Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti orang dewasa, anak-anak menghadapi masalah dan hambatan dalam


kehidupan sehari-harinya, misalnya masalah berebut mainan dengan teman sebaya, kesulitan
saat mempelajari hal atau permainan baru, dan lain-lain. Walaupun masalah yang mereka
hadapi tidak sama dengan masalah yang dihadapi orang dewasa, anak tetap harus memiliki
kemampuan problem solving yang bisa membantu mereka mengatasi masalah tersebut
dengan baik, sehingga kemampuan tersebut akan terus berkembang sejalan dengan
pertumbuhannya.

Anak-anak yang sering bertanya tentang cara kerja sesuatu atau mengapa hal-hal
tertentu terjadi sebagaimana adanya bahkan cenderung memiliki keterampilan menyelesaikan
masalah dengan lebih baik. Mereka adalah orang-orang yang dengan cermat menganalisis
masalah perseorangan maupun kelompok. Kemampuan anak dalam memecahkan masalah
(Problem Solving) dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya baik dalam kemampuan
berfikir maupun kreativitasnya. Namun, dalam perjalanannya masih banyak anak yang belum
mampu dalam memecahkan masalahnya sendiri. Mereka masih memerlukan bantuan orang
dewasa atau guru dalam menerapkan problem solving dalam keseharian. Dan bagaimana
penggunan problem solving untuk dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini.

Pemecahan masalah atau Problem solving merupakan aktivitas yang memberikan


tantangan bagi kebanyakan anak, dan pemecahan masalah matematika akan dapat
memotivasi minat anak dalam belajar matematika. Sehingga keaktifan anak dalam
pemecahan masalah matematika akan membantunya dalam hal kecepatan, pemahaman,
penyusunan, perincian, dan penemuan secara logis, sebagai bagian penting dalam
mempelajari matematika. Pemecahan masalah akan menjadi suatu hal yang sulit bagi anak
apabila guru tidak menuntun anak secara bertahap atau apabila hanya mengajarkannya secara
sekilas kepada anak. Apabila guru mengajarkan pemecahan masalah berdasarkan
prosedurnya secara lengkap dengan memanfaatkan pengertian yang dimiliki anak maka
dalam diri anak akan tercapai kreativitas dan diperoleh keterampilan berargumentasi dalam
memecahkan masalah-masalah matematika. Anak akan lebih baik dalam belajar matematika
dan bekerja secara sistematis jika sering memecahkan masalah matematika.
(Sukirman,2011:10)

Maka dari itu, perlunya mengetahui metode dan teknik dalam pemecahan masalah
untuk memudahkan kita dalam mengajarkan pemecahan masalah dalam pemebelajaran
matematika.

1
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Problem Solving?
2. Bagaimana ketrampilan anak dalam membuat sebuah keputusan?
3. Bagaimana Cara Anak Menyesaikan Masalahnya?
4. Bagaimana aktivitas problem solving untuk anak?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Problem Solving
2. Untuk menetahui ketrampilan anak dalam membuat sebuah keputusan
3. Untuk mengetahui Cara Anak Menyesaikan Masalahnya
4. Untuk mengetahui aktivitas problem solving untuk anak

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Problem Solving


Problem Solving atau keterampilan kognitif, mengacu pada bagaimana
seorang anak memahami, berpikir, dan mendapatkan pemahaman tentang dunianya
dan termasuk mengingat, memecahkan masalah, dan pengambilan keputusan. Sejak
lahir, bayi mulai aktif belajar dengan menjelajahi dunia sehari-hari mereka melalui
pengalaman. Memberikan pemandangan, suara, kegiatan, dan peluang baru bagi anak
Anda untuk mengeksplorasi lingkungan mereka sangat penting untuk perkembangan
kognitif(Sprouts Child Development:2017).
Jackman(165 :2009) berpendapat bahwa Problem Solving sangat penting
untuk melakukan semua aspek lain dari matematika. anak-anak belajar bahwa ada
banyak cara berbeda untuk memecahkan suatu masalah dan bahwa lebih dari satu
jawaban adalah mungkin. pemecahan masalah adalah wajar bagi anak-anak muda
karena dunia baru bagi mereka dan mereka dapat menunjukkan rasa ingin tahu,
kecerdasan dan fleksibilitas ketika mereka menghadapi situasi baru.

Metode pembelajaran problem solving berasal dari John Dewey, maksud


metode ini adalah memberikan latihan kepada anak untuk berfikir. Metode ini dapat
menghindarkan anak dari membuat kesimpulan yang tergesa-gesa,
menimbangnimbang kemungkinan berbagai pemecahan,dan menangguhkan
pengambilan keputusan sampai terdapat bukti-bukti yang cukup (Utami,2017).
Metode pembelajaran problem solving merupakan salah satu metode pembelajaran
yang mencerminkan atau dilandasi oleh filsafat konstrukstivisme.
Mu’Qodin ( 2002 ) mengatakan bahwa problem solving adalah merupakan
suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa
situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif
tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil
yang dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu
tindakan yang tepat.
Berdasarkan dari beberapa definisi problem solving yang dikemukakan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa problem solving merupakan suatu keterampilan yang
meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi dan

3
mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat
mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran.
Menurut John Dewey, sebagaimana dikutip oleh Saiful Bahri Djamarah,
belajar memecahkan masalah itu berlangsung sebagai berikut: “Individu menyadari
masalah bila ia dihadapkan kepada situasi keraguan dan kekaburan sehingga
menemukan adanya semacam kesulitan.” (Djamarah, Saiful Bahri. 1996 : 103)
Metode problem solving adalah salah satu metode mengajar yang digunakan
oleh guru dalam kegiatan proses pembelajaran. Metode problem solving ini
merupakan metode mengajar untuk menstimulasi peserta didik dalam berpikir yang
dimulai dan mencari data sampai merumuskan kesimpulan, sehingga dengan metode
problem solving ini peserta didik dapat memberi makna apa yang diperoleh dalam
kegiatan pembelajaran.

B. Ketrampilan Anak dalam Membuat Sebuah Keputusan

Ketika kita membantu anak-anak mengambil keputusan, kita perlu


memastikan bahwa harapan kita sesuai dengan apa yang bisa mereka lakukan.
Seringkali anak-anak kecil tidak dapat memutuskan apa yang harus dilakukan
tanpa bantuan dari orang dewasa. Anak-anak yang sangat muda dapat diberikan
pilihan sederhana antara dua hal. Orang tua dan wali dapat menempatkan masalah
dalam kata-kata untuk anak dan menawarkan solusi yang mungkin. Ketika anak-anak
semakin tua dan lebih percaya diri, mereka lebih mampu memikirkan cara untuk
memecahkan masalah mereka ketika mereka diminta dan kemudian dapat
mengerjakannya sendiri tanpa bantuan.(kidsmatter.2018)

Pilihan untuk bayi

Bayi (lahir sekitar 18 bulan)

4
Pilihan untuk bayi

Bayi (lahir sekitar 18 bulan)

Sejak awal, bayi memperhatikan pola dalam kehidupan mereka, seperti


suara yang akrab, bagaimana wajah terlihat dan pola perilaku orang.
Bayi belajar bahwa mereka dapat memiliki dampak pada pola-pola ini
(misalnya, mereka belajar bahwa ketika mereka tersenyum, seseorang tersenyum
kembali dan ketika mereka vokal, seseorang berbicara kembali).
Bayi membutuhkan lingkungan yang dapat diprediksi (misalnya, jika
orang yang berbeda menghadiri mereka setiap kali mereka menangis, atau
kadang-kadang orang tersenyum pada mereka dan kadang-kadang mereka terlihat
marah, itu membuat lebih sulit bagi bayi untuk belajar bagaimana menanggapi).

Ketika Anda memegang dua mainan untuk bayi dan bayi memilih satu, bayi
sedang membuat keputusan. Ketika Anda menawarkan bayi makanan dan mereka
memalingkan kepala mereka, mereka membuat keputusan. Anda dapat membantu
bayi mengembangkan keterampilan membuat keputusan mereka dengan menghormati
kebutuhan mereka untuk memilih kapan mereka bisa. Misalnya, jika mereka tidak
menyukai makanan, Anda dapat menawarkan sesuatu yang berbeda kepada
mereka; jika mereka marah ketika Anda mencoba untuk meninggalkan mereka, Anda
bisa tetap tinggal dan menghibur mereka. Ini membantu bayi membangun rasa
percaya dan percaya diri.

Pilihan untuk balita

Balita (sekitar 18 bulan hingga tiga tahun)

Benar-benar ingin membuat keputusan sendiri dan ini adalah


langkah perkembangan yang sangat positif.
Sedang belajar mereka adalah individu yang terpisah, jadi ini adalah
saat yang sangat penting untuk mendorong mereka membuat pilihan.
Sering mengalami kesulitan dengan terlalu banyak pilihan karena

5
Pilihan untuk balita

Balita (sekitar 18 bulan hingga tiga tahun)

mereka tidak dapat menyimpan banyak pilihan dalam pikiran mereka


sekaligus.
Seringkali menyukai hal-hal yang sama dan tidak merespon dengan
baik untuk berubah.

Orang tua, pengasuh, dan staf anak usia dini dapat mendorong balita untuk membuat
pilihan mereka sendiri dan mungkin menghindari mengatakan "Tidak" lebih dari yang
seharusnya. Seorang anggota staf mungkin berkata "Ya" kepada seorang anak yang
tidak ingin minum teh pagi pada waktu yang sama dengan anak-anak lain karena dia
sibuk membuat sesuatu. Jika orang tua dan pengasuh harus mengatakan "Tidak", akan
sangat membantu untuk memberikan alasan sederhana bahwa anak dapat
mengerti. Misalnya, "Tidak, kita tidak bisa meniup gelembung di dalamnya karena
akan membuat lantai menjadi licin. Tapi mari kita meniupnya di luar."

Menawarkan dua pilihan memberi anak berlatih dengan rasa percaya


diri dalam memilih. Anda mungkin menawarkan dua kaos berbeda untuk dikenakan,
dua mainan berbeda untuk dipilih, atau pilihan antara pisang atau stroberi. Terkadang
orang dewasa dapat membiarkan balita belajar dari membuat kesalahan dengan
pilihan, selama mereka tidak berbahaya. Misalnya, seorang balita yang ingin
bereksperimen dengan memasukkan kacang polong ke dalam susunya mungkin
memutuskan bahwa mereka tidak menyukainya. Tidak ada salahnya
dilakukan; mereka telah belajar sesuatu dan membuat keputusan.

Sangat bermanfaat bagi balita untuk membuat pilihan di mana pun


mereka bisa, tetapi ketika ada masalah keamanan fisik atau emosional, penting bagi
orang tua atau pengasuh untuk bertanggung jawab. Salah satu pilihan penting untuk
memberi balita adalah tentang apa dan berapa banyak yang mereka makan. Ini adalah
bagian dari mengatasi dunia baru mereka. Seperti orang dewasa, batita tidak ingin
makan makanan yang tidak mereka sukai, atau makan ketika mereka tidak

6
lapar. Berkonflik tentang makanan sepertinya akan mengecewakan semua
orang. Menyediakan berbagai makanan, termasuk beberapa yang Anda tahu suka
anak, dan membiarkan mereka memilih memberi mereka kesempatan untuk membuat
keputusan sendiri. Memberikan hanya beberapa pilihan dapat mempermudah anak-
anak.

Pilihan untuk anak-anak pra-sekolah

Anak-anak prasekolah (sekitar tiga hingga lima tahun)

Jauh lebih mampu menggunakan kata-kata untuk berpikir dan


mengungkapkan apa yang mereka butuhkan.
Dapat memberi tahu seseorang tentang masala Bisa menunggu beberapa saat
untuk sesuatu yang mereka inginkan.
Ketahuilah bahwa pikiran mereka terpisah dari orang lain, bahwa orang lain
tidak tahu apa yang mereka pikirkan, memiliki ingatan yang jauh lebih baik,
dan pemahaman waktu yang lebih baik daripada ketika mereka lebih muda.

Anak-anak prasekolah dapat memegang beberapa hal dalam pikiran mereka


sekaligus, yang berarti mereka dapat memperhitungkan hal-hal yang berbeda ketika
membuat keputusan. Misalnya, seorang anak berusia tiga tahun yang meminta untuk
pergi ke kelas olahraga mungkin tahu bahwa mereka menikmati gym, bahwa akan ada
anak-anak lain yang mereka sukai di sana dan orang tua atau pengasuh mereka akan
datang kembali tepat waktu untuk menjemput mereka.
Pada akhir tahun-tahun prasekolah, anak-anak telah mengembangkan banyak
keterampilan yang membantu mereka untuk mulai membuat keputusan
sendiri. Namun, pemahaman mereka tentang dunia masih terbatas dan mereka masih
membutuhkan dukungan dari orang tua dan wali.
Anak-anak prasekolah yang lebih tua sering dapat berlatih memecahkan
masalah dengan cara yang berbeda (misalnya, menyortir anjing dari kucing,
mengurutkan kuda-kuda kecil dari kuda besar dalam permainan). Pengalaman ini
adalah praktik yang baik untuk pengambilan keputusan lainnya. Anak-anak
prasekolah dapat mengingat informasi yang telah diberikan kepada mereka, dapat

7
menggunakan ini untuk memikirkan situasi baru dan lebih mampu mengelola
perasaan dan tindakan mereka. Ini membantu anak usia prasekolah membuat pilihan
yang lebih bijaksana.

C. Cara Anak Menyelesaikan Masalahnya

Sering kali, ketika anak-anak membuat keputusan mereka tidak akan


menggunakan semua keterampilan pemecahan masalah atau pengambilan keputusan
yang disarankan di bawah ini. Namun, dengan mempelajari keterampilan ini, anak-
anak dapat lebih fleksibel dalam pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan. Pemecahan masalah meliputi:
1. Mengelola perasaan
Jika situasi menjengkelkan, pertama-tama anak harus sadar dan
mampu mengelola perasaannya. Anak kecil akan sering membutuhkan
seseorang untuk membantu mereka mengatakan apa yang mereka rasakan dan
mengambil waktu untuk tenang.
2. Mencari tahu apa masalahnya
Kapan saja kita semua mendengar, melihat, dan merasakan lebih
banyak pesan daripada yang bisa kita hadiri. Seorang anak mungkin
menghadiri sebuah pesan yang cocok dengan pemikiran mereka tentang diri
mereka sendiri, misalnya, "Saya tidak pandai dalam hal ini": atau yang cocok
dengan sesuatu yang telah mereka katakan misalnya, "Itu bukan hal yang baik
untuk dilakukan" : atau yang membuat mereka merasa baik atau tidak bahagia,
misalnya, "Saya merasa takut ketika seseorang berbicara dengan
keras." Langkah pertama adalah membantu anak mengidentifikasi dan
memberi label perasaan mereka untuk membantu mereka memahami apa
masalahnya.
Ali dan Cameron memperebutkan sebuah mainan. Seorang anggota
staf di layanan anak usia dini berkata "Biarkan saya melihat apakah saya dapat
membantu Anda dengan masalah. Saya melihat bahwa Ali, Anda mengambil
kereta mainan jauh dari Cameron karena Anda ingin berbelok dengan itu,
benar? Dan Cameron, Anda ingin menyimpannya karena Anda sibuk bermain
dengannya, dan Anda marah karena Anda memilikinya lebih dulu?

8
Jadi masalahnya adalah bahwa dua orang sama-sama menginginkan
mainan. Cameron merasa marah dan sakit hati karena Ali mengambil mainan
itu dan Ali merasa sedih karena dia ingin bermain dengannya. "Ketika anak-
anak semakin besar mereka akan dapat mengatakan bagaimana mereka
merasakan diri mereka sendiri.
3. Berencana untuk memecahkan masalah
Tergantung pada usia dan kemampuan anak-anak, solusi dapat
ditawarkan (untuk balita) misalnya, "Bagaimana jadinya, Cameron, jika Anda
menyelesaikan permainan Anda dan kemudian memberikannya kepada Ali
untuk mendapat giliran?" Jika Cameron memilih untuk mempertahankan
kereta untuk sementara waktu, Anda dapat membantu Ali menemukan sesuatu
yang lain untuk dilakukan sementara dia menunggu giliran. (Karena
kebanyakan balita tidak benar-benar dapat menunggu dan bergantian, Anda
mungkin juga mencoba mencari kereta lain sehingga mereka dapat
memilikinya masing-masing).
Jika anak-anak berusia tiga tahun atau lebih Anda dapat mengatakan:
"Dapatkah Anda memikirkan beberapa cara untuk memecahkan masalah
ini?" Jika mereka tidak dapat memikirkan, Anda dapat membuat beberapa
saran untuk mereka pilih. Pikirkan sebanyak mungkin pilihan dan kemudian
bicarakan tentang apa yang akan terjadi dengan masing-masing. Bahkan jika
opsi tampak tidak dapat dikerjakan, sertakan mereka karena ini mendorong
anak-anak untuk mempertimbangkan solusi yang berbeda sebelum memilih
apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Ingat bahwa sering memperhatikan dan mengomentari emosi seorang
anak itu sendiri cukup untuk memecahkan masalah, misalnya, Cameron marah
dan sakit hati dan Ali sedih.
4. Melakukan sesuatu tentang hal itu (tindakan)
Tetap berada di dekatnya mungkin cukup mendukung anak-anak untuk
mencoba menyelesaikan masalah. Terkadang mereka membutuhkan bantuan
Anda. Ketika mereka semakin tua, anak-anak akan dapat melakukan lebih
banyak pemecahan masalah diri mereka sendiri dan kemudian membiarkan
Anda tahu nanti bagaimana ia pergi.

9
5. Memeriksa kembali
Tanyakan kepada anak-anak tentang keputusan yang mereka buat —
apakah itu membantu, apakah itu tidak membantu, apakah Anda perlu mencari
cara lain untuk pergi? Ini penting karena terkadang anak meminta orang
dewasa untuk membantu mereka dengan masalah dan saran apa pun yang
mereka coba tidak berfungsi. Jika Anda tidak memeriksa kembali dan
menunjukkan kepada anak-anak cara mencoba lagi, mereka mungkin
kehilangan kesempatan untuk belajar atau yakin akan kemampuan Anda untuk
membantu.
Perlu diingat bahwa setiap aspek kehidupan seorang anak tidak harus
digunakan sebagai kesempatan untuk mempelajari sesuatu. Bersenang-senang
memainkan permainan mereka sendiri dan menyelesaikan masalah mereka sangat
penting untuk perkembangan yang sehat.(kidsmatter.2018)

D. Aktivitas Problem Solving untuk Anak

Aktivitas dalam Problem Solving mengundang anak-anak untuk menyortir dan


mengatur benda yang dikumpulkan berdasarkan warna, ukuran, bentuk, dll. Untuk
membandingkan kelompok untuk menemukan kelompok sesuai urutan.

Nama Permainan : Bantu Aku

Sasaran : Anak 2-3 thn

Tujuan : -Mengasah kognitif anak

- Melatih kemampuan berpikir anak

- Melatih anak dalam mengambil keputusan

Alat dan Baha : - Benner

- Kertas

- Gunting

10
- Cat

- pensil

- penggaris

Cara pembuatan :

- Pertama-tama buka aplikasi corel draw

- Lalu buat lah sketsa berbentuk garis tebal untuk start dan finish

- Lalu cetak benner

- kemudian siapkan kertas lalu gambar bentuk binatang

-Gunting kertas bentuk binatang

- kemudian laminating kertas

Nama permainan : isi penuh

Sasaran : Anak 3-4

Tujuan : - Melatih kemampuan berpikir anak

- Melatih anak dalam mengambil keputusan

- mengenalkan konsep ukuran pada anak

Alat dan Bahan : - Ember panjang

- pasir

- botol bekas

- cutter

Cara pembuatan :

11
- Buat 2 lubang pada botol

- Isi ember dengan pasir

Cara main guru :

- Guru meminta anak menjadi 1 kelompok yg terdiri dari 2 orang

- Guru menjelaskan aturan main yaitu botol harus terisi penuh dengan pasir tanpa alat
bantuan

Cara main anak:

- Anak mengisi botol sampai penuh tanpa alat bantuan

Nama permainia : ayo urutkan

Sasaran : Anak 3-4

Tujuan : - Melatih kemampuan sosial emosional anak

- Melatih anak dalam mengambil keputusan

- mengenalkan konsep angka pada anak

Alat dan Bahan : - kain flannel

- jarum & benang

- gunting

- pensil

Cara pembuatan :

- Buat pola topi

12
- Gunting kain flanel mengikuti pola lalu jahit

- Gunting kain flanel berbentuk angka lalu lem ke topi

Cara main guru :

- Guru memberikan topi nomor secara acak ke anak

- Lalu anak di beri peraturan yaitu anak harus mengurutkan sesuai angka dari kecil ke
besar

Cara main anak :

- Terdiri dari beberapa anak yang memakai topi anak

- Anak menyusun angka topi sesuai urutan

Sasaran : Anak 3-4

Tujuan : - Melatih kemampuan berpikir anak

- Melatih anak dalam mengambil keputusan

- mengenalkan konsep pola pada anak

- mengenalkan konsep urutan pada anak

Alat dan Bahan : - spons karpet puzzel polos

- benner

- lem

- gunting

- apk photoshop

Cara pembuatan :

- Buka Apk photoshop masukan gambar lalu beri garis sesuai ukuran spons

13
- Cetak benner lalu potong dan tempel ke spons

Cara main guru

- Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 2 anak

- Lalu guru menjelaskan anak harus menyusun puzzel tersebut

Cara main anak

- Anak berkelompok (2 anak )

- Lalu anak mulai menyusun puzzel hingga benar

Sasaran : Anak 2-3

Tujuan : - Melatih kemampuan berpikir anak

- Melatih anak dalam mengambil keputusan

- mengenalkan konsep ukuran pada anak

- mengenalkan konsep warna pada anak

Alat dan Bahan : - papan kayu

- cat

- gergaji

- amplas

- kertas bufalo dan plastik laminating

Cara pembuatan :

- Buatlah 2 papan kayu

- Lalu cat papan kayu yg pertama bagi 2 kolom untuk urutan panjang dan pendek

- Lalu potong papan kayu yg kedua menjadi persegi panjang berbagai ukuran

14
- Lalu amplas

- Cat papan ke dua banyak warna ( 1 potongan 1 warna)

- Siapkan kertas lalu tulis warna dan urutannya(misal warna biru lalu mengurutkan dari
kecil ke besar)

Cara main untuk guru :

- Guru mengacak papan persegi panjang warna-warni

- Lalu guru mengocok kartu

- Guru menyodorkan kartu lalu anak mengambil kartu secara acak

Cara main anak :

- Anak mengambil kartu yang telah diacar guru

- Lalu anak menyusun papan kayu sesuai perintah pada kartu

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Problem solving adalah merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan
untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan
tujuan
2. Cara anak menggambil suatu keputusan didasari kematangan perkembangan
kognitifnya dan kematangan fisiknya apa tahap apa
3. Ketika anak memecahkan suatu masalah maka anak haruslah mengontrol emosinya
lalu mengidentifikasi masalah lalu membuat keputusan dan memeriksa kembali

B. Saran
1. Sebagai orang tua atau sebagai pendidik hendaklah kita mengetahui dan
memahami pengrtian problemsolving
2. Kita juga harus tau step-step yang harus dilakukan ketika anak hendak
memecahkan suatu masalah
3. Ketika anak ingin memecahkan maslah m]hendaknya kita harus membantu anak
dalam pengawasan dan kontroling

16
DAFTAR PUSTAKA

Sukirman, dkk, Matematika, (Jakarta: Universitas terbuka, 2011), hlm. 10.20

Sprouts Child Development.2017.Problem Solving.online.(http://sproutsdevelopment.com/


resources/problem-solving/ diakses 20 september 2018)
Jackman,Hilda L.2009.Early education curriculum.USA:Delmar
Utami,Oktariani Lina dkk.2017.”Penerapan Metode Problem Solving dalam Mengem
bangkan Kemampuan Kognitif Anak Anak Usia Dini Melalui Kegiatan
Bermain”.Jurnal Penelitian Pendidikan.Vol 3(2):175-180
Mu’qodin, Z. (2002). Mengenal kecerdasan emosional remaja. Bandung: Kaifa.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka. Cipta.
Hakim
Kidsmatter.2018 Belajar untuk membuat keputusan yang baik dan menyelesaikan masalah
pada anak usia dini.online.( https://www.kidsmatter.edu.au/early-childhood/about-
behaviour/about-making-decisions/learning-make-good-decisions-and-solve diakses
20 september 2018)

17

Anda mungkin juga menyukai