yang ada saat ini dikarenakan oleh beberapa hal seperti:
a. waktu yang disimpan dengan mengurangi jumlah waktu pasien diperlukan transportasi ke pusat
kesehatan;
b. penurunan kecemasan mereka dengan memiliki dukungan kesehatan tersedia;
c. diperbolehkan untuk “just–in–time” nasehat perawatan kesehatan;
d. nilai tambah laporan telepon dengan mampu memvisualisasikan masala, dan;
e. meningkatkan privisasi dan kenyamanan.
Telehealth merupakan salah satu sarana yang memungkinkan para profesional keperawatan/kesehatan
mempuyai kemampuan untuk menawarkan layanan ini kepada keluarga dari kejauhan Penelitin lebih lanjut
diperluksn untuk menentukan apakah penerimaan penggunan dan kepuasan dan kepuasan telehealth oleh
perubahan keperawatan dari waktu ke waktu dengan pengalaman tambahan.

a. Trend Dan Isu Teknologi Kesehatan


Teknologi komunikasi sekarang ini telah mengubah pola pikir kebanyakan orang di seluruh dunia, terutama
di negara-negara maju. Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadi juga di negara Indonesia yang pada saat
ini sedang berkembang. Seiring dengan era cyber-net, dunia kesehatan juga tidak mau ketinggalan dengan
kemajuan tersebut. Di dunia kesehatan telah dikembangkan telehealth atau telemedicine sebagai sarana
layanan kesehatan jarak jauh. “telehealth diartikan sebagai integrasi sistem komunikasi untuk tujuan
promotif dan preventif sedangkan telemedicine mengintegrasikan sistem komunikasi dengan tujuan kuratif.”
(WHO, 1997 dalam Maheu et al, 2001).
Telehealth adalah pengiriman layanan terkait kesehatan dan informasi melalui teknologi telekomunikasi.
Telehealth dapat mempermudah profesional kesehatan dalam membahas kasus melalui telepon. Teknologi
telehealth umumnya dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan, antara lain:
1. mengirim pelayan kesehatan ke pasien yang berjarak jauh;
2. mendidik provider, admisnistrator, pasien, dan keluarganya
3. untuk mengakumulasi data atau memonitor insidensi penyakit sebagai bagian dari kesehatan
masyarakat, epidemiologik, atau biodefense network.
Teknologi telehealth memiliki potensi untuk memperbaiki akses pelayanan kesehatan, meningkatkan
kualitas pelayanan, mengurangi kesalahan medis, mengurangi biaya kesehatan, dan lebih mendistribusikan
informasi kesehatan. Pelayanan kesehatan akan sangat berkembang seiring perkembangan tekhnologi dan
informasi.

b. Peran Perawat Dalam Menyikapi Trend Dan Isu


Dalam kemajuan teknolgi ini seorang perawat mempunyai peran yang besar, baik di masyarakat maupun di
rumah sakit. Peran perawat sebagi educator seperti memberikan informasi kepada klien mengenai tindakan
yang akan diberikan. Juga sebagai care giver dalam memberikan layanan kesehatan menggunakan dan
memanfaatkan teknologi telehealth guna mempermudah dan meningkatlkan hasil kerja dalam memberikan
layanan asuhan keperawatan. sebagai change agent teknologi sebelumnya perawat merupakan tenaga yang
paling sering berhubungan dengan pasien oleh karena itu setiap sistem teknologi yang baru maka perawat
harus mempu mengusai dan menerapkannya. Perawat saat ini harus mampu mencari informasi terbaru
mengenai dunia teknologi kesehatan agar tidak ketinggalan zaman. Dengan mempelajarinya maka kita akan
mengetahui bagaimana cara mengoperasikan teknologi baru dan mampu memanfaatkannya didunia
kesehatan.
c. Peluang Keperawatan Memanfaatkan Trend Dan Isu Tersebut Untuk Meningkatkan Pelayanan
Keperawatan
Perawat perlu menyadari bahwa kesulitan dan beban keperawatan sangat banyak sehingga diperlukan
secepat mungkin dalam merawat pasien khususnya pasien stroke. Telehealth merupakan salah satu sarana
yang memungkinkan para profesional keperawatan/kesehatan mempuyai kemampuan untuk menawarkan
layanan ini kepada keluarga dari kejauhan. Home telehealth bisa efektif dalam tidak hanya menilai
kebutuhan perawatan kesehatan korban stroke dan keperawatan, tetapi juga dalam memberikan dukungan
informasi dan emosional kepada mereka. Kesiapan terhadap telehealth tampaknya tergantung pada:
a. keperawatan dan keamanan rumah;
b. waktu yang tepat layanan yang ditawarkan;
c. kebutuhan yang dirasakan untuk keperawatan;
d. tingkat beban keperawatan.
Metode beban keperawatan menilai, yang mungkin berguna dalam memprediksi kesiapan mereka terhadap
layanan telehealth, telah tersedia. Penilaian kenyamanan klien dengan dan kepentingan dalam teknologi
serta keterbatasan pendengaran dan visual juga mungkin penting dalam penerimaan dan penggunaan
telehealth. Identifikasi potensial untuk penggunaan, kesiapan dan penerimaan telehealth sangat penting
sebelum mengembangkan, melaksanakan dan mengevaluasi program-program menggunakannya.
Perbedaan tingkat pengalaman dan harapan antara perawat dan keperawatan mungkin telah
menyebabkan disparitas dengan kepuasan mereka dalam kinerja peralatan telehealth. Pelatihan perawat dan
keperawatan untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang tepat sesuai dengan teknologi dan
membantu mereka untuk mencapai tingkat minimal kenyamanan dengan telehealth adalah penting untuk
menggunakan dan keefektifannya. Pelayanan keperawatan di masa ke depan akan memanfaatkan
perkembangan tekhnologi informasi, misalnya mengaplikasikan telehealth. Telehelath dalam keperawatan
bisa dikembangkan untuk digunakan dalam bidang pendidikan maupun bidang pelayanan keperawatan.
Dalam bidang pelayanan keperawatan telehealth dapat membantu kegiatan asuhan keperawatan pada pasien
di rumah atau dikenal dengan home care.
Dengan adanya kontribusi telehealth dalam pelayanan keperawatan di rumah atau homecare, akan
banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan oleh pasien dan keluarga, perawat, instansi pelayanan kesehatan
dan termasuk juga pemerintah dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan. Menurut hukum Telehalth juga
diperbolehkan jika perawat sudah mempunyai SIP atau SIPP, dalam PERMENKES RI No.
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek perawat BAB I Pasal 1 nomor 3
dijelaskan bahwa Surat Izin Praktek Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada perawat untuk melakukan praktek keperawatan secara perorangan dan/atau berkelompok.
BAB II Pasal 3 Nomor 1 Dijelaskan setiap perawat yang menjalankan praktek wajib memiliki SIPP.
Telehealth juga biasa digunakan untuk berkomunikasi antar petugas kesehatan dengan jarak jauh jika
perawat tersebut belum memiliki pengalaman yang luas guna untuk memberikan diagnosa atau pemberian
obat kepada pasien dengan benar.
Namun demikian untuk bisa mengaplikasikan telehealth dalam bidang keperawatan banyak sakali tantangan
dan hambatannya misalnya: faktor biaya, sumberdaya manusia, kebijakan dan perilaku. Penggunaan
telehalth dalam keperawatan itu diperbolehkan, karena kita boleh menggunakan telehealth dalam
berkomunikasi keperawatan jarak jauh. Karena untuk mempermudah berkomunikasi dan memberi asuhan
keperawatan pasien dirumah (home care).
Dengan kemajuan teknologi dibidang keperawatan terutama telehealth maka beban kerja perawat akan
berkurang, memangkas waktu dan biaya yang digunakan. Telehealth sangat besar peluangnya untuk
diterapkan di Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas dan tidak memungkinkan jika dilakukan
kunjungan rumah. Telehealth merupakan inovasi baru di dunia keperawatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Repubublik Indonesia dengan jumlah penderita stroke yang cukup tinggi.

4. Sistem Manajemen Sumber Daya Keluarga


Sistem manajemen sumber daya keluarga tergantung pada sistem keluarga itu sendiri. Sistem
Keluarga terdiri dari 2 subsistem yaitu :
a. Sistem personal. Sistem ini berperan dalam menerima masukan dari kekuatan eksternal dan mengklarifikasi
nilai, menumbuhkan kapasitas individual dari seluruh anggota keluarga.
b. Sistem manajerial yang terdiri dari masukan, proses, keluaran dan umpan balik.
5. Proses Manajemen Sumber Daya Keluarga
Proses manajemen sumberdaya keluarga terdiri dari input/ masukan, proses, output/ keluaran, dan umpan
balik.
a. Input (masukan) ,Input dalam sumber daya keluarga meliputi benda, energi, dan atau informasi yang
memasuki sistem dalam berbagai bentuk untuk mempengaruhi proses dalam mencapai hasil atau keluaran.
Input atau Masukan untuk keluarga adalah:
1) Tuntutan: tujuan atau kejadian yang memerlukan tindakan
2) Sumber-sumber: alat atau kemampuan yang dimiliki untuk memenuhi tuntu yang terdapat pada keluarga
karena adanya tujuan dan kejadian
b. Proses adalah transformasi benda, energi dan atau informasi oleh suatu sistem dari masukan sampai
keluaran.
c. Output/ keluaran ; meliputi benda, energi dan atau informasi yang dihasilkan oleh suatu sistem dalam
respon terhadap input dari proses transformasi. Output dari sistem manajerial adalah respon terhadap
tuntutan dan perubahan sumber-sumber.
d. Umpan Balik adalah bagian dari output yang memasuki suatu sistem sebagai input untuk mempengaruhi
output yang telah ada

6. Klasifikasi Sumber Daya Keluarga


Berdasarkan jenisnya sumber daya keluarga terdiri dari:
a. Sumber daya manusia
Mempunyai 2 ciri yaitu personal dan interpersonal
1) Ciri personal meliputi : kognitif, afektif, psikomotor; status kesehatan, bakat, tingkat intelegensia, minat,
sensitivitas.
Aspek kognitif merupakan penguasaan pengetahuan dengan tahapan :1. mengetahui, 2. memahami , 3.
menganalisis, 4. mensintesis , 5. Mengevaluasi .
Kegunaan sumberdaya kognitif yaitu:
a) Mengidentifikasi hal-hal yang menyangkut sumber daya
b) Menganalisis alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan
c) Mengevaluasi kemungkinan yang relistis untuk mencapai tujuan
Kegunaan Sumber Daya Afektif
a) Menumbuhkan rasa percaya
b) Meningkatkan kerjasama & gotong royong
c) Menciptakan rasa berguna
2) Ciri interpersonal meliputi : Hak Asasi Manusia (HAM), kerjasama/gotong royong dan keterbukaan antar
personal dalam kaitannya dengan pengembangan. Mutu modal manusia ditentukan oleh : pendidikan formal,
kesehatan, keterampilan dan kemampuan mencari nafkah. Faktor yang mempengaruhi mutu modal manusia
yaitu: variabel antara dan variabel pengontrol. Variabel antar terdiri dari:pendidikan, kesehatan, keamanan,
variabel lain, pendapatan, kekayaan .Variabel pengontrol terdiri dari usia, jenis kelamin, suku bangsa.
b. Sumber Daya Non Manusia atau Materi
Sumber daya non manusia atau sumber daya materi merupakan benda-benda yan mempunyai kegunaan pada
individu dan keluarga dalam mencapai tujuan. Sumber daya materi in dapat berupa:
1) Benda / barang serta aset keluarga (barang tahan lama , barang habis pakai)
2) Jasa
c. Sumber Daya Waktu
1) Bersifat unik : tidak dapat ditambah atau dikurangi, diakumulasi atau disimpan
2) Sumber daya waktu yang dimiliki manusia selama 24 jam

7. Penggunaan Sumber Daya


Terdapat beberapa cara dalam menggunakan sumber daya keluarga, antara lain melalui:
a)Pertukaran; dapat dilakukan antar keluarga atau dengan orang lain, sumber daya bisa berkurang, tetap atau
bertambah.
b) Konsumsi; untuk peningkatan kualitas kehidupan keluarga
c)Proteksi; pengurangan sumber daya untuk mengurangi faktor risiko yang tidak diharapkan
d) Transfer
e)Produksi
f) Tabungan
g) Investasi
8. Cara mengukur Sumber Daya
Sumber daya keluarga dapat diukur dengan ukuran:
a. Uang : untuk mengukur sumber daya materi dan potensi manusia (gaji, pekerjaan)
b. Waktu : untuk mengukur berapa banyak waktu yang tersedia dan dimanfaatkan oleh keluarga

C. Keluarga Fokus Sentral dari Perawatan


Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanannya pada unit keluarga. Keluarga,
bersama dengan individu, kelompok dan komunitas adalah klien atau resipien keperawatan. Secara empiris,
kami menyadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan kualitas kesehatan keluarga, mempunyai
hubungan yang sangat erat. Unit dasar ini memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan
seorang individu yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya kehidupan individu tersebut. Keluarga
memiliki pengaruh yang penting sekali terhadap pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga
diri. Prioritas tertinggi keluarga biasanya adalah kesejahteraan anggota keluarganya.
Minuchin (1977), seorang ahli terapi keluarga ternama, membuat ringkasan dengan begitu indah
tentang peran ganda yang dimainkan oleh keluarga: Keluarga merupakan matriks dari perasaan beridentitas
dari anggota-anggotanya, merasa memiliki dan berbeda. Tugas utamanya adalah memelihara pertumbuhan
psikososial anggota-anggotanya dan kesejahteraan selama hidupnya secara umum. Keluarga juga
membentuk unit sosial yang paling kecil yang mentransmisikan tuntutan-tuntutan dan nilai-nilai dari suatu
masyarakat dan dengan demikian melestarikannya. Keluarga harus beradaptasi dengan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat sementara keluarga juga membantu perkembangan dan pertumbuhan anggota sementara itu
semua tetap menjaga kontinuitas secara cukup untuk memenuhi fungsinya sebagai kelompok referensi dari
individu (Friedman, 1998) Beberapa alasan mengapa unit keluarga harus menjadi fokus sentral dari
perawatan :
1. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan keluarganya, bahwa peran dari
keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga secara individu, mulai dari
strategi- strategi hingga fase rehabilitasi. Mengkaji/menilai dan memberikan perawatan kesehatan
merupakan hal yang penting dalam membantu setiap anggota kelompok untuk mencapai suatu keadaan sehat
(wellness) hingga tingkat optimum.
2. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan perawatan diri (self-care),
pendidikan kesehatan dan konseling keluarga serta upaya-upaya yang berarti yang dapat mengurangi risiko
yang diciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari lingkungan. Tujuannya adalah mengangkat derajat
kesehatan keluarga secara menyeluruh, yang mana secara tidak langsung mengangkat derajat kesehatan dari
setiap anggota keluarga.
3. Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung yang vital bagi individu-individu, sumber dari
kebutuhan-kebutuhan ini perlu dinilai dan disatukan ke dalam perencanaan tindakan bagi individu-individu
(Friedman, 1998).
Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu:
1. Level 1, keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan fokus pelayanan keperawatan di
tingkat ini adalah individu yang akan dikaji dan diintervensi.
2. Level 2, keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya, masalah kesehatan/keperawatan yang
sama dari masing-masing anggota akan diintervensi bersamaan, masing-masing anggota dilihat sebagai unit
yang terpisah.
3. Level 3, fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-sistem dalam keluarga, anggota-anggota
keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi, fokus intervensi: hubungan ibu dengan anak; hubungan
perkawinan; dll.
4. Level 4, seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama dari pengkajian dan
perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar belakang, keluarga dipandang sebagai
interaksional system, fokus intervensi: dinamika internal keluarga; struktur dan fungsi keluarga; hubungan
sub-sistem keluarga dengan lingkungan luar.

Anda mungkin juga menyukai