Anda di halaman 1dari 17

BAB I

DEFINISI

A. Pengertian
1. Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
2. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung ,anak-anak kandung
atau saudara-saudara kandung.
3. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan
kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik atau
rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.
4. Tindakan Invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh pasien.
5. Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan medis yang
berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau
kecacatan.
6. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di
luar negeri yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
7. Persetujuan Tindakan Medik atau Informed consent dalam profesi kedokteran adalah
persetujuan dari pasien terhadap tindakan medicyang akan dilakukan terhadap dirinya.
Persetujuan diberikan setelah pasien tersebut diberikan penjelasan yang lengkap dan
objektif tentang diagnosis penyakit ,upaya penyembuhan,tujuan dan pilihan tindakan yang
akan dilakukan.
8. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik dalam keadaan
sehat maupun sakit.
9. Gangguan Mental adalah sekelompok gejala psikologis atau perilaku yang secara klinis
menimbulkan penderitaan dan gangguan dalam fungsi kehidupan seseorangmencakup
Gangguan Mental Berat, Retardasi Mental Sedang, Retardasi Mental Berat, Dementia
Senilis.
10. Pasien Gawat Darurat ,adalahpasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat)
bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.

1
Penandatanganan formulir informed concent maupuan informed refusal sangat penting
dilakukan baik sebagai terpenuhinya etika kedokteran namun juga secara hukum. Tetapi jauh
lebih penting adalah diskusi antara dokter dengan pasien sebelum terjadinya pernyataan pasien
dalam bentuk tanda tangan informed concent maupuan informed refusal.
Ketika dokter atau dokter gigi mendapatkan persetujuan tindakan kedokteran ,maka
harus diartikan bahwa persetujuan tersebut terbatas pada hal-hal yang telah disetujui. Dokter
atau dokter gigi tidak boleh bertindak melebihi lingkup persetujuan tersebut, kecuali dalam
keadaan darurat, yaitu dalam rangka menyelamatkan nyawa pasien atau mencegah kecacatan.
Oleh karena itu sangat penting diupayakan agar persetujuan juga mencakup apa yang harus
dilakukan jika terjadi peristiwayang tidak diharapkan dalam pelaksanaan tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi tersebut.

B. Tujuan
Tujuan dari informed consent adalah
1. Bagi pasien adalah untuk menentukan sikap atas tindakan medis yang
mengandung resiko atau akibat yang bakal tidak menyenangkan pasien.
2. Bagi dokter adalah sebagai sarana untuk memperoleh legitimasi (pengesahan) atas
tindakan medis yang akan dilakukan yang berakibat terciptanya suatu hubungan
hukum antara dokter dengan pasien.

2
BAB II
TATA LAKSANA

A. Persetujuan Tindakan Kedokteran


Menetapkan dan memberikan Persetujuan Tindakan Kedokteran harus memperhatikan
ketentuansebagai berikut:
1. Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat
persetujuan.
2. Persetujuan tindakan kedokteran dapat diberikan secara tertulis maupun lisan.
3. Persetujuan tindakan kedokteran diberikan setelah pasien mendapat penjelasan yang
diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran dilakukan.
4. Setiap tindakan kedokteranyang mengandung risiko tinggi harus memperoleh
persetujuan tertulisyang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
5. Tindakan kedokteran yang tidak termasuk dalam ketentuan sebagaimana dimaksud
poin 4, dapat diberikan dengan persetujuan lisan.
6. Persetujuan tertulis tindakan kedokteran dibuat dalam bentuk pernyataan yang
tertuang dalam formulir khusus yang dibuat untuk itu.
7. Dalam hal persetujuan lisanyang diberikan sebagaimana dimaksud pada tindakan
kedokteran dianggap meragukan,maka dapat dimintakan persetujuan tertulis.
8. Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah
kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.
9. Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran diputuskan oleh dokter atau dokter
gigi dan dicatat didalam rekam medik.
10. Dalam hal dilakukannya tindakan kedokteran, dokter atau dokter gigi wajib
memberikan penjelasan sesegera mungkin kepada pasien setelah pasien sadar atau
kepada keluarga terdekat.
11. Persetujuan tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang
memberi persetujuan sebelum dimulainya tindakan.
12. Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran harus dilakukan secara tertulis oleh yang
memberi persetujuan.
13. Segala akibat yang timbul dari pembatalan persetujuan tindakan kedokteran,
menjadi tanggung jawab yang membatalkan persetujuan.
14. Memperoleh Informasidan penjelasan merupakan hak pasien dan sebaliknya
memberikan informasi dan penjelasan adalah kewajiban dokter atau dokter gigi.

3
15. Pelaksanaan Persetujuan Tindakan kedokteran dianggap benar jika memenuhi persyaratan
dibawah ini:
a. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan untuk tindakan
kedokteran yang dinyatakan secara spesifik (The Consent must be for what will be
actually performied)
b. Persetujuan Tindakan Kedokteran diberikan tanpa paksaan (Voluntary)
c. Persetujuan Tindakan Kedokteran diberikan oleh seseorang (pasien) yang sehat
mental dan yang memang berhak memberikannya dari segi hukum
d. Persetujuan Tindakan Kedokteran diberikan setelah diberikan cukup (adekuat)
informasi dan penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran
dilakukan.

B. Penjelasan
1. Informasi atau penjelasan tentang tindakan kedokteran harus diberikan langsung kepada
pasien dan/atau keluarga terdekat,baik diminta maupun tidak diminta.
2. Informasi tentang tindakan medik harus diberikan oleh dokter, dengan informasi yang
selengkap-lengkapnya, keculai bila dokter menilai bahwa informasi yang diberikan
dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan
informasi.
3. Dalam hal informasi tidak bisa diberikan kepada pasien maka dengan persetujuan pasien
dokter dapat memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat dengan
didampingi seorang perawat/ paramedis sebagai saksi.
4. Informasi yang diberikan meliputi
a. Diagnosa yang telah ditegakkan
b. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan
c. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.Resiko-resiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran tersebut.
d. Konsekuensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif cara
pengobatan yang lain
e. Resiko resiko yang harus diinformasikan,
1) Resiko yang melekat pada tindakan kedokteran tersebut,
2) Resiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.
3) Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran,
dokter yang akan melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan
5. Penjelasan kemungkinan perluasan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud dalam
point 3, merupakan dasar daripada persetujuan

4
6. Dalam hal pasien adalah anak atau orang yang tidak sadar, penjelasan diberikan kepada
keluarganya atau yang mengantar.
7. Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan kesehatan pasien dapat meliputi: Temuan
klinis dari hasil pemeriksaan medis hingga tindak lanjut tindakan
8. Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik,
terapeutik,ataupun rehabilitatif.
9. Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah
tindakan,serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi.
10. Alternatif tindakan lain berikut kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan
tindakan yang direncanakan.
11. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing alternative tindakan.
12. Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat akibat
risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnya.
13. Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua risiko dan
komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang dilakukan,kecuali:
a. Risiko dan komplikasi yangsudahmenjadipengetahuanumum;
b. Risikodankomplikasiyangsangatjarangterjadiatau yang dampaknya sangat ringan;
c. Risikodankomplikasiyang tidakdapatdibayangkansebelumnya(unforeseeable).
14. Penjelasantentangprognosismeliputi:
a. Prognosistentanghidup – matinya(advitam)
b. Prognosistentangfungsinya(adfunctionam)
c. Prognosistentangkesembuhan(adsanationam).
15. PenjelasansebagaimanadimaksuddalamPasal8harusdiberikansecaralengkapdengan
bahasayangmudahdimengertiataucaralain.
16. Penjelasansebagaimanadimaksudpadaayat(1) dicatatdandidokumentasikandalam
berkasrekammedisolehdokterataudoktergigiyangmemberikanpenjelasan dengan
mencantumkan tanggal, waktu, nama,dan tanda tangan pemberi penjelasan dan
penerima penjelasan.
17. Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan tersebut dapat merugikan
kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan penjelasan,maka dokter
atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan tersebut kepada keluarga terdekat
dengan didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain sebagai saksi.
18. Penjelasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal9 diberikan oleh dokter atau dokter gigi
yang merawat pasien atau salah satu dokter atau dokter gigi dari tim dokter yang
merawatnya.

5
19. Tenaga kesehatantertentu dapat membantu memberikan penjelasansesuaidengan
kewenangannya.Tenaga kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3)adalah
tenaga kesehatan yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada
pasien.
20. Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran juga harus
diberikan penjelasan.
21. Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya, hanya dapat
dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien.
22. Setelah perluasan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dilakukan,
dokter atau dokter gigi harus memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarga
terdekat.

C. Pemberi Informasi
1. Dokter pemberi perawatan atau pelaku pemeriksaan tindakan untuk memastikan
bahwa persetujuan tersebut diperoleh secara benar dan layak. Dokter memang dapat
mendelegasikan proses pemberian informasi dan penerimaan persetujuan, namun
tanggung jawab tetap berada pada dokter pemberi delegasi untuk memastikan
bahwa persetujuan diperoleh secara benar dan layak.
2. Jikaseorangdokterakanmemberikaninformasidanmenerimapersetujuanpasien
atasnamadokterlain,maka doktertersebut harusyakinbahwadirinyamampu
menjawabsecarapenuhpertanyaanapapunyang diajukanpasienberkenaandengan
tindakanyang akandilakukanterhadapnya,untukmemastikanbahwapersetujuan
tersebut dibuat secarabenar dan layak.

D. Penerima Informasi dan Pemberi Persetujuan


Persetujuan diberikan oleh individu yang kompeten. Ditinjau dari segi usia, maka
seseorang dianggap kompeten apabila berusia18 tahun keatas atau telah pernah menikah.
Sedangkan anak-anak yang berusia 16 tahun atau lebih tetapi belum berusia 18 tahun
dapat membuat persetujuan tindakan kedokteran tertentu yang tidak berisiko tinggi
apabila mereka dapat menunjukkan kompetensinya dalam membuat keputusan.

Alasan hukum yang mendasarinya adalah sebagai berikut:


1. Berdasarkan KUH Perdata maka seseorang yang berumur 21 tahun atau lebih atau
telah menikah dianggap sebagai orang dewasa dan oleh karenanya dapat
memberikan persetujuan.

6
2. Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun200tentang Perlindungan Anak maka setiap orang
yang berusia18 tahun atau lebih dianggap sebagai orang yang sudah bukan anak-
anak. Dengan demikian mereka dapat diperlakukan sebagaimana orang dewasa
yang kompeten,dan oleh karenanya dapat memberikan persetujuan.
3. Mereka yang telah berusia 16 tahun tetapi belum 18 tahun memang masih
tergolong anak menurut hukum, namun dengan menghargai hak individu untuk
berpendapat sebagaimana juga diatur dalam UU 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, maka mereka dapat diperlakukan seperti orang dewasa dan
dapat memberikan persetujuan tindakan kedokteran tertentu, khususnya yang
tidak berisiko tinggi. Untuk itu mereka harus dapat menunjukkan kompetensinya
dalam menerima informasi dan membuat keputusan dengan bebas. Selain itu,
persetujuan atau penolakan mereka dapat dibatalkan oleh orang tua atau wali atau
penetapan pengadilan.

E. Kompetensi Pasien dan/atau Keluarga yang menandatangani Informed Consent atau


Informed Refusal.
Seseorang dianggap kompeten untuk memberikan persetujuan apabila:
1. Mampu memahami informasi yang telah diberikan kepadanya dengan cara yang
jelas, menggunakan bahasa yang sederhana dan tanpa istilah yang terlalu teknis.
2. Mampu mempercayai informasi yang telah diberikan.
3. Mampu mempertahankan pemahaman informasi tersebut untuk waktu yangcukup
lama dan mampu menganalisisnya dan menggunakannya untuk membuat keputusan
secara bebas.
Terhadap pasien yang mempunyai kesulitan dalam menahan informasi atauyang
kompetensinyahilang timbul(intermiten),harusdiberikansemuabantuanyang pasien
perlukan untuk mencapaipilihan/keputusanyangterinformasi.
Dokumentasikansemuakeputusanyang pasienbuatsaatpasienkompeten,
termasukdiskusiyangterjadi. Setelahbeberapa waktu,saatpasienkompetenlagi. Keputusan
tersebutharus didiskusikan lagidengan pasien untuk memastikan keputusannyakonsisten.

F. PersetujuanPada IndividuYang TidakKompeten


Keluarga terdekat atau pengampu pasien, dapat memberikan persetujuan
tindakankedokteranbagiorangdewasalain yangtidakkompeten.Yangdimaksud
keluargaterdekat adalah:
1. Suami/istri
2. Orangtuayang sah

7
3. Anakyangkompeten(lihat keterangan umur dan kompetensi diatas)
4. Saudarakandungyangkompeten (lihat keterangan umur dan kompetensi diatas)
Didalam hal tidak ada kesepakatan didalam keluarga, maka dianjurkan agar
Doktermempersilahkan keluargauntuk bermufakat dan hanyamenerimapersetujuan atau
penolakanyangsudah disepakatibersama.
Dokter danRS Marina Permatatidakdibebani kewajibanuntuk membuktikan
hubungan kekeluargaan pembuat persetujuan dengan pasien, demikian
pulapenentuanmanayang lebihsahmewakilipasiendalamhalterdapatlebihdarisatu istri atau
suamiatau anak.Dokter danRS Marina Permataberhak memperoleh pernyataanyangbenar
dari pasienatau keluarganya.
Padapasienyang tidakmaumenerimainformasi,perludimintakansiapayang
ditunjukoleh pasien tersebutsebagaiwakildalammenerima informasidan membuat
keputusanapabila pasienmenghendakinya demikian,misalnya waliataukeluarga
terdekatnya.Demikianpula padapasienyangtidakmau menandatanganiformulir
persetujuan, padahal iamenghendaki tindakan tersebut dilakukan.
Pada pasien yang tidak kompeten yang menghadapi keadaan gawat darurat medis,
sedangkan yang sah mewakilinya memberikan persetujuan tidak ditemukan, maka Dokter
dan RS Marina Permata dapat melakukan tindakan kedokteran demi kepentingan terbaik
pasien. Dalam hal demikian, penjelasan dapat diberikan kemudian.

G. CaraPemberianInformasi
a. Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang mereka.
Sehingga menghadirkan seorang interpreter bila mungkin.
b. Dapat menggunakan alat bantu,seperti leaflet atau bentuk publikasi lain apabila hal
itu dapat membantu memberikaninformasiyang bersifatrinci.Berdasarkan
informasiyang terakhir,dapatiabawapulang dandigunakanuntukberpikirlebih lanjut,
tetapi jangan sampai mengakibatkan tidakadadiskusi.
c. Apabiladapatmembantu,tawarkankepadapasienuntukmembawakeluargaatau teman
dalam diskusi ataumembuat rekaman dengantape recorder.
d. Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan (distress)agar
diberikandengan cara yang sensitifdan empati.
e. Mengikutsertakan salah satu anggota timpelayanan kesehatan dalam diskusi
f. Menjawab semuapertanyaan pasien dengan benar dan jelas
g. Memberikancukupwaktubagipasienuntukmemahamiinformasiyang diberikan, dan
memberikab kesempatan bagi pasien dan atau keluar untuk bertanya
H. Tindakan Yang Berisiko Tinggi Yang Memerlukan Persetujuan Tertulis.

8
Kelompok Staf Medis Bedah
1. MATA
1. Katarak Ektraksi
2. Bedah Filtrasi (Glukoma)
3. Eviserasi
4. Insisi hordeolum/kalazion
5. Eksisi granuloma
6. Ekstirpasi karpus alienum
7. Eksisi pterysium (CLG atau Bare Sklera)
8. Eksisi Tumor Palpetra
9. Rekonstruksi Palpetra
10. Hechting Konjungtiva, Kornea,Sclera
2. KSM Bedah Syaraf
1. Tumor Otak
2. PErdarahan Intra Cranial (EDH,SDH, ICH)
3. KElainan Vascular (Hemangioma/Aneurisma/Aura)
4. Tumor Myelum
5. HNP (Hernia Nucleus Pulposus)
6. Canal Stenosis Cervical / Lumbal / Thoracal
7. Fraktur Depressed Calvaria
8. Fraktur Tulang BElakang / Spinal Trauma / Sinal Cord Injury
9. Kelainan Congenital ( Hidrosepalus/Meningocepal/myelocepal)
10. Kelainan Infeksi (Meningitis/encephalitis (ABSES)
3. THT
1. Evakuasi Serumen
2. Tampon Telinga
3. Tampon Hidung
4. Polipektomi
5. Punksi Rahang
6. Lepas Tampon Hidung
7. Ambil benda asing Hidung
8. Ambil Benda Asing Telinga

9
9. Ambil duri di Tonsil
10. Laringoskop Indirek
4. Bedah Umum
1. Tiroidectomi
2. Apendicitis
3. Herniotomi
4. Explorasi
5. Debridement & Jahit Luka
6. Open Biopsi
7. Vesikolitotomi
8. Sirkumsisi
9. Eksisi soft Tisuetumor
10. Pasang Thorax drain
11. Hemoroidektomi
12. Plate & wire Fraktur tulang wajah
5. Kebidanan dan Kandungan
1. SC
2. Histerectomi
3. Operasi Kista Ovarium
4. Operasi Kontrasepsi Wanita Mantap
5. Kuratase
6. Tindakan Circlage
7. Operasi Kista bartholine
8. Tindakan drip Oksitosin
9. Tindakan Vakum Extraksi
10. Tindakan / pertolongan persalinan Sungsang
11. Operasi KET
6. Bedah Orthopedi
1. ORIF
2. Pemasangan gips & reposisi
3. Debridement
4. Pemasangan eksternal fixsasi
5. Operasi ganti sendi

10
6. Operasi rekonstruksi tulang
7. Operasi amputasi
8. Pelepasan implant ORIF
9. Pelepasan implant external fixsasi
10. Operasi tulang belakang

7. Bedah Plastik
1. Operasi bibir sumbing
2. Trauma maxillofacial
3. Luka bakar
4. Transplantasi kulit
5. Rekonstruksi pasca pengangkatan tumor
6. Tumor jinak pada kulit
7. Hemangioma
8. Bedah estetik
9. Hipospadia
10. Kelainan bawaan tangan

Kelompok Staf Medis Non Bedah


1. Patologi Klinik
1. BMP (Bone Maarrow Puncture)
2. Transfusi Darah
3. Sebelum Test HIV
2. Fisioterapi dan Rehabilitasi Medik
1. Dry Needing
2. Injeksi Botulinum Toxin/Phenol (Khusus untuk kondidi Spastisitas)
3. Injeksi Intraartikular
4. Injeksi MTPS (Injeksi Trigger Point)
5. Injeksi Sensitivity Spinal Segmental
6. Spray & Strecth
7. Taping & Strapping

3. Radiologi
11
1. BNO + IVP
2. Colon _inloop
3. Lopografi
4. Uretro Cystografi
5. Appendicogram
6. CT-Scan Otak dengan Kontras
7. CT-Scan Abdomen dengan Kontras
8. CT-Scan Thorax dengan Kontras
9. CT-Scan Sinus Paranasal dengan Kontras
10. CT-Scan Vertebrae dengan Kontras
11. Cholesistografi
12. OMD/Upper GI

4. Penyakit Dalam
1. Periardiosentesis (Pungsi Perikard)
2. Manajemen Perioperatif Pada Operasi Nonkardiak
3. Test Treadmill
4. Pungsi Cairan Pleura
5. Biopsi Aspirasi Jarum Halus
6. Pleurodesis
7. Biopsi Pleura
8. Penyuntikan Intra-Artikular
9. Aspirasi Cairan Sendi/Artrosentesis
10. Biopsi Ginjal
11. Peritoneal Dialisis Akut
12. Peritoneal Dialisis Mandiri Berkesinambungan
13. Pungsi Sumsum Tulang
14. Biopsi Sumsum Tulang
15. Transfusi Darah
16. Plebotomi
17. Tes Tempel (Patch Test)
18. Tes Tusuk (Skin Prick Test)
19. Kolonoskopi

12
20. Pemasangan Selang Nasogastrik
21. Esofago-Gastro-Duodenoskopi
22. Biopsi Aspirasi Jarum Halus
23. Parasentesis Abdomen
5. Kesehatan Anak
1. Pemasangan NGT
2. Pemasangan Infus
3. Pemberian Obat
6. Syaraf
1. Lumbal pungsi
7. Anestesia
1. Anestesi Umum
2. Anestesi regional dengan spinal blok
3. Anestesi regional dengan epidural
4. Anestesi local dengan blok perifer
5. Pemasangan infuse vena dalam
6. Pemasangan vena sentral
7. Pemasangan alat bantu nafas dengan endotracheal tube
8. Pemasangan alat bantu nafas dengan ventilator
9. Analgesia epidural untuk persalinan
10. Analgesia epidural untuk pain management

13
BAB III
DOKUMENTASI

1. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh seluruh penyelenggara RS Marina Permata


dengan menggunakan format yang sudah disediakan oleh Rekam Medis.
2. Penjelasan yang diberikan oleh dokter atau tim medis tentang pengobatan atau tindakan,
pendokumentasian dilakukan dengan format Persetujuan atau Penolakan Tindakan atau
Pengobatan setelah pasien, keluarga, atau wali mendapatkan penjelasan dari dokter atau
tim medis.
3. Formulir Informed Concent atau Informed Refusal tersebut ditandatangani oleh kedua belah
pihak disertai saksi. Jika pasien atau individu tidak kompeten maka wali pasien atau
keluarga pasien menandatangi formulir Informed Concentpada tempat yang telah
ditentukan.
4. Seluruh isian formulirInformed Concentdimasukkan dalam dokumen rekam medis, yang
diserahkan ke Instalasi Rekam Medik maksimal 2x24 jam setelah pasien pulang atau
meninggal dunia.
5. Apabila Persetujuan atau Penolakan dilakukan oleh orang yang bukan merupakan keluarga
dekat atau wali pasien maka harus menggunakan Surat Kuasa yang ditanda tangani oleh
pasien dan atau keluarga pasien.

14
BAB IV
PENUTUP

Dengan ditetapkannya buku Panduan Informed Consent dan Informed Refusal kepada
Pasien dan Keluarga, maka setiap karyawan RS Marina Permata dapat melaksanakan
prosedur pemberian penjelasan kepada paseien dan keluarga secara baik dan benar serta
melayani pasien dengan memuaskan.

15
16
17

Anda mungkin juga menyukai