Anda di halaman 1dari 5

SITUATION REPORT #1

TSUNAMI SELAT SUNDA, BANTEN


MINGGU, 23 DESEMBER 2018
Pukul 11:00 WIB

Informasi Kunci

 Gelombang tsunami Selat Sunda terjadi pada Sabtu malam, 22 Desember sekitar pukul
21.27 WIB. Tsunami tersebut diduga akibat dari aktivitas vulkanik Gunung Anak
Krakatau
 Alat pencatat gelombang atau tide gauge BMKG merekam ketinggian gelombang di
beberapa daerah yaitu tide gauge wilayah Serang dengan ketinggian 0,9 meter pada
21.27 WIB, tide gauge Banten dengan ketinggian 0,35 meter tercatat pukul 21.33 WIB
 Korban meninggal per Minggu, 23 Desember 2018, 07:00 WIB sebanyak 62 orang,
Luka-luka 587 orang dan hilang 20 orang, pencarian korban masih terus dilakukan dan
kemungkinan masih akan terus bertambah
KORBAN
Data Minggu, 23 Desember 2018, pukul 07:00 WIB, Korban Tewas 62 orang, Luka-luka 587
orang, Hilang: 20 hilang

PENGUNGSI
Warga Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten, masih bertahan di tempat pengungsian setelah
tsunami menerjang pantai di pesisir Banten. Warga mengungsi ke Cigeulis yang jaraknya
sekitar 10 km. Warga meninggalkan rumah pada Sabtu (22/12) malam setelah mendengar
informasi tsunami. Ada juga yang menuju perbukitan, jumlah masih dalam pendataan

KERUSAKAN
 Rumah rusak berat : 430 unit
 Hotel : 9 unit
 Kapal rusak berat : 10 , kapal rusak : Puluhan

WILAYAH TERDAMPAK
Berdasarkan pengamatan sementara berikut wilayah terdampak tsunami Selat
Sunda :

1. Kabupaten Serang di pantai jambu, desa bulakan, Kec Cinangka, Kab Serang: tercatat
pukul 21.27 WIB ketinggian 0.9 m
2. Banten di pelabuhan Ciwandan, kecamatan Ciwandan : tercatat pukul 21.33 WIB
ketinggian 0.35 m
3. Kota Agung di Desa Kota Agung, Kec Kota Agung, Lampung : tercatat pukul 21.35
WIB ketinggian 0.36 m
4. Pelabuhan Panjang Kec Panjang Kota Bandar Lampung : tercatat pukul 21.53 WIB
ketinggian 0.28 m
5. Wilayah pantai terdampak di Kabupaten Pandeglang :
 Pantai Tanjung Lesung
 Pantai Sumur
 Pantai Teluk Lada
 Pantai Panimbang
 Pantai Carita

PENYEBAB

 Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG menjelaskan penyebab


gelombang tsunami yang terjadi di Provinsi Banten dan Provinsi Lampung bagian
selatan pada Sabtu, 22 Desember 2018. Menurut BMKG, penyebabnya diduga karena
fenomena alam ganda antara gelombang pasang karena bulan purnama dan erupsi
Gunung Anak Krakatau pada hari yang sama ada gelombang tinggi, ada bulan
purnama namun juga terjadi erupsi Anak Gunung Krakatau yang diduga
mengakibatkan tsunami

 Badan Geologi Kementerian ESDM juga mencatat terjadinya erupsi Gunung Anak
Krakatau pada pukul 21.03 WIB. "Tsunami terdeteksi cukup jauh sampai Bandar
Lampung, Cilegon, dan Serang di Banten. Artinya energi cukup tinggi," ujar Dwikorita
sembari menambahkah bahwa perkiraan sementara tsunami akibat terjadinya
longsoran material di dalam laut.
 Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangan persnya menjelaskan,
dari laporan tim yang berada di lapangan hujan lebat dan angin kencang sempat
terjadi diwilayah perairan Anyer pada pukul 09.00 hingga pukul 11.00 WIB

 Berdasarkan rekaman seismik dan laporan masyarakat, peristiwa ini tidak disebabkan
oleh aktivitas gempabumi tektonik," kata dia. Namun, sensor Cigeulis (CGJI) mencatat
adanya aktivitas sesmic dengan durasi 24 detik dengan frekuensi 8-16 Hz pada pukul
21.03.24 WIB.

 BMKG mendeteksi dan memberikan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku
tanggal 22 Desember pukul 07.00 hingga tanggal 25 Desember Pkl 07.00 WIB
(peringatan terlampir) di wilayah perairan Selat Sunda

ANALISIS BMKG dan ANCAMAN TSUNAMI SUSULAN


1. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan masih akan ada
tsunami susulan terjadi di perairan Selat Sunda. Sebab, BMKG tidak bisa memprediksi
sampai kapan aktivitas Gunung Anak Krakatau berhenti.

2. “Masih akan ada tsunami susulan. Tremor, guncang lereng Gunung Anak Krakatau,
kalau itu rontok akan terjadi (tsunami lagi),” kata Kepala Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati Dengan kondisi ketidakpastian
tersebut, dia mengimbau masyarakat jangan kembali ke pantai dahulu. Sebab,
berdasarkan papan pengukuran (tide gauge), saat ini tremor masih berjalan

3. Dwi mengatakan, peristiwa tsunami akibat seismik Gunung Krakatau pernah terjadi
saat mengalami erupsi pada 1883. Namun, berbeda dengan bencana saat itu, aktivitas
seismik Gunung Anak Krakatau ini tidak langsung mengakibatkan terjadi tsunami.
4. Pola itu justru mengkhawatirkan, sebab tide gauge menunjukkan periode pendek-
pendek mirip gempa Palu, Sulawesi Tengah. Dia memperkirakan tsunami di perairan
Selat Sunda disebabkan karena longsoran guncangan di Gunung Anak Krakatau.
5. "Yang kami cari, apakah ada tebing lereng yang longsor. Kalau ada, artinya selama
ada tremor, longsor masih bisa terjadi. Sebelumnya, Dwikorita memastikan gelombang
tinggi di Anyer adalah tsunami. Tipe pola gelombang tsunami sama seperti bencana di
Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).
6. "Setelah analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombang tsunami," kata Kepala
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam
konferensi pers di Kantor BMKG, Jakarta Pusat, Ahad (23/12) dini hari WIB.
7. Dwi mengatakan, tsunami yang terjadi bukan seperti tsunami biasa yang dipantau
BMKG. Tsunami tersebut bukan disebakan aktivitas tektonik akibat tabrakan lempeng
gunung, melainkan, tsunami disebabkan aktivitas erupsi gunung api atau aktivitas
vulkanis Erupsi tersebut kemungkinan bisa langsung atau tak langsung terjadinya
tsunami. Kami perlu lihat lagi kalau sudah terang," ujar Dwi.
Data Kejadian Tsunami berdasarkan Katalog Soloviev dan Go, 1974, Jurnal Geologi
Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 241-251
 Tahun 416
Kitab Jawa yang berjudul “Book of Kings” (Pustaka Radja), mencatat adanya beberapa
kali erupsi dari Gunung Kapi , yang menyebabkan naiknya gelombang laut dan
menggenangi daratan, dan memisahkan P. Sumatera dengan P. Jawa. Gunung Kapi
ini diyakini sebagai Gunung api Krakatau saat ini.
 Oktober 1722
Pukul 08:00 WIB terjadi gempa bumi kuat di laut, yang dirasakan di Jakarta dan
menyebabkan air laut naik seperti air mendidih.
 24 Agustus 1757
Pukul 02:00 WIB, Gempa bumi yang kuat dirasakan di Jakarta kurang lebih selama 5
menit. Pada Pukul 02:05 WIB, selama goncangan yang terkuat, angin dirasakan
berasal dari timur laut. Air sungai Ciliwung meluap naik hingga 0,5 meter dan
membanjiri Kota Jakarta.
 4 Mei 1851
Di Teluk Betung, di dalam Teluk Lampung di pantai selatan pulau Sumatera,
teramati gelombang pasang naik 1,5 m di atas air pasang biasanya.
 9 Januari 1852
Segera setelah Puku 18:00 WIB, dirasakan gempabumi yang menyebar dari bagian
barat Jawa hingga bagian selatan Sumatera, dirasakan juga di Jakarta, dan gempa-
gempa susulannya dirasakan pula di Bogor dan Serang. Pada pukul 20:00 WIB terjadi
fluktuasi air laut yang tidak seperti biasanya.
 27 Agustus 1883
Pukul 10:02 WIB, terjadi erupsi yang sangat dahsyat dari gunung api Krakatau, yang
diikuti oleh gelombang tsunami. Ketinggian tsunami maksimum teramati di Selat
Sunda hingga 30 meter di atas permukaan laut, 4 meter di pantai selatan Sumatera,
2-2,5 m di pantai utara dan selatan Jawa, 1,5-1 m di Samudera Pasifik hingga ke
Amerika Selatan. Di Indonesia sebanyak 36.000 orang meninggal dunia.
 10 Oktober 1883
Di Cikawung di pantai Teluk Selamat Datang, teramati gelombang laut yang
membanjiri pantai sejauh 75 m.
 Februari 1884
Lima bulan setelah kejadian erupsi Gunung api Krakatau, tsunami kecil teramati di
sekitar Selat Sunda, diakibatkan oleh suatu erupsi gunung api.
 Agustus 1889
Teramati kenaikan permukaan air laut yang tidak wajar di Anyer, Jawa Barat
 26 Maret 1928
Kejadian erupsi gunung api Krakatau diiringi oleh kenaikan gelombang laut
yang teramati di beberapa tempat di sekitar wilayah gunungapi.
 22 April 1958
pukul 05:40 WIB, dirasakan gempa bumi di Bengkulu, Palembang, Teluk Banten dan
Banten yang diiringi dengan kenaikan permukaan air laut yang meningkat secara
berangsur.

Aksi ACT

Saat ini Tim Emergency Response ACT tengah terjun langsung ke sejumlah titik terdampak di
Pandeglang, Lampung Selatan, dan Serang. “Tim kami saat ini sedang menyisir wilayah
Tanjung Lesung di Pandeglang, lokasi terparah yang terkena hantaman air laut,” ujar
Kusmayadi selaku Koordinator Tim Emergency Response ACT, Ahad (23/12).

Tim Emergency Response ACT akan terus menyisir wilayah-wilayah terdampak tsunami di
sekitar Selat Sunda, sekaligus melakukan evakuasi. "InsyaAllah kami juga akan
mendistribusikan bantuan logistik dan kebutuhan pokok seperti selimut, alas tidur, serta
pendirian dapur umum," pungkas Kusmayad
Situation Report Personil
Penanggung Jawab : Ibnu Khajar
Pemimpin Redaksi : Wahyu Novyan
Koordinator Data dan Informasi : Andi Sandi
Koordinator library data dan konten : Lukman Hakim
Koordinator Lapangan : Kusmayadi

POSKO

Induk Posko Nasional


Perkantoran Ciputat Indah Permai, Jl. Ir. H. Juanda No.50, Blok B 8-9, Ciputat, Tangerang
Selatan, Banten
Telp. 021-741 4482

Kantor Pusat
Menara 165, Lantai 11, Jl. TB. Simatupang Kav 1, Cilandak Timur, Jakarta Selatan
Telp. 021-2940 6565

Anda mungkin juga menyukai